Disusun Oleh :
Kelompok 4
Kelas F
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
PROSES PENANGANAN PASCA PANEN TELUR KONSUMSI YANG
RAMAH LINGKUNGAN
Telur merupakan makanan bergizi tinggi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
karena merupakan sumber protein, asam lemak, vitamn, dan mineral. Nilai gizi satu
telur segar secara biologis dan telur segar secara komersial. Telur segar secara biologis
yaitu telur yang baru ditelurkan oleh induk ayam, sedangkan telur segar komersial
merupakan telur yang disimpan dengan baik dan masih dapat dikonsumsi sampai
penyimpanan 2 – 3 minggu.
Selama disimpan, telur akan banyak mengalami perubahan dan berakibat pada
(putih telur), tetapi sebagian juga karena kehilangan CO2, NH3, N2, dan H2S;
2. Pertambahan ukuran ruang udara, karena air hilang, volume ruang udara
menjadi bertambah;
5. Penurunan jumlah putoh telur tebal, karena serat glikoprotein ovumucin pecah;
6. Penambahan ukuran kuning telur karena perpindahan air dari albumen ke
keutuhan cangkang, bentuk dan tekstur cangkang, dan warna cangkang. Sedangkan
kualitas interior meliputi letak rongga udara, keadaan putih telur dan keadaan kuning
telur.
memperhatikan kualitas eksterior, meliputi : cangkang harus bersih, tidak retak atau
pecah, licin dan mulus, warna cangkang sesuai dengan selera konsumen. Sedangkan
kualitas interior dikatakan baik jika rongga udara kecil, letak normal putih telur
kelihatan cerah dan menatap, kuning telur terpusat dan tidak terdapat noda, batas
bayangan kabur.
Kualitas telur utuh dapat dilakukan dengan cara candling, yaitu dengan
meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan
kali penyimpanan. Akibat langsung dengan adanya penyimpanan yang kurang baik
ialah terjadinya perubahan isi telur. Mengingat hal tersebut, perlu kiranya dilakukan
suatu perawatan dan penanganan, sehingga tetap diperoleh kualitas yang optimal.
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perawatan dan penanganan telur adalah
sebagai berikut.
1. Menjaga kebersihan
Pada saat ditelurkan, pada umumnya telur masih bersih asalkan dipelihara
dengan baik. Pemeliharaan ini meliputi kebersihan alas kandangt atau tempat bertelur,
kebersihan peralatan penympul telur, kebersohan tangan, pemisahan telur yang retak
2. Pengumpulan telur
pengumpul telur atau anyaman kawat. Selain itu, telur dimaasukkan ke dalam tempat
yang sejuk dengan maksud untuk menghindari kontaminasi dari telur dan penguapan
Kualitas isi telur amat dipengaruhi oleh suhu sekitarnya, oleh karena itu
langkah yang harus dilakukan ialah mendingingkan telur secepat mungkin dengan
atau penyimpanan dalam ruangan dingin dengan cara ruangan tempat telur
Kamar pendingin dan penyimpan telur harus dipelihara atau diatur suhunyya
antara 10-13 .Penggunaan kamar pendingin sebaiknya untuk jumlah telur yang banyak.
Kamar pendingin harus memiliki persyaratan antara lain dapat memb=uat banyak telur
tanpa berdesakan dan lantai mudah dibersihkan, antara telur dengan dinding dan atap
kamar diberi penyekat, kamar penaruh telur harus bebas dari bau-bauan dan sering
dibersihkan.
5. Pencucian
dijaga kesehatannya dengan alat pencuci mekanis. Sebaiknya telur harus segera dicuci
6. Penyimpanan
b. Telur bersih ditaruh dalam tempat telur dan juga bisa ditaruh dalam keranjang
yang berlubang;
c. Penempatan telur dengan jalan bagian yang tumpul terletak di atas;
e. Keranjang atau susunan tray sebaiknya disimpan dalam ruangan dingin (0-15
) dan kelembaban 85%. Dengan cara ini, daya simpan telur mencapai 3 – 4
bulan.
Penanganan pascapanen telur konsumsi mempunyai tiga tujuan pokok
yaitu siap untuk dipasarkan, terjaga kesegaran dan keawetannya, serta aman dan utuh
transportasi. Tahap atau macam cara penanganan pasca panen telur konsumsi
tergantung pada skala usaha dan jalur pemasarannya. Pada telur ayam ras petelur,
telur menurut kelas mutunya. Pencucian telur hanya dilakukan pada telur yang kotor
permukaannya, terutama pada telur itik yang selalu kotor karena kandangnya yang
basah. Telur ayam yang sudah bersih tidak dicuci, karena pencucian bahkan lebih
atau selama pemasaran. Penyimpanan telur konsumsi yang utuh dan segar biasanya
dilakukan pada suhu rendah dengan kelembaban tinggi. Telur konsumsi yang disimpan
atau dipasarkan biasanya dikemas, baik secara kemasan eceran dengan nampan telur
(egg tray), maupun secara kemasan partai dengan kotak kayu atau keranjang.
Transportasi telur konsumsi diperlukan selama melewati jalur pemasaran dimulai dari
peternak ke pedagang, dari daerah produsen ke daerah konsumen, dan dari grosir ke