Anda di halaman 1dari 16

ISLAM BERBICARA EMANSIPASI WANITA

Artikel ini disusun sebagai prasyarat untuk dapat mengikuti Latihan Khusus
Kohati/ LKK HMI Cabang Ciamis Tahun 2019

Disusun oleh:
RESTI LISTIANI ANTA
CABANG CIAMIS

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CABANG CIAMIS


KOMISARIAT SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
2019
ISLAM BERBICARA EMANSIPASI WANITA
Resti Listiani Anta. Cabang Ciamis

ABSTRAK
This study aims to determine the views of Islamic religion on the emancipation of
women. That way, people can know that Islam does not discriminate against
women, and there are no more misunderstandings in interpreting the meaning of
women's emancipation. in this paper, the author uses a qualitative descriptive
approach, and the type of research used is literature. The results of this study are
that women have several rights, including human rights, social rights, and
constitutional rights. In the Qur'an, it has been explained about the rights and
position of women. Islam clearly allows women in their careers and politics.
However, women must not forget their obligations as wives, mothers, children and
community members. For example, a mother may work in an office, but she must
take care of her children, also meet the needs of her husband.

Keyword: emancipation, women, Islam.

1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi kini persaingan di dunia kerja semakin ketat. Persaingan
yang semakin ketat ini tidak hanya berdasarkan pendidikan maupun usia. Namun
kini persaingan ketat antar gender pun sudah tak dapat dihindari. Baik pria
maupun wanita terus bersaing secara ketat untuk mendapatkan pekerjaan. Bagi
sebagian masyarakat wanita ikut bersaing di dunia kerja adalah hal yang lazim
dan tidak aneh sama sekali. Namun sebagian masyarakat lainnya berpendapat hal
ini merupakan sesuatu yang tidak lazim. Beberapa pihak berpikir wanita tidak
sepantasnya ikut bersaing di dunia kerja yang cukup keras ini. Wanita dianggap
tidak setangguh pria untuk turut bersaing di dunia kerja. Hal inilah yang
menimbulkan diskriminasi wanita di dalam dunia pekerjaan.
Dewasa ini, diskriminasi terhadap perempuan itu masih sangat tampak
dalam dunia kerja. Banyak sekali wanita yang tidak mendapatkan hak dalam bekerja.

1
Contohnya bisa kita lihat dalam struktur perusahaan, jarang sekali kita melihat
wanita yang mendapatkan tempat sebagai pemimpin, selain itu dalam penerimaan pekerja
wanita perusahaan- perusahaan banyak meletakkan syarat-syarat tertentu, seperti
berpenampilan menarik, belum menikah, harus tinggal di asrama dan lain
sebagainya. Gaji mereka pun kadang-kadang berbeda dengan pekerja laki-laki.
Diskriminasi terhadap para pekerja wanita itu terjadi disebabkan oleh beberapa
factor seperti kesehatan, fisik, biologis, sosio kultural dan lain-lain.

Dengan adanya diskriminasi terhadap wanita ini maka dibutuhkan sekali


emansipasi wanita. Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, sering
bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam
pembahasan masalah seperti itu. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
emansipasi ialah pembebasan dari perbudakan, persamaan hak di berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Emansipasi wanita ialah proses pelepasan diri para wanita
dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang
membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.

Dibutuhkan waktu berabad-abad bagi para wanita di seluruh dunia


mendapatkan hak-nya untuk dapat hidup sejajar dan bersanding dengan kaum
pria. Jika melihat wacana emansipasi wanita di Indonesia, kita tidak dapat
melepaskan sosok Raden Ajeng Kartini. Sejak abad 19, Kartini dikenang sebagai
pejuang emansipasi wanita di Indonesia. (Mustikawati, 2015: 66) Ia adalah
seorang wanita priyayi Jawa yang berpikiran maju di masanya yang kemudian
diangkat menjadi penggerak emansipasi wanita di Indonesia. Sejarah pergerakan
perempuan Indonesia merupakan suatu gerakan yang mempunyai proses panjang
dan tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan terbentuk karena adanya peristiwa-
peristiwa masa lalu dalam masyarakat seperti ada perasaan cemas dan keinginan
individu yang menginginkan perubahan yang kemudian menyatakan dalam suatu
tindakan bersama.
Seiring dengan perkembangan zaman, melalui gerakan emansipasi ini,
perempuan Indonesia akhirnya dapat mensejajarkan diri dengan kaum pria dalam
berbagai bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial.

2
Perempuan sudah dapat men-duduki posisi-posisi penting di bidang birokrasi.
Perempuan juga sudah dapat berkiprah di bidang politik. Selain itu, perempuan
juga sudah banyak yang sukses di bidang sosial dan ekonomi. Di era globalisasi
ini, perempuan tidak hanya bekerja di lingkungan rumah ataupun melayani suami
walaupun hal tersebut adalah salah satu kewajiban perempuan mengikuti
kodratnya. Akan tetapi, perempuan juga dapat berperan untuk bangsa di ranah
politik, ekonomi dan sosial.
Namun tidak selalu pergerakan emaansipasi wanita menjadi suatu
pemikiran yang positif, apabila dilihat melalui penilaiaan dari sudut pandang
rasional, memang dapat dikatakan emansipasi pergerakan wanita ini begitu baik,
karena perempuan tidak lagi dikebelakangkan oleh para kaum pria. Tetapi ada
beberapa sudut pandang lainnya mengenai kebijakan dari pergerakan tersebut,
seperti dalam sudut pandang agama, yang tentunya akan berbeda dengan sudut
pandang rasional. Yang rasional adalah perempuan berhak untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka tanpa perlu mengandalkan pria, perempuan bisa
berpendidikan lebih tinggi dan lebih dapat menyibukan diri dari pada pekerjaan
kaum pria. Hal-hal tersebut dapat menuai berbagai tanggapan yang pro dan
kontra.
Tidak sedikit orang-orang yang beranggapan bahwa agama membatasi
wanita dalam suatu hal kemajuan dari beragai macam unsur termasuk juga dalam
unsur budaya, tidak sedikit juga orang-orang beraggapan bahwa agama
membedakan keseteraan antara pria dan wanita. Namun sudut pandang Islam
Berbeda dengan beberapa negara di Timur Tengah, Islam di Indonesia merupakan
Islam moderat yang ramah, toleran, bertujuan menerapkan misi rahmatan lil
alamin dan menggarisbawahi pentingnya keseimbangan. Organisasi Islam terbesar
di Indonesia Nahdlatul Ulama menilai Islam menetapkan perempuan dan laki-laki
sesuai dengan proporsi dan tanggung jawab yang harus dipikul. Emansipasi
perempuan kalau menurut Islam menempatkan martabat perempuan dengan tepat.
Islam menetapkan perempuan dan laki-laki sesuai dengan proporsi yang mesti
diemban berdasarkan alamiah dan inisiasi kemanusiaan. Islam tidak membedakan
manusia dari segi gender dan menetapkan tanggung jawab yang sejajar sesuai
dengan fungsinya.

3
Banyak yang menyangkal bahwa seharusnya kaum wanita harus mengurus
keluarga dan mengesampingkan persoalan lain misalkan ekonomi, karena hal itu
adalah tanggung jawab pria. Wanita memang memiliki tanggung jawab
memelihara keluarga dan menjaga anak ini tugas yang penting karena
mempersiapkan masa depan yang unggul. Tanggung jawab domestik bagi
perempuan bukan berarti membatasi peran perempuan di ranah nondomestik.
Islam tidak menghalangi perempuan menduduki posisi penting hingga menjadi
pemimpin. Yang harus ditekankan, perempuan tidak boleh mengorbankan
generasi penerus menjadi tidak berkualitas demi ambisi pribadi. para perempuan
harus menjalankan tanggung jawabnya hingga selesai merawat anak hingga
setidaknya berusia tujuh tahun baru mulai menapaki karir. Selain budaya masing-
masing kawasan, ia menilai adanya kesalahpahaman penafsiran Al-Quran dan
sunah Rasul juga menjadi penyebab adanya pandangan Islam mengekang
perempuan. Sejumlah ayat dan sunah yang bertujuan melindungi dan memuliakan
perempuan ditafsirkan dengan keliru dan justru membelenggu perempuan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul “Islam
Memandang Emansipasi Wanita”

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hak dan kewajiban wanita dalam Islam?
2. Bagaimana emansipasi wanita menurut Islam?
c. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami hak dan kewajiban wanita
dalam Islam.
2. Untuk mengetahui dan memahami emansipasi wanita menurut
Islam.
d. Harapan dan Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap tidak ada lagi pandangan
bahwa perempuan derajatnya lebih rendah dari laki-laki. Karena dalam Islam
sudah dijelaskan bahwa yang membedakan perempuan dan laki-laki hanyalah
amalannya. Penulis berharap agar pembaca dapat memahami arti pentingnya

4
pergerakan emansipasi wanita di era globalisasi juga bagaimana pandangan
menurut Islam.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE
a. Pengertian Islam
Islam adalah agama yang Allah turunkan kepada umat manusia agar
manusia selamat di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad terpilih menjadi Nabi
dan Rasul untuk membawa risalah Islam di tengah-tengah bangsa Arab yang pada
waktu itu menyembah berhala, memiliki sukuisme yang tinggi, dan prostitusi
dimana-mana. Dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad bukanlah perkara
yang mudah, berapa kali Nabi Muhammad ingin di siksa, dilecehkan, bahkan akan
dibunuh karena menyebarkan agama Islam. (Ardiansyah, 2017: 1)
Bagaimana tidak ditolak, Islam mengajarkan bahwa manusia itu sama.
Budak dan majikan sama-sama di hadapan Allah. Bahkan, budak boleh makan
satu nampan dengan majikan. Hal ini sangatlah berat bagi bangsa Quraisy, karena
menurut mereka, majikan lebih tinggi derajatnya dibandingkan budak. Islam juga
melarang minum khamr (minuman yang memabukkan), yang pada saat itu,
bangsa Arab terbiasa meminum minuman tersebut. Islam juga melarang prostitusi
dan melarang punya istri lebih dari empat. Bangsa Arab pada waktu itu biasa
menikahi perempuan sebanyak-banyaknya. Dalam Islam, poligami tidak
dihilangkan, hanya dibatasi sampai empat, itu saja jika seorang suami mampu
berlaku adil, jika tidak bisa berlaku adil cukup hanya satu. (Ardiansyah, 2017: 1)
Rintangan demi rintangan dihadapi oleh Nabi Muhammad demi tersiarnya
agama Islam di seluruh dunia. Hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-
hari Nabi Muhammad. Tapi Nabi Muhammad selalu sabar dan menunjukkan
akhlak yang baik. Nabi Muhammad diutus ke dunia bukan hanya menyampaikan
ajaran Islam melainkan untuk mengubah akhlak manusia khususnya bangsa Arab.
(Ardiansyah, 2017: 2)
Maka tidak heran, Islam mampu berkembang hampir di seluruh dunia
karena Islam disebarkan melalui budi pekerti yang tinggi. Para keturunan Nabi
Muhammad dan para ulama, memegang teguh akhlak yang baik di tengah-tengah
masyarakat. Tidak ada sepatah kata pun yang dikeluarkan dari mulutnya untuk
mencaci maki orang lain apalagi agama lain. Mereka memahami bahwa Nabi

5
Muhammad dijadikan sebagai rahmat bagi semesta alam, yang artinya Islam harus
mampu menjadi solusi atas permasalahan dunia, dan Islam harus mampu menjadi
agama yang memberikan keteduhan dan kedamaian di muka bumi. (Ardiansyah,
2017: 3)
b. Emansipasi Wanita
Emansipasi adalah gerakan yang mencita-citakan kehidupan setara (equal)
antara perempuan dan laki-laki, yakni gerakan yang memperjuangkan keadilan
bagi perempuan. Namun sering dianggap, emansipasi adalah bentuk-bentuk
pengingkaran akan hak-hak dan kodrat perempuan itu sendiri. Di kalangan kaum
perempuan pun, sering terjadi salah penafsiran bahwa yang diyakininya sebagai
emansipasi sesungguhnya telah masuk dalam konsep maskulinisme, yakni hanya
menuntut hak-haknya, bahkan secara tidak proporsional, tetapi meninggalkan
bentuk-bentuk kodratnya yang tak bisa ditawar sebagai perempuan. (Murniati,
2004: 236)
Banyak Emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat, emansipasi
adalah pembuktian diri yang seimbang antara raga yang tangguh, namun hati
senantiasa patuh. Emansipasi adalah penerimaan. Penerimaan diri bahwa setiap
tempat ada empu yang dikodratkan dan dipantaskan. (Nurcholis, 2018: 35)
Secara harafiah, emansipasi wanita adalah kesetaraan hak dan gender.
Pengertian dari kata emansipasi yang paling populer adalah suatu usaha untuk
menuntut persamaan hak-hak kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria di segala
bidang kehidupan.
Emansipasi mengingatkan kita kembali bahwa wanita diciptakan dari
tulang rusuk pria yang artinya sejajar, para wanita ini tidak sama dengan pria
melainkan sejajar. Pria mempunyai kelebihan-kelebihan yang wanita tidak punya
dan wanita mempunyai kehebatan-kehebatan yang tidak dimiliki pria.
Kebebasan disini maksudnya kebebasan yang berkualitas, bukan
kebebasan 100% karena biar bagaimanapun, tetap saja ada hal-hal yang memang
dari sananya udah diciptakan perbedaan-perbedaan prinsipal yang wanita tidak
bisa kerjakan, hanya pria yang bisa, sesuai dengan kodrat masing-masing.
Emansipasi adalah kata-kata yang paling akrab di telinga kita jika yang
dibicarakan adalah hal ihwal tentang wanita. Istilah ini demikian populernya pada

6
era globalisasi ini, terutama setelah munculnya gerakan Women’s Liberation atau
gerakan Feminisme, suatu gelombang protes kaum wanita yang menuntut
emansipasi wanita. Emansipasi dalam konteks kekinian seringkali merupakan
alasan yang dicari bagi kaum feminis untuk mendapatkan kebebasan seluas -
luasnya, yang seringkali berlebihan kadarnya.
Khusus berkenaan dengan negara-negara Islam ini, kaum feminism
menganggap bahwa Islam dan negara-negara tersebut telah membelenggu hak-hak
kaum wanitanya. Berikut ini adalah alasan-alasan yang dikemukakan oleh
Women’s Lib sebagai dasar tuntutannya sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu
Ahmad Dahri (1992):
1. Masalah hakikat wanita. Bahwa perbedaan antara laki-laki dan
wanita secara biologis telah dibesar-besarkan untuk menindas kaum
wanita dan mereka menuntut untuk diadakan penyelidikan secara ilmiah
sampai ditemukannya perbedaan laki-laki dan perempuan secara ilmiah.
2. Masalah seksualitas. Bahwa kaum wanita mempunyai kebutuhan
seksual sendiri yang dapat dipenuhi tanpa kehadiran laki-laki. Jadi mereka
tidak akan tunduk untuk berhubungan seksual kalau mereka sendiri tak
merasa membutuhkannya. Mereka mengharapkan bahwa hubungan
seksual tidak dipergunakan oleh laki-laki untuk mendominasi wanita.
3. Masalah keluarga. Bahwa kepentingan keluarga tidak harus
didahulukan dari kepentingan-kepentingan kehendak individualnya.
Siapapun bebas untuk mengaktualisasikan kehidupannya masing-masing.
4. Masalah anak-anak. Bahwa para suami berkewajiban secara
bergiliran mengasuh anak (ikut berperan ganda). Dalam pola mengasuh
anak mereka mengusulkan penghapusan stereotipe bahwa anak laki-laki
harus aktif sementara anak perempuan harus pasif, di rumah saja, dan
bersifat keibuan. Iklim yang harus diciptakan adalah model kemanusiaan
untuk berkompetisi.
5. Masalah pekerjaan. Bahwa pekerjaan harus tersedia untuk pria dan
wanita sesuai dengan kemampuan masing-masing. Mereka ingin
menghapus pendapat bahwa wanita bekerja hanya sebagai sekretaris,

7
pramugari, asisten peneliti dan pekerjaan lain yang menempatkan wanita
hanya sebagai faktor substitusi saja.

c. Metode Penelitian
Menurut peneliti, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan (library
research), yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan
obyek penelitian atau pengumulan data yang bersifat kepustakaan. Atau telaah
yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya
tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan- bahan pustaka
yang relevan.

3. ANALISA DAN PEMBAHASAN


a. Hak dan Kewajiban Wanita dalam Islam
Al-Quran yang menerangkan perempuan dalam berbagai ayatnya.
Keterangan tersebut meliputi berbagai sisi kehidupan, seperti tentang kisah
penokohan perempuan muslim, akhlak, keistimewaannya dalam agama, fiqh
kewanitaan, warisan, kewajibannya pada Allah, suami, dan sekitarnya, sampai
pada hak-hak perempuan yang dapat ia perjuangkan. Secara umum surat Al-Nisa
'ayat 32 menerangkan, “Untuk lelaki hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan
kepadanya dan bagi perempuan hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan
kepadanya”. Ayat inilah yang menjadi simbol bahwa dipersilahkan bagi
perempuan mendapatkan hak-haknya di hadapan manusia lain. Berikut ini akan
dikemukakan beberapa hak yang dimiliki oleh kaum perempuan menurut
pandangan ajaran Islam.
Pertama, hak-hak kemanusiaan. Diantara hak-hak kemanusiaan antara lain;
hak hidup, hak mendapat kemuliaan, hak kesetaraan dengan laki-laki, dan hak
mengemukakan pendapat dan musyawarah. Kedua, hak-hak sosial. Diantara hak-
hak tersebut antara lain: mendapatkan perlakuan baik, memilih suami,
mendapatkan nafkah, mendapatkan mahar, meminta cerai, mendapatkan
pendidikan dan pengajaran, dan mendapatkan warisan.

8
Secara garis besar, teori hukum warisan untuk wanita separuh dari lelaki
bukan merupakan suatu bentuk diskriminasi Islam terhadap perempuan, sudah
sangat adil jika dalam konteks arab pra-Islam yang mana wanita sama sekali tidak
mendapatkan warisan, bahkan wanita menjadi barang yang diwariskan kepada
anaknya. hukum warisan adalah salah satu hukum yang diturunkan secara detail
langsung dari Allah. Jika perintah shalat, zakat, puasa dan naik haji hanya
dijelaskan secara global, peraturan pembagian warisan telah terperinci langsung
dari sumbernya. Memang, dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menerangkan
bahwa hak wanita adalah separuh dari hak lelaki, “Allah mewasiatkan kepadamu
tentang anak-anakmu, yang lelaki hendaklah mendapatkan dua kali dari hak
wanita” (QS. An-Nisa : 11), namun itu bukanlah sebuah patokan utama dalam
warisan. Konsep ini bukanlah konsep umum dalam warisan. Konsep ini hanya
berlaku ketika ada ahli waris lelaki dan perempuan yang memiliki derajat
(generasi) yang sama, seperti anak pewaris lelaki dan perempuan, atau saudara
kandung pewaris yang lelaki dan wanita.
Ketiga, hak-hak konstitusi yaitu dalam bidang hukum dan bidang politik.
perempuan juga berhak mengeluarkan pendapat melalui musyawarah. “Sedang
urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antar mereka”(As-syuuraa: 38).
Ayat ini menjadi dasar bahwa perempuan memiliki hak untuk berpolitik bagi laki-
laki dan perempuan. Musyawarah sendiri merupakan slah satu prinsip pengelolaan
bidang-bidang kehidupan bersama, termasuk kehidupan berpolitik, dalam arti
setiap warga masyarakat diharapkan untuk memutuskan segala sesuatu dengan
jalan musyawarah untuk kepentingan bersama atau golongan.
Islam memberikan perempuan hak sebagai saksi dalam proses
penyelesaian suatu masalah hukum. Perbedaan yang ada antara laki-laki dan
perempuan akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan oleh Allah
kepada masing-masing jenis kelamin, tetapi perbedaan tersebut tidak menjadikan
yang satu mempunyai kelebihan atas yang lain. “Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari
sebagian yang lain, karena bagi lelaki ada bagian dari apa yang mereka peroleh
(usahakan) dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang mereka peroleh

9
(usahakan) dan bermohonlah kepada Allah dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”(QS An-Nisa’ : 32).
Adapun kewajiban wanita dalam Islam menurut kedudukannya,
diantaranya:
Pertama, wanita sebagai hamba Allah. Seorang perempuan mempunyai
tanggung jawab yang sama dengan laki-laki delam kedudukannya sebgai hamba
Allah, yakni sama-sama mempunyai kewajiban untuk mengabdikan diri kepada
Allah SWT. Hakikat hidup manusia, termasuk di dalamnya adalah seorang
perempuan adalah untuk beribadah dan mencari keridlaan Allah SWT. Ibadah
dapat meliputi ritual-ritual khusus seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, namun
juga ibadah yang yang sifatnya mencakup seluruh aktivitas kebaikan hidup di
seluruh aspek.
Kedua, wanita sebagai seorang istri. Kedudukan posisi seorang istri dan
pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa seorang suami. Allah berfirman, "Dan di
antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri
dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian." (QS. Ar-
Rum: 21). Laki-laki menjadikan seorang permpuan sebagia istrinya dapat karena
memang cintanya kepada perempuan tersebut, yang selanjutnya cinta dan kasih
sayangnya tersebut membuahkan putera dan puteri yang salih. Seorang istri adalah
sahabat bagi suaminya. Di dalamnya melekat segala kewajiban yang harus
dilaksanakan kepada suaminya. Seorang istri harus mampu menjaga rahasia dan
harta benda suaminya sebagai amanah yang kelak akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah. Seorang istri seyogyanya harus
mempunyai keahlian dan ketrampilan, seperti memasak, penataan rumah, menata
penampilan, dan cerdas dalam ilmu pengetahuan masalah kesehatan dan
pengaturan keuangan. Istri adalah menteri keuangan terbaik dalam rumah tangga.
Ketiga, wanita sebagai seorang ibu. “Al-ummu madrosatul uulaa”, ibu
adalah madrasah pertama. Peran tersebut adalah dalam kapasitasnya membangun
keluarga dan masyarakat yang shalih selama dia berada pada jalan Al-Quran dan
sunnah Nabi yang akan menjauhkan setiap muslim dan muslimah dari kesesatan
segala hal. Ibu adalah pembuka ilmu pertama bagi anaknya. Darinya, anak

10
pertama kali belajar, sehingga dia mempunyai pengaruh yang besar dalam tumbuh
kembang dan pola pikir anak-anaknya dalam memnina generasi masa depan yang
baik. Perempuan adalah tiang negara.
Keempat, wanita sebagai anggota masyarakat. Perempuan menjadi bagian
dari sebuah masyarakat. Dia memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan serta
kondisi sosialnya. Posisi tersebut menuntut peranan seorang perempuan tidak
hanya dalam keadaan privat, tetapi juga kehidupan politik. Hal tersebut saling
mengakomodasi dalam menjalankan tanggung jawab amar ma’ruf nahi
munkar. Perempuan harus cakap dalam mengambil langkah-langkah praktis yang
dibutuhkan dalam menghadapi perubahan di tengah-tengah masyarakatnya.
Perempuan juga dibutuhkan dalam kiprahnya untk berdakwah di tengah
masyarakat, agar kaum perempuan memiliki pengetahuan Islam dan umum yang
mumpuni.
b. Emansipasi Wanita Menurut Islam
Kata emansipasi secara terminologi berarti ”terbebas dari pengekangan,
kontrol, atau kekuatan yang orang lain” (Steel, 2000: 220). Emansipasi bisa
tentang kebebasan anak-anak dari kontrol orang tua mereka, budak dari majikan
mereka atau orang kulit hitam dari peraturan orang kulit putih.
Apabila kita mau melihat bagaimana pandangan Al-Qur’an berkaitan
dengan penciptaan perempuan dan laki-laki adalah penting untuk menelaah
pertanyaan tentang penciptaan mereka sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab
agama-agama lain. Dengan gamblang sekali Al-Qur’an mengatakan dalam
beberapa ayat, “Kami ciptakan perempuan dari natur laki-laki dan dari esensi
yang sama dengan esensi perempuan.” Mengenai Adam, Al-Qur’an mengatakan,
“Yang menciptakan kamu dari satu esensi yang tunggal, dan menciptakan darinya
pasangannya,” (QS. An-Nisa (4): 1). Berkenaan dengan laki-laki, Al-Qur’an
mengatakan dalam beberapa tempat, “Allah menciptakan pasanganmu dari
jenismu sendiri.” (Murthahhari, 2012: 106)
Sama sekali tidak ada bukti atau indikasi dala Al-Qur’an tentang apa yang
ditemukan atau terdapat dalam beberapa kitab suci bahwa perempuan diciptakan
dari varietas yang lebih rendah kualitasnya daripada varietas laki-laki bahwa
mereka memberikan kepada perempuan status parasit dan inferior, atau bahwa

11
pasangan Adam diciptakan dari salah satu bagian tubuh Adam yang sebelah kiri.
Sementara itu, dalam Islam sama sekali tidak ada pandangan yang menistakan
perempuan berkenaan dengan kualitas intrinsik atau esensial dan struktur
bawaannya. (Murthahhari, 2012: 106)
Hukum Islam yang mengatur tentang emansipasi wanita yang konon
diartikan sebagai tuntutan persamaan gender dengan pria. Kedudukan wanita
sama dengan pria dalam pandangan Allah, sebagaimana dalam Firman Allah:
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki
dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan kepada mereka
ampunan dan pahala yang besar”. (QS. Al-Ahzab : 35)
Jelas bahwa surat Al-Ahzab ayat 35 tersebut tidak membedakan antara
laki-laki dan wanita, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan
ketaqwaan. Inilah bukti bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala sangat memuliakan
kaum wanita. Sampai-sampai nama wanitapun juga diabadikan dalam mushaf suci
pada surat An-Nisa’yang artinya perempuan. Hal ini bertolak belakang dengan
paradigma orang Barat yang mengklaim wanita muslimah tidak dimuliakan
karena harus terkekang di rumah.
Islam sendiri sejak dahulu memperbolehkan wanita untuk ikut serta
berkiprah dalam masyarakat sosial. Buktinya, secara histories telah tercatat
banyak wanita muslimah terdahulu yang ikut andil dalam kegiatan bermasyarakat.
Tapi mereka tetap menjaga sekat relasi sosialnya antara laki-laki dan wanita non
mahram. Mereka juga memakai pakaian yang menutupi aurat sesuai dengan
perintah-Nya. Betapa naif jika para muslimah terpengaruh seruan negara Barat
yang mengatakan bahwa wanita Islam adalah wanita yang kolot (terbelakang)
karena hanya menyandang jabatan ibu rumah tangga. Padahal jika benar-benar
memahami agama yang fitrah ini,sesungguhnya menjadi ibu rumah tangga adalah
pekerjaan yang mulia dibandingkan dengan pekerjaan mereka yang merasa
bangga dan berlomba-lomba dalam meraih jabatan sekadar untuk pamor.

12
Sebenarnya boleh saja jika wanita ingin berkarier dan mengembangkan
potensinya diluar rumah, dengan syarat: (1) Mendapat izin dari suami, (2) Tidak
berikhtilath dan tabarruj dengan laki-laki non mahram, (3) Menutup aurat dengan
hijab syar’i, (4) Menundukkan pandangan dan menjaga farji, (5) Tidak berdandan
seperti wanita jahiliyah, (6) Tidak merubah kodratnya sebagai seorang wanita, (7)
Bisa membagi waktu antara melayani suami dan mendidik anak.
Dengan demikian, pemahaman mengenai emansipasi wanita harus dilihat
dari berbagai aspek, tidak bisa hanya dilihat dari aspek penuntutan hak-haknya
saja, tetapi juga harus dilihat dari pemenuhan kewajiban. Perkembangan zaman
mendengungkan emansipasi sebagai penuntutan hak-hak saja tetapi
mengesampingkan kewajiban yang menjadi konsekuensi dari hak-hak tersebut.
Contoh konkritnya, wanita diperbolehkan berkarier, tetapi juga harus memenuhi
kewajibannya seperti tetap memakai hijabnya dalam bekerja dan mengetahui
posisinya di berbagai peran lainnya, yakni sebagai istri dan sebagai ibu. Dengan
demikian, makna emansipasi menurut perspektif hukum Islam tidak hanya
menjabarkan mengenai penuntutan hak saja akan tetapi juga menjelaskan tentang
kewajiban-kewajiban yang merupakan konsekuensi dari hak yang bertujuan untuk
memuliakan wanita itu sendiri.

4. KESIMPULAN
Peran wanita di area publik pada era kini semakin diakui dan kesempatan
sudah terbuka lebar bahwa wanita dan laki-laki adalah mitra sejajar yang saling
mengisi, menghargai, dan bekerjasama dalam menjalankan peran di bidang
pendidikan, sosial, politik, ekonomi, dan teknologi. Emansipasi wanita merupakan
perjuangan tentang partisipasi dan pembebasan yang harmonis pada individu atau
kelompok antara laki-laki dan wanita agar potensi yang dimiliki dapat
berkembang dan berfungsi secara utuh dalam aspek kehidupan tertentu.
Al-Qur’an telah menyebutkan bahwa kedudukan laki-laki sama dengan
kedudukan perempuan, Islam juga membolehkan wanita berkiprah dalam hal
sosial. Akan tetapi, wanita harus memperhatikan kewajibannya sebagai istri, ibu,
maupun anggota masyarakat.

13
5. DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. (2017). Islam Itu Ramah Bukan Marah. Jakarta: Gramedia.
Murniati, A. N. (2004). Getar Gender. Magelang: Yayasan Indonesia Tera.
Murthahhari, M. (2012). Filsafat Perempuan dalam Islam. Yogyakarta: Raushan
Fikr Institute.
Mustikawati, C. (2015). Pemahaman Emansipasi Wanita. Jurnal Kajian
Komunikasi, 65-70.
Nurcholis, A. (2018). Celoteh R.A. Kartini . Elex Media Komputindo.
Steel, M. (2000). Oxford Wordpower Dictionary. New York: Oxford University
Press.

14
FORMULIR PENDAFTARAN LKK CIAMIS 2019

A. INFORMASI DIRI:
Nama Lengkap Resti Listiani Anta
Nama Panggilan Resti
Tempat dan Tanggal Lahir Ciamis 23-02-1997
Jenis Kelamin Perempuan
Status Keluarga Anak
Alamat Asal (lengkap) Dsn Landeuh Desa Sadananya Kec.
Sadananya Kab Ciamis
Alamat tinggal sekarang Dsn Landeuh Desa Sadananya Kec.
Sadananya Kab Ciamis
No. Telepon/ HP 087754687896
B. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
Pendidikan Sekarang
a. Universitas/ Institute IAID
b. Fakultas Syari’ah
c. Jurusan Ekonomi syari’ah
d. Angkatan II
e. NIM 18.09.0360
C. JENJANG PERKADERAN DI HMI
a. Latihan Kader 1 Oktober 2018
D. Penyakit/ Gangguan Kesehatan -
yang dialami
E. Motivasi Mengikuti LKK Ciamis Ingin menambah wawasan dan
mengetahui bagaimana peran
perempuan untuk menjadikan diri saya
lebih baik.

15

Anda mungkin juga menyukai