Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
otot jantung. Apabila penyempitan ini menjadi parah, dapat menimbulkan serangan
Pada jantung, gangguan atau penyakit yang sering terjadi adalah penyakit
jantung koroner, yaitu terhalangnya aliran darah di pembuluh arteri koroner yang
menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak
terdiri dari endapan kolesterol, yang dapat terakumulasi dalam arteri. Ketika ini
terjadi, arteri dapat menyempit dari waktu ke waktu. Proses ini disebut
aterosklerosis.
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya
paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan
atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik.
pembuluh darah dimulai. Bila saat remaja, anak cenderung malas berolahraga, suka
makan makanan berlemak, bahkan merokok, berarti berada pada fase rentan. Jika
kondisi ini berlangsung terus, bahkan meningkat lebih parah ketika memasuki usia
sukses (30 tahun ke atas), maka fase subklinis dimulai. Jika usia antara 30 -40
tahun terjadi hipertensi berarti fase klinis dimulai. Jika hipertensi tidak dapat
lemak pada pembuluh darah coroner. Terjadilah penyakit jantung koroner. (Sayono,
2010).
Husyaini, 2010)
1. Tahap Pre-patogenesis
Pada tahap ini terjadi proses etiologis, dimana faktor penyebab (agent) untuk
pertama kalinya bertemu dengan pejamu. Tetapi, faktor penyebab (agent) belum
menimbulkan penyakit, hanya saja terjadi interaksi dengan pejamu dan meletakkan
dasar-dasar bagi berkembangnya penyakit. Hal ini berarti merupakan faktor resiko.
Faktor Resiko untuk penyakit jantung koroner adalah hal-hal dalam kehidupan
mempunyai pengaruh sangat kuat dan yang lainnya. Beberapa factor resiko tersebut
antara lain:
kolesterol tinggi.
Ketidakseimbangan antara kolesterol HDL dan LDL dan LDL yang lebih tinggi
Merokok
a) Karbonmonoksida (CO) yang terkandung di dalam asap roko lebih kuat menarik atau
termasuk jantung.
b) Perokok memiliki kadar kolesterol HDL yang lebih rendah, berarti pelindung
c) Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit dada yang merupakan tanda
terhadap adanya sakit jantung. Tanpa adanya gejala itu, penderita tidak akan sadar
Diabetes Melitus
Kegemukan
Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
Kurang olahraga
Stress
Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko total
2. Tahap Patogenesis
1. Tahap Inkubasi
Masa inkubasi PJK tidak ditentukan waktunya secara pasti, inkubasi ini
Penumpukan kolesterol pada pembuluh darah yang telah mencapai titik jenuh
penyakit kardiovaskuler.
Pada tahap ini belum terjadi gangguan fungsi organ dan belum menunjukkan
gejala. Terjadi perubahan anatomi dan histology. Pada penyakit jantung koroner
penyempitan pembuluh darah. Fase ini sulit untuk didiagnosa secara klinis karena
Merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena
dan menimbulkan gejala. Penyakit jantung sering kali menyebabkan gejala yang
pertama berupa nyeri atau sesak di dada. Nyeri akibat suatu serangan jantung,
biasanya terasa pada bagian tengah dada. Biasanya bersifat berat dan dapat
menyebar kearah mana saja, tetapi lebih cenderung menyebar kearah dagu dan
lengan. Nyeri berlangsung, penderita merasa sesak dan sakit, tetapi nyerinya dapat
bersifat ringan dan has untuk suatu serangan jantung terutama pada orangtua.
Nyeri jantung terjadi jika jantung kekurangan darah. karena kebanyakan penyakit
jantung terutama mengenai bilik kiri jantung, maka paru-paru akan mengalami
penyumbatan arteri koroner akan kekurangan aliran darah ke otot jantung yang
artinya otot-otot jantung tidak mendapat nutrisi dan oksigen sehingga timbulah
suatu keadaan yang dikenal sebagai iskemik (ischemia). Dinding arteri koroner yang
mengandung serabut-serabut otot polos, oleh suatu sebab dapat berkerut (spasme)
Manifestasi gejala yang timbul dapat berupa angina pectoris (biasanya timbul
karena adanya kekurangan suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas
ataupun dalam keadaan istirahat) dengan sakit yang khas yaitu sesak nafas di
tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan
dirasakan seperti “sulit bernafas”. Serangan gejala nyeri dada semakin hari semakin
berlangsung lama. Nyeri dada yang semakin hari semakin lama mencerminkan
penampang pipa pembuluh yang berarti pasokan oksigen buat otot jantung yang
Kondisi lainnya dikenal dengan acute myocard infarct (AMI) yaitu rusaknya
otot jantung akibat penyumbatan arteri secara total yang disebabkan pecahnya plak
lemak atherosclerosis pada arteri koroner secara tiba-tiba dan akan menimbulkn
gejala sakit dada yang hebat, nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan
kesadaran sesaat.
Keadaan dimana penyakit jantung koroner sudah pernah terjadi dalam diri
seseorang untuk berulang atau menjadi lebih berat. Pada tahap ini penderita telah
tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah
memerlukan perawatan.
Penyakit jantung koroner timbul akibat timbunan lemak atau karang yang
jantung dan menyempit hingga aliran darah terganggu. Pada tahap ini pembuluh
darah penderita sudah terbentuk “karat lemak” (akibat dari lemak darah/kolesterol
yang dibiarkan tinggi untuk waktu yang lama) yang disebabkan tidak mengontrol
lemak darah dengan obat dan diet, diperkirakan hanya perlu waktu sepuluh tahun
untuk menjadikan pipa pembuluh koroner menjadi tersumbat total. Hal –hal
tersebut yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya cardiac arrest yang bisa
Sembuh sempurna, dalam fase ini penderita sudah sembuh, ditandai dengan tidak
Kronis, dalam fase ini gejala penyakit tidak berubah dalam arti tidak bertambah
berat ataupun tidak bertambah ringan, pada dasarnya masih dalam keadaan sakit.
Meninggal, dalam fase ini penderita sudah tidak dapat disembuhkan sehingga
mengakibatkan kematian.
3. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
1. Pencegahan Primordial
Mengurangi naiknya tekanan darah dan mengurangi kadar lemak darah dalam
tubuh
Mengurangi stress
2. Pencegahan Primer
resiko PJK terutama pada kelompok resiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan
Dengan demikian, sasarannya adalah kelompok usia muda. Dan setiap orang yang
Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih sehat. Tidak hanya untuk
lain.Karena upaya ini bertujuan agar kondisi kesehatan tetep terjaga. Promosi
Bagi yang beresiko tinggi terhadap penyakit jantung diharapkan untuk bisa
tidak mengkonsumsi alcohol, menjaga kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes
3. Pencegahan Sekunder
serangan jantung.
dimulai dengan pencagahan sekunder yaitu jangan merokok, diet rendah lemak
hewan, latihan fisik secara teratur dan control tekanan darah tinggi. Dapat pula
mendapatkan keberhasilan yang lebih baik. Pengobatan yang cepat dan sederhana
untuk menghilangkan nyeri dan ansietas dapat digunakan obat seperti morfin.
dengan mengurangi kandungan lemak, gula dan garam dalam produk mereka. Adapun
pemanfaatan lain yaitu memberikan label pada semua kemasan makanan dengan
lebih banyak fasilitas olahraga dan guru olahraga serta jauh lebih banyak dorongan
Selain itu pencegahan sekunder untuk penyakit jantung koroner juga dapat
dilakukan dengan:
Pada tahap ini menemukan penderita dilakukan dengan melakukan survey pada
kelompok beresiko dan melakukan pelaporan. Dalam survey yang dilakukan dapat
kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya colestyramine, kolestipol, asam
Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan
Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau
vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna
Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya diberi
obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu kembali
normal.
Rehabilitation (Rehabilitasi)
seperti menghindari konsumsi alcohol dan rokok serta olahraga secara teratur,
2. Fase Presimtomatis
Pada fase ini didalam tubuh terdapat HIV namun penderita tidak menunjukkan
gejala apapun, tetapi jika dilakukan tes antibody hasilnya sudah menunjukkan
positif. Fase ini berlangsung selama 1 sampai 6 bulan. Pada fase ini penderita
mengalami perubahan patologi seperti sindrom retroviral akut berupa pembesaran
kelenjar, pembesaran hati atau ginjal, nyeri otot, nyeri tenggorokan dan sebagainya
seeprti pada infeksi virus lain.
3. Fase Klinis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atai keseluruhan system
immune penerita dan penderita dapa dinyatakan positif mengidap AIDS. Gejala
klinis pada orang dewasa ialah jika ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu
dari lima gejala minor. Gejala utamanya antara lain demam berkepanjangan,
penurunan berat badan lebih dari 10% dalam kurun waktu tiga bulan, dan diare
kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-ul;ang maupun terus menerus.
Gejala minornya yaitu batuk krois selama lebih dari 1 bulan, munculnya Herpes
zoster secara berulang-ulang, infeksi pad amulut dan tenggorokan yang disebabkan
oleh Candida albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta pembengkakan
kelenjar getah bening secara menetap di seluruh tubuh. Akibat rusaknya system
kekebalan, penderita menjadi mudah terserang penyuakit-penyakit yang disebut
penyakit oportunitis. Penyakit yang biasa menyerang orang normal seperti flu, diare,
gatal-gatal, dan lain-lain. Bias menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang
penderita AIDS.
a. Tahap inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV
sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata
cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita
tidak menunjukkan gejala-gejala sakit.
Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat
masa dimana virus HIV tidak dapat tedeteksi dengan pemeriksaan laboratorium
kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa window
periode.
Selama masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV
kepad aorang lain dengan berbagai caa sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat
masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan gejala-gejala
sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase inkubasi ini.
b. Tahap penyakit dini
Penderita mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh
saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang
terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebalan
tubuhnya menurun/ lemah hingga jatuh sakit Karena serangan demam yang berulang.
Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani uji antibody HIV
terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena
virus HIV.
c. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penderita sudah tidak bias melakukan aktivitas apa-apa. Penderita
mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk serta nyeri dada.penderita
mengalami jamur pad arongga mulut dan kerongkongan.
Terjadinya gangguan pad apersyarafan central mengakibatkan kurang ingatan, sakit
kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak
melambat. Paa system persyarafan ujung (peripheral) akan menimbulkan nyeri dan
kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang selalu
mengalami tensi darah rendah dan impotent.
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api
(herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri
pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pad akulit
(folliculities), kulit kering berbeca-bercak.
4. Fase Terminal
Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit AIDS pada tubuh
penderita. Fase akhir dari penderita penyakit AIDS adalah meninggal dunia.
(Difteri)
Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak.
Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan
bagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang
membawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan
1. Tahap Prepatogenesis
gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang
merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisan
tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung,
menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena
menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf. Timbulnya lesi yang khas
disebabkan oleh cytotoxin spesifik yang dilepas oleh bakteri. Lesi nampak sebagai
Sumber penularan penyakit difteri ini adalah manusia, baik sebagai penderita
maupun sebagai carier. Cara penularannya yaitu melalui kontak dengan penderita
pada masa inkubasi atau kontak dengancarier. Caranya melalui pernafasan
2. Tahap Patogenesis
a. Tahap Inkubasi
dalam tubuh manusia yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya
gejala penyakit.
Masa inkubasi penyakit difteri ini 2 – 5 hari, masa penularan penderita 2-4
minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa penularan carier bisa sampai 6 bulan.
b. Tahap Dini
c. Tahap Lanjut
hidung, hidung akan meler. Peradangan bisa menyebar dari tenggorokan ke pita
suara (laring) dan menyebabkan pembengkakan sehingga saluran udara menyempit
Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda
maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam
tubuh, bakteri melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui
darah dan bisa menyebabkan kerusakan jaringan di seluruh tubuh, terutama jantung
dan saraf.
Antara minggu ketiga sampai minggu keenam, bisa terjadi peradangan pada saraf
lengan dan tungkai, sehingga terjadi kelemahan pada lengan dan tungkai. Kerusakan
pada otot jantung (miokarditis) bisa terjadi kapan saja selama minggu pertama
sampai minggu keenam, bersifat ringan, tampak sebagai kelainan ringan pada EKG.
Namun, kerusakan bisa sangat berat, bahkan menyebabkan gagal jantung dan
selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri dan bahan lainnya, di
dekat amandel dan bagian tenggorokan yang lain. Membran ini tidak mudah robek
dan berwarna abu-abu. Jika membran dilepaskan secara paksa, maka lapisan lendir
atau secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara, sehingga anak
dihindari, namun keadaan bisa makin buruk bila pasien dengan usia yang lebih muda,
perjalanan penyakit yang lama, gizi kurang dan pemberian anti toksin yang
terlambat.
Walaupun sangat berbahaya dan sulit diobati, penyakit ini sebenarnya bisa
dicegah dengan cara menghindari kontak dengan pasien difteri yang hasil lab-nya
infeksi tergantung dari pernah tidaknya ia terinfeksi oleh difteri dan juga pada
kekebalannya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kebal akan mendapat kekebalan
pasif, tetapi taka akan lebih dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun kekebalannya habis
sama sekali. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu mempunyai
kekebalan abadi. Paling baik adalah kekebalan yang didapat secara aktif dengan
imunisasi.
DPT dan DT yang tidak lengkap beresiko menderita difteri 46.403 kali lebih besar
dari pada anak yang status imunisasi DPT dan DT lengkap. Keberadaan sumber
penularan beresiko penularan difteri 20.821 kali lebih besar daripada tidak ada
sumber penularan. Anak dengan ibu yang bepengetahuan rendah tentang imunisasi
dan difteri beresiko difteri pada anak-anak mereka sebanyak 9.826 kali
dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang imunisasi dan
difteri. Status imunisasi DPT dan DT anak adalah faktor yang paling dominan
dalam mempengaruhi terjadinya difteri.(Kartono,2008)
dan pertusis (DPT) sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
penyuntikan satu – dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek
samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada
saat usia sekolah dasar yaitu bersamaan dengan tetanus yaitu DT sebanyak 1 kali.
orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali.
masyarakat terutama kepada orang tua tentang bahaya dari difteria dan perlunya
imunisasi aktif diberikan kepada bayi dan anak-anak. Dan perlu juga untuk menjaga
kebersihan badan, pakaian dan lingkungan. Penyakit menular seperti difteri mudah
menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena
itulah, selain menjaga kebersihan diri, kita juga harus menjaga kebersihan
lingkungan sekitar. Disamping itu juga perlu diperhatikan makanan yang kita
konsumsi harus bersih. Jika kita harus membeli makanan di luar, pilihlah warung
yang bersih. Jika telah terserang difteri, penderita sebaiknya dirawat dengan baik
untuk mempercepat kesembuhan dan agar tidak menjadi sumber penularan bagi yang
lain. Pengobatan difteri difokuskan untuk menetralkan toksin (racun) difteri dan
terserang difteri satu kali, biasanya penderita tidak akan terserang lagi seumur
hidup.
Perawatan umum penyakit difteri yaitu dengan melakukan isolasi, bed rest :
2-3 minggu, makanan yang harus dikonsumsi adalah makanan lunak, mudah dicerna,
dimana vakisin DPT adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang
dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktifkan. Imunisasi DPT diberikan
untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus,
diberikan pertama pada bayi umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan
interval paling cepat 4 (empat) minggun (1 bulan ). DPT pada bayi diberikan tiga kali
yaitu DPT1, DPT2 dan DPT 3. Imunisasi lainnya yaitu DT (Dipteri Pertusis )
merupakan imunisasi ulangan yang biasanya diberikan pada anak sekolah dasar kelas
4. penyakit diare
1. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun
virus diantaranya rotavirus, E.coli, dan shigella. Penyebaran mikroorganisme in dapat
terjadi melalui jalan fecal dan oral. Pada tahap ini belum di temukan tanda-tanda
penyakit bila daya tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit
dan apabila daya tubuh penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus masuk dalam
tubuh
2. Patogenesis
a. tahap inkubas
d. Tahap Akhir
b. Umur
kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada kelompok usia 21-40th
(51,2%) dan pada anak-anak (75%) jadi diare lebih sering menyerang pada anak-
anak.
c. Jenis kelamin
jenis kelamin laki-laki mendominasi angka kejadian diare sekitar 86,8% dan
jumlamnya lebih banyak dari pada perempuan sekitar 21% di karenakan laki-laki
kurang bias memelihara personal hygiene yang baek.
d. Adat kebiasaan
bila host kurang bias memelihara personal hygiene maka sangat mudah virus
masuk dalam tubuh.
2. Agent
a. Golongan biologi
virus: retovirus, E.coli, Shigella dan salmonella, virus colerae
b. golongan fisik
diare di sebabkan karena infeksi pada usus,
3. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
keadaan lingkungan yang stuktur cuaca kering lebih sering terkena diare
.daerah dengan stuktur keadaan geografis kurang baik lebih sering terkena diare di
karenakan kurang pengetahuan.
b. Lingkungan non fisik
Lingkungan dengan social ekonomi yang rendah serta adapt kebiasaan yang
kurag baik atau perilaku yang kurang baik dalam memelihara personal hygiene
sangat berpontensial terjadinya diare
c. Linkungan biologis
lingkungan yang dekat dengan hewan-hewan peliharaan yang kurang terjaga
kebersihannya seperti kotoran binatang maka dapat dengan mudah virus masuk
dalam tubuh apabila host tidak menjaga kebersihan. Virus dari diare dapat dibawa
oleh human reservoir.
C. Tingkat Pencegahaan Massalah Kesehatan
1 Pencegahan Primer
pencegahan dapat di lakukan pada prepatogenesi yaitu dengan :
a. melakukan promosi kesehatan tentang pentingnya cuci tangan sebelum dan
sesudah kegiatan.
b. melakukan pencegahan dengan metode preventif:
1.memelihara personal hygiene yang baik
2.menutup makanan supaya tidak di hinggapi lalat
3.menjaga kebersihan alat-alat makan ddan minum
4.mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
2. Pencegahan Skunder
a. Tahap inkubasi
Pada tahap ini pasien dapat di beri :
1.diberi orallit
2.makanan harus di teruskan bakan di tingkatkan selama diare untuk menhindari efek
buruk pada status gizi
3.berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi
b. Tahap penyakit dini
1. 3jam pertama berikan oralit sesuai dengan ketentuan.
2. Setelah 3-4jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian anak kemudian oilih
rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan:
a. bila tidak ada rehidrasi, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk
dan tidur
b. bila tanda menunjukan dehidrasi ringan atau sedang tawarkan makanan susu dan
sari buah,
c. bila tanda menunjukan dehidrasi berat maka secepatnya rehidrasi cairan dan
amati dengan seksama anak.
c. Penyakit lanjut
Berikan antibiotic seperti tetrasiklin , doksisiklin dan berikan cairan melalui
intra vena
d. Tahap akhir
biasanya pasien diamati kurang lebih 6jam setelah pemberian oralit terus
berikan antibiotic dan berikan caiarn intra vena. Pada tahap ini bila penanganan baik
pasien bisa sembuh sempurna.
•
Prepatogenesis- M e n s t r u a s i -Tidak terbiasa mengkonsumsi
makanan yang mengandung Fe.
•
Tahap Patogenesa1 ) I n k u b a s i - a d a r F e t i d a k n o r m a l ! m u l a i
t u r u n ) - adar "b turun #) Penyakit $ini - Muka Pu%at - &'
!'emah('etih('esu('unglai('elah)(bibr pu%at( tangan pu%at(kurang tenaga(kepala terasa
melayang.- a r n a k e l o p a k d a l a m b a w a h m a t a p u % a t . - a r n a
p a n g k a l l i d a h p u % a t *) Penyakit 'an+ut - ,tatus gi i yang kurang ) Tahap akhir
penyakitPada rema+a +ika anemia terus ter+adi dapat menyebabkan keguguran dan pendarahan
ketika hamil( dapat +uga berakhir dengan stroke dan serangan +antung. ,erta mengalami
kematian +ika anemia rema+a tersebut sangat parah