Anda di halaman 1dari 11

Kasus Resiko Perilaku Kekerasan

Oleh:

 Arinta Dwi Komala


 Tri Puji Wahyuni

I. ANALISA KASUS

Pemicu 6

Seorang laki-laki, 27 tahun, dirawat di rumah sakit jiwa dengan alasan memukul bapaknya.
Hasil pengkajian pasien ingin menang sendiri, sensitif terhadap teguran, cepat emosi dan
mudah tersinggung, cenderung menyerang.

1.1 Apakah masalah keperawatan yang dialami keluarga pasien

No. Data Masalah Keperawatan


1. DO:
- Ingin menang sendiri Resiko Perilaku
- Sensitive terhadap teguran Kekerasan terhadap
- Cepat emosi Orang Lain
- Mudah tersinggung
- Cenderung menyerang
DS:
- Memukul bapaknya
- Klien laki-laki berumur 27 tahun

1.2 Data tambahan apa yang harus didapatkan dari pasien dan keluarga

Kategori Data Tambahan


Tanda dan Gejala - Muka merah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan

1
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit, berteriak
- Mengancam secara verbal atau fisik
- Merusak barang atau benda
- Tidak memiliki kemampuan
mengendalikan perilaku kekerasan
Faktor resiko - Akses pada senjata
- Perilaku impulsive
- Bahasa tubuh negative
- Pola ancaman kekerasan
- Pola perilaku kekerasan antisosial
- Perilaku bunuh diri
Populasi beresiko - Riwayat penganiaayaan pada masa
kanak-kanak
- Riwayat penyalahgunaan zat
- Riwayat menyaksikan kekerasan dalam
keluarga
Kondisi terkait - Gangguan fungsi kognitif
- Gangguan psikosis

1.3. Buatlah pohon masalah keperawatan pada kasus pasien

Resiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain

Koping individu tidak efektif

2
II. LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Kasus

Seorang laki-laki, 27 tahun, dirawat di rumah sakit jiwa dengan alasan memukul
bapaknya. Hasil pengkajian pasien ingin menang sendiri, sensitif terhadap teguran, cepat
emosi dan mudah tersinggung, cenderung menyerang.

2.2 Proses terjadinya masalah :


2.2.1 Definisi Resiko Perilaku Kekerasan

Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain didefinisikan sebagai rentan


melakukan perilaku individu menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan orang lain
secara fisik, emosional, dan/ atau seksual (herdman & kamitsuru, 2018). Sedangkan
menurut Keliat & Akemat (2007) perilaku kekerasan merupakan salah satu respons
marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan
atau merusak lingkungan. Respons perilaku klien dengan perilaku kekerasan dapat
merugikan dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Sehingga dalam panduan
diagnosis nanda perilaku kekerasan diabagi ke dalam dua diagnosis yaitu resiko
perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan resiko perilaku kekerasan terhadap diri
sendiri.

2.2.2 Tanda dan gejala


Tanda dan gejala klien dengan resiko perilaku kekerasan harus dideteksi sejak
dini, agar respon perilaku klien tidak menimbulkan kerugian terhadap diri sendiri,
oranglain maupun lingkungan. Data perilaku kekerasan dapat diuji melalui observasi
atau wawancara, menurut keliat, dkk (2007) terdapat tanda sebagai berikut.
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar

3
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancaam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/benda orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan.

Perumusan diagnosis resiko perilaku kekerasan dapat dilakukan jika


pasien saat ini tidak melakukan kekerasan, tetapi pernah melakukan kekerasan
dan belum mempunyai kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku
kekerasan.

2.2.3 Proses terjadinya masalah

Klien melakukan kekerasan kepada bapaknya dengan memukul, klien pernah


melakukan kekerasan dan sulit mengontrol perilaku kekerasan. Hal ini menunjukkan
bahwa klien memiliki kecendrungan resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain.
Diagnosis ini didukung oleh data pengkajian bahwa pasien terlihat dan bersikap ingin
menang sendiri, sensitif terhadap teguran, cepat emosi dan mudah tersinggung,
cenderung menyerang

2.3 Data yang perlu dikaji :

Kategori Data Tambahan


Tanda dan Gejala - Muka merah dan tegang
- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Bicara kasar
- Suara tinggi, menjerit, berteriak
- Mengancam secara verbal atau fisik
- Merusak barang atau benda

4
- Tidak memiliki kemampuan
mengendalikan perilaku kekerasan
Faktor resiko - Akses pada senjata
- Perilaku impulsive
- Bahasa tubuh negative
- Pola ancaman kekerasan
- Pola perilaku kekerasan antisosial
- Perilaku bunuh diri
Populasi beresiko - Riwayat penganiaayaan pada masa
kanak-kanak
- Riwayat penyalahgunaan zat
- Riwayat menyaksikan kekerasan dalam
keluarga
Kondisi terkait - Gangguan fungsi kognitif
- Gangguan psikosis

2.4 Pohon masalah dan prioritas diagnosa keperawatan:

Resiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain

Koping individu tidak efektif

2.5 Rencana tindakan keperawatan :

2.5.1 Bina hubungan saling percaya


2.5.2 Diskusikan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan klien di masa
sekarang dan masa lalu
2.5.3 Diskusikan perasaan, tanda, gejala yang dialami klien jika terjadi penyebab
perilaku kekerasan

5
2.5.4 Diskusikan ke klien mengenai akibat perilaku kekerasan yang dilakukan klien
saat marah.
2.5.5 Bantu klien mengendalikan kemarahan secara fisik
2.5.6 Bantu klien mengendalikan kemarahan secara social/verbal
2.5.7 Bantu klien mengendalikan kemarahan secara spiritual
2.5.8 Bantu klien mengendalikan kemarahan secara patuh minum obat

2.6 Referensi

Herdman, H. ., & Kamitsuru, S. (Eds.). (2018). NANDA International Nursing Diagnosis:


Definitions & Classification 2018-2020 (10th ed.). Oxford: Willey Blackwell.
Keliat, B.A & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

6
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KOMUNIKASI KEPERAWATAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Seorang laki-laki, 27 tahun, dirawat di rumah sakit jiwa dengan alasan memukul
bapaknya. Hasil pengkajian pasien ingin menang sendiri, sensitif terhadap teguran,
cepat emosi dan mudah tersinggung, cenderung menyerang.

Data obyektif Data subyektif


Klien adalah laki-laki berusia 27 tahun Klien merasa menang sendiri
Klien memukul bapaknya Klien sensitif terhadap teguran
Klien tampak cepat emosi dan mudah
tersinggung,
Klien cenderung mudah menyerang.

2. Diagnosis keperawatan
Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain.
3. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis pk yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari pk yang dilakukannya
e. pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan pkny
f. Pasien dapat mencegah aau mengontrol perilaku kekerasannya lewat kegiatan
fisik, spiritual, sosial, dan psikofarmaka

4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diskusikan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan klien di masa
sekarang dan masa lalu
c. Diskusikan perasaan, tanda, gejala (fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan
intelektual) yang dialami klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
d. Diskusikan ke klien mengenai perilaku kekerasan yang dilakukan klien saat
marah secara :
 Verbal
 Terhadap diri sendiri
 Terhadp orang lain
 Terhadap lingkungan
e. Diskusikan kepada klien mengenai akibat perilaku kekerasan yang dilakukan
f. Diskusikan ke klien mengenai cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan
cara :
 Fisik
 Obat
 Sosial/verbal
 Spiritual
g. Bantu klien mengendalikan kemarahan secara fisik;

7
 Lapisan napas dalam dan pukul bantal
 Susun jadwal untuk mengungkapkan marah secara verbal
h. Bantu klien mengendalikan kemarahan secara sosial/verbal
 Bantu klien mengungkapkan rasa marah secara verbal ;menolak dan
meminta dengan cara yang baik, mengungkapkan perasaanya dengan
baik
 Susun jadwal mengungkapkan rasa marah dengan verbal
i. Bantu klien untuk mengendalikan kemarahan secara spiritual
 Melakukan kegiatan ibadah yang bisa dilakukan
 Buat jadwal latihan untuk beribadah dan berdoa
j. Bantu klien mengendalikan kemarahan secara patuh minum obat
 Bantu klien minum obat dengan prinsip lima benar disertai dengan
penjelasan mengenai kegunaan obat, dan akibat berhenti meminum
obat
 Susun jadwal teratur klien meminum obat

B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya ners tri puji, perawat komunitas dari
puskesmas beji yang sedang bertugas di daerah ini. Sebelumnya boleh saya tahu nama
bapak?. Bapak sukanya dipanggil siapa? Kalau adik, namanya siapa ?

b. Evaluasi
Bagaimana kabarnya hari ini mas ? Sekarang bagaimana perasaan mas? Masih ada
perasaan kesal atau marah kah mas?

c. Validasi
Oh gitu ya mas, kalau misalnya lagi marah atau kesel biasanya mas melakukan apa?.
Kalau misalnya masnya marah biasanya adik ngapain?

d. Kontrak:
Topik : baiklah kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah dan kesal
yang dialami mas ini
Waktu : berapa lama kira kita kita bisa berbincang bincang? 20 menit bagaimana?
tempat : kita diskusi disii aja ya mas? Bagaimana?
Tujuan : nah nanti agar mas bisa ngontrol dan mengendalikan perasaan marah mas.

Kerja
1. Pengkajian
 Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

8
Mas biasanya kalau mas marah itu saat dalam kondisi yang seperti apa? Apa yang
menyebabkan mas merasa marah? Sebelumnya apakah mas sudah pernah marah? Kalau iya
penyebabnya apa ? Sama tidak penyebabnya dengan sekarang?. Oh jadi ada dua penyebabnya
ya mas.
 Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Nah saat marah, biasanya apa yang mas rasakan? Apakah jantung mas serasa berdetak
kencang? Apakah mas merasang rahang menguat, mata melotot, dan tangan terkepal?
 Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
Setelah itu apa yang mas lakukan? Oh jadi mas mencoba memukul seseorang dan melempar
gelas?
 Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Oh gitu ya pak? Nah menurut mas, kalau misalnya marah seperti ini bisa mengurangi
rasa marah tidak? Apakah dengan melempar gelas maka mas akan bisa minum kopi
sambil rokok? Nah menurut mas apa kerugiannya kalau misalnya saat marah harus
sampai seperti itu? Iya benar nanti malah bapak atau adik mas takut dan kopinya juga
tidak bisa diminum karena dilempar gelasnya kan.

2. Diagnosis
Menurut bapak ada tidak cara mengungkapakan marah dengan cara yang baik? Nah
kita akan belajar untuk cara mengelola marah agar tidak menimbulkan kerugian ya.

3. Intervensi
 Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
Nah jadi ada beberapa cara untuk mengendalikan rasa marah agar tidak menimbulkan
kerugian mas. Ini dapat dilakukan secara fisik, verbal, spiritual, dan obat mas.
 Membantu pasien mempraktikkan latihan cara mengontrol relaksasi fisik: tarik nafas
dalam, pukul bantal dan kasur, senam dan jalan-jalan
Nah jadi kalau misalnya kita ingin mengendalikan rasa marah dengan cara fisik kita bisa
melakukan dengan cara tarik nafas dalam, pukul bantal dan kasur, senam dan jalan-jalan mas.
Kalau misalnya mas sedang marah mas tarik nafas dalam. Nah cara tarik napas dalam seperti
ini mas. Mas posisikan diri senyaman mungkin, kemudian mas tarik napas dalam-dalam dari
hidung, tahan seentar lalu keluarkan lewat mulut dengan perlaha-lahan seperti mas
mengeluarkan rasa kemarahan mas. Nah yuk kita latihan. 1 2 3 4 5.
 Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
risiko perilaku kekerasan
Nah bagus mas, sudah melakukannya selama 5 kali.
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Untuk mengendalikan rasa marah yang dialami mas, kita buat jadwal harian yuk untuk menulis
kegiatan –kegiatan yang bisa mas lakukan saat marah. Pertama- tama dengan cara tarik nafas
dalam, pukul bantal dan kasur, senam dan jalan-jala. Nah mas bisa memasukkan kegiatan
ibadah ini ke dalam jadwal kegiatan harian mas.
 Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal: mengungkapkan
perasaan, meminta dengan baik dan menolak dengan baik
Nah sekarang kita diskusi mengenai cara bicara yang baik untuk mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara berbicara dan mengungkapkan perasaan dengan baik. Jadi ada tiga car
untuk mengendalikan marah dengan seseorang yang sudah membuat kita marah, caranya yaitu
:
 Meminta dengan baik tanpa marah dan nada membentak.
 Menolak dengan baik
 Mengungkapkan perasaan kesal
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

9
Nah sekarang kita diskusi mengenai cara bicara yang baik untuk mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara melakukan kegiatan sesuai agama dan
 Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara melakukan kegiatan sesuai
agama dan kepercayaan yang dianut
Nah sekarang kita diskusi mengenai cara bicara yang baik untuk mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara melakukan kegiatan sesuai agama dan kepercayaan mas. Kegiatan
ibadah apa saja yang biasanya dilakukan oleh mas? Wahh bagus itu mas mendengarkan nasyid.
Nah coba kalau misalnya masl lagi marah mas bisa melakukan teknik napas dalam, kalau masih
belum bisa mas bisa mendengarkan nasyid. Kalau selain nasyid ada tidak kegiatan ibadah apa
saja yang biasanya dilakukan oleh mas saat marah? Oh mendengarkan murottal ya, bagus itu
mas.
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nah mas bisa memasukkan kegiatan ibadah ini ke dalam jadwal kegiatan harian mas.
 Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat 8 benar
Nah sekarang kita diskusi mengenai cara bicara yang baik untuk mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara dengan minum obat 8 benar. Sebelumya mas sudah pernah meminum
obat untuk mengontrol rasa marah?oh dari dokter ya, berapa macam obat yang mas konsumsi?
Kapan waktu meminumnya? Bagus mas, jam berapa biasanya mas minum?
Nah jadi obatnya ada tiga macam mas, namanya itu cpz, thp, hlp mas. Cpz itu yang berwarna
orange agar pikiran kita bisa tenang. Hlp yang merah jambu berfungsi agar rasa marah kita
berkurang, sedangkan yang bewarna thp yang putih itu agar mas merasa rileks, dan tidak
tenggang.
Nah sebelum meminum obat, mas nanti liat dulu label obatnya, berapa dosis yang harus
diminum dan kapan saja waktu meminumnya. Baca juga apakah nama obatnya benar.
Usahakan untuk selalu meminum obat apabila mas merasa masih belum bisa mengendalikan
rasa marah, jangan pernah berhenti meminum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter karena
bisa menimbulkan kekambuhan.
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nah mas bisa memasukkan kegiatan ibadah ini ke dalam jadwal kegiatan harian mas.

Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaannya setelah kita berdiskusi mas? Apakah mas merasa jauh lebih
paham atau ada sesuatu yang ingin ditanyakan ?

Evaluasi objektif
Coba mas tadi sebutkan apa saja hal yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan
perasaan marah?
Kalau misalnya dengan cara fisik, apa saja contoh kegiatannya?
Kalau misalnya dengan cara verbal, apa saja contoh kegiatannya?
Kalau misalnya dengan cara kegiatan ibadah, apa saja contoh kegiatannya?
Kalau misalnya dengan cara minum obat, apa saja contoh kegiatannya?

Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan):
Nah tadi kita telah banyak berdiskusi banyak cara mengendalikan marah ya mas. Jadi
kalau bapak mau, dua minggu lagi saya akan kemari untuk berdiskusi lagi dengan ibu
tentang upaya-upaya tersebut bu jika ibu bersedia atau bapak bisa berkunjung ke
puskesmas.

10
2. Kontrak yang akan datang
Topik : nah nanti kita akan berdiskusi mengenai cara mengendalikan marah saat saya
kesini lagi ya mas
Waktu : saya akan kesini 3 hari lagi

3. Salam terapeutik
Saya pamit dulu mas. Selamat pagi

11

Anda mungkin juga menyukai