Anda di halaman 1dari 10

RESUME JURNAL KEBIJAKAN NILAI

TUKAR & KEBIJAKAN MONETER

O LEH :

ANNISHA SEFTIANI

01031381821006

Mata Kuliah : Kebanksentralan


Dosen Pengasuh : Dirta Pratama Atiyatna, S.E., M.Si.

S1 ALIH PROGRAM AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN 2019
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MEKANISME TRANSMISI

KEBIJAKAN MONETER ANTARA JALUR SUKU BUNGA

DENGAN JALUR NILAI TUKAR TERHADAP

SASARAN AKHIR INFLASI

Judul Jurnal : Perbandingan Efektivitas Mekanisme Transmisi


Kebijakan Moneter Antara Jalur Suku Bunga
Dengan Jalur Nilai Tukar Terhadap Sasaran
Akhir Inflasi
Tahun : 2017
Volume : Vol. 25, No. 1
Penulis : Martin Simnajuntak, Budi Santosa
Sumber Jurnal : Google Scholar
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id/medek/arti
cle/view/5199

I. Pendahuluan
Stabilitas ekonomi makro seperti pemenuhan lapangan pekerjaan
(rendahnya tingkat pengangguran), tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi, dan
stabilnya tingkat harga (rendahnya tingkat inflasi) adalah tujuan akhir yang ingin
dicapai oleh sebuah negara sebagai bentuk dari kemajuan perekonomian negara
tersebut. Namun untuk mencapai perekonomian yang tinggi namun tetap stabil
tidaklah mudah jika tidak diikuti oleh kemampuan variabel makroekonomi dalam
mengatasi setiap permasalahan. Apabila terjadi suatu guncangan yang fluktuatif
terhadap variabel makroekonomi dengan kekuatan yang besar dan memerlukan
waktu yang lama untuk mencapai keseimbangan jangka panjang maka dapat
dikatakan bahwa stabilitas makroekonomi rentan terhadap perubahan, sebaliknya
apabila guncangan tersebut menunjukkan fluktuasi yang kecil dengan waktu yang
relatif tidak lama maka dapat dikatakan bahwa keadaan makroekonomi relatif
stabil.
Penelitian ini menggunakan jalur suku bunga karena merupakan tolak ukur
dari kegiatan perekonomian dari suatu negara yang akan berimbas pada kegiatan
perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi, dan pergerakan currency.

II. Metode Penelitian


Dalam penelitian mekanisme transmisi kebijakan moneter ini menggunakan
data sekunder berdasarkan runtutan waktu (time series) bulanan, yaitu dari bulan
Januari 2011 sampai Desember 2015. Data tersebut di dapat dari Statistik Ekonomi
Keuangan (SEKI) Bank Indonesia.
1. RSBI : Suku bunga yang ditetapkan oleh BI atas penerbitan SBI dengan
jangka waktu 9 bulan.
2. RPUAB : tingkat suku bunga pinjaman bank kepada bank yang
melakukan pinjaman di pasar antar bank dari satu hari/overnight-1 day
(O/N).
3. RDEPO : Tingkat suku bunga yang berlaku pada deposito bank umum
dengan jangka waktu tiga bulan.
4. RKRDT : Tingkat suku bunga yang diberikan oleh perbankan kepada
debiturnya berupa pinjaman modal kerja.
5. CAPIN : Jumlah aliran modal yang masuk ke Indonesia terdiri dari:
transaksi finansial dan transaksi modal yang terdapat dalam neraca
pembayaran.
6. KURS : Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US atas dasar kurs tengah
mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. (Julihah dan
Insukindro, 2004).
7. INF : Jenis inflasi yang sepenuhnya dikontrol oleh kebijakan moneter,
yaitu IHK yang telah direduksi dari pengaruh noise yang bersumber
dari guncangan sisi penawaran.
III. Analisis dan Pembahasan
Penelitian yang menggunakan data time series biasanya memiliki data yang
tidak stasioner, sehingga diperlukan uji akar-akar unit. Tujuan dari pengujian ini
adalah untuk mengamati apapakh kefisien variabel teretntu dari model otoregresi
yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak.
Hasil dari uji akar-akar unit melalui jalur nilai tukar, pada jalur ini variabel
RSBI, RPUAB, CAPIN, INF tidak stasioner pada derajat nol, sedangkan variabel
KURS stasioner pada derajat nol dengan nilai kritis 10%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel-variabel jalur suku bunga dan nilai tukar belum
stasioner pada derajat yang sama sehingga akan dilanjutkan pada uji derajat
integrasi sampai semua variabel memiliki derajat yang sama.

IV. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
1. Dari hasil uji impulse respons yang digunakan untuk melihat seberapa cepat
(time lag) respon suatu variabel moneter menanggapi perubahan (shock)
yang terjadi akibat dari perubahan variabel moneter lainnya hingga sampai
ke sasaran akhir moneter. Mekanisme transmisi kebijakan moneter jalur
nilai tukar memerlukan time lag 4 bulan untuk sampai kepada sasaran akhir
sedangkan jalur suku bunga memerlukan time lag 5 bulan untuk sampai ke
sasaran akhir. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mekanisme
transmisi kebijakan moneter jalur nilai tukar lebih efektif dari jalur suku
bunga sampai ke sasaran akhir inflasi.
2. Dari hasil pengujian impulse respons baik dari jalur suku bunga maupun
nilai tukar memperlihatkan perubahan kebijakan moneter melalui shock
RSBI direspon dengan cepat dan kuat oleh sasaran operasional yakni
RPUAB. Pada uji Variance Decomposition baik pada jalur suku bunga
maupun jalur nilai tukar RPUAB sebagai sasaran operasional mampu
mendominasi menjelaskan variasi inflasi sebagai sasaran akhir artinya
komposisi RPUAB dalam pembentukan inflasi lebih besar dibandingkan
variabel lain diluar inflasi itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa RPUAB
berfungsi secara efektif sebagai sasaran operasional.

Saran

1. Bank Indonesia harus dapat menstabilakan menjaga kestabilan nilai rupiah


karena UU Tahun 2004 tentang BI Pasal 7 ayat 1 memberi mandat kepada
Bi ituk menjaga kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini juga
berkaitan dengan harga barang-barang dalam negeri.
2. Stabilitas suku bunga pasar uang antar bank (RPUAB) harus lebih
diperhatikan dan dijaga kestabilannya oleh pemerintah karena RPUAB
merupakan variabel yang banyak menyumbang inflasi dan merupakan
variabel yang dapat mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga
kredit yang nantinya berdampak pada aktivitas ekonomi Indonesia.
HUBUNGAN KEBIJAKAN MONETER MELALUI JALUR NILAI TUKAR
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Judul Jurnal : Hubungan Kebijakan Moneter Melalui Jalur


Nilai Tukar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Tahun : 2018
Volume : Vol. 3, No. 2
Penulis : Imam Syuhada, Zulkifli
Sumber Jurnal : Google Scholar
http://www.jim.unsyiah.ac.id/EKP/article/view/8014

I. Pendahuluan
Krisis ekonomi yaitu suatu kondisi dimana menurunnya perekonomian
suatu negara. Negara berkembang pasti pernah mengalami krisis dalam
perekonomian. Depresiasi nilai tukar merupakan faktor yang diduga penyebab
terjadinya krisis moneter, yakni terjadinya depresiasi nilai tukar yang berlangsung
dalam jangka waktu yang lama. Nilai tukar merupakan pebandingan satu mata
dengan mata uang lainnya, jika terjadi penurunan kondisi perekonomian maka nilai
tukar mata uang juga berubah mengikuti kondisi perekonomian.Penurunan nilai
mata uang disebut depresiasi, dan peningkatan nilai mata uang disebut apresiasi
(Halim & Hanafi, 2010).
Menurut (Sulasmiayati, 2008)tahun 1964 Indonesia memberlakukan sistem
nilai tukar tetap berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 1964 dengan nilai
tukar resmi Rp250/USD. Selama pemberlakuan sistem nilai tersebut, dalam hal ini
Bank Indonesia memiliki wewenang sepenuhnya dalam mengawasi devisa negara,
sehingga Bank Indonesia dapat melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.
Kebijakan devaluasi rupiah ditetapkan bersamaan dengan berlakunya sistem nilai
tukar mengambang terkendali di Indonesia. Kurs tetap dipertahankan pada tingkat
Rp415/USD sejak 1971 sampai dengan pertengahan November 1998. Hal ini
berpengaruh terhadap tingkat inflasi dalam negeri yang lebih tinggi(Fitriyani,
2013). Hal itu dikarenakan mata uang US Dollar masih merupakan mata uang yang
mendominasi pembayaran perdagangan global (Nezky, 2013).

II. Tinjauan Pustaka


Teori Nilai Tukar
Nilai tukar yaitu pebandingan satu mata dengan mata uang lainnya. Mta
uang asing ditentukan di pasar valuta asing, yaitu tempat berbagai mata uang
diperdagangkan, (Nazir, 1988) memaparkan kurs adalah harga satu satuan mata
uang asing dalam uang dalam negeri.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan bentuk pengendalian besaran moneter dalam
mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang merupakan kebijakan dari
bank sentral atau otoritas moneter (Warjiyo, 2004).
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya mengambarkan
bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral mempengaruhi berbagai
aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan
akhir yang ditetapkan. Secara spesifik, (Taylor, 1995)menyatakan bahwa
mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah “dimana proses keputusan
kebijakan moneter ditransmisikan ke dalam perubahan GDP riil dan inflasi”.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi biasanya diukur dengan menggunakan data PDB atau output
perkapita. PDBsendiri merupakan total nilai produk suatu negara dalam kurun
waktu tertentu (Nanga, 2005).
Ekspor
Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri untuk dijual
secara luas di luar negeri.
Suku Bunga (BI rate)
Suku Bunga BI Rate adalah suku bunga yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia dan diumumkan kepada publik.

III. Metode Penelitian


Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dalam
bentuk kurun waktu (time series) kuartalan dari tahun 1997 kuartal 1 sampai dengan
2014 kuartal 4. Keseluruhan data diperoleh dari laporan-laporan terbitan Bank
Indonesia, World Bank, Asian DevelopmentBank, Federal Reserve Economic Data,
Badan Pusat Statistik (BPS).
Model Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Vector
Autoregression (VAR). Model ini mengasumsikan dan memperlakukan
semuavariabel sebagai variabel endogen.

IV. Hasil Pembahasan


Hasil penelitian menggunakan uji kausalitas Granger diatas yaitu Variabel
suku bunga BI rate (rBI) secara statistik signifikan mempengaruhi variabel nilai
tukar (ER) dengan nilai probabilitas 0,0109 dan begitupun sebaliknya, variabel nilai
tukar (ER) secara statistik signifikan mempengaruhi variabel suku bunga BI rate
(rBI) dengan nilai probabilitas 0,0828. Hal ini dibuktikan dengan mengambil nilai
probabilitas pada 5 persen sampai 10 persen sehingga kedua variabel menolak H0
dan menerima Ha. Maka disimpulkan terdapat hubungan kausalitas antara variabel
suku bunga BI rate (rBI) dan nilai tukar (ER). Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat
suku bunga BI rate dapat mempengaruhi nilai tukar secara langsung, karena
permintaan dan penawaran nilai tukar ditentukan oleh seberapa besar suku bunga
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Peningkatan suku bunga BI rate
mengakibatkan para investor berkeinginan untuk memindahkan investasinya ke
mata uang rupiah agar mereka mendapatkan keuntungan dari kenaikan tingkat suku
bunga tersebut.
V. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Hasil uji kausalitas granger penelitian terhadap keempat variabel yaitu suku
bunga BI rate, nilai tukar, ekspor dan GDP menunjukkan bahwa, hanya variabel
suku bunga BI rate dan nilai tukar yang memiliki hubungan kausalitas selama
periode penelitian. Adapun variabel GDP memiliki hubungan satu arah dengan
suku bunga BI rate dan variabel nilai tukar. Variabel GDP tidak memiliki hubungan
kausalitas dengan variabel ekspor, begitu juga variabel ekspor juga tidak memiliki
hubungan kausalitas dengan suku bunga BI rate dan nilai tukar.

Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan nilai tukar signifikan


mempengaruhi kestabilan perekonomian. Maka dari itu menjagakestabilan nilai
tukar rupiah perlu dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bisa membandingkan penelitian
sekarang ini dengan bebagai jalur kebijakan moneter lainnya seperti jalur suku
bunga, kredit dan harga asset untuk melihat apakah ketiga jalur tersebut efektif
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai