Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PERISTIWA 11 KASUS KECELAKAAN KERJA

Jika ditinjau dari faktor penyebab kecelakaan kerja, penyebab dasar kecelakaan
kerja adalah human error. Dalam hal ini, kesalahan terletak pada baik pada operator,
metode saat pengerjaan, alat yang digunakan saat pengerjaan dan kekuatan ketahanan
suatu bangunan dan kekuatan tanah dalam menopang alat berat. Menanggapi
kecelakaan yang telah berulang terjadi dalam 6 bulan di tempat yang berbeda sehingga
menewaskan dan luka – luka beberapa orang, sebaiknya sang operator kendaraan
bersikap lebih hati-hati serta teliti yaitu dengan benar-benar memastikan posisi – posisi
ketika melakukan pergeseran/penggerakan alat berat, Selain alat yang digunakan untuk
menggunakan telah terkalibrasi dan kekuatan alat pengangkut dan alat yang diangkut
telah diukur perbandingan kekuatannya, kekuatan tanah dalam menopang alat berat juag
telah diteliti agar terhindar dari bahaya kecelakaan kerja. Selain itu konstruksi ketahanan
bangunan juga sudah diukur secara teliti agar tidak ambruk ketika baik ssat pengerjaan
maupun setelah pengerjaan bangunan.
Kemudian penyebab kecelakaan yang lain adalah kurangnya pengawasan
manajemen dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada perusahaan
tersebut. Sistem manajemen yang baik seharusnya lebih ketat pengawasannya terhadap
alat, proses pengerjaan dan metode saat pengerjaan karena menyadari alat ini memiliki
risiko yang besar untuk menghasilkan loss atau kerugian. Beberapa tindakan manajemen
yang bisa dilakukan adalah dengan membuat sistem dan melakukan pengukuran secara
teliti dengan memperhatikan keselamatan pekerja, sekitar lingkungan kerja.
Kemudian apabila telah terjadi kecelakaan, seharusnya dilakukan investigasi
kecelakaan, inspeksi, pencatatan serta pelaporan kecelakaan kerja. Tujuan dari kegiatan
ini tentu untuk meningkatkan manajemen dari kesehatan, keamanan serta keselamatan
pada perusahaan tersebut, menentukan tindakan pencegahan yang tepat serta
menurunkan faktor risiko pada kecelakaan tersebut. Namun, sayangnya sikap dari pihak
perusahaan yang menutup-nutupi kejadian kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat
berjalannya investigasi tersebut. Perusahaan tidak akan dapat mengambil pelajaran
melalui kecelakaan ini sehingga kecelakaan terus berulang. Ini berarti kecelakaan
semacam ini masih memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk kembali terjadi, baik
pada perusahaan yang sama maupun pada perusahaan sejenisnya
Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi
resiko dari adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk
Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program
keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut
adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat pelindung diri dan lingkungan
kerja dan identifikasi – identifikasi bahaya darinsegala sisi.
a. Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya
gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-
barang dalam disekitar pekerjaan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
dihindarkan dari gangguan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di
sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda,
misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak boleh dipergunakan untuk meletakkan
barang-barang yang tidak pada tempatnya.
b. Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian yang
terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan mesin
atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat membatasi
aktivitas kerjanya. Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko menimbulkan
kecelakaan. Memakai cincin di dekat mesin yang bermagnet juga sebaiknya dihindari.
c. Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat
pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko kecelakaan
kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat pelindung diri
karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja. Dapat juga karena
perusahaan memang tidak menyediakan alat pelindung diri tersebut.
d. Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik
dalam suatu ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Untuk mesin-
mesin yang menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan yang dilengkapi dengan
peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan dan warna ruang kerja
disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet Saksono, 1988: 104-111).
Untuk kasus seperti yang terjadi, ada beberapa alternatif pencegahan selain yang tadi
telah disebutkan. Tindakan tersebut dapat berupa:
a. Dibuatnya peraturan yang mewajibkan bagi setiap perusahaan untuk memilki
standarisasi yang berkaitan dengan keselamatan karyawan, perencanaan, konstruksi,
alat-alat pelindung diri, monitoring perlatan dan sebagainya.
b. Adanya pengawas yang dapat melakukan pengawasan agar peraturan perusahaan yang
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dipatuhi.
c. Dilakukan penelitian yang bersifat teknis meliputi sifat dan ciri-ciri yang berpotensi
menimbulkan berbahaya,
d. Dilakukan penelitian psikologis tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan serta pemberian diklat tentang kesehatan dan keselamatan kerja pada
karyawan.
e. Mengikutsertakan semua pihak yang berada dalam perusahaaan ke dalam asuransi.
(Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007: 14).

Strategi Pengendalian
· memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang
diperlukan pekerja guna meningkatkan pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja,
demi mencegah terjadinya kecelakaan yang sama. selama melakukan proses
pekerjaaan yang berbahaya, pemeriksaan, perbaikan, pengaturan, mesin harus berhenti
beroperasi. Untuk mencegah orang lain menghidupkan mesin, maka mesin harus dikunci
atau diberi tanda peringatan, perusahaan harus memasang tutup pengaman atau
peralatan pembatas.
· Operator mesin ataupun alat produksi lainnya sebailrnya diberi peringatan setiap
sesudah dan sebelumnya mengoperasikan apakah ada petugas yang masih disana
ataupun tidak. sebaiknya operator mesin dilatih agar tetap siaga dan tanggap dengan
tanggung jawabnya.
· Seluruh tugas keselamatan dan kesehatan tenaga kerjaa harus bertanggung jawab
menjalankan penanggulangan kecelakaan, rencanaa penanganan darurat, serta
melakukan bimbingan pelaksanaan setiap bagian.
· Komunikasi antar pegawai selalu terjaga dengan baik agar saling memperhatikan satu
sama lain sehingga mampu meminimalisir peluang kecelakaan yang terjadi.
Pencegahan yang efektif
Di abad ke-21 ini semua bangsa tidak dapat lepas dari proses industrialisasi.
Indikator keberhasilan dunia industri sangat bergantung pada kualitas tenaga kerja yang
produktif, sehat dan berkualitas. Kita ambil contoh industri bidang konstruksi, yang
merupakan kegiatan di lapangan, memiliki fenomena kompleks yang menyangkut
perilaku dan manajemen keselamatan. Di dalam industri konstruksi terjadinya
kecelakaan berat lima kali lipat dibandingkan industri berbasis manufaktur.
Pekerjaan dan pemeliharaan konstruksi mempunyai sifat bahaya secara alamiah. Oleh
sebab itu masalah bahaya harus ditempatkan pada urutan pertama program keselamatan
dan kesehatan. Di sebagian besar negara , keselamatan di tempat kerja masih
memprihatinkan. Seperti di Indonesia, rata-rata pekerja usia produktif (15 – 45 tahun)
meninggal akibat kecelakaan kerja. Kenyataanya standard keselamatan kerja di
Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia
Tenggara.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja. Berdasarkan
penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
langsung dan tidak langsung.
Adapun sebab kecelakaan tidak langsung terdiri dari faktor lingkungan (zat kimia
yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik) dan faktor manusia (lebih dari 80%). Pada
umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya
pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya
mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan
beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar
para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja,
yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui
apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik
maupun mental.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah
faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja.
3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para
buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.
4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja
sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya.
5. Penggunaan pakaian pelindung
6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses
pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising.
7. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya
atau tidak berbahaya sama sekali.
Dapat disimpulkan bahwa pekerja sebagai sumberdaya dalam lingkungan kerja
konstruksi harus dikelola dengan baik, sehingga dapat memacu produktivitas yang tinggi.
Keinginan untuk mencapai produktivitas yang tinggi harus memperhatikan segi
keselamatan kerja, seperti memastikan bahwa para pekerja dalam kondisi kerja aman.

Anda mungkin juga menyukai