Anda di halaman 1dari 7

Komunikasi dalam Aplikasinya di Pelayanan Kesehatan

Komunikasi merupakan proses yang sangat berarti dan istimewa dalam hubungan antar-manusia.
Dalam profesi keperawatan, komunikasi menjadi sangat bermakna karena menjadi metode utama
dalam mengimplementasikan proses pelayanan kesehatan. Dalam hal ini pelayanan kesehatan
memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus serta kepedulian social yang yang
mencangkup keterampilan intelektual, teknial, dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku
setiap individu dengan oranglain.

Pelayanan kesehatan yang memiliki keterampilan komunikasi terapeutik tidak saja akan mudah
membina hubungan saling percaya dengan klien, tetapi juga mencegah terjadinya masalah legal,
etik, selain itu dapat member kepuasan professional dalam pelayanan kesehatan dan
meningkatkan citra profesi pelayanan kesehatan serta citra rumah sakit dalam memberikan
pelayanan. Ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis, dan non-verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik.

Komunikasi Verbal

Komunikasi ini merupakan jenis yang lazim digunakan pelayanan keperawatan di sarana
pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, balai pengobatan atau puskesmas. Komunikasi verbal
adalah pertukaran informasi secara verbal terutama berbicara secara tatap muka ​(fase to fase).

Komunikasi verbal lebih akurat dan tepat waktu. Kata atau kalimat digunakan sebagai alat atau
symbol untuk mengekspresikan idea tau perasaan, membangkitkan respons emosional dan
memori, mengartikan objek, serta melakukan observasi. Selain itu, ucapan kata atau kalimat juga
dipakai untuk menyampaikan arti yang tersembunyi sekaligus sebagai sarana untuk menguji
minat seseorang.

Keuntungan komunikasi verbal dengan tatap muka di antaranya adalah memungkinkan tiap
individu untuk berinteraksi secara langsung, selain itu dapat dilakukan secara cepat dan
langsung, terhindar dari kesalahpahaman, dan informasi yang disampaikan jelas. Namun,
disamping memiliki kelebihan, jenis komunikasi juga memiliki kekurangan yaitu terkadang
dilakukan satu arah dari atasan kebawah (terdominasi), seperti pada rutin suatu kelompok yang
dipimpin oleh ketua kelompok yang dipimpin oleh ketua kelompok atau kepala ruangan rawat
inap, kolaborasi antara perawat atau bidan dengan dokter, konsultasi atau pelaporan keadaan
pasien melalu telepon, dan lain sebagainya.

Beberapa hal yang penting dalam berkomunikasi secara verbal menurut Ellis dan Nowlis (dalam
Nurjannah, I., 2001) adalah sebagai berikut.

1. Penggunaan bahasa.
Tingkat pendidikan klien, pengalaman, dan kemampuan berbahasa seperti bahasa Inggris,
bahasa Indonesia, dan lain-lain penting sekali dipertimbangan oleh konselor dalam
berkomunikasi. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi memerlukan kata-kata jelas,
ringkas, dan sederhana. Kejelasan dalam memilih kata-kata diperlukan agar kata-kata
yang digunakan tidak memiliki arti yang salah. Pesan yang ringkas menunjukkan
informasi yang dikirim singkat dan tanpa penyimpangan, sehingga dapat terhindar dari
kebingungan dalam membedakan sesuatu yang penting dan kurang penting. Sederhana
dalam memilih bahasa sangat dianjurkan dalam berkomunikasi.
2. Kecepatan.
Kecepatan dalam berbicara dapat mempengaruhi komunikasi verbal. Seseorang yang
dalam keadaan cemas atau sibuk, biasanya berbicara dengan sangat cepat dan lupa untuk
berhenti bicara, sehingga dapat menyebabkan pendengaran kesulitan dalam memperoses
pesan dan menyusun respons yang akan dibicarakan. Komunikasi verbal dengan
kecepatan yang sesuai akan memberikan kesempatan bagi pembicara untuk berpikir
jernih tentang apa yang diucapkan dan juga dapat menjadikan seseorang pendengat yang
efektif.
3. Nada suara (Voice tone).
Nada suara atau (voice tone) dapat menunjukkan gaya dan ekspresi yang digunakan
dalam bicara, selain itu juga dapat mempengaruhi arti kata. Pengaruh dari bicara dengan
suara yang keras akan berbeda dengan suara yang lembut atau lemah. Suara yang keras
akan menunjukkan seseorang berbicara sedang terburu-buru, tidak sabar, sindiran tajam
atau marah.
Salah satu komunikasi verbal yang penting dalam pelayanan kesehatan adalah interviu.
Interviu adalah pola komunikasi mempunyai tujuan spesifik, seperti mendapat riwayat
kesehatan klien, mengidentifikasi kebutuhan dasar klien dan faktor risiko, serta
menentukan perubahan spesifik dari tingkat kesehatan dan pola hidup klien.

Komunikasi verbal yang efektif harus memenuhi syarat-syarat berikut.


1) jelas dan ringkas
komunikasi yang efektif merupakan komunikasi dengan menggunakan kata-kata
sederhana, ringkas, dan langsung. Semakin sedikit kata yang digunakan maka
semakin kecil terjadinya kerancuan makna. Kejelasan dapat dicapai dengan
berbicaa lambat dan sejelas mungkin. Penggunaan contoh dapat menjadikan
penjelasan mudah dipahami. Pengulangan bagian yang penting juga merupakan
salah satu cara untuk memperjelas komunikasi. Penerima pesan perlu mengetahui
unsure-unsur seperti apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan dimana.
Misalnya “katakana, dimana anda merasakan nyeri?” kalimat ini lebih baik
daripada. “Saya iingin Anda menyampaikan kepada saya bagaimana yang Anda
rasakan sakit?”.
2) Perbendaharaan kata
Proses komunikasitidak akan berhasil, jika pengiriman pesan tidak mampu
memahami kata, ungkapan, dan bahasa. Ada berbagai istilah teknis yang
digunakan dalam pelayanan kesehatan, jika istilah ini digunakan oleh perawat
atau petugas kesehatan yang lain dalam berkomunikasi dengan klien, maka klien
akan menjadi binggung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari
informasi yang diberikan. Oleh karena itu, sampaikanlah pesan dengan istilah
yang dimengerti klien. Sebagai contoh, bidan “Berbaringlah, sementara saya akan
mengauskultasi abdomen Anda,” akan lebih baik jika bidan mengatakan
“Berbaringlah, saya akan mendengarkan usus Anda”.
3) Jelas dan kesempatan berbicara
Jeda yang lama dan pengalian yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin
akan menimbulkan kesan bahwa bidan sedang menyembunyikan sesuatu dari
klien. Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turun menentukan keberhasilan
komuikas verbal. Bidan sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga
kata-kata yang diucapkan menjadi lebih jelas. Jeda penting dilakukan untuk
memberikan penekanan pada hal-hal tertentu, selain itu juga memberikan waktu
kepada penerima kepada informasi untuk mendengarkan dan memahami arti dari
kata yang telah disampaikan. Jeda yang telah dapat dilakukan dengan memikirkan
terlebih dahulu kata-kata yang akan disampaikan sebelum kembali berbicara.
Bidan/perawat juga bisa menanyakan kepada klien apakah ia berbicara terlalu
lambat atau terlalu cepat dan apakah perlu untuk diulang atau tidak.
4) Arti denotative dan konotatif
Suatu kata dikatakan mempunyai arti denotative apabila memiliki pengertian yang
sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran,
perasaan, atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius akan dipahami
klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi tidak dengan
bidan/perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang
mendekati kematian. Pada saat berkomunikasi dengan klien, perawat/bidan harus
berhati-hati dalam memilih kata-kata sehingga tidak mudah disalahartikan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, jenis terapi, dan
kondisi.
5) Waktu dan relevansi
Waktu juga menentukan keberhasilan komunikasi. Waktu yang tepat sangat
penting diperlakukan agar komunikan mampu menangkap pesan. Bila klien
sedang sedih, menangis, atau kesakitan, maka bukan waktu yang tepat untuk
menjelaskan risiko operasi. Walaupun pesan secara tepat. Oleh karena itu,
pelayanan kesehatan harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
Begitu pula berkomunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang
disampikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien itu sendiri.
6) Humor
Sulliva dan Deane (dalam Purba, Jenny M., melalui situs
http://malstin2007.blogspot.com/2008/04/komunikasi-dalam-keperawatan.hmtl​)
Melaporkan bahwa humor dapat merangsang produksi hormone katekolamin dan
hormone lain yang dapat menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi
terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan, dan
juga dapat menutup rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidakmampuan
untuk berkomunikasi dengan klien. Dikatakan pula oleh Dugan (melalui artikel
sama) bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stress dan meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan
dalam member dukungan emosional terhadap klien.

Keuntungan komunikasi lisan ini adalah dapat dilakukan secara tepat, langsung,
dan jelas, serta terhindar dari kesalahpahaman. Kekurangan cara ini adalah dapat
dilakukan satu arah dari atasan ke bawah (terdominasi). Seperti contoh pada rutin
suatu kelompok yang dipimpin oleh ketua kelompok atau kepala ruangan rawat
inap, kolaborasi antara pelayanan kesehatan, konsultasi atau melaporkan keadaan
pasien melalui telepon, dan lain sebagainya.

Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalahkomunikasi yang disampaikan dengan cara tertulis.
Komunikasi ini mempunyai keuntungan di antaranya dapat dipersiapkan dengan
baik, dapat dibaca berulang-ulang, mempunyai bentuk tertentu, tidak
mengeluarkan biaya yang cukup banyak sehingga lebih hemat, dan lain
sebagainya. Namun, memiliki beberapa kekurangan yaitu memerlukan
pendokumentasian yang lebih banyak, kadang-kadang kurang jelas, dan respons
balik dari penerima pesan cukup memakan waktu.

Komunikasi Non-verbal
Komunikasi non-vebal adalah pemindahan pesam tanpa menggunakan kata-kata.
Komunikasi ini merupakan komunikasi yang menggunakan mimic,
gerak-gerakan, pantomime, dan bahasa isyarat.
Bahasa isyarat memerlukan keahlian atau pengalaman dalam mengartikan suatu
isyarat atau memiliki penafsiran yang baik. Komunikasi ini merupakan
komunikasi yang paling menyakinkan dalam penyampaian pesan kepada orang
lain. Kesalahan dalam memahamisuatu isyarat akan menimbulkan kesalahan
dalam penafsiran. Hal ini lebih diperburuk dengan adanya latar belakang yang
berbeda antara orang yang berkomunikasi. Misalnya, seorang pasien dating
kesuatu poliklinik. Pasien tersebut memiliki latar belakang bahasa yang berbeda
dengan petugas poliklinik, maka pada saat petugas ingin melakukan injeksi, dia
akan member isyarat kepada pasien dengan mengarahkan spuit kebokong. Jika
seorang klien yang mengalami sakit gigi akan menunjukkan mulutnya yang
tertutup dengan wajah ekspresi kesakitan.
Pelayanan kesehatan perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang
disampaikan klien, mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap sebuah pesan.
Pelayanan kesehatan yang mendeteksi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan
asuhan keperawatan klien melalui komunikasi non verbal .
Berikut ini adalah komunikasi non-verbal yang dapatdinilai dari klien.
a) Metakomunikasi
Metakomunikasi adalah suatu pendapat atau penilaian terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan yang
ada pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pengirim dan penerima.
b) Penampilan individu (self performance)
Bentuk tubuh, cara berpakaian, dan cara berhias menunjukkan
kepribadian, status social, pekerjaan, agama, budaya, dan konsep diri
seseorang. Penampilan seseorang merupakan hal pertama yang
diperhatiakan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% kesan terhadap seseorang
adalah berdasarkan penampilannya, seperti yang telah dikatakan Lalli
Ascosi (dalam Potter dan Perry, 1993). Pelayanan kesehatan penampilan
diri dapat menimbulkan citra diri profesionalyang positif.
c) Intonasi suara
Intonasi suara terkadang mempunyai dampak yang salah bagi perawat.
d) Ekspresi wajah
Ekspresi ini sering digunakan sebagai dasar yang penting dalam
menentukan pendapat interpersonal. Hasil suatu penelitian menunjukkan
ada enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah, yaitu
terkejut, takut, marah, jijik, senang, dan sedih. Kontak mata sangat penting
dalam melakukan komunikasi interpersenonalperawat sebaiknya tidak
memandang kebawah ketika sedang berbicara dengan klien. Oleh karena
itu,sebaiknya pembicaraan dilakukan dalam posisi duduk sehingga kontak
mata dengan klien dilakukan selama berbicara dikatakan sebagai orang
yang dipercaya dan mampu menjadi pengamat baik.
e) Sikap tubuh dan langkah
Pelayanan kesehatan dalam memosisikan dan mengatur tubuh serta
langkahnya dapat menggambarkan sikap, emosi, konsep diri, dan keadaan
fisik. Pelayan kesehatan dapat mengumpulkan informasi yang bermanfaat
dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah seseorang
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor fisik, rasa nyeri, mengkonsumsi
obat tertenu, fraktur, atau kondisi lemah.
f) Sentuhan
Sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu kllien, sehingga harus
dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati (dalam Purba, Jenny M., melalui
situs
http://malstin2007.blogspot.com/2008/04/komunikasi-dalam-keperawatan.
html​)

Anda mungkin juga menyukai