Pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

1. Apa yang dimaksud dengan SCR?

(RAHMAD MULIDIN)

Jawaban :

Silicon controlled rectifier (SCR) atau thyristor merupakan device semikonduktor


yang mempunyai perilaku cenderung tetap on setelah diaktifkan dan cenderung tetap
off setelah dimatikan (bersifat histeresis) dan biasa digunakan sebagai saklar
elektronik, protektor, dan lain sebagainya.

2. Apa itu TRIAC? (RIDHA ANANDA)

Jawaban :

TRIAC merupakan device untuk dua arah atau bolak-balik (AC).

3. Berikan contoh alat yang menggunakan SCR ? (MUTIARA NABILA)

Jawaban :

SCR secara individu lebih fleksibel untuk digunakan dalam sistem kontrol maju, oleh
karena itu SCR lebih sering dilihat pada sirkuit motor drive.

4. Berikan contoh pengaplikasian TRIAC? (WARDATUL AINI)

Jawaban :

TRIAC biasanya terlihat pada aplikasi yang berdaya rendah seperti saklar dimmer.
Dan berikut ini gambar rangkaian dimmer lampu sederhana, lengkap dengan jaringan
resistor – kapasitor (RC) sebagai penggeser fasa yang diperlukan untuk memicu atau
menyulut.

rangkaian dimmer lampu

5. Apa kelebihan dan kekurangan dari Solid State Relay dibanding relay yang lain?
(FIRDIANNOER)

Jawaban :

Kelebihan Solid State Relay :

1. Pada solid-state relay tidak teedapat bagian yang bergerak seperti halnya pada
relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan
bagian ini tidak ada pada solid-state relay. Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no
contact’ karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.
2. Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada
solid-state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan
kontaktor pada saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak
adanya bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah
keadaan.

3. Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat
hanya membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan
mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata lain
opersai kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing
detektor.

4. Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay
mekanik biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena
goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut

5. Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah
keadaan.

6. Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi
yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan
energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state
relay akan di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu
mendekati nol volt.

7. Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan


menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL. Rangakain
kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter.

8. Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil
sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada
peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.

Kerugian Solid State Relay :

1. Resistansi Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state


relay benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa
sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang
dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya. Spike ini level
tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay
tersebut. Selain itu sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari
selenoid valve dan lain sebagainya.

2. Tegangan drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka
terdapat tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh
tersebut kira-kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi
daya yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay
ini.

3. Arus bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off
atau keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang
mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang
sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada
level TTL yaitu sekitar 10mA rms.
4. Sukar dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.
5. Lebih mudah rusak jika terkena radiasi nuklir.

6. Apa saja alat yang menggunakan PLC? (R. DONNY AMELIA NS)

Jawaban :

Aplikasi PLC ini dapat kita jumpai pada berbagai industri modern, mulai dari lampu
lalu lintas, sistem pembangkitan tenaga, Pengecetan mobil, pengeboran, sampai
industri pengepakan makanan.

7. Jelaskan Fungsi komponen yang ada di Arsitektur PLC? (FAKHROZI UMARI)

Jawaban :

 Input relays : elemen ini yang berhubungan dengan dunia luar. Secara fisik
elemen-elemen ini ada dan menerima sinyal input dari switch, sensor dsb

 Internal utility relay: elemen ini tidak ada secara fisik dan tidak menerima sinyal
input dari luar. Elemen ini merupakan elemen relay simulasi di dalam PLC dan
memungkinkan PLC mampu menggantikan fungsi dari external relays.

 Counter: elemen ini juga tidak ada secara fisik. Elemen ini merupakan counter
simulasi di dalam PLC, namun mampu untuk melakukan fungsi perhitungan suatu
sinyal.
 Timer : elemen ini juga tidak ada secara fisik di dalam PLC namun hanya
merupakan timer simulasi dan diprogram agar mampu melakukan perhitungan
pada setiap kenaikan waktu.
 Output relays (coils): elemen ini secara fisik ada dan berhubungan dengan dunia
luar. Elemen ini akan mengirimkan sinyal output PLC yang merupakan sinyal
on/off pada solenoid, lampu dsb.
 Data storages: umumnya elemen ini merupakan register yang berfungsi untuk
menyimpan data baik data matematik maupun data manipulasi dalam suatu PLC.
ELEKTRONIKA INDUSTRI
SOLID STATE RELAY DAN ARSITEKTUR PLC
Dosen Pembimbing : Saifuddin, S.Si., M.Sc

Di Susun :
O
L
E
H
Kelompok 7:
MUHAMMAD HANAFI SINAGA 170130130
IRAWATI BR NAPITUPULU 170130133

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dari kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah
Mekanika Teknik yang berjudul tentang Truss(Rangka Batang).

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tanggan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah kami ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Mekanika Teknik tentang Truss(Rangka
Batang) agar dapat memberi manfaat terhadap pembaca.

Lhokseumawe, 20 November 2018

Penyusun
SOLID STATE RELAY (SSR)

1. Pengertian Solid state relay (SSR)

Solid state relay (SSR) adalah sebuah saklar elektronik yang tidak memiliki bagian yang
bergerak. Contohnya foto-coupled SSR, transformer-coupled SSR, dan hybrida SSR. Solid
state relay (SSR) ini dibangun dengan isolator sebuah MOC untuk memisahkan bagian input
dan bagian saklar. Dengan Solid state relay kita dapat menghindari terjadinya percikan api
seperti yang terjadi pada relay konvensional juga dapat menghindari terjadinya sambungan
tidak sempurna karena kontaktor keropos seperti pada relay konvensional.

2. Jenis-Jenis Solid state relay (SSR)

 Reed-Relay-Coupled SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan (secara langsung, atau


melalui Preamplifier) ke kumparan relay yang buluh. Penutupan buluh lalu
mengaktifkan sirkuit yang tepat dengan saklar memicu thyristor. Jelas, input-output
isolasi dicapai adalah bahwa dari buluh relay, yang biasanya sangat baik.

 Transformer-Coupled SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan (melalui DC-AC


converter, jika sudah DC, atau secara langsung, jika itu AC) ke domain utama trafo
berdaya rendah, dan sekunder yang dihasilkan dari eksitasi primer yang digunakan
(dengan atau tanpa rektifikasi, amplifikasi, atau lainnya modifikasi) untuk memicu
thyristor saklar. Dalam jenis ini, tingkat isolasi input-output tergantung pada desain
transformator.

 Opto-coupler SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan pada sebuah sumber cahaya
atau inframerah (biasanya, sebuah dioda pemancar cahaya atau LED), dan dari
sumber yang terdeteksi dalam foto - sensitive semi-conductor (misalnya, sebuah dioda
fotosensitif, sebuah foto-sensitif transistor, atau foto-sensitif thyristor). Output dari
foto-perangkat sensitif kemudian digunakan untuk memicu (gerbang) yang TRIAC
atau SCR itu aktifkan arus beban. Jelas, satu-satunya yang signifikan "coupling path"
antara input dan output adalah cahaya atau sinar infra - radiasi merah, dan isolasi
listrik yang sangat baik. “optically coupled” or SSR yang juga disebut sebagai
"optikal yang digabungkan" atau Foto terisolasi.

3. Karakteristik Input Solid state relay (SSR)

Dielektrik kekuatan,
Dinilai dalam hal minimum tegangan rusaknya dari rangkaian kontrol baik kepada
SSR kasus dan output (beban) rangkaian. Tipikal rating adalah 1500 volt ac (RMS),
baik untuk kontrol output.

Insulation Resistance
Dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Rentang pemberian
peringkat Khas dari 10 megohms menjadi 100.000 megohms untuk transformator dan
desain hibrida. Untuk optik terisolasi SSR, tipikal kisaran resistensi isolasi dari 1000
megohms sampai 1 juta megohms.

Stray Kapasitansi
Dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Kapasitansi ke kasus
jarang signifikan, tetapi kapasitansi ke rangkaian output mungkin control pasangan ac
dan transien kembali ke kontrol sensitif sirkuit, dan bahkan lebih jauh lagi, ke-sinyal
kontrol sumber. Untungnya, di SSR dirancang dengan baik itu, ini kapasitansi jarang
cukup besar untuk menyebabkan interaksi. Kapasitansi tipikal berkisar dari 1 sampai
10 picofarad. Kecepatan respon dari SSR untuk penerapan kontrol tegangan akan
dijelaskan nanti pada bagian ini.
4. Cara Kerja Solid State Relay (SSR)

Pada solid-state relay, switching unitnya menggunakan TRIAC sehingga solid-


state relay ini dapat menghasilkan arus baik positif maupun negatif. Untuk
mengontrol triac ini digunakan SCR yang mempunyai karakterisitik gate yang
sensitif. Kemudian untuk mengatur trigger pada SCR sendiri diatur dengan
menggunakan rangkaian transistror. Rangkaian transistor ini menjadi penguat level
tegangan dari optocoupler. Penggunaan SCR untuk mengatur gate TRIAC karena gate
SCR mempunyai karakteristik yang lebih sensitif daripada gate TRIAC. Antara
bagian input dan output dipisahkan dengan menggunakan optocoupler dan dengan
sinyal yang kecil, cukup untuk menyalakan dioda saja, maka cukup untuk
menggerakkan sebuah beban AC yang besar melalui solid-stare relay.
5. RANGKAIAN KONTROL
Rangkaian kontrol menggunakan fungsi logik AND, pada blok diagram
internal SSR, dibangun dari dua buah transistor yang bekerja untuk menghasilkan
logika inverted NOR. Q1 akan melakukan clamps jika optocoupler dalam keadaan off,
Q2 akan melakukan clamps jika tegangan bagi antara R4 dan R5 cukup untuk
mengaktifkan transistor Q2. Sehingga Q2 akan melakukan clamp pada SCR jika
tegangan anoda SRC lebih dari 5V.
Jika OC on maka Q1 akan off sehingga Q1 tidak melakukan clamp pada SCR .
SCR akan aktif jika Q2 juga dalam kondisi off. Kondisi ini terjadi pada saat terjadinya
zero crossing. Penambahan kapasitor C2 bertujuan untuk menghindari kemungkinan
SCR ditrigger berulang-ulang. C1 berguna untuk menyediakan arus yang cukup untuk
sumber tegangan sementara pada saat terjadinya firing pada gate SCR, selain itu C1
juga berfungsi untuk menghindari kondisi ditriggernya gate SCR berulang-ulang.
Penambahan C1 dan C2 akan menghindari trigger SCR pada saat tegangan
anode SCR turun (down slope), kondisi ini memang tidak diharapkan. Komponen
D2 akan memperbolehkan gate SCR di-reverse bias untuk menghasilkan kekebalan
terhadap noise. D1 berfungsi untuk melindungi tegangan input yang berlebihan di
atas rating tegangan optocoupler OC1. Komponen SCR yang digunakan, jika ingin
membangun sebuah SSR sendiri, adalah SCR dengan tipe 2N5064, 2N6240.
6. SSR merupakan relay yang dapat didiskripsikan sebagai berikut :

a. Mempunyai empat buah terminal, 2 input terminal dan 2 buah output terminal.
b. Tegangan input dapat berupa tegangan AC atau DC.

c. Antara output dan input diisolasi dengan sistem optikal.

d. Output menggunakan keluarga thyristor, SCR untuk beban DC dan TRIAC untuk
beban AC.

e. Switching ON, yang sering disebut ‘firing’, solid state relay hanya bisa terjadi pada
saat tegangan yang masuk ke output pada level yang sangat rendah mendekati nol
volt.

f. Output berupa tegangan AC (50 Hz atau 60 Hz).


7. Kelebihan dan Kekurangan Solid State Relay

Kelebihan Solid State Relay :

1. Pada solid-state relay tidak teedapat bagian yang bergerak seperti halnya pada
relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan
bagian ini tidak ada pada solid-state relay. Sehingga tidak mungkin terjadi ‘no
contact’ karena kontaktor tertutup debu bahkan karat.

2. Tidak terdapat ‘bounce’, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada
solid-state relay tidak terjadi peristiwa ‘bounce’ yaitu peristiwa terjadinya pantulan
kontaktor pada saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak
adanya bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah
keadaan.

3. Proses perpindahan dari kondisi ‘off’ ke kondisi ‘on’ atau sebaliknya sangat cepat
hanya membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan
mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata lain
opersai kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing
detektor.

4. Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay
mekanik biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena
goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut

5. Tidak menghasilkan suara ‘klik’, seperti relay pada saat kontaktor berubah
keadaan.

6. Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis ‘latch’ sehingga energi
yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan
energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state
relay akan di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu
mendekati nol volt.

7. Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan


menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL. Rangakain
kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter.

8. Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil
sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada
peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.

Kerugian Solid State Relay :

1. Resistansi Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state


relay benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa
sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang
dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya. Spike ini level
tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay
tersebut. Selain itu sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari
selenoid valve dan lain sebagainya.

2. Tegangan drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka
terdapat tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh
tersebut kira-kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi
daya yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay
ini.

3. Arus bocor-‘Leakage current’. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off
atau keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang
mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang
sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada
level TTL yaitu sekitar 10mA rms.
4. Sukar dimplementasikan pada aplikasi multi fasa.
5. Lebih mudah rusak jika terkena radiasi nuklir.
ARSITEKTUR PLC

Pengertian PLC

PLC merupakan suatu instrument yang digunakan untuk menggantikan rangkaian relay
secara sekuensial untuk mengontrol suatu mesin. PLC dalam operasinya membutuhkan suatu
input –dan tergantung dari keadaannya- akan menghasilkan suatu output dalam bentuk on/off.

Arsitektur PLC

 Input relays : elemen ini yang berhubungan dengan dunia luar. Secara fisik elemen-
elemen ini ada dan menerima sinyal input dari switch, sensor dsb

 Internal utility relay: elemen ini tidak ada secara fisik dan tidak menerima sinyal
input dari luar. Elemen ini merupakan elemen relay simulasi di dalam PLC dan
memungkinkan

 PLC mampu menggantikan fungsi dari external relays.

 Counter: elemen ini juga tidak ada secara fisik. Elemen ini merupakan counter
simulasi di dalam PLC, namun mampu untuk melakukan fungsi perhitungan suatu
sinyal.

 Timer : elemen ini juga tidak ada secara fisik di dalam PLC namun hanya merupakan
timer simulasi dan diprogram agar mampu melakukan perhitungan pada setiap
kenaikan waktu.

 Output relays (coils): elemen ini secara fisik ada dan berhubungan dengan dunia luar.
Elemen ini akan mengirimkan sinyal output PLC yang merupakan sinyal on/off pada
solenoid, lampu dsb.

 Data storages: umumnya elemen ini merupakan register yang berfungsi untuk
menyimpan data baik data matematik maupun data manipulasi dalam suatu PLC.

Cara Kerja PLC


 Step 1: Check input status

Pertama PLC akan memeriksa/mengecek keadaan dari setiap sinyal input yang diterimanya
apakah dalam keadaan status on atau off. Dengan kata lain apakah sensor yang dihubungkan
dengan input pertama dalam keadaan on atau off.

 Step 2 : Execute programs

Tahap berikutnya adalah PLC akan melakukan eksekusi program yang telah diterimanya
dalam satu waktu. Misalkan jika input 1 dalam keadaan on, maka output 1 harus juga dalam
keadaan on.

 Step 3. Update output status

Bagian akhir dari urutan ini adalah PLC akan melakukan up-date terhadap status output.
PLC akan melakukan update output berdasarkan sinyal input yang telah diterimanya dan
eksekusi yang telah dilakukan berdasarkan programnya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sistem Perawatan
    Sistem Perawatan
    Dokumen31 halaman
    Sistem Perawatan
    Muhammad Hanafi Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Stik Vegetarian
    Stik Vegetarian
    Dokumen3 halaman
    Stik Vegetarian
    Muhammad Hanafi Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Gas
    Gas
    Dokumen29 halaman
    Gas
    Muhammad Hanafi Sinaga
    Belum ada peringkat
  • Tabel Modapts
    Tabel Modapts
    Dokumen6 halaman
    Tabel Modapts
    Muhammad Hanafi Sinaga
    Belum ada peringkat