Anda di halaman 1dari 7

Nama : Argo Adrianto

NPM : 41151010160239
Kelas : C.1-2
Mata Kuliah : Kemahiran Pembentukan Perundang-undangan
Dosen : Dewi Rohayati, S.H., M.H.
Tugas Menginventarisasi Tap MPR/S yang Masih Berlaku dan
Sudah Dihapuskan Melalui Tap MPR Nomor I/MPR/2003

Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 terbentuk dari amanat Pasal I Aturan


Tambahan UUD 1945. Tap MPR ini merupakan bentuk evaluasi materi dan status
hukum Tap MPR/S yang ada sejak tahun 1960 sampai tahun 2002. Di dalam Tap
MPR ini terdiri dari 6 pasal yang masing-masing mengelompokkan Tap MPR/S
menurut status keberlakuannya, yaitu:

1. Pasal 1 (8 Ketetapan) yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

2. Pasal 2 (3 Ketetapan) yang dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan


masing-masing sebagai berikut.

3. Pasal 3 (8 Ketetapan) yang tetap berlaku sampai dengan terbentuknya


pemerintahan hasil pemilihan umum tahun 2004.

4. Pasal 4 (11 Ketetapan) yang tetap berlaku sampai dengan terbentuknya


undang-undang.

5. Pasal 5 (5 Ketetapan) yang dinyatakan masih berlaku sampai dengan


ditetapkannya Peraturan Tata Tertib yang baru oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia hasil pemilihan umum tahun 2004.

6. Pasal 6 (104 Ketetapan) yang tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
lanjut, baik karena bersifat einmalig (final), telah dicabut, maupun telah
selesai dilaksanakan.

Dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf b UU Nomor 12 Tahun 2011 yang
ditunjuk sebagai Tap MPR dalam hierarki peraturan perundang-undangan hanya
Tap MPR yang masuk dalam Pasal 2 dan Pasal 4. Tetapi, tidak keseluruhan dari
Tap MPR dalam Pasal 2 dan Pasal 4 masih berlaku. Berikut uraiannya :
Pasal 2

1. Tap MPR Nomor XXV/ MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis


Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah
Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan
Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau
Ajaran Komunis/MarxismeLeninisme

Ketentuan dalam Tap : Dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan seluruh


ketentuan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
Republik Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke depan diberlakukan
dengan berkeadilan dan menghormati hukum, prinsip demokrasi dan hak
asasi manusia.

Status sekarang : Tetap berlaku.

2. Tap MPR Nomor XVI/ MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi

Ketentuan dalam Tap : Dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan


Pemerintah berkewajiban mendorong keberpihakan politik ekonomi yang
lebih memberikan kesempatan dukungan dan pengembangan ekonomi,
usaha kecil menengah, dan koperasi sebagai pilar ekonomi dalam
membangkitkan terlaksananya pembangunan nasional dalam rangka
demokrasi ekonomi sesuai hakikat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Status sekarang : Tetap berlaku.

3. Tap MPR Nomor V/ MPR/1999 tentang Penentuan Pendapat di Timor


Timur

Ketentuan dalam Tap : Tetap berlaku sampai dengan terlaksananya


ketentuan dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/1999.

Status sekarang : Sudah tidak berlaku, dikarenakan Referendum Timor


Leste.
Pasal 4

1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia


Nomor XXIX/ MPRS/1966 tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera

Ketentuan dalam Tap : Tetap berlaku dengan menghargai Pahlawan Ampera


yang telah ditetapkan dan sampai terbentuknya undang-undang tentang
pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan

Status sekarang : Sudah tidak berlaku dengan terbentuknya UU Nomor 20


Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Ketentuan dalam Tap : Sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam


Ketetapan tersebut.

Status sekarang : Pada dasarnya sudah terdapat UU yang lahir dari Tap MPR
a quo, yaitu: UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme., UU Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Namun, dikarenakan
dalam Pasal 4 Tap MPR a quo secara spesifik menyebut “mantan Presiden
Soeharto” dan sampai saat ini kasus tersebut belum terselesaikan, maka
dapat dikatakan Tap MPR a quo masih berlaku.

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan,
Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan,
serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Ketentuan dalam Tap : Sampai dengan terbentuknya undangundang tentang


Pemerintahan Daerah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan
18B UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Status sekarang : Sudah tidak berlaku dengan terbentuknya UU Nomor 32


Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundangundangan

Ketentuan dalam Tap : Tetap berlaku.

Status sekarang : Sudah tidak berlaku dengan terbentuknya UU Nomor 10


Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional

Ketentuan dalam Tap : Tetap berlaku.

Status sekarang : Sudah tidak berlaku dengan terbentuknya UU Nomor 27


tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, walaupun
kemudian telah dibatalkan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
006/PUU-IV/2006.

6. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia

Ketentuan dalam Tap : Sampai terbentuknya undang-undang yang terkait.

Status sekarang : Sudah tidak berlaku dengan terbentuknya: UU Nomor 2


Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia.

7. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran
Kepolisian Negara Republik Indonesia

Ketentuan dalam Tap : Sampai terbentuknya undang-undang yang terkait


dengan penyempurnaan Pasal 5 ayat (4) dan Pasal 10 ayat (2) dari Ketetapan
tersebut yang disesuaikan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Status sekarang : Sudah tidak berlaku dengan terbentuknya: UU Nomor 2


Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, UU Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang
Tentara Nasional Indonesia.
8. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa

Ketentuan dalam Tap : Tetap berlaku.

Status sekarang : Pada dasarnya sudah terdapat UU yang lahir dari Tap MPR
a quo, misalnya UU Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Namun,
dikarenakan dalam Tap MPR a quo yang diuraikan sebagai uraian Etika
Kehidupan Berbangsa sangat luas, sehingga dibutuhkan banyak UU untuk
mewadahi materi muatannya. Untuk itu, karena materi muatan Tap a quo
belum dapat diwujudkan secara keseluruhan, maka dapat dikatakan Tap
MPR a quo masih berlaku.

9. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan

Ketentuan dalam Tap : Tetap berlaku.

Status sekarang : Pada dasarnya sudah terdapat UU yang lahir dari Tap MPR
a quo, misalnya UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025. Namun, dikarenakan dalam
Tap MPR a quo yang diuraikan sebagai Visi Indonesia Masa Depan terdiri
dari tiga visi, yaitu: 1. Visi Ideal, yaitu cita-cita luhur sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; 2. Visi Antara, yaitu Visi Indonesia 2020 yang
berlaku sampai dengan tahun 2020; 3. Visi Lima Tahunan, sebagaimana
termaktub dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Untuk itu, karena
materi muatan Tap a quo belum dapat diwujudkan secara keseluruhan, maka
dapat dikatakan Tap MPR a quo masih berlaku.

10. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan
Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

Ketentuan dalam Tap : Sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam


Ketetapan tersebut.

Status sekarang : Arah kebijakan yang diamanatkan adalah membentuk UU


beserta peraturan pelaksanaannya untuk membantu percepatan dan
efektivitas pelaksanaan pemberantasan dan pencegahan korupsi yang
muatannya meliputi:
1. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi)
2. Perlindungan Saksi dan Korban (UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban)
3. Kejahatan Terorganisasi (UU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengesahan
United Nations Convention Against Transnational Organized Crime
(Konvensi Perserikatan BangsaBangsa Menentang Tindak Pidana
Transnasional yang Terorganisasi))
4. Kebebasan Mendapatkan Informasi (UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik)
5. Etika Pemerintahan (Belum ada UU spesifik)
6. Kejahatan Pencucian Uang (UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang)
7. Ombudsman (UU Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia).
Walaupun belum ada UU khusus yang mengatur tentang Etika
Pemerintahan, namun sejatinya materi muatannya sudah tercakup, misalnya
dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
UU Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention
against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti
Korupsi, 2003). Selain itu, tidak ada keharusan untuk “diatur dengan
undang-undang” (bij de wet geregeld) atau diatur dalam undang-undang”
(in de wet geregeld), sehingga dalam melaksanakan Tap MPR a quo dapat
dilakukan dengan produk hukum yang fleksibel. Maka dari itu, dapat
dikatakan Tap MPR a quo sudah tidak berlaku.
11. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam

Ketentuan dalam Tap : Sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam


Ketetapan tersebut.

Status sekarang : Pada dasarnya sudah terdapat UU yang lahir dari Tap MPR
a quo, misalnya UU tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum yang disahkan DPR pada Jumat, 16 Desember 2011.
Namun, dikarenakan dalam Tap MPR a quo yang diuraikan sebagai arah
kebijakan Pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam sangat
luas, sehingga dibutuhkan banyak UU untuk mewadahi materi muatannya.
Untuk itu, karena materi muatan Tap a quo belum dapat diwujudkan secara
keseluruhan, maka dapat dikatakan Tap MPR a quo masih berlaku.

Kesimpulan

Saat ini hanya terdapat 6 Ketetapan MPR/MPRS yang masih berlaku, dengan
perincian sebagai berikut:

A. Pasal 2 Tap MPR Nomor I/MPR/2003

1. Tap MPR Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis


Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah
Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan
Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau
Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme.

2. Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka


Demokrasi Ekonomi.

B. Pasal 4 Tap MPR Nomor I/MPR/2003

1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.

4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor


IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya
Alam.

Anda mungkin juga menyukai