Anda di halaman 1dari 18

PENGAUDITAN II

PENYELESAIAN PENGUJIAN SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN:

PENGAUDITAN AKUN-AKUN TERPILIH

OLEH :

KELOMPOK 1

1. Ni Putu Sathya Darmayanti (1707532041)


2. Ni Nyoman Mira Miladeny (1707532043)
3. Made Ayu Riski Meinanda K (1707532048)
4. I da Ayu Made Sinta Widiari (1707532073)
5. Ni Komang Dela Yanti (1707532074)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
PENYELESAIAN PENGUJIAN SIKLUS PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN:

PENGAUDITAN AKUN-AKUN TERPILIH

A. Jenis Akun\

Dalam siklus pembelian dan pembayaran ada beberapa akun-akun yang terkait
didalamnya, yaitu :

Aset Beban Liabilitas


Kas Harga Pokok Penjualan Utang Usaha
Persediaan Beban Sewa Utang Sewa
Perlengkapan Pajak Kekayaan Utang Pajak Kekayaan
Properti, mesin dan peralatan Pajak Penghasilan Utang Beban lain
Hak paten, merk dagang, copy Beban Asuransi Utang Pajak Penghasilan
right
Sewa dibayar Beban penasehat hukum dan
dimuka audit

Pajak dibayar dimuka Beban Pensiun


Asuransi dibayar dimuka Beban listrik, air dan gas
Dari akun akun diatas , Dalam bab ini akan dibahas persoalan-persoalan audit yang
berkaitan hanya untuk beberapa akun terpilih, yaitu audit atas 1) Properti, mesin, dan
peralatan, 2) Beban dibayar di muka, 3) Utang lain-lain dan 4) Akun-akun pendapatan dan
beban

B. Pengauditan atas Properti, Mesin dan Peralatan

Aset tetap (property dan peralatan) adalah asset yang diharapkan memiliki umur
lebih dari satu tahun, digunakan dalam bisnis, dan tidak ditujukan untuk dijual kembali.
Tujuan untuk menggunakan aset sebagai bagian dari operasi bisnis klien dan taksiran umur
penggunaan lebih dari satu tahun adalah karakteristik utama yang membedakannya dari
aset-aset seperti persedian, beban dibayar dimuka, dan investasi. Pembelian properti, mesin
dan peralatan terjadi melalui siklus pembelian dan pembayaran.

Karena pengauditan atas akun-akun properti, mesin dan peralatan serupa satu sama
lain, digunakan satu contoh yaitu akun peralatan, untuk melukiskan pendekatan untuk
mengaudit ketiga tipe aset tetap tersebut.

1
Akun-akun terkait dengan Peralatan

Akun-akun yang biasanya digunakan dan berkaitan erat dengan peralatan dilukiskan
pada gambar beriku :

Pendebetan atas peralatan timbul dari siklus pembelian dan pembayaran.


Karena sumber pendebetan dalam akun aset adalah jurnal pembelian, sistem akuntansi
biasanya sudah diuji untuk mencatat penambahan yang terjadi dalam periode ini ke
akun peralatan sebagai bagian dari pengujian siklus pembelian dan pembayaran.
Namun demikian, karena penambahan peralatan relatif jarang terjadi, sering melibatkan
julmah rupiah yang besar, dan perlu mendapat pengawasan khusus, seperti misalnya
persetujuan dari dewan komisaris, maka auditor biasanya memutuskan untuk tidak
terlalu mengandalkan pada pengujian tersebut sebagai bukti pendukung penambahan
aset tetap.

Catatan akuntansi yang utama untuk peralatan dan properti, mesin dan peralatan
lainnya biasanya adalah master file aset tetap. Master file meliputi suatu catatan rinci
untuk setiap unit peralatan dan jenis properti lain yang dimiliki. Setiap catatan dalam
file mencakup suatu deskripsi tentang aset yang bersangkutan, tanggal pembelian,
harga perolehan, depresiasi tahun ini dan akumulasi depresiasi untuk peralatan yang
bersangkutan.

Akun-akun atas peralatan dan aset aset tetap lainnya, berbeda dari audit atas
akun-akun yang tergolong aset lancar, karena tiga alasan berikut:

a. Pembelian peralatan dalam suatu periode biasanya tidak begitu sering.

2
b. Jumlah rupiah dari setiap pembelian biasanya material.
c. Peralatan biasanya dibukukan dan berada dalam catatan akuntansi selama
beberapa tahun.

Taksiran umur aset lebih dari setahun menimbulkan akun beban depresiasi dan
akumulasi depresiasi.

Dalam mengaudit akun peralatan dan akun-akun terkait, akan sangat bermanfaat
apabila dilakukan pemisahan pengujian menjadi beberapa kategori berikut:

1. Melaksanakan prosedur analitis


Ada beberapa prosedur analitis yang sering digunakan untuk peralatan
a Membandingkan beban depresiasi dibagi dengan harga perolehan kotor dengan
tahun lalu(tahun sebelumnya).
b Membandingkan akumulasi depresiasi dibagi dengan harga perolehan kotor
peralatan dengan tahun lalu(tahun sebelumnya).
c Membandingkan beban perbaikan dan pemeliharaan, beban perlengkapan, beban
peralatan kecil tahunan dengan tahun sebelumnya.
d Memandingkan biaya manufaktur kotor dibagi dengan suatu pengukur produksi
dengan tahun lalu. (Peralatan menganggur atau telah dilepas tetapi tidak dihapus
dari pembukuan)
2. Memeriksa pembelian peralatan periode ini

Perusahaan harus mencatat dengan benar penambahan (pembelian) yang


terjadi pada tahun ini, karena aset akan mempunyai dampak jangka panjang dalam
laporan keuangan.Tujuan Audit Saldo:

a. Pembelian tahun berjalan yang tercantum dalam daftar pembelian cocok dengan
jumlah pada berkas induk(master file) yang terkait, dan jumlah totalnya cocok
dengan buku besar.
b. Pembelian tahun berjalan sebagaimana tercantum dalam daftar pembelian
memang benar ada(keberadaan)
c. Pembelian yang ada(terjadi) telah dicatat
d. Pembelian tahun berjalan yang tercatat dihitung dengan akurat
e. Pembelian tahun berjalan yang tercatat diklasifikasikan dengan tepat
f. Perolehan tahun berjalan dicatat dalam periode yang benar(pisah batas)

3
g. Klien memiliki hak kepemilikan dan perolehan tahun berjalan
3. Memeriksa pelepasan peralatan periode ini

Tujuan utama auditor dalam verifikasi atas penjualan, pertukaran atau


penghentian pemakaian aset, adalah untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat
bahwa semua pelepasan telah dicatat pada jumlah yang tepat. Prosedur berikut
seringkali digunakan untuk memverifikasi pelepasan:

a) Menelaah apakah ada aset yang baru menggantikan aset yang ada(aset lama).
b) Menganalisa keuntungan dan kerugian akibat pelepasan aset dan pendapatan
lain- lain yang diterima akibat pelepasan aset.
c) Menelaah modifikasi pabrik dan perubahan lini produk, pajak-pajak property,
atau penutupan asuransi atas adanya penghapusan peralatan.
d) Tanya jawab(wawancara) dengan manajemen dan pelaksana produksi mengenai
kemungkinan pelepasan aset.
4. Memeriksa saldo akhir dalam akun aset
Dua tujuan auditor dalampengauditan saldo akhir akun peralatanmeliputi
penentuan bahwa:
a. Semua peralatan fisik yang ada dibukukan pada tanggal neraca
b. Semua peralatan yang dimiliki telah dibukukan.

Pada waktu merancang pengujian audit untuk memenuhi tujuan-tujuan di atas,


pertama-tama auditor harus mempertimbangkan pengendalian internal untuk peralatan.
Idealnya auditor bisa menyimpulkan bahwa pengendalian internal cukup efektif yang
memungkinkan auditor untuk mengandalkan pada saldo akun yang dibawa dari tahun
sebelumnya. Pengendalian penting meliputi penggunaan master file untuk aset-aset
tetap individual, pengawasan fisik yang memadai atas aset yang mudah dipindah-
pindahkan(seperti komputer, peralatan kecil dan kendaraan), pemberian nomor
identifikasi aset yang diletakkan pada setiap aset , dan penghitungan fisik aset secara
periodik serta merekonsiliasinya yang dilakukan oleh personil dari bagian akuntansi.
Metode yang formal dari bagian akuntansi untuk menginformasikan semua pelepasan
aset tetap juga merupakan pengendalian yang penting atas aset yang dibawa dari tahun
sebelumnya ke tahun ini.

4
5. Memeriksa beban depresiasi

Beban depresiasi adalah satu dari sedikit akun beban yang tidak diverifikasi
sebagai bagian dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.
Tujuan audit saldo terpenting untuk beban deprsiasi adalah ketelitian. Auditor fokus
pada penentuan apakah klien mengikuti kebijakan depresiasi yang konsisten dari periode
ke periode dan apakah perhitungan klien sudah benar. Dalam menentukan hal tersebut,
auditor harus mempertimbangkan empat hal, yaitu:

a. Masa manfaat aset yang dibeli pada periode ini


b. Metode depresiasi
c. Taksiran nilai residu
d. Kebijakan depresiasi aset pada periode pembelian dan pelepasan.
6. Memeriksa saldo akhir dalam akumulasi depresiasi

Pendebetan atas akun akumulasi depresiasi pada umumnya diuji sebagai bagian
dari audit pelepasan asset dan kreditnya diverifikasi sebagai bagian dari beban
depresiasi. Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam pengauditan atas saldo akhir
dalam akumulasi depresiasi :

a) Akumulasi depresiasi sebagaimana tercantum dalam master file properti cocok


dengan buku besar.Tujuan ini dapat dicapai dengan menguji kebenaran
penjumlahan vertikal akumulasi depresiasi dalam master file properti dan
menelusurnya ke buku besar.
b) Akumulasi depresiasi dalam master file adalah akurat

Dalam hal tertentu, masa manfaat bisa berkurang secara signifikan karena
terjadinya penurunan permintaan konsumen atas produk, penurunan fisik yang tak
terduga, modifikasi dalamoperasi , atau perubahan lainnya. Karena kemungkinan-
kemungkinan tersebut, auditor harus mengevaluasi kecukupan cadangan untuk
akumulasi depresiasi setiap tahun untuk memastikan bahwa nilai buku tidak lebih tinggi
dari nilai bersih aset bisa direalisasi.

C. Pengauditan Beban di Bayar di Muka


Beban dibayar di muka, tagihan di muka, dan aset tak berwujud adalah aset yang
umurnya bervariasi dari hitungan bulan sampai bertahun-tahun. Yang termasuk katagori ini
adalah:

5
a. Sewa dibayar d. Hak paten g. Beban
dimuka e. Asuransi dibayar ditangguhkan
b. Biaya organisasi dimuka h. Copyright
c. Pajak dibayar f. Merek dagang i. Goodwill
dimuka
i. Gambaran Umum Asuransi di Bayar di Muka
Akun yang biasanya digunakan untuk asuransi dibayar di muka dan hubungan
antara asuransi dibayar di muka dan siklus akuisisi dan pembayaran dengan mendebet
akun asuransi dibayar di muka.
ii. Pengendalian Internal
Pengendalian internal untuk asuransi dibayar di muka dan biaya asuransi dapat
dibagi menjadi tiga kategori: pengendalian akuisisi dan pencatatan asuransi,
pengendalian register asuransi, dan pengendalian pencatatan beban asuransi.
Pengendalian atas pembelian dan pencatatan asurani adalah bagian dari siklus
pembelian dan pembayaran. Konsisten dengan prosedur-prosedur yang telah dibahas
untuk siklus tersebut, otorisasi yang tepat untuk polis asuransi yang baru dan
pembayaran premi asuransi adalah pengendalian yang amat penting. Register asuransi
adalah suatu catatan polis-polis asuransi yang sedang berjalan dan tanggal akhir
berlakunya setiap polis asuransi.
iii. Pengujian Audit
Melalui audit asuransi dibayar di muka dan beban asuransi, auditor harus selalu berpikir
bahwa jumlah dalam beban asuransi adalah nilai sisa (residual). Residual ini berasal
dari saldo awal pada asuransi dibayar di muka, pembayara premi selama tahun tersebut
dan saldo akhirnya.Auditor biasanya melakukan prosedur analitis ini untuk asuransi
dibayar di muka dan biaya asuransi:
a. Membandingkan total asuransi dibayar di muka dan beban asuransi dengan tahun-
tahun sebelumnya.
b. Membandingkan rasio asuransi dibayar di muka ke beban asuransi dan
membandingkannya dengan tahun-tahun sebelumnya.
c. Membandingkan masing-masing cakupan polis asuransi pada skedul asuransi yang
diperoleh dari klien dengan skedul tahun sebelumnya sebagai pengujia pengurangan
kebijakan tertentu atau perusahaan cakupan asuransi.

6
d. Membandingkan perhitungan saldo asuransi dibayar di muka untuk tahun berjalan
berdasarkan masing-masing polis dengan tahun sebelumnya sebagai pengujian atas
kesalahan perhitungan.
e. Review kewajaran cakupan asuransi pada skedul asuransi dibayar di muka bersama
pegawai klien atau pegawai asuransi.
1. Polis Asuransi dalam Daftar Asuransi Dibayar di Muka Benar-benar Ada dan
Semua Polis yang Berlaku Tercantum dalam Daftar (Keberadaan dan
Kelengkapan)
Pengujian atas keberadaan dan penghapusan polis asuransi dari skedul klien dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Menguji sampel faktur asuransi dan polis sebagai perbandingan dengan skedul.
b. Melakukan konfirmasi atas informasi asuransi dari agen asuransi perusahaan.
2. Klien Memiliki Hak atas Semua Polis Asuransi yang Tercantum dalam Daftar
Asuransi Dibayar di Muka (Hak)
Pihak yang akan menerima keuntungan bila klaim asuransi diajukan dinyatakan
sebagai pihak yang memiliki hak. Review atas polis asuransi untuk menentukan pihak
yang berhak atas klaim selain klien merupakan pengujian yang baik untuk memeriksa
ada tidaknya utang yang tidak dicatat dan asset yang digadaikan.
3. Jumlah yang Dibayar di Muka dalam Daftar adalah Akurat dan Totalnya telah
Dijumlah dengan Benar dan Cocok dengan Buku Besar (Ketlitian dan Kecocokan
Saldo)
Pengujian audit untuk melakukan verifikasi terhadap akurasi asuransi dibayar di
muka juga meliputi verifikasi jumlah premi asuransi, lama periode asuransi, dan alokasi
premi atas asuransi yang belum jatuh tempo. Jumlah premi untuk suatu polis tertentu dan
jangka waktu pertanggunjawaban dapat diperiksa pada saat yang sama dengan
memeriksa faktur premi atau dengan mengirim konfirmasi ke agen asuransi. Daftar polis
asuransi dibayar dimuka dapat diperiksa penjumalahan vertikalnya dan totalnya ditelusur
ke buku besar untuk merampungkan pencocokan saldo.
4. Beban Asuransi yang Berkaitan dengan Asuransi Dibayar di Muka telah
Digolongkan dengan Benar (Penggolongan)
Penggulogan yang benar pada berbagai akun beban asuransi yang berbeda harus
direview sebagai pengujian atas laporan laba-rugi. Dalam hal tertentu, akun beban yang
tepat cukup jelas karena jenis asuransinya, seperti misalnya asuransi untuk

7
mempertanggungjawabkan sejenis peralatan namun dalam situasi lain dibutuhkan
pengalokasian.
5. Transaksi Asuransi Dicatat pada Periode yang Tepat (Pisah Batas)
Transaksi Asuransi Dicatat pada Periode yang Tepat (Pisah Batas). Pisah batas
untuk akuisisi asuransi biasanya bukan masalah penting karena jumlah polis tidak
banyak dan jumlahnya tidak material. Apabila auditor melakukan pengujian pisah batas
atas pembelian asuransi, hal itu biasanya dilakukan auditor sebagai bagian dari
pengujian pisah batas utang usaha.
D. Pengauditan Beban Terutang
Kategori ketiga dalam siklus akuisisi dari pembayaran adalah utang akrual, yaitu
estimasi kewajiban yang belum dibayarkan atas jasa atau keuntungan yang telah diterima
sebelum tanggal neraca. Banyak utang akrual merupakan utang masa depan untuk jasa yang
belum dibayarkan, tetapi sebenarnya belum berutang pada tanggal neraca. Utang sejenis
lainnya adalah :
1. Utang Gaji
2. Utang Pajak penghasilan karyawan
3. Utang Bonus Pimpinan
4. Utang Komisi
5. Utang Honorarium Profesional
6. Utang Sewa
7. Utang Bunga

Tipe kedua adalah beban terutang yang menyangkut estimasi dimana jumlah yang
terutang belum dapat ditentukan, seperti kewajiban yang timbul sehubungan dengan pajak
penghasilan dimana ada kemungkinan yang masuk akal bahwa jumlah pajak penghasilan yang
dilaporkan bias berubah setelah Kantor Pajak mengaudit pajak yang seharusnya dibayar
perusahaan. Utang garansi dan utang beban pension merupakan contoh lain yang termasuk
dalam tipe kewajiban.

Periksaan atas beban terutang berbeda-beda tergantung pada sifat beban terutang dan
situasi klien yanhg bersangkutan. Pada kebanyakan audit, pemeriksaan atas beban terutang
hanya memakan waktu yang tidak begitu banyak. Namun, dalam situasi lain, akun-akun seperti
utang pajak penghasilan, utang garansi, dan utang beban pension, kadang-kadang material dan
membutuhkan pertimbangan audit yang memadai.

8
Pengauditan Pajak Kekayaan Terutang

Sumber pendebetan adalah jurnal pengeluaran kas, maka pembayaran pajak properti
sudah diuji melalui pengujian transaksi siklus akuisisi dan pembayaran.

Saldo dalam akun pajak kekayaan terutang adalah jumlah residual dari saldo awal akun-
akun pajak kekayaan terutang, ditambah pajak kekayaan periode ini, dikurangi dengan
pembayaran kas yang dilakukan pada periode ini. Oleh karena itu, tekanan pengujian harus
dilakukan atas saldo akhir akun pajak kekayaan terutang dan pembayaran. Dua hal di bawah
ini merupakan hal penting, yaitu:

a. Properti yang diperhitungkan pajak akrualnya berada dalam skedul akrual. Pajak
kekayaan terutang tercantum dalam daftar beban-beban terutang. Tidak mencantumkan
pajak kekayaan yang terutang akan meny6ebabkan utang pajak kekayaan menjadi
kurang saji.
b. Pajak properti akrual dicatat secara akurat. Auditor perlu memperhatikan konsistensi
perlakuan akrual dari tahun ke tahun (akurasi).

Auditor menggunakan dua pengujian utama untuk menguji apakah semua utang beban
telah dimasukka. Auditor memeriksa jumlah pajak kekayaan terutang bersamaan dengan audit
atas pembayaran pajak kekayaan tahun ini. Dalam kebanyakan audit, biasanya hanya terjadi
sedikit transaksi pembayran pajak kekayaan, tetapi setiap pembayaran seringkali material, dan
oleh karenanya perlu diperiksa satu per satu. Auditor juga perlu membandingkan jumlah pajak
kekayaan terutang tahun ini dengan tahun sebelumnya.

9
Auditor biasanya memulai pemeriksaannya dengan meminta daftar pembayaran pajak
kekayaan kepada klien dan kemudian membandingkan setiap pembayaran dengan daftar tahun
yang lalu. Daftar asset tetap juga perlu diperiksa untuk memeriksa kemungkinan adanya
penambahan dan pelepasan asset yang bias mengurangi pajak terutang. Semua kekayaan
perusahaan yang terkena pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku, harus dimasukkan ke
dalam daftar.

E. Pengauditan Pendapatan dan Beban

Untuk menentukan apakah akun pendapatan dan beban dalam laporan keuangan sudah
disajikan dengan wajar sesuai GAAP, Auditor harus mengecek apakah masing-masing dari total
pendapatan dan beban sudah dimasukkan dalam laporan laba/rugi dan laba bersih tanpa salah
saji material. Dua konsep berikut dalam audit akun pendapatan dan beban merupakan hal
penting dalam mempertimbangkan tujuan laporan laba/rugi:

a. Kesesuaian antara periode pendapatan dan beban diperlukan untuk menentukan hasil
yang benar.
b. Penerapan prinsip akuntansi yang konsisten dalam beberapa periode penting untuk
perbandingan.

Pendekatan untuk Pengauditan Akun-Akun Pendapatan dan Beban

Audit akun pendapatan dan beban langsung terkait dengan neraca dan bukan bagian
terpisah dari proses audit. Audit akun pendapatan dan beban berkaitan dengan audit pada
bagian lain. Bagian dari audit yang langsung memengaruhi akun-akun ini adalah:

1. Prosedur Analitis.

Prosedur analitis harus dipandang sebagai bagian dari pengujian kewajaran


penyajian, baik untuk akun,akun neraca maupun akun-akun laba rugi.

Prosedur Analitis Kemungkinan kesalahan penyajian


Membandingkan beban-beban individual Lebih saji atau kurang saji dalam saldo
dengan tahun yang lalu suatu akun beban.
Membandingkan saldo asset dan liabilitas Lebih saji atau kurang saji dalam suatu
individual dengan tahun yang lalu saldo akun asset yang juga akan
mempengaruhi akun laba-rugi.

10
Membandingkan beban individual Kesalahan penyajian akun beban dan
dengan anggran akun asset yang terkait.
Membandingkan persentase laba kotor Kesalahan penyajian harga pokok
dengan tahun lalu penjualan dan persediaan
Membandingkan rasio perputaran(turn- Kesalahan penyajian harga pokok
over) persediaan dengan tahun yang lalu. penjualan dan persediaan
Membandingkan beban asuransi dan Kesalahan penyajian beban asuransi
asuransi dibara dimuka dengan tahun dan asuransi dibayar dimuka
yang lalu.
Membandingkan beban komisi dibagi Kesalahan penyajian beban komisi dan
dengan penjualan dengan tahun yang lalu beban komisi terutang
Membandingkan beban manufaktur Kesalahan Penyajian beban manufaktur
individual dibagi dengan total biaya individual dan akun neraca terkait.
manufaktur dengan tahun yang lalu

2. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.

Baik pengujian pengendalian maupun pengujian substantif atas transaksi


berdampak simultan terhadap verifikasi akun neraca dan laporan laba/rugi.

3. Pengujian perincian saldo-analisis beban.

Analisis akun beban adalah pemeriksaan yang dilakukan auditor atas dokumen-
dokumen pendukung transaksi individual dan jumlah yang membentuk rincian dari
total suatu akun beban. Dokumen-dokumen sama jenisnya dengan yang telah diuraikan
dan digunakan untuk pengujian transaksi sebagai bagian dari pengujian transaksi
pembelian, termasuk misalnya faktur, laporan penerimaan barang, order pembelian dan
kontrak-kontrak pembelian.

F. Pengauditan Rinci Saldo Akun

Sejumlah saldo akun merupakan akibat dari pengalokasian data akuntansi dan bukan
merupakan transaksi tersendiri. Beban seperti itu misalnya depresiasi, dan amortisasi
copyright. Pengalokasian overhead pabrik menjadi persediaan dan harga pokok penjualan
adalah contoh tipe lain pengalokasian yang mempengaruhi beban.

11
Pengalokasian penting karena hal tersebut mempengaruhi apakah suatu pengeluaran
merupakan aset atau beban periode ini. Apabila klien gagal mengikuti standar akuntansi
keuangan atau gagal menghitung kesalahan penyajian material. Pengalokasian beban seperti
depresiasi aset tetap dan amortisasi copyright diperlukan karena aset memiliki masa manfaat
lebih dari setahun. Biaya perolehan asli dari suatu aset diverifikasi pada saat pembelian,
tetapi penyusutan terjadi selama bertahun-tahun.

Tipe lain pengalokasian yang langsung mempengaruhi laporan keuangan timbul


karena aset berumur pendek masih belum terpakai seluruhnya pada tanggal neraca. Dalam
pengauditan pengalokasian pengeluaran seperti misalnya asuransi dibayar dimuka dan
overhead pabrik, dua pertimbangan penting yang harus diperhatikan auditor adalah ketaatan
pada standar akuntansi keuangan dan dan konsistensi dengan periode sebelumnya.

a. Mengamati Perhitungan Persediaan Fisik Klien

Prosedur ini diwajibkan apabila persediaan merupakan ha1 yang material bagi
laporan keuangan sebuah perusahaan. SAS 1 (AU 331.09), piutang dan persediaan,
menyatakan bahwa dari pengujian substantive ini auditor akan memperoleh
pengetahuan langsung mengenai efektifitas perhitungan persediaan klien serta tingkat
keandalan yang dapat diberikan atas asersi manajemen sehubungan dengan kuantitas
dan kondisi fisik persediaan.
b. Penetapan Waktu Dan Luas Pengujian

Penetapan waktu tergantung pada system persediaan yang dianut klien dan
efektifitas pengendalian internal. Dalam system persediaan periodic, kuantitas ditentukan
melalui perhitungan fisik,dan semua perhitungan telah ditentukan pada tanggal tertentu
yangmendekati tanggal neraca. Dalam system persediaan perpektual dengan
pengendalian internal yang efekif, perhitungan fisik dapat dilakukan dan dibandingkan
dengan catatan persediaan pada tanggal interim. Dalam kasus ini prosedur ini dapat
dilakukan selama atau setelah akhir periode yang diaudit.

c. Rencana Perhitungan Persediaan

Perhitungan persediaan fisik dilakukan sesuai dengan rencana atau daftar


intruksi, yang mencakup hal-hal seperti :

1) Nama karyawan yang bertanggung jawab untuk mengawasi perhitungan persediaan

12
2) Tanggal perhitungan
3) Lokasi-lokasi yang dihitung
4) Intruksi terinci mengenai perhitungan akan dilakukan
5) Penggunaan dan pengendalian label persediaan bernomor urut serta lembar ikhtisar
6) Ketentuan mengenai penangangan penerimaan,pengirman dan perpindahan barang
7) Pemisahan atau identitikasi barang yang bukan milik klien.
d. Melaksanakan Pengujian
1) Meneliti kecermatan para karyawan klien mengikuti rencana perhitungan
persediaan.
2) Memastikan bahwa semua barang dagang telah diberi label.
3) Menentukan label persediaan bernomor urut dan lembar kompilasi telah
dikendalikan dengan semestinya.
4) Melakukan pengujian perhitungan dan menelusuri kuantitas.
5) Mewaspadai wadah-wadah yang kosong yang mungkin ada.
6) Mewaspadai persediaan barang yang rusak dan usang.
7) Menilai kondisi umum persediaan.
8) Mengidentifikasi dokumen penerimaan dan pengiriman terakhir yang digunakan.
9) Mengajukan pertanyaan tentang eksistensi barang persediaan yang lambat
pergerakannya.
e. Persediaan Yang Ditentukan Dengan Sampel Statistik

Perhitungan ini harus diamati apabila dianggap perlu sesuai dengan situasinya.
Selain itu auditor harus memperoleh bukti mengenai kelayakan metode yang digunakan
untuk menentukan kuantitas yang diperlukan.

f. Pengamatan Persediaan Awal

Auditor mungkin akan ditunjuk sesudah persediaan awal dihitung atau diminta
untuk memberikan laporan mengenai laporan keuangan dari satu atau lebih periode
sebelumnya. Jika sebelumnya klien belum pernah diaudit, maka auditor dapat
memperoleh kepuasan audit dengan menelaah ikhtisar perhitungan yang pernah
dilakukan klien, menguji transaksi persediaan sebelumnya, dan menerapkan pengujian
laba kotor terhadap persediaan.
g. Dampak Terhadap Laporan Auditor

13
Apabila bukti yang mencukupi belum diperoleh sehubungan dengan persediaan
awal atau auditor tidak bisa mengamati perhitungan persediaan akhir, maka auditor
dilarang untuk mengeluarkan laporan audit satndar.

h. Aplikabilitas Pada Asersi

Seperti konfirmasi piutang usaha, pengamatan perhitungan persediaan oleh


klien juga berlaku pada banyak asersi. Pengujian ini merupakan sumber bukti yang
utama tentang eksistensi persediaan. Di samping itu, pengujian ini juga berhubungan
dengan asersi – asersi berikut :

Asersi Penjelasan
Kelengkapan Kuantitas yang melebihi catatan perpetual
menunjukkan bahwa catatan tidak lengkap.
Penilaian atau alokasi Kuantitas yang diamati merupakan dasar
untukmengkompilasi total nilai dolar dalam
ikhtisar persediaan. Barang yang rusak dan
usang yang diamati dapat dinilai sebesar nilai
realisasi bersih.

Namun pengamatan tidak dapat memberikan bukti mengenai asersi hak dan
kewajiban karena barang yang ada di tangan mungkin disimpan menurut kontrak
konsinyasi, atau untuk kemudahan salah satu pelanggan yang sudah memegang hak
milik.
i. Pengujian Klien atas Akurasi Daftar Persediaan

Setelah perhitungan fisik dilakukan, klien menggunakan label atau lembar


perhitungan persediaan untuk menyusun atau mengkompilasi daftar semua barang yang
dihitung. Harga barang – barang persediaan itu kemudian dicantumkan untuk
mendapatkan total nilai dolar persediaan yang ada ditangan. Karena daftar ini menjadi
dasar bagi klien untuk membuat setiap ayat jurnal yang diperlukan dalam menyesuaikan
persediaan yang tercatat agar sesuai dengan yang ada di tangan, auditor harus melakukan
penujian klerikal tertentu untuk memastikan bahwa daftar itu akurat dan menyajikan
secara akurat hasil perhitungan fisik. Pengujian klerikal atas akurasi meliputi perhitungan

14
kembali total yang tampak dalam daftar persediaan dan memverifikasi akurasi perkalian
antara kuantias dengan harga per unit atas dasar pengujian.
j. Pengujian Penetapan Harga Persediaan

Pengujian ini mencakup pemeriksaan atas dokumentasi pendukung baik untuk


harga pokok maupun nilai pasar persediaan. Jadi, pengujian ini terutama berhubungan
dengan asersi penilaian atau alokasi. Pengujian ini juga menyangkut penentuan bahwa
prosedur penetapan harga yang digunakan konsisten dengan yang digunakan dalam
tahun – tahun sebelumnya. Review atas catatan persediaan perpetual dan pengajuan
pertanyaan kepada klien harus memungkinkan auditor untuk menentukan baik dasar
maupun metode penetapan harga yang digunakan dalam menetapkan harga kuantitas
persediaan. Sebaliknya, konsistensi penetapan harga ini, dapat ditetapkan dengan melihat
kembali kertas kerja tahun sebelumnya dalam audit yang berulang dan / atau laporan
keungan sebelumnya.
k. Pengujian Harga Pokok Persediaan Yang Diproduksi

Sifat dan luas pengujian penetapan harga barang dalam proses dan barang jadi
yang dilakukan auditor tergantung pada realibilitas catatan akuntansi biaya klien dan
metode yang digunakan oleh klien dalam mengakumulasikan biaya – biaya tersebut.
Apabila asersi klien mengenai sifat persediaan berhubungan dengan hal – hal yang sangat
bersifat teknis, auditor mungkin memerlukan bantuan para pakar dari luar. Sebagai
contoh, hal ini mungkin saja terjadi, dalam perusahaan minyak yang memiliki mutu
minyak dan pelumas yang berbeda, atau pada took perhiasan yang memiliki permata
dengan karat yang berbeda dan jam tangan hiasan permatanya berlainan.
l. Mengkonfirmasi Persedian Pada Lokasi – Lokasi Di Luar Entitas
Apabila persediaan klien disimpan di gudang atau pada jasa penyimpan
(custodian) luar, maka auditor harus memperoleh bukti mengenai eksistensi persediaan
itu melalui komunikasi langsung dengan si penyimpan. Jenis bukti ini akan dianggap
memadai kecuali bila jumlah yang terlibat merupakan proposi yang signifikan dari
aktiva lancar atau total aktiva. Dalam kasus ini, AU 331.14 menyatakan bahwa auditor
harus menerapkan satu atau lebih dari prisedur – prosedur berikut ini :
1) Pengujian prosedur pemilik untuk menyelidiki penjaga gudang dan mengevaluasi
kinerja penjaga gudang.
2) Mendapatkan laporan akuntan independent mengenai prosedur pengendalian yang
diterapkan penjaga gudang berhubungan dengan penyimpanan barang dan, jika ada,

15
penjaminan tanda terima, atau menerapkan prosedur alternative atas gudang untuk
mendapatkan keyakinan yang layak bahwa informasi yang diterima dari penjaga
gudang dapat diandalkan.
3) Mengamati perhitungan fisik barang, jika praktis dan layak.
4) Jika tanda terima gudang sudah dijaminkan sebagai agunan, maka konfirmasikam
kepada pemberi pinjaman mengenai rincian yang berkaitan dengan tanda terima
yang dijaminkan itu (atas dasar pengujian jika tepat).
m. Memeriksa Perjanjian Dan Kontrak Konsinyasi
Auditor juga harus mengajukan pertanyaan kepada manajemen tentang semua
barang yang disimpan atas dasar konsinyasi. Jika barang disimpan atas dasar
konsinyasi, maka syarat –syarat dalam perjanjian itu harus diperiksa.
n. Pengujian Rincian Saldo: Estimasi Akuntansi

Tanggung jawab auditor atas kualitas terbatas hanya sebagai pengamat yang
telah cukup memperoleh informasi mengenai hal itu. Ini berarti bahwa auditor hanya
diharapkan menentukan apakah persediaan sudah berada dalam kondisi siap dijual,
digunakan atau dikonsumsi, dan apakah ada barang yang usang, lambat bergerak, atau
rusak. Auditor memperoleh bukti mengenai kondisi umum atau keusangan dengan :

1) Mengamati perhitungan persediaan yang dilakukan klien


2) Melakukan scanning atas catatan persediaan perpetual untuk mengetahui barang –
barang yang lambat bergerak
3) Menelaah laporan produksi pengendalian mutu

Selain itu, auditor juga dapat menggunakan pengalamannya sebatas yang


memungkinkan dan menelaah penjualan persediaan setelah akhir tahun untuk
menentukan kewajaran harga pokok bila dibandingkan dengan harga jual sesudahnya.
Misalnya, auditor biasanya akan :

1) Membandingkan harga pokok barang – barang persediaan dengan catalog penjualan


tahun berjalan.
2) Menelaah perputaran persediaan setelah akhir tahun
3) Mempertimbangkan apakah perubahan dalam biaya pengganti merupakan indicator
berubahnya kondisi pasar
4) Mengajukan pertanyaan kepada klien mengenai persediaan yang lambat bergerak
dan usang serta nilai persediaan yang dapat direalisasi melalui penjualan

16
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Haryono Al. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi 2. Yogyakarta : Unit
Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

17

Anda mungkin juga menyukai