Anda di halaman 1dari 5

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak digunakan.

Metode ini
menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering
bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca,
pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam
larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010)

Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan merambat antara
partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari pemisahan secara
kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang menghasilkan garis-garis dengan jarak
ternentu.

Tinta hitam merupakan campuran beberapa warna. Kita dapat memisahkan campuran warna tersebut
dengan cara kromatografi. Pemisahan warna tinta dapat dilakukan seperti pada Gambar 18, dengan tahap-
tahap sebagai berikut:

- Tinta diteteskan pada ujung kertas saring (1,5 cm dari ujung)

- Tinta dibiarkan hingga mengering

- Ujung kertas saring dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas saring dipasang tegak

- Air akan merambat naik

- Tinta akan ikut merambat naik dan memisah menjadi beberapa

Warna ( Sukarmin , 2004)

Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan
menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT
dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan
menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang
digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada
kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT (Lenny, 2006)

Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan serbuk
selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang akan
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul polar. Alumina lebih disukai
untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan silica gel lebih
disukai untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam amino dan
gula.Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin juga dapat
digunakan sebagai adsorben (Soebagio, 2002).

Eluen pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan
susunan tertentu.Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang
tinggi. Terdapatnya sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan
kromatogram yang tidak diharapkan (Soebagio, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan media dalam KLT yang juga
mempengariuhi nilai Rf yaitu (Surmono, 1986):

1. Struktur kimia dan senyawa yang sedang dipisahkan


2. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya
3. Suhu dan kesetimbangan
4. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak
5. Derajat kejenuhan

Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika
menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana
dalam prosedur kromatografi lain, jika sampel yang digunakan terlalu banyak akan
menurunkan resolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara
otomatis lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan
ditotolkan lebih dari 15 µl. Tepi bagian bawah lempeng lapis tipis yang telah ditotolkan
sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak harus
dibawah lempeng bertotol sampel.
Menurut Gandjar dan Rohman( 2007),
III. Alat dan Bahan

III. Metode Praktikum

A. Alat dan bahan yang digunakan

Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah

a. Cahmber 2 buah

b. Plat KLT

c. Slinder Kaca

d. Pipet volume 25 mL

e. Pipet Tetes

f. Penotol 3 batang

g. Filler atau Sprayer

h. Mistar

i. Pensil

j. Benang

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah


a. Untuk Pemisahan ion Logam

Cuplikan yang mengandung ion –ion Pb2+, Mn2+, Hg2+

C. Pembahasan
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan distribusi dan
komponen diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau
gas). Prinsip kerjanya yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara
sampel dengan pelarut yang digunakan. Fase diam yang digunakan pada percobaan ini
yaitu berbentuk plat silika dengan fase gerak berupa larutan kombinasi antara gabungan
komposisi kloroform, aseton dan asam asetat. Campuran larutan ini dinamakan dengan
eluen. Semakin dekat kepolaran dengan sampel dan eluen, maka sampel akan terbawa
oleh fase gerak tersebut. ). Interaksi antara adsorben dengan eluen sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen sampel secara
kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluen

Larutan uji minyak kemiri diambil menggunakan pipa kapiler kemudian ditotolkan pada
plat. Plat yang digunakan merupakan plat silika yang memiliki ukuran panjang 5 cm, dan
lebar 1 cm. Pada ujung atas dan ujung bawah dari plat dibuat garis dengan menggunakan
pensil dengan ukuran 0,5 cm. Sehingga panjang jarak yang akan ditempuh oleh eluen
nantinya adalah sepanjang 4 cm.
Silika gel merupakan fase diam yang digunakan dalam pemisahan menggunakan
kromatografi lapis tipis. Rumus dari silika gel yaitu SiO 2.H2O. silika gel merupakan butiran
yang berpori. Pemotongan plat harus dilakukan secara hati-hati supaya tidak merusak
struktur dari plat silika yang akan digunakan. Plat silika merupakan lempengan berwarna
putih dan memiliki struktur yang berlubang dengan porositas yang tinggi yaitu sekitar 800
m2/gram. Oleh karena itulah silika dapat dimanfaatkan sebagai zat penyerap atau
pengering.
Selanjutnya plat kromatografi lapis tipis yang sudah ditotolkan dengan sampel
minyak kemiri dimasukkan ke dalam chamber atau bejana. Namun, dalam percobaan ini
digunakan alternatif berupa gelas beaker. Gelas beaker sudah diisi dengan campuran
larutan berupa eluen yang akan berperan sebagai fase gerak. Tepi bagian bawah
kromatografi lapis tipis yang telah ditotol sampel minyak kemiri dicelupkan ke dalam fase
gerak kurang dari 0,5 cm, karena jarak yang digaris menggunakan pensil sebelumnya
adalah 0,5 cm. Tinggi fase gerak di dalam chamber harus di bawah plat silika yang berisi
totolan sampel minyak kemiri.
Fase gerak atau eluen yang digunakan adalah larutan campuran Aseton yaitu
larutan tidak berwarna yang bersifat semi polar. Aseton (C3H6O) merupakan senyawa
dengan gugus karboksil berupa keton. Aseton memiliki viskositas 0,32 cP dengan
densitasnya 0,79 gram/cm3. HCl termasuk molekul polar densitas 1,18 g/cm3

Bila sampel telah ditotolkan, maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan


sampel ke dalam bejana kromatografi yang telah dijemuhi dengan uap fase gerak. Untuk
melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring. Jika fase
gerak telah mencapai ujung kertas saring, maka didapat fase gerak yang telah jenuh. Plat
kromatografi lapis tipis yang telah dicelupkan pada masing-masing fase gerak kemudian
diangkat dari beaker glass lalu dikeringkan. Selanjutnya disemprotkan dengan profil
alkohol. Penyemprotan dilakukan AGAR TERBENTUK NODA PADA PLAT kromatografi
lapis tipis.
Setelah kering maka akan ditentukan jarak Rf melalui bercak noda yang terdapat dalam
plat kromatografi lapis tipis. Bercak noda dientukan dengan spektrofotometri, sebab
setelah disemprotkan dengan reagensia pnyemprot tidak muncul bercak pada plat klt.
kemudian ditdai dengan penci puncak puncak yang muncul. bercak noda yang timbul
kemudian diukur dengan menggunakan penggaris lalu ditentukan nilai Rf.
Pada percobaan ini, didapatkan nilai Rf yang berbeda-beda dari tiap analit. Pada
penentuan nilai Rf pada ion logam, secara berturut-turut nilai Rf dari Pb2+, Mn2+, Hg2+,
dan campuran adalah 0,87 , 0,84 , 0,82 , dan 0,88.
Pada dasarnya, Nilai Rf menyatakan ukuran daya pisah suatu zat dengan metode
KLT. Nilai Rf tersebut ditentukan dengan membandingkan jarak noda yang dihasilkan dari
migrasi pelarutnya dengan jarak sample/ standar. Dimana jika nilai Rf nya besar berarti daya
pisah zat dengan eluenya maksimum sedangkan jika nilai Rf nya kecil berarti daya pisah zat
yang dengan eluenya minimum, atau apabila analit lebih menyukai fase gerak maka laju
alirnya (Rf) akan besar, dan sebaliknya bila analit menyukai fase diam maka laju alirnya (Rf)
akan kecil (like dissolved like), maka dapat kita ketahui nilai Rf lebih besar pada logam Zn
dibanding dengan Ni dan Zn.
Kesimpulan

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang sederhana
yang biasanya digunakan untuk identifikasi senyawa-senyawa organik. Pemisahan dengan
metode kromatografi lapis tipis dilakukan dengan cara menotolkan sampel pada lempengan
lapis tipis kemudian memasukkannya ke dalam chamber yang berisi eluen dengan
perbandingan pelarut tertentu. Prinsip dari kromatografi lapis tipis yaitu pemisahan
senyawa berdasarkan kepolaran fase diam dan senyawa yang diuji. NILAI RF

6.2 Saran

Daftar Pustaka

Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan
(Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida.FMIPA. Semarang

Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC
Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari

Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda
Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara

Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor & Francis Group, LLC.

Sukarmin. 2004. Materi dan Perubahannya. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan. Direktorat Jendral
Dasar dan Menegah. Departemen Pendidikan Nasional

David. 2010. Pengantar Kromatografi. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.

Gandjar I. G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gritter R. J., J. M. Bobbit dan E. S. Arthur. 1991. Pengantar
Kromatografi. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.
Handayani S., S. Sunartodan dan Kristianingrum. 2005. “Kromatografi Lapis Tipis untuk
Penentuan Kadar Hesperidin dalam Kulit Buah Jeruk”. Jurnal Penelitian Saintek. Vol 10 (1).
Kurniawan Y., dan Santosa. 2004. “Pengaruh JumLah Umpan dan Laju Alir Eluen Pada
Pemisahan Sukrosa dari Tetes Tebu Secara Kromatografi”. Jurnal Ilmu Dasar. Vol 5 (1).
Harborne.1987.”Metode Fitokimia”.Bandung : Penerbit ITB.
Khopkar. 2007. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : UI-Press.
Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLCRudi,L.
2010.Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari
Rohman, Abdul. 2009. “Kromatografi untuk Analisis Obat”. Graha Ilmu : Jakarta
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah
denganMetoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara
Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor & Francis
Group,LLC.
REPORT THIS AD

Soebagio. 2002. “Kimia Analitik II”. Malang : JICA.


Munson, James,W., 1991, “Analisis Farmasi”, Airlangga University Press, Surabaya
Roth, Herman, J., Blaschike, G., 1988, “Analisis Farmasi”, Gadjah Mada University
Press, Yogya
Sienko, Plane and Marcus, 1984, “Experimental Chemistry 6th Edition”.Mc Graw Hill
Book Co, Singapore
Sudjadi. 1986. “Metode Pemisahan”. UGM Press: Yogyakarta
Surmono, Rb. 1986. “Proses Aproasi”. Universitas Pancasila: Jakarta
Gritter J.R., James, M.B., (1991), “Pengantar Kromatografi”, Penerbit ITB, Bandung
Sastrohamidjojo, Dr.H., (1985),”Kromatografi”, Penerbit Liberty, Yogyakarta

Grab This Comment Form

Diposting oleh alip@art di 20.36


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Anda mungkin juga menyukai