Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 5

ADMINISTRASI PAJAK

Disusun oleh :
1. I Wayan Aditya K.
2. Prisilia
3. Agustina
4. Pelitima

SMK NEGERI 1 KUALA KAPUAS


Tahun Pelajaran 2019/2020
1. Sejarah Pajak Penghasilan
Pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah
terdapat pada zaman Romawi Kuno, anatara lain dengan adanya pungutan yang
bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 sebelum masehi.
Pengenaan pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu Undang –
undang sebagai Income Tax baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Di
Amerika Serikat, pajak penghasilan untuk pertama kali dikenal di New Plymouth
pada tahun 1643, dimana dasar pengenaan pajak adalah “ a person’s faculty,
person faculties and abilities”. Pada tahun 1646 di Massachusett dasar pengenaan
pajak didasarkan pada “returs and again. “Tersonal faculty and abilities”secara
implisit adalah pengenaan pajak penghasilan atas orang pribadi, sedangkan “Retur
and gain” berkonotasi pada pajak penghasilan badan.
Tonggak – tonggak penting dalam sejarah pajak di Amerika Serikat adalah Undang
– Undang pajak Federal tahun 1861 yang selanjutnya telah bebrapa kali mengalami
tax reform, terakhir dengan Tax Reform Act tahun 1986. Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilan ( tax return ) yang dibuat pada tahun 1860-an berdasarkan
Undang – undang Pajak Federal tersebut telah dipergunakan sampai dengan tahun
1962.

2. Pajak Penghasilan PPH Pasal 25


Pajak penghasilan pasal 25 ( pph pasal 25 ) adalah pajak dibayar secara
angsuran. Tujuannya adalah meringankan beban wajib pajak , mengingat pajak
yang terutang harus dilunasi dalam satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan
sendiri dan tidak bisa diwakilkan.

3. Subjek Pajak Penghasilan


Subjek pajak penghasilan ( pph ) adalah warisan pajak yang menurut ketentuan
harus membayar, memotong, atau memungut pajak yang terutang atas objek pajak.
Subjek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi 2 ( dua ), yaitu : Subjek pajak
dalam negeri dan luar negeri. Subjek pajak dalam negeri berupa orang pribadi,
badan yang berkedudukan di Indonesia, dan warisan yang belum terbagi.

4. Objek Pajak Penghasilan


Objek pajak penghasilan ( pph ) adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau di peroleh wajib pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dipakai untuk konsumsi atau
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk
apapun. Objek pajak penghasilan dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga ) yaitu:
a. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan
b. Penghasilan yang sudah terkena pph final
c. Penghasilan yang merupakan objek pajak.

5. Pemotong Pajak Penghasilan PPh pasal 25


Pemotongan pajak adalah kegiatan memotong sebesar pajak yang terutang
dari keseluruhan pembayaran yang dilakukannya. Pemotongan dilakukan oleh pihak
– pihak yang melakukan pembayaran terhadap penerima penghasilan. Pihak
pembayar bertanggungjawab atas pemotongan dan penyetoran serta pelaporannya.
Seperti halnya PPh Pasal 25, pemotongan/ pemungutan tersebut merupakan
angsuran pajak. Untuk PPh dikreditkan pada akhir tahun, sedangkan PPN
dikreditkan pada masa diberlakunya pemungutan dengan mekanisme Pajak
Keluaran ( PK ) dan Pajak Masukan ( PM ).
Apabila pihak – pihak yang diberi kewajiaban oleh DJP untuk melakukan
pemotongan/ pemungutan tidak melakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
maka dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dan kenaikan 100%
.
6. Saat Terutang PPh Pasal 25
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah
tahun yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang teurtanh pajak
tahun lalu, yang dikurangi dengan :
Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1)
bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP ) dan Pasal
23 (15% berdasarkan dividen, bunga, royalt, dan hadiah serta 2% berdasarkan sewa dan
penghasilan lain serta imbalan jasa) serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal
22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP).

7. Tarif dan Perhitungan PPh Pasal 25


Terdapat (2) dua jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ( PPh Pasal 25
) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yaitu :
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu ( WP – OPPT), yaitu yang melakukan
usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa dengan satu atau leboh
empat usaha. PPh Pasal 25 bagi OPPT = 0.75 % × omzet bulanan tiap masing – masing
tempat usaha.
Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP-OPSPT), yaitu pekerja
bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT =
Penghasilan Kena Pajak (PKP) × Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).
Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah :
Sampai Rp 50.000.000 = 5 %
Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15 %
Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
Di atas Rp 500.000.000 = 30 %
Pembayaran angusuran PPh 25 untuk wajib pajak badan yaitu = Penghasilan Kena
Pajak (PKP) × 25% (Tarif pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).

Besarnya penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat
(1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal
23 (15% berdasrkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah serta 2 % berdasrka sewa dan
penghasilan lain serta imbalan jasa) serta pajal penghasilan yang dipungut sesuai pasal
22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP).
Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.
8. Studi Kasus dan Jurnalnya
PPh Badan PT. Royal Bali Cemerlang adalah sebagai berikut:
Tahun Takwim 2005 = Rp 3.000.000,00
( Lun-Sum 2006 = 3.000.000/12 = 250.000)
Tahun Takwim 2007 = Rp 3.600.000,00
(Lun-Sum 2007 = 3.000.000/12 = 300.000)
Sehingga di tahun 20017, setiap tanggal 09 bookkeeper PT. Royal Bali Cemerlang
mejurnal pengeluaran terseut seperti dibawah ini :

Jurnal PPh Pasal 25 masa Januari dan Februari 2007 :


No. Keterangan Debit (Rp) Kredit(Rp)
1. Uang Muka PPh 250.000
Kas Kecil 250.000

Jurnal PPh Pasal 25 masa Maret s/d Desember 2007:


No. Keterangan Debit(Rp) Kredit(Rp)
1. Uang Muka PPh 300.000
Kas Kecil 300.000

Mengapa antara Januari – Februari dengan Maret-Desember berbeda?


Karena PPh Pasal 29 Tahun 2006 baru dibayarkan 20 Maret 2007, sehingga bulan
Januari dan Februari 2007 masih memakai lun-sum Tahun 2006 yang dihitung
bersadarkan PPh Badan Tahun 2005.
Jika diringkaskan Daftar PPh Pasal 25 PT. Royal Bali Cemerlang Tahun 2007 menjadi
sebagai berikut:

PT. ROYAL BALI CEMERLANG


Daftar PPh Pasal 25
Tahun Takwim 2007
JURNAL
BULAN JUMLAH DEBIT KREDIT
Januari 250.000 Uang Muka PPh Kas
Februari 250.000 Uang Muka PPh Kas
Maret 300.000 Uang Muka PPh Kas
April 300.000 Uang Muka PPh Kas
Mei 300.000 Uang Muka PPh Kas
Juni 300.000 Uang Muka PPh Kas
Juli 300.000 Uang Muka PPh Kas
Agustus 300.000 Uang Muka PPh Kas
September 300.000 Uang Muka PPh Kas
Oktober 300.000 Uang Muka PPh Kas
November 300.000 Uang Muka PPh Kas
Desember 300.000 Uang Muka PPh Kas
TOTAL 3.500.000 Uang Muka PPh Kas
Sehingga diakhir tahun, Buku Besar : “Uang Muka PPh” akan seperti dibawah ini:

PT. ROYAL BALI CEMERLANG


BUKU BESAR: Uang Muka PPh
Per 31 Desember 2007
TANGGAL DEBIT KREDIT
Februari 9 250.000 -
Maret 9 250.000 -
April 9 300.000 -
Mei 9 300.000 -
Juni 9 300.000 -
Juli 9 300.000 -
Agustus 9 300.000 -
September 9 300.000 -
Oktober 9 300.000 -
November 9 300.000 -
Desember 9 300.000 -
Desember 30 300.000 -
SALDO 3.500.000 -
Sedangkan BUKU BESAR : “Kas Kecil” seperti di bawah ini:

PT. ROYAL BALI CEMERLANG


BUKU BESAR: Uang Muka PPh
Per 31 Desember 2007
TANGGAL DEBIT KREDIT
Februari 9 - 250.000
Maret 9 - 250.000
April 9 - 300.000
Mei 9 - 300.000
Juni 9 - 300.000
Juli 9 - 300.000
Agustus 9 - 300.000
September 9 - 300.000
Oktober 9 - 300.000
November 9 - 300.000
Desember 9 - 300.000
Desember 30 - 300.000
SALDO - 3.500.000

Nantinya, pada penutupan buku 31 Desember 2007, “Uang Muka ( PPh Pasal 25) akan
masuk ke Neraca di sisi “ Aktiva” pada kelompok “ Aktiva tetap” yang akan menjadi
penyeimbang “Kas Kecil” yang berkurang dengan jumlah yang sama yaitu Rp 3.500.000.

Anda mungkin juga menyukai