Anda di halaman 1dari 3

TERDESAK EKONOMI, FESES PUN JADI

LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan zaman, banyak ilmuan yang mengembangkan berbagai bahan
baku untuk dijadikan sebagai bahan bakar energi. Diantaranya yang sudah sering kita gunakan
adalah bahan bakar yang berasal dari minyak bimi dan gas alam. Namun bahan bakar dari
minyak bumi yang tidak diolah dengan baik dapat merugikan alam karena gas buangan yang
dihasilkan tidak ramah lingkungan. Selain itu minyak bumi sewaktu-waktu dapat habis karena
proses pembentukannya membutuhkan waktu ratusan tahun, oleh karena itu minyak bumi
termasuk dalam sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Karena berbagai alasan
tersebut, para ilmuan mulai mencari inovasi baru untuk menghasilkan bahan bakar yang
ramah lingkungan serta berasal dari bahan yang dapat diperbarui. Diantara yang sudah
banyak dikembangkan yaitu bahan bakar dari kelapa sawit dan kotoran hewan ternak seperti
sapi bahkan kelinci. Selain itu ternyata kotoran manusia(feses) juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan biogas rumah tangga yang tentunya ramah lingkungan.
Dengan begitu feses menjadi memiliki nilai guna. Selain dapat berdampak baik pada
lingkungan karena hasil buangan olahannya dapat menyuburkan tanah, pengolahan ini juga
memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat. Jika masyarakat memiliki kesadaran untuk
mengolah limbah rumah tangganya, maka selain lingkungan hidup tetap terjaga, pemasukan
secara finansial akan juga didapatkan oleh masyarakat.
RUMUSAN MASALAH
1. Ekonomi rumah tangga kalangan bawah terdesak
2. Tipisnya kandungan minyak bumi dan gas alam kita
3. Eksploitasi SDA yang mengedepankan nominal “ acuh terhadap alam”
TUJUAN
1. Solusi terhadap ekonomi rumah tangga kalangan bawah yang terdesak
2. Mengatasi penipisan kandungan minyak bumi dan gas alam kita
3. Menghentikan eksploitasi SDA yang mengedepankan nominal
PEMBAHASAN

Kotoran hewan dan ternak ternyata dapat menjadi sumber energi terbarukan yang bernilai
ekonomis tinggi, kotoran-kotoran hewan ini dapat menjadi penghasil energi listrik. Tidak
hanya ternak akan tetapi feses manusia pun juga bisa dijadikan sumber energi
terbaharukan. Hal itu dikarenakan di dalam kotoran ternak atau feses manusia terdapat
senyawa karbon yang dapat di manfaatkan sebagai sumber energi terbarukan.

Jadi, ini menghasilkan biogas itu yang kita bilang three in one, itu artinya bisa untuk
kompor, bisa untuk mesin-mesin, sama bisa untuk listrik atau menghidupkan dinamo
listrik,” tuturnya lewat perbincangan telepon dengan Validnews melalui sambungan
telepon.
Ia menghitung, dengan jumlah ternak sapi dan kerbau Indonesia tahun 2015 sebanyak
17.285.290 ekor (data Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian,
2016) mampu menghasilkan kotoran sebanyak 345,7 ribu ton. Angka ini setara dengan
energi pengganti minyak tanah (mitan) sebanyak 14,8 juta liter mitan.

Hasil tersebut juga diambil dari perhitungan jika semua semua kotoran sapi dan kerbau
dibuat biogas dengan ukuran biodigester 9 meter kubik. Jika disetarakan dalam rupiah
sebesar Rp 176,3 miliar/hari atau Rp 64,3 triliun/tahun.

“Dua ekor ternak jadi 1 biodigester, dan setiap biodigester 9 meter kubik menghasilkan
gas setara mitan 3 liter, dan harga mitan non subsidi saat ini sekitar Rp 6.800/liter. Jadi
angka tersebut mampu memenuhi kebutuhan energi sebesar 13,3% kebutuhan
masyarakat Indonesia,” jelas Bambang

Wakil dekan tersebut menyebut, hal yang sama sangat memungkinkan juga diterapkan
pada kotoran manusia. Tinja atau kotoran manusia dapat dikonversikan menjadi energi.
Meskipun energi yang dihasilkan dari tinja manusia tak sebanyak energi dari kotoran
hewan ternak.

“Kemungkinan berbeda (jumlah energinya), ya. Di dalam (kotoran) ternak, unsur


karbonnya lebih tinggi dibanding dengan manusia. Manusia biasa makanannya lebih
banyak unsur N-nya dibandingkan karbonnya,” ujarnya.

Mengutip jurnal yang ditulis Putut Sambang El Haq dan Eddy S. Soedjono dari Institut
Teknologi Sepuluh November (ITS) dengan judul Potensi Lumpur Tinja Manusia Sebagai
Penghasil Biogas (Human Manure Potential As Biogas Producer) diungkapkan, rata-rata
pengeluaran tinja basah manusia normal per hari sekitar 100-400 gram. Karbon yang ada
di kotoran manusia sekitar 44% dari total keluaran. Sementara itu, berdasarkan penelitian
Fakultas Peternakan UGM, hasil karbon dari kotoran hewan ternak dapat mencapai
sekitar 60%.

Dari perbandingan tersebut, nilai ekonomis dari energi yang dihasilkan kotoran manusia
sebenarnya tidak terlalu jauh. Kotoran hewan dapat menghasilkan energi sekitar 1,5 kali
lebih banyak dibandingkan tinja manusia. Jadi, apabila Bambang Suwignyo
mengemukakan sekitar 24 kilogram kotoran hewan ekuivalen dengan 1 liter minyak tanah,
untuk mendapatkan hasil yang sama diperlukan sekitar 36 kilogram tinja basah manusia.

KELEBIHAN
Bahan mudah diperolehh.
Biaya pengolahan minimum ( ekonomis )
Tidak merusak keseimbangan alam
Ramah lingkungan (tidak mencemari lingkungan)
Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

KEKURANGAN
Kurang edukasi untuk rakyat.
Akan menyebabkan inflasi bagi kaum tertentu karena LPG dan minyak tanah sudah tak
diperlukan
Bau yang tak sedap.

Alasan di konservasi
Karena sumber daya kotoran ini nantinya akan menggantikan SDA yang tak terbaharukan dan
dapat mengurangi tipisnya cadangan SDA negara.
Ketersediaan yang berlimpah sehingga dapat di kembangkan untuk penemuan2 baru yang
mempunyai basic sama yaitu kotoran manusia dan ternak.

Anda mungkin juga menyukai