Buat Pak Ali Proposal
Buat Pak Ali Proposal
(1.9 juta km2) tersebar pada sekitar 17.500 buah pulau yang disatukan oleh laut
yang sangat luas (sekitar 5.8 juta km2). Panjang garis pantai yang mengelilingi
daratan tersebut adalah sekitar 81.000 km, yang merupakan garis pantai tropis
terpanjang atau terpanjang kedua setelah Kanada. Secara geografis kepulauan dan
perairan Indonesia terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan
antara benua Asia dan Australia, termasuk di dalamnya paparan Sunda di bagian
barat dan paparan Sahul di bagian timur. Wilayah pesisiran dan lautan Indonesia
Kondisi tanah air Indonesia dengan sinar matahari sepanjang tahun, lahan
subur dari perut bumi dan lautan luas tropis menghasilkan alam dengan
Indonesia yang akrab dengan alam. Dari semula penduduk kita mengenal pola
pertanian yang mengikuti irama alam. Waktu tanam, waktu menuai memungut
1
Rokhimin Dahuri, Keanekaragaman Hayati Laut, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama), hlm 3.
1
hasil, begitu pula waktu turun ke laut menangkap ikan dipengaruhi oleh tanda-
tanda alam.2
Namun, jika melihat pada realita yang ada sekarang, manusia tidak
menjadikan lingkungan sebagai teman akrab, melainkan sebagai obyek yang harus
dikuras habis manfaatnya tanpa memikirkan dampak yang muncul dan hanya
bawah batas daya regenerasi atau asimilasi, sumber daya terbarui itu dapat
digunakan secara lestari. Akan tetapi, apabila batas itu dilampaui, sumber daya itu
akan mengalami kerusakan dan fungsi sumber daya itu sebagai faktor produksi
dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, yang pada tanggal 08 Januari 2015 secara resmi
Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine
didasari oleh penurunan Sumber Daya Ikan (SDI) yang mengancam kelestarian,
penangkapan ikat pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets)4. Di sisi lain
2
Salim Emil, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm 205-
206
3
Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia Sebuah Pengantar, (Jakarta: Sinar Grafika,
2008), hlm 4.
4
Nanik Ermawati dan Zuliyati dengan judul “Dampak Sosial dan Ekonomi atas Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/PERMEN-KP/2015 (Studi Kasus Kecamatan Juwana
Kabupaten Pati)”
2
juga, diterbitkannya Permen ini karena masih ada nelayan atau pengusaha
ikannya. Masih maraknya kegiatan IUU fishing5di Indonesia secara nyata telah
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun
lingkungan, sehingga aktivitas ini dapat dinyatakan sebagai kendala utama bagi
perusakan lingkungan yang terus terjadi. Keluarnya Permen ini menimbulkan pro-
kontra di kalangan masyarakat. Adapun pihak yang pro, salah satunya adalah
Nomor 2 Tahun 2015 didasarkan pada kondisi sumber daya ikan yang mengalami
tangkap lebih dan menyebabkan kerusakan habitat seperti di Indonesia saat ini.
stok dan habitat sumber daya ikan. Hal ini akan meningkatkan hasil tangkap per
satuan usaha (CpUE)7 dari nelayan karena stok mengalami pemulihan (heal the
ocean).8
5
IUU Fishing merupakan singkatn dari Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing
adalah penangkapan ikan yang dilakukan dengan melanggar hukum yang telah ditetapkan di
perairan suatu Negara.
6
Kementrian PPN/Bappenas Direktorat Kelautan dan Perikanan 2014 dengan judul
“Kajian Strategi Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan”.
7
Catch Per-unit of effort (CPUE) adalah merupakan hasil tangkapan per unit alat tangkap
pada kondisi biomassa yang maksimum atau merupakan angka yang menggambarkan
perbandingan antara hasil tangkapan per unit upaya atau usaha (King, 1995 dalam murniati 2011),
https://upzonesia.wordpress.com, akses 11 November 2016.
8
Tinjauan Akademis Terhadap Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.2/2015
Tentang Pelarangan Penggunaan Beberapa Alat Penangkapan Ikan di Wiayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia (Tim BPP FPIK Universitas Brawijaya Malang).
3
Pihak yang kontra menanggap bahwa Permen akan menimbulkan dampak
negatif, baik secara sosial maupun ekonomi. Dalam waktu singkat, beberapa
bisnis);
bagi anak buah kapal. Hal ini tergambar dari salah satu daerah di Indonesia, yaitu
Kabupaten Pati, di Pati, setiap satu kapal cantrang terdiri dari 15 anak buah kapal.
Untuk kapal cantrang jumlahnya ada 200 lebih kapal, jika kapal tersebut dilarang
melaut itu artinya ada 3000 orang kehilangan pekerjaan. Kedua, kesejahteraan
menurun.
9
Ikbar Al Asyari (Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya) dengan judul “Analisa Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015”
10
Ibid.
4
Masih pada ranah kontra, ombudsman Republik Indonesia pun menilai
mengandung unsur perbuatan yang tidak patut lantaran proses penerbitannya tidak
Bertolak dari kubu pro dan kontra, dalam ajaran Islam, dikenal konsep
yang berkaitan dengan penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep
khilafah dan amanah. Konsep khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih
oleh Allah di muka bumi ini (khalifatullah fil’ardh). Sebagai wakil Allah, manusia
wajib untuk dapat merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah
satu sifat Allah tentang alam ialah sebagai pemelihara atau penjaga alam
(rabbul’alamin).12
sosial yang mana antar sesama manusia haruslah hidup dalam kerukunan
lingkungannya.
11
Agus Supriadi. 2015. ”Ombudsman Desak Menteri Susi Cabut Larangan Penggunaan
Pukat”. CNN Indonesia. 05Juli 2015. Diakses pada 13 November 2016.
12
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan & Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2010)
hlm 279.
13
Catatan penyusun saat perkuliahan mata kuliah Fiqh Lingkungan pada tanggal 02
Maret 2016.
5
b. Posisi manusia sebagai khalifah, yaitu manusia haruslah amanah, adil, dan
begitupun sebaliknya.
c. Kode etik. Lingkungan alam oleh Islam dikontrol oleh dua konsep
(instrumen) yakni halal dan haram14. Halal bermakna segala sesuatu yang
lingkungan ialah haram. Jika konsep tauhid, khalifah, dan kode etik ini
Islam.
untuk hari ini namun juga untuk masa yang akan datang yaitu 20, 30, 50 bahkan
sejalan dengan keseimbangan ekosistem yang telah terjadi secara ilmiah. Manusia
14
Ibid.
15
Ibid.
6
َ عوهُ خ َْوفًا َو
َ ط َمعًا ۚ ِإ َّن َر ْح َم
ت ُ ص ََل ِح َها َوا ْد ِ َو ََل ت ُ ْف ِسدُوا فِي ْاْل َ ْر
ْ ض َب ْع َد ِإ
ini. Karena, PERMEN Nomor 2 Tahun 2015 tidaklah mungkin diterbitkan tanpa
sebelumnya ada suatu koreksi dan kajian terlebih dahulu dari pemangku kebijakan
yang tak lain tujuannya adalah kemaslahatan. Sehingga, hal ini menjadi menarik
untuk diangkat ke permukaan agar bisa diteliti dan ditelaah lebih lanjut. Dengan
Tahun 2015 dan hal ini menarik untuk dikaji dengan pembuktian dari dalil-dalil
B. Pokok Masalah
tangkap Ikan Pukat Hela (Trawis) dan Pukat Tarik (Seine Nets) terhadap
2009?
7
Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawis) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di
alat tangkap Ikan Pukat Hela (Trawis) dan Pukat Tarik (Seine Nets) terhadap
2009
2015
Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawis) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di
dan pengetahuan bagi pembaca mengenai pandangan antara Hukum Islam dan UU
Nomor 45 Tahun 2009 dalam menyikapi PERMEN Nomor 2 Tahun 2015. Kedua,
secara praktis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca
terutama akademisi maupun praktisi yang berada pada lingkup syariah dan
hukum.
D. Studi Pustaka
Terdapat beberapa kajian yang sejalur dengan tema penelitian ini. Namun,
dapat dikatakan bahwa obyek tema yang ada pada penelitian ini, yaitu PERMEN
Nomor 2 Tahun 2015, tergolong baru. Adapun penelitian yang ada sebelumnya,
8
mayoritas membahas penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing). Namun,
Kelautan dan Perikanan yaitu sebagian besar berbentuk jurnal dan karya ilmiah,
Skripsi karya Firhat Syauqi Aulia Ula dengan judul “Penerapan Peraturan
Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat
Nomor Tahun 2015. Sedangkan, perbedaannya adalah penelitian ini berfokus pada
Membahas tentang kriteria tindak pidana dan sanksi dilihat dari sudut pandang
16
Firhat Syauqi Aulia Ula, “Penerapan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI
Nomor 2/PERMEN-KP/2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
(Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Kabupaten Lamongan”, Skripsi Sarjana Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016.
9
terhadap Illegal Fishing, serta dampak yang ditimbulkan dari kegiatan Illegal
Fishing.17
harus diimbangi dengan regulasi dan kebijakan yang tepat dan efektif.18
Telaah akademis yang disusun Ir. Sukandar, MP., Ir. Dewa Gede Raka W.,
M.Sc., Dr. Daduk Setyohadi, MP., Dr. Abu Bakar Sambah, S.Pi, MT., Dr. Gatut
Bintoro, MP., Dr. Darmawan, MP., Ledhyane Ika H, S.Pi, M.Sc., Fuad, S.Pi, MT
(tim Badan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (BPP) Fakultas Perikanan dan
PERMEN Nomor 2 Tahun 2015. Perbedaannya adalah pada penelitian ini, fokus
17
Rokhman Nur Hijriyatmoko, “Sanksi Bagi Pelaku Illegal Fishing Perspektif Undang-
undang Perikanan dan Hukum Islam”, Skripsi Sarjana Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2012.
18
Direktorat Kelautan dan Perikanan 2015 dengan judul “Kajian Strategi Pengelolaan
Perikanan Berkelanjutan”, Jurnal Kementrian PPN/Bappenas 2014.
10
penelitian pada jurnal tersebut fokus mengkaji dampak ekonomi dan sosial yang
Jurnal karya Nanik Ermawati dan Zuliyati dengan judul “Dampak Sosial
tersebut membahas tentang dampak sosial dan ekonomi yang timbul khususnya
Dari studi pustaka yang telah ditelusuri dan melihat penelitian yang
sejenis, maka dengan tegas penyusun menyatakan bahwa belum ada penelitian
yang membahas secara khusus terkait apa yang dibahas penyusun dalam
penyusunan skripsi ini, yaitu pandangan Hukum Islam terhadap PERMEN Nomor
E. Kerangka Teoritik
Hukum Islam dan UU Nomor 45 Tahun 2009 terhadap PERMEN Nomor 2 Tahun
2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls)
Indonesia. Selanjutnya, bagaimana kita menilai dengan sebuah analisis objek dari
Permen ini, apakah telah sesuai dan efektif dengan konsep kesejahteraan yang
19
Telaah akademis dari Tim Badan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (BPP)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang dengan judul “Tinjauan
Akademis Terhadap Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 2/2015 Tentang Pelarangan
Penggunaan Beberapa Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia”
11
Ada 2 konsep yang ditawarkan dalam mengupas permasalahan yang ada
terhadap masalah-masalah yang baru dan yang belum ada secara harfiah dalam
wahyu maupun dalam kepentingan untuk mengetahui apakah suatu kasus dapat
diterapkan suatu ketentuan hukum atau tidak, karena terjadinya pergeseran nilai
sisi humanis manusia sebagai subyek sekaligus objek hukum. Konsep ini dapat
syari’ah dan tujuan umum dari agama Islam. Dalam implementasinya perlu
Menurut Imam Asy-Syatibi ada lima pokok syariat Islam, yaitu dalam
rangka melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kelima pokok tersebut
20
Syamsul Bahri, Metodologi Hukum Islam, (Yogyakarta: Teras, 2008) hlm 105-106.
21
Ali Sodiqin, Fiqh Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012), hlm 167.
22
Mardani, Ushul Fiqh, (Depok: Rajagrafindo Persada, 2013) hlm 337.
12
mewujud dan memelihara lima unsur pokok tersebut, Imam Asy-Syatibi membagi
1. Maqashid al-daruriyat
2. Maqashid al-Hajiyat
3. Maqashid al Tahsiniyat
yang terdapat dalam Islam, antara yang satu dengan yang lainnya saling
dipastikan hak-haknya akan hilang dan identitas kemanusiaannya akan sirna, baik
berpendapat dan berekspresi, hak reproduksi, hak hidup, hak atas kepemilikan
harta benda.24
jiwa, akal, keturunan, dan harta), sebagian Ulama menambah hifz al-‘Ird (menjaga
keharusan, yang tidak bisa tidak ada, jika kehidupan manusia dikehendaki untuk
23
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid Syariah Menurut Al-Syatibi, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 1996) hlm 71-72.
24
Ali Yafie, Merintis Fiqh Lingkungan Hidup, (Jakarta Selatan: Tama Printing, 2006)
hlm.179.
13
berlangsung dan berkembang. Kehidupan manusia akan menghadapi bahaya jika
akal mereka terganggu, oleh karena itu Islam melarang keras khamr, narkoba, atau
sejenisnya. Kehidupan manusia akan berada dalam keadaan bahaya jika nyawa
penyakit dan atau jika tidak tersedia sistem penjaminan lingkungan dari polusi,
maka, dalam rangka inilah kita dapat memahami pelarangan Nabi SAW akan
metodologis paling penting saat ini utnuk melakukan reformasi dan pemabaruan
islami. Media populer dan literatur studi Islam seringkali menyoroti dan
penting tentang ‘perbedaan antara sarana dan tujuan’. Adapun maqashid syariah
tradisi kenabian. Pengkajian berikut akan mengemukakan metode fikih ‘fath al-
25
Jaser Audah, Al-Maqasid Untuk Pemula, Alih bahasa ‘Ali ‘Abdelmon’im, (Yogyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2013) hlm 8.
26
Ibid.
14
zarai (membuka sarana)’ sebagai perluasan dari metode klasik ‘memblokir
Salah satu aspek yang menjadi gagasan materi muatan konstitusi adalah
suatu konstitusi atau semakin disebut konstitusi hijau. Demikian pula sebaliknya.
pada Mei 2009 dalam publikasi bukunya berjudul “Green Constitution Nuansa
Hijau Undang-Undang Dasar 1945”. Kendati demikian, oleh Jimly diakui bahwa
gagasan green constitution bukanlah sama sekali baru, karena sudah sering
digunakan dalam berbagai jurnal ilmiah. Kalau ditelusuri lebih jauh, gagasan ini
lingkungan hisup di Stockholm, Swedia, pada tahun 1972. Hal ini terbukti dengan
dalam konstitusi. Sampai tahun 2004-2005 Tim Hayward mencatat lebih dari
27
Ibid.
28
Muhammad Akib, Politik Hukum Lingkungan Dinamika dan Refleksinya dalam Produk
Hukum Otonomi Daerah, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2012) hlm 13-14.
15
Lebih lanjut, pendekatan yang dilakukan dalam skripsi ini yaitu melalui
bi’ah) dan penanganannya perlu diletakkkan di atas suatu fondasi moral untuk
mendukung segala upaya yang sudah dilakukan dan dibina selama ini yang
ternyata belum mampu mengatasi kerusakan lingkungan hidup yang sudah ada
manusia yang beriman supaya menginsafi bahwa masalah lingkungan hidup tidak
dikaruniakan Sang Pencipta Yang Maha Pengasih dan Penyayang sebagai hunian
tempat manusia dalam menjalani hidup di bumi ini. Manusia yang beriman
lingkungan hidup adalah juga bagian dari iman itu sendiri. Itulah wujud nyata dari
sendiri.29
semacam ini, maka secara zhahir negara telah mewujudkan konsep maqashid
syariah berupa pencapaian membangun hak asasi manusia sesuai syariat dan
lingkungan hidup.
29
Ibid.
16
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
(library research). Pada seluruh sumber yang berkenaan dengan penelitian ini
mengacu kepada sumber-sumber data tertulis dan data-data baik dari buku, jurnal,
2. Objek Penelitian
Tahun 2015 Tentang Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela
melarang adanya penangkapan ikan dengan alat penangkapan ikan pukat hela
(trawls) dan pukat tarik (seine nets) yang akan dianalisis berdasarkan hukum
3. Pendekatan Masalah
dengan jalan mengidentifikasi hukum Islam lebih tepatnya pada teori maqashidu
30
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm 25.
17
4. Tahapan Penelitian
Tahun 2009 dan menjadi rujukan dalam penelitian ini. Data-data dan informasi
tersebut, penyusun peroleh dari buku, jurnal, artikel, dan lain sebagainya.
a. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di
2. Data Sekunder
surat kabar, maupun karya ilmiah yang terdiri dari skripsi ataupun
jurnal. Serta bahan atau data lainnya yang berkaitan dengan penelitian
ini.
b. Seleksi Data
18
5. Analisis Data
Untuk mendapatkan hasil akhir dengan valid dan reliabel dari penelitian
bertolak dari pengertian bahwa sesuatu yang berlaku bagi keseluruhan peristiwa
kelompok/jenis tersebut. 31
analitis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mencari makna pada istilah-
memperoleh pengertian atau makna baru dari istilah-istilah hukum dan menguji
Analisis ini dilakukan pada bab ke-empat dengan berdasarkan data yang telah ada.
6. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah sehingga pemaparan yang ada
bab, dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian yaitu PERMEN Nomor 2 Tahun 2015 yang tertuang dalam Undang-
31
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hlm 109-110.
32
Ibid.
19
Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan, dan dipertegas dengan Pasal
konsep maqasidu syariah dari tokoh Imam Asy-Syatibi dan Jasser Auda dengan
permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini sesuai dengan konsep yang telah
ditawarkan.
Bab ke-lima, berisi penutup, yang terdiri dari kesimpulan dari hasil
20