Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PRESENTASI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM


THYPOID
DI RUANG SRIKANDI RS PERMATA MEDIKA

Disusun Oleh :
Merisa Dwi Utomo
G3A016244

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi

Demam thypoid adalah penyakit infeksi sistemik pada saluran pencernaan

yang disebabkan oleh salmonella thypi dengan gejala demam yang lebih dari

satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.

(Simanjuntak, C. H, 2009)

II. Etiologi

Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif,

bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3

macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek

lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita

terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. (Sudoyo,

2009).

III. Patofisiologi

Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama

makanan dan minuman, sabagian besar akan mati oleh asam lambung HCL

dan sebagian ada yang lolos (hidup), kemudian kuman masuk kedalam usus

(plag payer) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia

primer dan mengakibatkan perdangan setempat, kemudian kuman melalui

pembuluh darah limfe akan menuju ke organ RES terutama pada organ hati

dan limfe.
Di organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak

difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga

menyebar ke organ lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan

peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrien dan hiperperistaltik usus

sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan termoregulasi yang

mengakibatkan demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya

tubuh menjadi mudah lelah.

Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan

roseola pada kulit dan lidah hipermi. Pada hati dan limpa akan terjadi

hepatospleno megali. Konstipasi bisa terjadi menyebabkan komplikasi

intestinal (perdarahan usus, perfarasi, peritonitis) dan ekstra intestinal

(pnemonia, meningitis, kolesistitis, neuropsikratrik). (Soedarmo, 2012).

IV. Manifestasi Klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika

dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang

tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama

30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri

kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian menyusul gejala klinis sbb:

1. Demam

Berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak terlalu

tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-angsur meningkat, biasanya

turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada
minggu ke-2 penderita terus demam dan minggu ke-3 penderita demamnya

berangsur-angsur normal.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor

(coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa

membesar. disertai nyeri pada perabaan

3. Gangguan kesadaran

Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai

samnolen.

Disamping gejala-gejala tersebut ditemukan juga pada penungggungdan

anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena

emboli basil dalam kapiler kulit. (Hidayat, 2009)

V. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium antara

lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan darah tepi

b. Pemeriksaan sumsum tulang

c. Biakan empedu untuk menemukan salmonella thyposa

d. Pemeriksaan widal digunakan untuk membuat diagnosis tifus yang pasti


VI. Pathways
Makanan terkontaminasi salmonella

Mulut

HCL (lambung)

Hidup Tidak hidup

usus terutama plag peyer

kuman mengeluarkan
endotoksin

Bakteiema primer

Difogosit Tak difogosit

mati bakteriema sekunder

Pembuluh darah kapiler Usus halus Hipotalamus Hepar

Procesia Tidak peradangan menekan hipotasplenom


pada kulit hipertermi termoreguler

Malababsorbsi
Hipertermi Endotoksin
nutrien
merusak hepar

Hiperperistaltik usus cepat lelah

diare SGOT/SGPT

bedrest
intoleransi
aktifitas

reinterkasi usus

Komplikasi

Intestinal Ekstraintestinal
VII. Komplikasi
- perdarahan usus - Pneumonia
- Revolusi - Meningitis
Dapat terjadi pada:
- Peritonitis - kolesistitis
- Neuropsikiatrik
1. Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu:

a. Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan

tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila

berat dapat disertai perasaan nyari perut dengan tanda-tanda rejatan

b. Perforasi usus

c. Peritonitis ditemukan gejala abdomen akut yaitu: nyeri perut yang hebat,

diding abdomen dan nyeri pada tekanan

2. Diluar anus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu

meningitis, kolesistitis, ensefelopati. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu

bronkopneumonia.

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium antara

lain sebagai berikut:


a. Pemeriksaan darah tepi

b. Pemeriksaan sumsum tulang

c. Biakan empedu untuk menemukan salmonella thyposa

d. Pemeriksaan widal digunakan untuk membuat diagnosis tifus yang pasti

IX. Penatalaksanaan

Pengobatan/penatalaksaan pada penderita typus adalah sebagai berikut:

1. Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta

2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu

4. Diet makanan harus mengandung cukup cairan dan tinggi protein

5. Obat Kloramfenikol

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
a. - Identitas klien
Nama : Ny.M
Umur :34 thn
Ttl :Temanggung, 06 april 1983
MRS : 28/03/2017 Jam :02.32
No.MR :132891
Agama : islam
Status : menikah
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Dx medis : demam typoid

- Identitas penanggung jawab


Nama :Tn.S
Pekerjaan :karyawan swsta
Hubungan :suami
b. Keluhan utama
Demam
c. Riwayat Penyakit dahulu
klien Ny. M mengatakan menderita demam typoid baru pertama kali
ini
d. Riwayat Penyakit Sekarang
klien Ny. M mengeluh demam naik turun selama 5 hari, tidak nafsu
makan, anyang- anyangen, BAB tiddak lancar dan nyeri tekan pada
perut.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
suami Ny.M mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit demam typoid.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit klien makan 2- 3 kalli seharidengan porsi habis,
namun setelah sakit dan di rawat di rumah sakit klien makan
hanya 2x sehari dengan porsi tidak habis.
2. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit klien mengatakan melakukan aktifitas sebagai ibu
rumah tangga dan memberikan ASI pada anaknya yang masih
berumur 5 bulan, namun disaat sakit klien tidak bisa melakukan
aktivitas mseperti biasanya dan tidak dapat memberikan ASI pada
anaknya.
3. Pola tidur dan aktivitas
Sebelum sakit klien mengatakan tidur/ istirahat tercukupi, namun
setelah sakit klien mengalami perubahan dalam pola istirahat
tidur karena sering terbangun.
4. Pola Eliminasi
Saat sehat klien mengatakan BAK normal warna kuning jernih,
namun saat sakit klien sulit BAK dan warna lebih kuning pekat
kecoklatan, keluarnya sedikit- sedikit. Sedangkan BAB selama
sakit klien mengatakan BAB tidak lancar.
5. Pola persepsi dan pengetahuan
Persepsi diri klien tentang kesehatan diri baik, namun klien
terkadang masih meminta kepada suami untuk membawa
anaknya yang masih berumur 5 bulan ke rumah sakit, karena
Ny.M teringat- ingat dengan anaknya.
6. Pola konsep diri
Klien berharap setelah dirawat di RS dapat segera sembuh dan
pilang kerumah supaya bisa memberikan ASI lagi

g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran compos mentis dan tampak lemah
2. Kepala dan leher
Konjungtiva anemis, mataa cowong, muka pucat/bibir kering,
lidah kotor dan putih.
3. Dada dan abdomen
Di daerah abdomen ditemukan nyeri tekan
4. Sistem integument
Turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
5. Sistem eliminasi
Ny.M mengatakan tidak bisa BAB, dan BAK berwarna kuning
pekat kecoklatan dan keluarnya sedikitt- sedikit.
i. Pemeriksaan Penunjang
Untuk melakukan diagnosis penyakit typhus abdominalis,
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup
pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut ;
pemeriksaan hasil nilai rujukan satuan
-Hematologi
hemoglobin 12,8 12,5-15,5 g/dl
lekosit 9600 4000-10000 mm3
hematokrit 39 35-47 %
trombosit 199000 150000-400000 mm3
-Serologi (Widal)
widal type O = 1/60 positif negatif
Widal type O = negatif negatif
1/320 negatif negatif
widal type O = 1/640 positif negatif
widal type H = 1/160 positif negatif
widal type H = 1/320 negatif negatif
widal type H = 1/640

2. Diagnosa Keperawatan
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus demam typhus yaitu sebagai berikut :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan makanan yang tidak adekuat, karena
pasien tidak nafsu makan
X. Fokus Intervensi

No Tgl Tujuan dan KH Rencana keperawatan


1 28/3/17 Tujuan : 1. Monitor vital sign
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 2. Anjurkan peningkatan intake cairan air putih, sedikit tapi sering
selama 3 x7 jam
diharapkan 3. Kompres pada lipatan paha dan axila
ketidakefektifan
termoregulasi teratasi 4. Lanjutkan advis dalam pemberian antipiretik Paracetamol per oral 500 mg
KriteriaHasil 5. Kolaborasi pemberian cairan IV 30 tpm
Klien tidak mengeluh
demam suhu normal 36
.5 -3 7,5 derajat
Celcius
Tubuh teraba tidak
panas

n Tgl Tujuan Rencana keperawatan


o
2 28/3/17 Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi makanan
tindakan keperawatan 3x 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
24 jam diharapkan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
kebutuhan nutrisi klien klien
terpenuhi dengan kriteria 3. Berikan makanan yang terpilih (sudah
hasil : dikonsulkan ke ahli gizi)
- Tidak ada 4. Kaji kebersihan mulut dan warna lidah
tanda- tanda
malnutrisi
- Mampu
mengidentifik
asi kebutuhan
nutrisi
- Tidak terjadi
penurunan
BB
IMPLEMENTASI
hari/ tgl
tgl
dx
keperawatan
Jam Implementasi Respon klien
Selasa Hipertermi b.d 11.00 1. Memonitor TTV S :klien mengatakan
28/3/17 proses penyakit badanya masih lemas
O:
S :37,7
N: 94
TD :107/78
11.20 2. Memberikan S: klien mengatakan sudah
kompres hangat bisa kompres sendiri
O:
S : 37,1
11.40 3. Memberikan obat S: klien mengatakan akan
P.O (paracetamol meminum obatnya
500mg) O:
Klien menerima obat
12.00 4. Memantau S :klien mengatakan sudah
pemberian cairan minum , BAK 1x
infus 30 tpm O;
Cairan infus masih sisah
setengah
rabo Nutrisi kurang 07.00 1. Operan jaga S : pasien menerima obat
29/3/17 dari kebutuhan 2. Memberikan dan mengatakan sudah
tubuh b.d faktor obat minum air putih 2 gelas
biologis paracetamol O:
3. Menganjurkan Pasien dapat menerima
klien makan dengan baik tentang
dalam kondisi penjelasan yang dberikan
masih hangat perawat
dan minum air
putih sedikit tapi
sering

08.05 4. Memberikan S : klien mengatakan iya


injeksi O:
cefotaxim 1grm Klien dapat menerima
pemberian injeksi
09.30 5. Monitor intake S :klien mengatakan sudah
dan output makan habis setengah dan
cairan minum 3 gelas, BAB 1x dan
BAK 2x
O :cairan infus masih
banyak
11.00 6. Memonitor TTV S :klien mengatakan
badanya masih sedikit lemas
O:
TD :108/69
S :36,8
N :80

EVALUASI
No Hari/tgl catatan perkembanganCatatan perkembangan
No
Dx
1. Rabu, S: Ny.M mengatakan badanya sudah tidak demam lagi
29/3/17 O : hasil pemeriksaan TTV Ny.M adalah
11.30 TD :108/69 N : 76 S : 36,8
Pasien masih tampak lemas
A :masalah demam teratasi, suhu tubuh dalam batas normal
P :hentikan intervensi
2 Rabu, S :klien Ny/ M mengatakan sudah makan habis setengah dan minum 3 gelas,
29/3/17 BAB 1x dan BAK 2x
12.00 O:
Klien masih tampak lemas, nafsu makan masih menurun
A : masalah belum teratasi, perhatikan diit pasien
P : lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.
Jakarta:Interna Publishing.
Haryono, Rudi.2012.Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.Yogyakarta
: gosyen Publishing.
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
Keperawatan Buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Nanda. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.
Jakarta : EGC
Soedarmo, S.S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., Satari, H.I.,2010, Buku Ajar
Infeksi & Pediatri Tropis, Edisi Kedua, IDAI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai