Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI
2.1.1. Telinga Luar
Telinga luar meliputi daun telinga (pinna) dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari kulit dan tulang rawan elastin. Liang telinga
memiliki tulang rawan pada bagian lateral dan bertulang pada sebelah medial.
Seringkali terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan antara tulang dan
tulang rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan
terhadap liang telinga sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Liang
telinga berbentuk menyerupai huruf S dengan panjang sekitar tiga sentimeter. Pada
sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan
rambut sedangkan pada dua pertiga dalamnya hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen. (3)

Gambar 2.1 anatomi telinga

2.1.2 Telinga Tengah


Telinga tengah terisi udara dapat dibayangkan sebagai kotak dengan enam
sisi. Dinding posteriornya jauh lebih luas daripada dinding anteriornya sehingga
kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke arah
lateral ke arah umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit
pada bagian tengah.(3,4)
Telinga tengah berbentuk kubus dengan : (3,4)
 Batas lateral : membran timpani
 Batas anterior : tuba eustachius
 Batas inferior : bulbus jugularis
 Batas posterior : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars verikalis

3
4

 Batas superior : lantai fossa kranii media


 Batas medial : kanalis semisirkularis horizontalis, kanalis
fasialis, fenestra ovale, fenestra rotundum dan
promontorium
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida berlapis dua
yaitu bagian luar merupakan lanjutan epitel liang telinga dan bagian dalam dilapisi
oleh sel kubus bersilia, seperti mukosa saluran pernapasan. Pars tensa memiliki satu
lapisan lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan elastin yang
berjalan secara radier di luar dan sirkuler di dalam. Bayangan penonjolan bagian
bawah maleus pada membrab timpani disebut umbo. Dari umbo bermula suatu
refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu ke arah pukul 7 untuk membran
timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Serabut sirkuler dan radier
pada membran timpani pars tensa inilah yang menyebabkan refleks cahaya yang
berupa kerucut ini yang kita nilai. (5)
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus,
inkus, dan stapes. Tulang pendengaran dalam telinga tengah saling berhubungan.
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus
dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada fenestra ovale yang
berhubungan dengan kokhlea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran adalah
persendian. (4,5)
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Pada tempat ini terdapat
aditus ad antrum yang merupakan lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid. Tuba eustachius berfungsi untuk menjaga keseimbangan
tekanan udara dalam cavum timpani. Bagian lateral berupa dinding dari tulang dan
selalu terbuka, sedangkan dinding medial tersusun dari tulang rawan yang biasanya
menutup kecuali menelan, mengunyah, atau menguap.(3,4,5)

Gambar 2.2. anatomi telinga tengah


5

Gambar 2.3. anatomi membran timpani


2.1.3 Telinga dalam
Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut labirin.
Telinga dalam terdiri dari kokhlea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Labirin
(telinga dalam) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada
pars petrosus os temporal. Labirin terdiri dari (3,5)
 Labirin bagian tulang, terdiri dari kanalis semisirkularis, vestibulum,
dan kokhlea
 Labirin bagian membran, yang terletak di dalam labirin bagian tulang,
terdiri dari kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus, dan
duktus endolimfatikus serta kokhlea.
Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi
cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Di
dalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria
vaskularis dan diresirbsi pada sakkus endolimfatikus.(3,5)
Ujung atau puncak kokhlea disebut helikoterma yang menghubungkan
perilimfa skala timpani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang di kokhlea tampak
skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan skala
media berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membran reissner sedangkan
dasar skala media disebut membran basilaris yang terletak organ korti di dalamnya.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria dan pada membran basilaris melekat sel rambut dalam, sel rambut luar, dan
kanalis korti. Membran basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar
pada apeksnya (nada rendah). Terletak diatas membran basilaris dari basis ke apeks
adalah organ korti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme
saraf perifer pendengaran. Organ korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam
6

(3.000) dan tiga baris sel rambut luar (12.000). Ujung saraf aferen dan eferen
menempel pada ujung bawah sel rambut.
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel
rambut. Menutupi sel-sel rambut adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh
silia dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan akan
menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus
melalui suatu duktus sempit yang merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus.
Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus dengan makula sakulus.
Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis
memiliki satu ujung yang melebar yang membentuk ampula dan mengandung sel-
sel rambut krista dan diselubungi oleh lapisan gelatinosa yang disebut kupula.
Gerakan dari endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula
yang selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang
sel reseptor.(3,5)

Gambar 2.4. anatomi telinga dalam


2.1.4 Vaskularisasi telinga
Telinga dalam memperoleh pendarahan dari a.auditori interna (a.labirintin)
yang berasal dari a.serebelli anterior atau langsung dari a.basilaris yang merupakan
suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah
memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang tiga, yaitu : (3)
 Arteri vestibularis anterior yang memperdarahi makula utrikuli,
sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis
superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus
 Arteri vestibulokokhlearis yang memperdarahi makula sakuli, kanalis
semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta
putaran berasal dari kokhlea.
7

 Arteri kokhlearis yang memasuki mediolus dan menjadi pembuluh-


pembuluh arteri spiral yang memperdarahi organ korti, skala vestibuli,
skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis.
Aliran vena pada telinga dalam melalui tiga jalur utama. Vena auditori interna
berasal dari putaran tengah dan apikal kokhlea. Vena aquaduktus kokhlearis berasal
dari putaran basiler kokhlea, sakulus, dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus
inferior. Vena akquaduktus vestibularis berasal dari kanalis semisirkularis sampai
utrikulus. Vena ini mengikuti duktus dan masuk ke sinus sigmoid.(3)
2.1.5 Persarafan (inervasi) telinga
Persarafan telinga dari n.akustikus bersama n.fasialis masuk ke dalam porus
dari meatus akustikus internus dan bercabang dua sebagai n.vestibularis dan
n.kokhlearis. Pada dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibularis dan
pada mediolus terletak ganglion spiralis. (3,4)

2.2. FISIOLOGI
2.2.1 Fisiologi pendengaran
Sampai tingkat tertentu daun telinga adalah suatu pengumpul suara sementara
liang telinga karena bentuk dan dimensinya dapat sangat memperbesar suara dalam
rentang dua sampai empat KHz. Gelombang ini akan diteruskan ke telinga tengah
dengan menggetarkan membran timpani. Getaran ini akan diteruskan ke telinga
tengah dengan menggetarkan membran timpani. Getarani ini akan diteruskan melalrui
rangkaian tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, stapes) yang akan
mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale. Tulang-tulang pendengaran
akan meningkatkan efisiensi dari getaran sebanyak 1,3 kali dan perbandingan luas
permukaan membran timpani dan foramen ovale dan mengmplifikasi pendengarana
sebanyak 20 kali, energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan foramen ovale sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan
bergerak. Getaran diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfa
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion-ion bermuatan listrik dari badan sel. Untuk suara dengan frekuensi tinggi akan
menyebabkan defleksi dominan pada bagian basis dari membran basilaris sedangkan
untuk frekuensi sedang di tengah dan frekuensi rendah di apeks. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel-sel rambut sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
8

auditoris, kemudian dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran


di lobus temporalis (area broadman 41).(5,6)
2.2.2 Fisiologi keseimbangan
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan sekitarnya
tergantung dari input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ penglihatan,
dan organ proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di sistem saraf pusat sehingga akan menimbulkan gambaran mengenai keadaan
posisi tubuh pada suatu saat dan bagaimana mengatur posisi tubuh seperti yang
dikehendaki. Organ penglihatan menerima rangsangan melalui reseptor di retina yaitu
di makula lutea. Rangsang tersebut diteruskan melalui n.optikus (N.II) sampai ke
korteks visual di lobus oksipitalis. Fungsi penglihatan memberikan informasi tentang
posisi dan gerak tubuh serta lingkungan sekitar. Organ proprioseptif menerima
rangsang gerak melalui reseptor muskuloskeletal terutama di daerah leher yang
disalurkan melalui saraf spinal kemudian medula spinalis, medula oblongata,
thalamus dan berakhir di korteks sensoris (post sentralis). Organ vestibuler menerima
rangsangan gerak dari reseptor di labirin yaitu utrikulus, sakulus (makula) dan kanalis
semisirkularis (krista ampularis). Sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier
sedangkan sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya
terhadap percepatan sudut (perubahan dalam kecepatan sudut). Kemudian rangsang
tersebut disalurkan melalui n.vestibularis (N.VIII) ke medula oblongata dan berakhir
di korteks serebri girus temporalis superior dekat pusat pendengaran. Sebagian
rangsangan disalurkan langsung ke serebelum dan sebagian lagi ke medula spinalis
melalui traktus vestibulospinal menuju ke motor neuron yang menginervasi otot-otot
proksimal, kumparan otot leher dan otot punggung (postural). Sistem ini berjalan
dengan sangat cepat sehingga membantu mempertahankam keseimbangan tubuh.
Rangsang yang diterima oleh reseptor ketiga sistem tersebut disalurkam
melalui saraf perifernya ke sistem saraf pusat integrasi. Koordinasi antara ketiganya
dan beberapa pusat di otak seperti serebelum, ganglia basilaris, dan formatio
retikularis akan mempertahankan fungsi keseimbangan tubuh. Mekanisme kerjasama
ketiga organ sensorik dan susunan saraf pusat tersebut berlangsung secara involunter.
Mekanisme tersebut dapat berjalan sadar apabila dalam keadaan tertentu misalnya
berjalan diatas permukaan yang tidak rata, berlari, dan bermain ski. Dalam kehidupan
sehari-hari, mekanisme tersebut berjalan terus-menerus untuk mempertahankan tonus
otot-otot tubuh dan ekstremitas agar tubuh tetap dalam posisi tegak atau mengubah
posisi agar tidak jatuh pada keadaan tertentu. Susunan saraf pusat yang selalu
memberi perintah melalui jaras vestibulospinal untuk mengatur kontraksi otot dan
ekstremitas inferior untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. (6,7,8)
9

2.3 DEFINISI
Penyakit Meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo,
tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di
telinga. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak
mampu mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh adanya
hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum. Penyakit
ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861 dan dia yakin bahwa penyakit itu berada
dalam telinga. Namun para ahli saat itu menduga bahwa penyakit itu berada dalam
otak. Pendapat Meniere kemudian dibuktikan oleh Hallpike dan Cairn tahun 1938,
dengan ditemukannya hidrops endolimfa setelah memeriksa tulang temporal pasien
dengan dugaan menderita penyakit Meniere.(1)
Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian vertigo
adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar dapat
disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat
keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing
saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik
(nistagmus, unstable), gejala otonom seperti pucat, keringat dingin, mual, muntah,
dan pusing. (8)
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar
bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal
dari tubuh penderita itu sendiri (impuls sendiri). Namun tinnitus hanya merupakan
gejala, bukan penyakit, sehingga harus dicari penyebabnya.(8)
Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan pendengaran
yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan pendengaran pada penyakit
Meniere yang parah dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran secara permanen.
(1,2,8)

Gambar 2.5. Labirin pada Meniere’ disease


10

2.4 ETIOLOGI
Penyebab pasti Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai teori
termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang
menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan
autoimun. (9)
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh
terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Selain itu para ahli juga
mengatakan terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal ini
menurut para ahli dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Para peneliti juga
sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap kemungkinan lain penyebab
penyakit Meniere dan masing-masing memiliki keyakinan tersendiri terhadap
penyebab dari penyakit ini, termasuk faktor lingkungan seperti suara bising, infeksi
virus HSV, penekanan pembuluh darah terhadap saraf (microvascular compression
syndrome). Selain itu gejala dari penyakit Meniere dapat ditimbulkan oleh trauma
kepala, infeksi saluran pernapasan atas, aspirin, merokok, alkohol, atau konsumsi
garam berlebihan. Namun pada dasarnya belum ada yang tahu secara pasti apa
penyebab penyakit Meniere.(9)

2.5 PATOFISIOLOGI
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa
(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada
kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan
oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan
osmotik dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, jalan
keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut atau karena defek dari
sejak lahir).(9)
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan
bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga
dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran
serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh
dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali
namun penyembuhan ini tidak sempurna.(9)
11

Penyakit Meniere dapat menimbulkan : (9.10)


 Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah
Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel
rambut organ korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural
unilateral. Sel rambut vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes
kalori menunjukkan kemunduran fungsi. (9.10)
 Perubahan mekanisme telinga
Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan
utrikulus dan sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal
ditemukan perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan
ke dalam skala vestibuli terutama di apeks kokhlea (helikoterma). Sakulus
juga mengalami pelebaran yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada
awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat
meluas mengenai bagian tengah dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan
tejadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit ini.(9.10)
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala lain
bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut trias
Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf sensorineural fluktuatif terutama nada
rendah. Serangan pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo disertai rasa mual dan
muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan merasa berputar, mual dan
muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, kemudian
keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa seembuh tanpa obat dan gejala
penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua dan selanjutnya dirasakan
lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali. Pada penyakit Meniere, vertigonya
periodik dan makin mereda pada serangan-serangan selanjutnya.(11)
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan dalam
keadaan tidak ada serangan pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala lain yang
menyertai serangan adalah tinnitus yang kadang menetap walaupun diluar serangan.
Gejala lain yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh pada telinga.(11)
Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam dua puluh menit sampai dua jam atau
lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi periode remisi.
Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap serangan biasanya
disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga tidak dapat beraktivitas
dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan pulih kembali. Dari keluhan
vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit lainnya yang juga
12

memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibularis
atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ). (11)
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin
lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas sama
pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik dan
makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi
kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah
namun tidak berlangsung lama. (8,11)
Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar
serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus sering
didekripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging, berdengung,
dan denging dalam telinga. (1,8)
Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal
serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan
pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan
saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling mungkin melibatkan
semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum
terjadi pada frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak nyaman
dan sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh.(11)
Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan
tekanan udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan
toynbee.(1,8,11)
2.7 DIAGNOSIS
Kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit
Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus disingkirkan dalam
rangka menegakkan diagnosis yang akurat. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesis
yang sangat hati-hati. Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan kriteria
diagnosis : (1,9,11)
 Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada
telinga
 Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural
 Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N.VIII
 Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan
semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik
dengan intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler
serangan vertigo tidak periodik dan makin lama menghilang. Pada VPPJ,
keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang dirasakan
13

sangat berat dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak
berlangsung lama.
 Pemeriksaan Fisik
Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik
telinga kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat
disingkirkan dan dipastikan kelainan berasal dari telinga dalam misalnya
dari anamnesis didapatkan kelainan tuli saraf fluktuatif dan ternyata
dikuatkan dengan hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat mendiagnosis
penyakit Meniere, sebab tidak ada tuli saraf yang membaik kecuali pada
penyakit Meniere.
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit
Meniere adalah: (1,11)
 Pemeriksaan audiometri

Gambar 2.7. Audiogram pada penyakit Meniere

 Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan, untuk


mengetahui secara objektif kuantitas dari gangguan
keseimbangan pada pasien. Pada sebagian besar pasien
dengan penyakit Meniere mengalami penurunan respons
nistagmus terhadap stimulasi dengan air panas dan air
dingin yag digunakan pada tes ini.
 Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di
telinga dalam dengan cara merekam potensial aksi neuron
auditoris melalui elektroda yang ditempatkan dekat dengan
kokhlea. Pada pasien dengan penyakit Meniere, tes ini juga
14

menunjukkan peningkatan tekanan yang disebabkan oleh


cairan yang berlebihan pada telinga dalam yang
ditunjukkan dengan adanya pelebaran bentuk gelombang
bentuk gelombang dengan puncak yang multipel.
 Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya
normal pada pasien dengan penyakit Meniere, walaupun
terkadang terdapat penurunan pendengaran ringan pada
pasien dengan kelainan pada sistem saraf pusat.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang
disebut gadolinium spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika
ada bagian serabut saraf yang tidak terisi kontras
menunjukkan adanya neuroma akustik. Selain itu
pemeriksaan MRI juga dapat memvisualisasikan kokhlea
dan kanalis semisirkularis.

2.8 PENATALAKSANAAN
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila
perlu diberikan antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan
penyebabnya. Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :(11,14,15)
A. Diet dan gaya hidup
Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi sodium
pada plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal untuk
mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk mempertahankan
keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal menyesuaikan kapasitas untuk
kemampuan transport ion berdasarkan intake sodium. Penyesuaian ini
diperankan oleh hormon aldosteron yang berfungsi mengontrol jumlah
transport ion di ginjal sehingga akan memengaruhi regulasi sodium di
endolimfe sehingga mengurangi serangan penyakit Meniere.
Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet
rendah garam (2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor
yang mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan
dalam tubuh dapat merusak keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di
dalam telinga.
Garam natrium yang ditambahkam ke dalam makanan biasanya berupa
ikatan natrium klorida atau garam dapur, monosodium glutamat (vetsin),
natrium bikarbonat (soda kue), natrium benzoat (daging kornet). Pemakaian
15

alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin juga merupakan
stimulan vasoaktif dan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan penurunan
aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari telinga tengah.
Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala.
Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga
perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan
obat-obatan yang bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat
tinnitus.
Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras,
berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek tidak
bergerak, jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau muntah,
setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena
biasanya setelah serangan akan terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien
mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama beberapa jam untuk
memulihkan keseimbangan.
B. Farmakologi
Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer,
antihistamin, antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan
pada endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat
alternatif dan neurotonik untuk menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat
infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti asiklovir.
Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut
untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak
digunakan tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik
seperti prometazin tidak hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga
mengurangi gejala vertigo. Diuretik seperti tiazide dapat membantu
mengurangi gejala penyakit Meniere dengan menurunkan tekanan dalam
sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak makanan yang
mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika menggunakan
diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.
C. Latihan
Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem
vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi
dengan latihan yang teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya
menderita vertigo dapat diatasi dengan latihan yang intensif sehingga gejala
yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaan sehari-hari.(1,9,12)
16

Ada beberapa latihan, yaitu : canalit reposition treatment (CRT) / epley


manouver dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang
memerlukan seseorang untuk membantunya tapi ada juga yang dapat
dikerjakan sendiri. Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama
adalah CRT jika masih terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff exercise.

Gambar 2.8. canalit reposition treatment (CRT) / epley manouver

Gambar 2.9 brand-darroff exercise

D. Penatalaksanaan bedah
Operasi yang direkomendasikan bila serangan veertigo tidak terkontrol antara
lain :
o Dekompresi sakus endolimfatikus
Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan
menyebabkan kembali normalnya tekanan terhadap ujung saraf
vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang
terinfeksi dan air cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga
dalam. Insisi kecil dilakukan pada sakus endolimfatikus untuk
mengalirkan cairan ke rongga mastoid.
Secara keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi
terkontrol, 20% mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi
17

pendengaran tetap stabil namun jarang yang membaik dan tinnitus


tetap ada, 2% mengalami tuli total dan vertigo tetap ada.
o Labirinektomi
Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf
vestibulokokhlearis. Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan
air cell mastoid diangkat, bila telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan
labirin tulang diangkat. Setelah satu atau dua hari paskaoperasi, tidak
jarang terjadi vertigo berat. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian
obat-obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami periode
ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya telinga
yang normal mengambil alih seluruh fungsi keseimbangan. Operasi ini
menghilangkan fungsi pendengaran telinga.
o Neurektomi vestibuler
Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan
pilihan untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa.
Dilakukan insisi di belakang telinga dan air cell mastoid diangkat,
dilakukan pembukaan pada fossa durameter dan n.VIII dan dilakukan
pemotongan terhadap saraf keseimbangan. Pemilihan operasi ini mirip
labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan daerah
intrakranial, sehingga harus dilakukan pengawasan ketat paskaoperasi.
Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah 60 tahun yang sehat.
Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis
wajah sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan,
sekitar 85% vertigo dapat terkontrol.
o Labirinektomi dengan zat kimia
Merupakan operasi dimana menggunakan antibiotik (streptomisin atau
gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini
bertujuan mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit
Meniere, diberikan streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan
serangan vertigo dan pendengaran dapat dipertahankan.
o Endolimfe shunt
Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang
menganggap operasi ini merupakan plasebo
Ada dua tipe dari operasi ini yaitu:
a) Endolimfe subaraknoid shunt : dengan mempertahankan tuba
diantara endolimfe dan kranium
18

b) Endolimfe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara


sakus endolimfatikus dan rongga mastoid. (14,15)
2.9. PROGNOSIS
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak
fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini berbeda
untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu
hari hingga tahun. Pasien lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada
juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.(11,15)
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit. Sebaiknya
pasien dengan vertigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil, naik tangga
dan berenang.(11,15)

Anda mungkin juga menyukai