PENDAHULUAN
1
anggaran yang cukup guna membantu dan menanggung iuran asuransi bagi
golongan miskin, tidak mampu, dan kaum rentan. Kesalahan pada implementasi
sistem ini dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi pihak BPJS, yang
sebagian besar dananya disponsori oleh pemerintah. Untuk menghindari kerugian
bagi negara, maka perlu dikaji sistem yang bagus untuk menangani asuransi bagi
seluruh penduduk Indonesia ini. Salah satu metode yang digunakan yaitu melalui
penggunaan IT untuk mencegah kemungkinan “kebocoran” dana ke pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian BPJS
3
v. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
vi. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
vii. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat
pertama
viii. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan
kesehatan mencakup:
i. Rawat jalan, meliputi:
1. Administrasi pelayanan
2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan sub
spesialis
3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan
indikasi medis
4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
5. Pelayanan alat kesehatan implant
6. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai
dengan indikasi medis
7. Rehabilitasi medis
8. Pelayanan darah
9. Pelayanan kedokteran forensik
10. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
ii. Rawat Inap yang meliputi:
1. Perawatan inap non intensif
2. Perawatan inap di ruang intensif
3. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh
Menteri
Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi:
4
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI): fakir miskin dan orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), yaitu yang
terdiri dari:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
i. Pegawai Negeri Sipil;
ii. Anggota TNI;
iii. Anggota Polri;
iv. Pejabat Negara;
v. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
vi. Pegawai Swasta; dan
vii. Pekerja yang tidak termasuk huruf i sampai vi yang
menerima Upah, termasuk WNA yang bekerja di Indonesia
paling singkat 6 (enam) bulan.
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
i. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
ii. Pekerja yang tidak termasuk huruf i yang bukan penerima
Upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 (enam) bulan.
3. Bukan pekerja dan anggota keluarganya, antara lain:
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :
i. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun
ii. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun
iii. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
iv. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
yang mendapat hak pensiun
v. Penerima pensiun lain
5
vi. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
lain yang mendapat hak pensiun
d. Veteran
e. Perintis Kemerdekaan
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan
g. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu
membayar iuran.
Selain itu, terdapat juga anggota keluarga yang ditanggung oleh peserta
BPJS, yang terbagi berdasarkan tipe peserta BPJS, yang rinciannya dapat dilihat
berikut ini.
1. Pekerja Penerima Upah
a. Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak
kandung, anak tiri dan/atau anak angkat), sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang.
b. Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan
anak angkat yang sah, dengan kriteria:
i. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri
ii. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum
berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja: Peserta dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan (tidak
terbatas).
3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang
meliputi anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang
meliputi kerabat lain seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah
tangga, dll.
6
2.3. Tugas BPJS
Pada pelaksanaannya mulai dari 1 Januari 2014 hingga saat ini, ada beberapa
kendala yang telah dihadapi pada pelaksanaan BPJS Kesehatan, antara lain yaitu:
7
Sebagaimana kasus yang sama dengan Askes, kasus ini menimpa
Inem salah satu penderita kanker payudara. Sebelumnya ketika
masih menggunakan Jamkesmas, biaya operasi dan pengobatan
semuanya gratis. Namun setelah diganti BPJS, biaya operasi gratis,
namun beberapa biaya obat dibebankan kepada pasien. Intinya
sama dengan kasus pertama, yaitu kemungkinan pengurangan
daftar obat yang bisa diklaimkan.
Sesuai Permenkes 69/2013 itu tarif jasa dokter tingkat 1 atau setara
puskesmas hanya sebesar Rp3.000 hingga Rp6.000. Tarif untuk
dokter gigi hanya Rp2.000
8
2.5. Sistem Pelaksanaan BPJS Eksisting
Sistem BPJS Kesehatan yang saat ini berjalan dapat dilihat pada buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan bagi Peserta JKN. Pada buku ini dapat
ditemukan beberapa alur pelayanan kesehatan sesuai dengan skenario yang
terjadi. Secara umum, pelayanan kesehatan atas keluhan ditangani terlebih dahulu
oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama (klink atau puskesmas), baru kemudian
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua (rumah sakit, dokter spesialis).
Pada alur pelayanan kesehatan yang tercantum pada buku panduan tersebut
sudah cukup jelas alur yang akan dilewati pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, baik itu pelayanan rawat jalan seperti yang terlihat pada gambar
berikut, pelayanan rawat inap, kasus gawat darurat, maupun pelayanan lanjutan ke
fasilitas kesehatan tingkat kedua. Pasien yang merupakan peserta BPJS Kesehatan
perlu melakukan identifikasi peserta, yang kemudian akan diverifikasi kembali
oleh fasilitas kesehatan tempat pasien berobat. Setelah melalui proses pendaftaran,
pasien baru boleh menerima pelayanan kesehatan yang sesuai.
9
2.6. Proposal Solusi IT
Kelemahan lain dari sistem BPJS Kesehatan yang saat ini berjalan yaitu
kurang jelasnya sistem pembayaran atas pelayanan kesehatan. Pada sistem BPJS
Kesehatan, seharusnya pembayaran atas pelayanan kesehatan dilakukan oleh
BPJS kepada pihak rumah sakit/puskesmas/klinik sesuai dengan besaran tarif
dasar yang telah ditentukan oleh BPJS. Tarif dasar ini mencakup tarif atas
konsultasi dokter, obat, dan lain sebagainya, namun tidak mencakup keseluruhan
tarif pengobatan yang berlaku sehingga pasien masih harus membayarkan
sebagian biaya pengobatan, yang dapat dilakukan secara individual maupun
melalui pihak ketiga (asuransi selain BPJS). Semua dana ini dikumpulkan ke
dalam suatu rekening kesehatan, yang akan menerima pembayaran dari bank,
asuransi kesehatan, serta dari BPJS, yang kemudian akan membayarkan tarif
tindakan pelayanan kesehatan kepada masing-masing fasilitas kesehatan dan
dokter.
Permasalahan lain yang terdapat pada sistem ini yaitu adalah sistem rekam
medis yang belum terintegrasi. Pada sistem BPJS, pasien atau peserta BPJS
diharapkan untuk konsultasi ke puskesmas atau klinik terlebih dahulu saat
10
menderita suatu penyakit, baru kemudian pergi ke rumah sakit rujukan yang
ditunjuk oleh puskesmas atau klinik apabila diperlukan tindakan pengobatan yang
melebihi kapasitas puskesmas/klinik. Untuk mempermudah pelayanan kesehatan
pada fasilitas kesehatan yang berbeda seperti ini, sebaiknya setiap pasien memiliki
rekam medis terintegrasi yang dapat diakses oleh setiap fasilitas kesehatan yang
bekerja sama dengan sistem BPJS. Sistem rekam medis terintegrasi ini akan
sangat memudahkan dokter untuk mengetahui catatan kesehatan pasien dan
memberikan diagnosa penyakit yang lebih baik, sehingga dokter dapat
memberikan tindakan pelayanan kesehatan yang tepat terhadap pasien.
Untuk mencegah hal-hal seperti data ganda pada pasien, setiap data pasien
termasuk dengan status keanggotaannya pada asuransi BPJS Kesehatan perlu
dicocokkan lagi dengan database kependudukan yang berlaku. Sehingga, secara
umum ilustrasi mengenai sistem IT BPJS Kesehatan yang kami usulkan dapat
dilihat pada gambar berikut.
11
Gambar 2.2. Proposal Solusi IT BPJS Kesehatan
12
BAB III
PENUTUP
Sistem BPJS Kesehatan merupakan jaminan sosial yang telah dicanangkan oleh
pemerintah Indonesia dalam rangka menjamin pelayanan kesehatan bagi seluruh
warga Indonesia. Untuk memudahkan pelaksanaan sistem ini serta menghindari
kerugian-kerugian yang mungkin didapatkan oleh pemerintah atas kesalahan
pelaksanaan sistem, maka kami mengusulkan penggunaan sistem IT untuk
mempermudah verifikasi keanggotaan peserta BPJS, rekam medis terintegrasi,
serta sistem pembayaran yang terpisah bagi fasilitas kesehatan dan dokter. Kami
berharap sistem IT yang kami ajukan ini dapat menjadi referensi alternatif bagi
pelaksanaan sistem IT BPJS Kesehatan yang telah diterapkan di Indonesia.
13
REFERENSI
http://www.setkab.go.id/artikel-11646-sjsn-menuju-negara-kesejahteraan-ala-
indonesia.html
14