Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENGARUH PEMBERIAN KMnO4 TERHADAP TINGKAT

KEMASAKAN SERTA KANDUNGAN VITAMIN C DAN KANDUNGAN


GULA PADA PISANG KEPOK (Musa acuminate x balbisiana)
LAPORAN PRAKTIKUM PENANGANAN PASCA PANEN

Oleh:
Rendha Kinasih
512017048

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii


DAFTAR TABEL .............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... ii
I. LANDASAN TEORI ............................................................................................. 2
II. TUJUAN ................................................................................................................. 4
III. ALAT DAN BAHAN ............................................................................................. 4
IV. LANGKAH KERJA .............................................................................................. 5
V. HASIL PENGAMATAN....................................................................................... 6
VI. PEMBAHASAN ..................................................................................................... 9
VII. KESIMPULAN ...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 11
LAMPIRAN ................................................................................................................ 11

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. ....................................................................................................................... 6


Tabel 5.2. ....................................................................................................................... 6
Tabel 5.3. ....................................................................................................................... 7
Tabel 5.4 ................................................................................................................................... 7

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1. .............................................................................................................................. 7


Gambar 5.2.. ............................................................................................................................. 8

2
I. LANDASAN TEORI
Penyakit pasca panen merupakan penyakit yang muncul dan berkembang selama
penyimpanan. Penyakit pasca panen yang menyerang selama penelitian yaitu cendawan
colletotrichum dan busuk pada pangkal sisir buah pisang. Serangan penyakit yang berlanjut akan
menyebabkan buah busuk. Penyakit lain yaitu antracnosa dan crown rot. Crown rot diawali
dengan pembusukan pada pangkal sisir yang menjalar ke tangkai jari pisang dan akhirnya
menjalar ke seluruh buah, hingga buah menjadi busuk dan terlepas dari tangkainya (Hasibuan dan
Widodo, 2015).
Perlakuan KMnO4 tidak mempengaruhi indeks skala warna buah pada saat 3 dan 6 HSP,
namun berpengaruh nyata pada 9 HSP. Pada 3 HSP warna kulit pisang masih stabil, namun pada
6 dan 9 HSP berbeda-beda antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya. Selama proses
pematangan akan terjadi perubahan warna dari hijau, kuning dan akhirnya akan mencapai tahap
kuning kecoklatan (busuk) (Hasibuan dan Widodo, 2015). Perubahan warna merupakan salah
satu petunjuk untuk mengetahui tahapan kematangan pisang. Pemberian KMnO4 mampu
menghambat proses kematangan buah dibandingkan dengan kontrol. Sehingga dapat diketahui
bahwa pisang dengan kajian perlakuan dengan penambahan 10% maupun 20% jumlah zeolit
KMnO4 dari hasil perhitungan akan memiliki perubahan warna yang sama selama penyimpanan
(Faraniti, 2017).
Semakin lama buah disimpan maka susut bobot semakin meningkat. semakin meningkat.
Proses respirasi pada buah selama waktu penyimpanan akan mengubah gula (C6H12O6) menjadi
karbondioksida (CO2) dan air (H2O) yang kemudian mengalami penguapan (transpirasi) sehingga
susut bobot juga meningkat (Kader, 1992). Susut bobot menunjukkan bahwa pada setiap
pengamatan terjadi susut bobot yang semakin meningkat. Penyusutan berat bahan terus
berlangsung selama penyimpanan sebagai akibat dari adanya proses respirasi dan transpirasi
(Kholidi, 2009).
Perlakuan KMnO4 dapat berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah pada 6 HSP.
Kekerasan semakin menurun seiring dengan umur buah yang semakin tua, semakin lama buah
disimpan kekerasan semakin berkurang. Perubahan kekerasan pada umumnya seiring dengan
perubahan skala warna buah dan buah yang semakin masak. Laju penurunan tingkat kekerasan
berbeda-beda untuk setiap perlakuan. Kekerasan diukur dengan menggunakan refraktometer,
semakin tinggi angka yang ditunjukkan berarti tingkat kekerasan semakin berkurang, artinya
buah semakin lunak (Hasibuan dan Widodo, 2015). Laju penurunan kekerasan tertinggi terjadi

3
pada buah tanpa perlakuan, kekerasan mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan dengan
pisang yang diberi perlakuan KMnO4. Semakin kecil tingkat kekerasan buah pisang maka
semakin berkurang waktu penyimpanannya. Sampel tanpa perlakuan tidak mengalami
peningkatan kekerasan karena sampel tersebut sudah masak. Buah masak kandungan lignin tidak
meningkat (Faraniti, 2017).
Kandungan vitamin C akan mengalami penurunan selama penyimpanan terutama pada
suhu penyimpanan yang tinggi. Kandungan asam askorbat setelah penyimpanan kira-kira
setengah sampai dua pertiga. Hal ini disebabkan asam askorbat mudah teroksidasi, misalnya oleh
enzim asam askorbat oksidase yang terdapat dalam jaringan tanaman (Hasibuan dan Widodo,
2015). Secara umum kandungan vitamin C mengalami peningkatan pada semua perlakuan.
Kandungan vitamin C kontrol diamati ketika buah pisang sudah matang. Karena pisang dengan
perlakuan kematangannya ditunda maka jumlah vitamin C nya lebih rendah. dengan penambahan
10% maupun 20% jumlah zeolit KMnO4 dari hasil perhitungan akan memiliki perubahan vitamin
C yang sama selama penyimpanan (Faraniti, 2017). Pada buah pisang barangan, juga menyatakan
bahwa adanya peningkatan konsentrasi etilen secara eksogen dapat meningkatkan kandungan
vitamin C (Pande dkk, 2017).
Kecepatan respirasi yang tinggi berhubungan dengan umur simpan yang pendek. Laju
respirasi buah pisang Barangan dihitung berdasarkan dari konsumsi O2 dan produksi CO2.
Puncak klimaterik pisang dengan perlakuan yaitu pada hari ke 10, sedangkan pisang yang tidak
diberi perlakuan mencapai puncak klimakterik pada hari ke 4. Perbedaan tersebut disebabkan
karena laju respirasi buah terhambat akibat produksi etilen yang dihambat oleh KMnO4 (Faraniti,
2017).

II. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh pemberian KMnO4 pada tingkat kemasakan buah pisang.
2. Mengetahui pengaruh pemberian KMnO4 terhadap kandungan vitamin C pada buah
pisang.

III. ALAT DAN BAHAN


 Alat - Kertas saring - Timbangan
- Gelas piala - Labu takar analitik
- Corong kaca - Pisau

4
- Kain kasa - Botol timbang - Pisang kepok
- Plastic - Gunting - Zeolite
- Solasi - RHS Color - Akuades
- Mortar chart - I2
- Oven - Erlenmeyer - Amilum 1%
- Alat titrasi - Karet
- Pipet  Bahan

IV. LANGKAH KERJA


A. Perlakuan
1. Perlakuan untuk pascapanen buah pisang kepok.
2. Masing-masing perlakuan terdiri dari 3 buah pisang kepok.
3. Buah pisang dimasukkan dalam kantong plastik bersama kemasan KMnO4.
4. Diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang.
5. Analisis awal menggunakan 3 buah pisang kepok (masing-masing mendapatkan 2
buah pisang).
B. Laju Respirasi
1. Sampel ditimbang.
2. Buat rangkaian respirasi.
3. Lakukan pompa udara selama 20 menit.
4. Lakukan titrasi pada larutan Ba(OH)2 pada tabung terakhir.
C. Vitamin C
1. Diambil 10 gram ekstrak pisang kepok dalam labu takar 100 ml sampai batas tera
dengan akuades.
2. Saring menggunakan kertas saring kemudian diambil 10 ml filtrat dan masukkan
ke dalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan 2 ml amilum 1% dan 20 ml akuades.
4. Kocok sampai larutan merata.
5. Titrasi dengan I2 sampai larutan berubah menjadi warna biru.
6. Volume titrasi dicatat.
D. Kandungan Gula

5
1. Diambil 10 gram ekstrak pisang kepok ke dalam labu takar 10 ml sampai batas
tera dengan akuades.
2. Olesakan larutan tersebut pada alat pengukur kemanisan.
3. Amati dan catat hasilnya.
E. Kadar Air
1. Sampel ditimbang hingga 5 gram.
2. Sampel dikeringkanpada suhu 105 oC selama 2 jam.
3. Setelah dikeringkan ditimbang.
4. KA dihitug sesuai rumus.

V. HASIL PENGAMATAN
5.1. Tabel pengamatan titrasi vitamin C, kadar air, laju respirasi, kadar gula dan kekerasan.
Laju
Vitamin C Kekerasan
KA (gr) Respirasi Gula Warna
(ml) (kg)
(ml)
Awal 0,9 1,88 9,3 - 8,75
Kontrol (pisang Light
1,3 2,19 9,2 27,5 3,5
1) yellow
15% (pisang 1) Strong
0,5 2,49 7,7 26 3,25 yellow
orange
30% (pisang 1) Moderate
0,6 2,72 6,2 25 3,75
yellow
5.2. Tabel perngamatan berat pisang kepok sebelum dan sesudah dioven.
Berat Sebelum Disimpan Berat Setelah Disimpan
Awal
Pisang 1 62,89
Pisang 2 58,82
Pisang 3 57,34

Kontrol
Pisang 1 58,84 57,37
Pisang 2 62,78 61,69
Pisang 3 54 53,30

6
15%
Pisang 1 68,75 67,01
Pisang 2 60,11 58,77
Pisang 3 59,82 58,30

30%
Pisang 1 60,42 59,05
Pisang 2 65,28 64,01
Pisang 3 63,82 62,56

5.3. Tabel pengamatan kadar air pisang kepok.


Sebelum Dioven (gr) Setelah Dioven (gr)
Awal 36,36 38,24 1,88
Kontrol 35,40 37,59 2,19
15% 36,68 39,17 2,49
30% 36,73 39,45 2,72
5.4. Tabel pengamatan dari hasil perhitungan respirasi, susut bobot, kadar air dan vitamin C
pada pisang kapok.
Awal Kontrol 15% 30%
Respirasi (mMol
0,003 0,046 0,933
menit/gr)
Susut Bobot (%) 2,49 2,53 2,26
Kadar Air (%) 62,4 56,2 50,2 45,6
Vitamin C ( mg/10
7,92 11,44 4,4 5,28
ml)

5.1. Gambar pengamatan warna menggunakan RHS color chart kontrol dan 15% pisang 1.
Kontrol (Pisang Gambar (Pisang
Tanggal Gambar (Pisang 1) 15% (Pisang 1)
1) 1)

Brilliant Yellow Strong Orange


11/10/2019
(14B) Yellow (163B)

7
Brilliant Yellow Brilliant Yellow
13/10/20119
(14B) (13B)

Brilliant Yellow Light Orange


15/10/2019
(14B) Yellow (16C)

Brilliant Yellow Vivid Yellow


16/10/2019
(14B) (14B)

5.2. Gambar pengamatan warna menggunakan RHS color chart 30% pisang.
Tanggal 30% (Pisang 1) Gambar (Pisang 1)

Moderate
11/10/2019
Yellow (160A)

Brilliant
13/10/20119 Greenish
Yellow (6A)

Brilliant
15/10/2019
Yellow (13C)

Brilliant
16/10/2019
Yellow (13B)

8
VI. PEMBAHASAN
Hasil pengamatan respirasi pisang untuk kontrol memiliki hasil 0,003 mMol menit/gr,
perlakuan 15% KMnO4 0,046 mMol menit/gr dan perlakuan KMnO4 30% 0,933 mMol menit/gr. Laju
respirasi pisang untuk kontrol memiliki laju respirasi paling rendah dibandingkan dengan dengan pisang
yang diberi perlakuan KMnO4 15% dan 30%. Pisang yang diberikan KMnO4 seharusnya memiliki laju
rspirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pisang yang tidak diberi perlakuan, karena fungsi dari
KMnO4 sendiri adalah untuk menghambat laju respirasi supaya tidak cepat matang. Menurut Faraniti
(2017), bahwa puncak klimaterik pisang dengan perlakuan yaitu pada hari ke 10, sedangkan pisang
yang tidak diberi perlakuan mencapai puncak klimakterik pada hari ke 4. Perbedaan tersebut
disebabkan karena laju respirasi buah terhambat akibat produksi etilen yang dihambat oleh
KMnO4. Hasil pengamatan ini berbeda dari hasil tersebut karena kemungkinan adanya kesalahan
dalam praktikum atau pisang yang digunakan untuk perlakuan KMnO4 memiliki tingkat
kematangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pisang yang digunakan untuk perlakuan
kontrol.
Hasil pengamatan susut bobot pada pisang dengan perlakuan kontrol memiliki susut
bobot 2,49%, perlakuan KMnO4 15% 2,53% dan perlakuan KMnO4 30% 2,26%. Pada perlakuan
KMnO4 30% memiliki susut bobot terendah karena laju transpirasi dan respirasi dihambat oleh
KMnO4 . Menurut Kholidi (2009), bahawa susut bobot menunjukkan pada setiap pengamatan
terjadi susut bobot yang semakin meningkat. Penyusutan berat bahan terus berlangsung selama
penyimpanan sebagai akibat dari adanya proses respirasi dan transpirasi.
Kadar air pada awal sebelum pengamatan menunjukkan 62,4%, perlakuan kontrol 56,2%,
perlakuan 15% KMnO4 50,2% dan perlakuan 30% KMnO4 45,6%. Pada pengamatan tersebut
terjadi penurunan kadar air pada setiap perlakuan, terjadi penurunan kadar air tertinggi pada
perlakuan 30% KMnO4. Hal tersebut seharusnya tidak terjadi karena seharusnya pada perlakuan
tersebut memiliki kadar air lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya karena semakin
banyak KMnO4 yang diberikan makan semakin renadah transpirasinya sehingga pisang dapat
mempertahankan kadar airnya.
Vitamin C yang terkandung pada awal pengamatan adalah 7,92 mg/10 ml, perlakuan kontrol
11,44 mg/10 ml, perlakuan 15% KMnO4 4,4 mg/10 ml dan perlakuan 30% KMnO4 5,28 mg/10 ml.
pada perlakuan kontrol terjadi peningkatan kandungan vitamin C karena laju respirasi tidak dihambat yang
mengakibatkan buah pisang terus mengalami kematangan dan kandungan vitamin C terus meningkat.
Menurut Pande (2017), bahwa adanya peningkatan konsentrasi etilen secara eksogen dapat
meningkatkan kandungan vitamin C.
9
Pada awal pengamatan diketahui pisang memiliki kekerasan 8,75 kg, pisang dengan
perlakuan kontrol 3,5 kg, perlakuan 15% KMnO4 3,25 kg dan perlakuan 30% KMnO4 3,75 kg.
terjadi penurunan kekerasan yang hamper sama pada setiap perlakuan dan tanpa perlakuan, tetapi
tingkat kekerasan yang paling tinggi terdapat pada perlakuan 30% KMnO4. Hal tersebut terjadi
karena pengaruh pemberian KMnO4 yang tinggi sehingga pematangan terhambat dan tingkat
kekerasan terendah pada perlakuan kontrol karena pisang adalah buah yang tergolong klimaterik
yang artinya akan cepat mengalami kematangan jika tidak diberikan zat penghambat kematangan.
Menurut Faraniti (2017), bahwa laju penurunan kekerasan tertinggi terjadi pada buah tanpa
perlakuan, kekerasan mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan dengan pisang yang diberi
perlakuan KMnO4.
Perubahan warna dapat dilihat pada gambar 5.1. dan 5.2. untuk perlakuan kontrol, 15%
KMnO4 dan 30% KMnO4. Pada perlakuan kontrol, buah pisang tidak mengalami perubahan
warna..pada perlakuan 15% dan 30% KMnO4 terus mengalami perubahan warna yang menjadi
semakin tua. Menurut Hasibuan dan Widodo (2015), bahwa selama proses pematangan akan
terjadi perubahan warna dari hijau, kuning dan akhirnya akan mencapai tahap kuning kecoklatan
(busuk). Namun, dari hasil pengamatan tidak sesuai dengan pustaka karena pisang yang diberi
perlakuan mengalami percepatan penuaan dibandingkan dengan pisang kontrol. Menurut Faraniti
(2017), bahwa pisang dengan kajian perlakuan dengan penambahan 10% maupun 20% jumlah
zeolit KMnO4 dari hasil perhitungan akan memiliki perubahan warna yang sama selama
penyimpanan. Dari kedua pustaka tersebut dapat diketahui bahwa kemungkinan terjadi kesalahan
saat pengamatan warna oleh praktikan.
Kadar gula yang terkandung dalam pisang kontrol 27,5%, perlakuan 15% KMnO4 26%
dan 30% KMnO4 25%. Dari persentase tersebut dapat diketahui bahwa kadar gula pada setiap
perlakuan memiliki tingkatan yang hamper sama. Hal tersebut dikarenakan gula tidak akan
terpecah jika laju respirasi diperlambat. Menuruyt Kader (1992), bahwa proses respirasi pada
buah selama waktu penyimpanan akan mengubah gula (C6H12O6) menjadi karbondioksida (CO2)
dan air (H2O).

VII. KESIMPULAN
1. Pemberian KMnO4 dapat memperlambat tingkat kemasakan buah pisang.
2. Pemberian KMnO4 pada buah pisang dapat menghambat pembetukan vitamin C.

10
DAFTAR PUSTAKA

Faraniti, Divia R. 2017. Kombinasi zeolit dan kalium permanganat (KMnO4) untuk
memperpanjang masa simpan pisang barangan (Musa Paradisiaca Var. Sapientum L.).
[Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Hasibuan, Elvi Pebri dan Widodo, Winarso Drajad. 2015. Pengaruh aplikasi KMnO4 dengan
media pembawa tanah liat terhadap umur simpan pisang mas (Musa sp AA Group.).
Jurnal Agrohorti 3(3) : 387 – 394.
Kader, A. A. 1992. Postharvest biology and technology. Kader, A.A (Eds). Postharvest
Technology of Horticulture Crops. Agriculture and Natural Resources Publication.
Barkeley (USA) : Univ. of California.
Kholidi. 2009. Studi tanah liat sebagai pembawa kalium permanganat pada penyimpanan pisang
raja bulu. [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Pande, N.P., Deviani, M. R., dan Arpiwi, N. R. 2017. Kandungan gula tereduksi dan vitamin c
dalam buah pisang nangka (Musa paradisiaca forma typica) setelah pemeraman dengan
ethrel dan daun tanaman. Jurnal Simbiosis 5(2) : 64 – 68.

LAMPIRAN

Lampran 1. Perhitungan laju respirasi,susut bobot,kadar air, dan vitamin C.


Perhitungan:
 Laju Respirasi
(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒) 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝑙
- Kontrol = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑢𝑎ℎ∶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢)
(9,3𝑚𝑙 −9,2 𝑚𝑙) 𝑥 0,1 𝑀 0,01
= (58,84 𝑔𝑟𝑎𝑚∶20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 2,942 = 0,003 mMol menit/gr
(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒) 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝑙
- 15% =
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑢𝑎ℎ∶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢)
(9,3 𝑚𝑙−7,7 𝑚𝑙)𝑥 0,1 𝑀 0,16
= (68,75 𝑔𝑟𝑎𝑚∶ 20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 3,43 = 0,046 mMol menit/gr
(𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒) 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝐶𝑙
- 30% = (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑢𝑎ℎ∶𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢)
(9,3 𝑚𝑙−6,2 𝑚𝑙)𝑥 0,1 𝑀 3,1
=(66,42 𝑔𝑟𝑎𝑚∶20 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = 3,321 = 0,933 mMol menit/gr

 Susut Bobot
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
- Kontrol = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%

11
(58,84−57,37)
= 58,84
x 100% = 2,49%
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
- 15% = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙
(68,75−67,01)
= 68,75
x 100% = 2,53%
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
- 30% = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙
(60,42−59,05)
= 60,42
x 100% = 2,26%

 Kadar Air
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
- Awal = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%
(5 𝑔𝑟𝑎𝑚−1,88 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= x 100% = 62,4%
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
- Kontrol = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙
x 100%
5𝑔𝑟𝑎𝑚 −2,19 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 100% = 56,2%
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
- 15% =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙
(5 𝑔𝑟𝑎𝑚−2,49 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= x 100% = 50,2%
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑜𝑣𝑒𝑛)
- 30% = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑎𝑤𝑎𝑙
(5 𝑔𝑟𝑎𝑚−2,72 𝑔𝑟𝑎𝑚)
= 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 100% = 45,6%

 Vitamin C
- Awal
Kadar vitamin C = 0,9 ml x 0,88 mg = 0,792 mg/10 ml
10 gram pisang = 100/10 x 0,792 mg = 7,92 mg asam askorbat
- Kontrol
Kadar vitamin C = 1,3 ml x 0,88 mg = 1,144 mg/10 ml
10 gram pisang = 100/10 x 1,144 mg = 11,44 mg/10 ml
- 15%
Kadar vitamin C = 0,5 ml x 0,88 mg = 0,44 mg/10 ml
10 gram pisang = 100/10 x 0,44 mg = 4,4 mg/10 ml
- 30%
Kadar vitamin C = 0,6 ml x 0,88 mg = 0,528 mg/10 ml
10 gram pisang = 100/10 x 0,528 mg = 5,28 mg/10 ml
Lampiran 2. Gambar pengamatan warna menggunakan RHS Color Chart pada sampel pisang 2 dan 3.
Kontrol (Pisang 2) Gambar (Pisang 2)

12
Moderate Yellow (162A)

Brilliant Yellow (13B)

Brilliant Yellow (14C)

Briiant Yellow (13B)

Lampiran 3. Gambar pengamatan warna menggunakan RHS color chart 15% dan 30% pisang 2.

Tanggal 15% (Pisang 2) Gambar 30% (Pisang 2) Gambar

Deep Orange Moderate Yellow


11/10/2019
Yellow (163B) (160A)

Brilliant
13/10/20119 Vivid Yellow (9B)
Yellow (13B)

Light Yellow Brilliant Yellow


15/10/2019
(16B) (14C)

Brilliant Vivid Yellow


16/10/2019
Yellow (13B) (15B)

13
Lampiran 4. Gambar pengamatan warna menggunakan RHS color chart kontrol dan 15% pisang 3.

Kontrol (Pisang
Tanggal Gambar 15% (Pisang 3) Gambar
3)

Moderate Moderate Yellow


11/10/2019
Yellow (162A) (160A)

Brilliant Vivid Yellow


13/10/20119
Yellow (13B) (13A)

Brilliant Light Orange


15/10/2019
Yellow (14C) Yellow (16B)

Vivid Yellow Brilliant Yellow


16/10/2019
(13A) (14C)

Lampiran 5. Gambar pengamatan warna menggunakan RHS color chart 30% pisang 3.

Tanggal 30% (Pisang 3) Gambar Keterangan:


3 = Yellow Group
6 = Yellow Group
Moderate
11/10/2019 9 = Yellow Group
Yellow (160A)
13 = Yellow Group
14 = Yellow-Orange Group
15 = Yellow-Orange Group
Brilliant
16 = Yellow-Orange Group
13/10/20119 Greenish
160 = Greyed-Yellow Group
Yellow (3A)
162 = Greyed-Yellow Group

14
163 = Greyed-Orange Group
Vivid Yellow
15/10/2019
(14B)

Brilliant
16/10/2019
Yellow (13C)

15

Anda mungkin juga menyukai