Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PTERYGIUM DI POLI MATA


RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 7 November – 9 November 2019

Oleh:
Muhamad Bagus Umaro, S.Kep
NIM. 1930913310024

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Muhamad Bagus Umaro, S.Kep

NIM : 1930913310024

JUDUL LP : - Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pterygium di Poli Mata


RSUD Ulin Banjarmasin
- Resume asuhan keperawatan pada pasien di Poli Mata
RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 7 November 2019

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Maulidya Septiany, S.Kep, Ns.,M.Kep. Efnita, SKM, MM


NIP. 19640604 199101 2 001
PTERYGIUM

Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada Penanganan:


Klasifikasi Pterygium :
selaput lendir (konjungtiva) bentuknya seperti segitiga 1. Tindakan Operatif (pembedahan) : Bare Sklera,
1. Pterygium Simpleks; jika terjadi
dengan puncak berada di arah kornea. Timbunan atau Subkonjungtiva dan Graf.
hanya di nasal atau temporal saja.
benjolan ini membut penderita agak kurang nyaman karena 2. Farmakologi : Obat tetes mata topikal (air mata
2. Pterygium Dupleks; jika terjadi di
biasanya akan berkembang dan membesar sehingga bisa artifisial) , salep untuk pelumas topikal
nasal dan temporal.
menjadi menutup kornea dari arah nasal dan sampai ke (hypotears,P.M penyegar (OTC)., obat tetes mata
Grade pada Pterygium :
pupil, jika sampai menutup pupil maka penglihatan kita anti – inflamasi (Prednisolon asetat).
akan terganggu. Grade 1 : Tipis (pembuluh darah
konjungtiva yang menebal
dan konjungtiva sklera Komplikasi:
Penyebab: masih dapat dibedakan), Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan,
Pterygium belum dapat dipahami secara jelas, diduga pembuluh darah sklera kemerahan, iritasi, bekas luka yang kronis pada
peradangan neoplasma dan degenerasi. Pterygium banyak masih dapat dilihat. konjungtiva dan kornea. Komplikasi post pterygium
terjadi pada mereka yang banyak menghabiskan waktu di Grade 2 PTERYGIUM
: Pembuluh darah sklera
seperti infeksi, reaksi material jahitan, diplopia,
luar rumah dan banyak terkena panas terik matahari. masih dapat dilihat.
Grade 3 : Resiko kambuh, ngganjel, conjungtival graft dehiscence, corneal scarring.
Penyebab paling umum adalah exposure atau sorotan
hiperemis, pada orang muda Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola
berlebihan dari sinar matahari yang diterima oleh mata.
(20-30 tahun), mudah mata perdarahan vitreous, atau retinal detachment.
Faktor resiko : Tinggal di daerah yang banyak terkena sinar kambuh.
matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya Grade 4 : Jika pertumbuhan pterygium
besar, biasanya ditemukan pada petani, nelayan dan orang- sudah melewati pupil
Pemeriksaan :
orang yang tinggal di dekat daerah khatulistiwa, jarang sehingga menggangu
menyerang pada anak-anak. penglihatan. 1. Anamnesis : Menanyakan keluhan, faktor resiko
seperti pekerjaan, paparan sinar matahari.
2. Pemeriksaan fisik : Ploriferasi minimal dan
Tanda gejala: penyakitnya lebih bersifat atrofi (cenderung lebih
1. Mata irritatif, merah dan mungkin menimbulkan astigmatisme. pipih dan pertumbuhannya lambat, insidensinya
2. Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke
lebih rendah untuk kambuh setelah dilakukan eksisi.
kornea (Zone Optic).
3. Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat Mempunyai riwayat penyakit tumbuh cepat dan
kering) dan garis besi yang terletak di ujung pteregium. terdapat komponen elevasi jaringan fibrovaskular
(perkembangan klinis yang lebih cepat dan tingkat
kekambuhan yang lebih tinggi untuk kambuh setelah
dilakukan eksisi.
3. Pemeriksaan Slit Lamp : Dokter memastikan adanya
lesi.
PATHWAY

Sinar Ultra Violet Angin Asap Debu

Semua alergi menuju ke bagian nasal orbita

Meatus nasi inferior

Terjadi iritasi Resiko Cedera

Gangguan Rasa Penebalan dan pertumbuhan konjungtiva bulbi


Nyaman

Menjalar ke kornea (segitiga puncak)

Pterygium

Menutupi kornea

Resiko Jatuh Pandangan kabur

Dilakukan tindakan operatif

Nyeri Akut Terjadinya trauma jaringan luka Resiko Infeksi


ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN PTERYGIUM

Pengkajian Diagnosis Keperawatan


1. Identitas 1. Nyeri akut b.d agens injury biologis
2. Keluhan Utama 2. Ansietas b.d perubahan besar status kesehatan
3. Riwayat Kesehatan 3. Resiko Jatuh faktor resiko kesulitan melihat
4. Pemeriksaan Fisik 4. Resiko Cedera faktor resiko eksternal (biologis)
5. Resiko Infeksi faktor resiko supresi respon inflamasi (pterygium)

Nyeri akut b.d agens injury biologis Ansietas b.d perubahan besar status kesehatan

Pain control, Pain level


NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 menit kecemasan pasien teratasi dengan kriteria
hasil: Anxiety Level
1. Mengenali serangan nyeri Anxiety Self-Control
2. Melaporkan nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien menunjukkan
3. Ekspresi wajah akibat nyeri penurunan kecemasan dengan kriteria hasil:
1. Menyatakan kecemasan berkurang
Pain Management 2. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, 3. Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan
kualitas dan faktor presipitasi
NIC
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Kurangi faktor presipitasi nyeri Anxiety Reduction
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
5. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 2. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dirasakan selama
6. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi prosedur
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 3. Berikan informasi terkait diagnosis, penanganan dan prognosis
8. Tingkatkan istirahat 4. Sarankan keluarga untuk berada di dekat klien
9. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan 5. Instruksikan klien untuk melakukan teknik relaksasi
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 6. Kaji tanda-tanda ansietas secara verbal maupun nonverbal
10. Kolaborasikan dengan dokter untuk memberikan farmakologi mengurangi nyeri
Coping Enhancement
Analgesic Administration 1. Beri pujian atas pemahaman pasien tentang proses penyakit
1. Cek order medis untuk obat, dosis dan frekuensi analgesik yang diberikan 2. Pahami perspektif pasien terhadap situasi yang menyebabkan stres
2. Cek adanya alergi obat 3. Dukung klien mengidentifikasi kekuatan dan kemampuan yang dimiliki
3. Monitor TTV sebelum dan sesudah memberikan analgesik narkotik
4. Dokumentasikan respon klien terhadap penggunaan analgesik
Risiko jatuh faktor resiko Resiko cedera faktor resiko Resiko Infeksi faktor resiko supresi respon
kesulitan melihat eksternal biologis inflamasi (Pterygium)

Fall Prevention Behavior, Risk Control Rick Kontrol Immune Status


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 15 Knowledge : Infection Contol
menit pasien tidak mengalami hal yang membuat menit pasien tidak mengalami resiko cedera, dengan Risk Control
terjatuh, dengan kriteria hasil: kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
1. Menggunakan alat untuk membantu penglihatan 1. Klien bebas dari cedera 15 menit pasien tidak mengalami resiko infeksi,
2. Klien tidak terjadi resiko jatuh 2. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari dengan kriteria hasil:
3. Pertahankan keseimbangan untuk mencegah resiko lingkungan untuk mencegah cedera 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
jatuh 3. Menggunakan fasilitas yang ada 2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
4. Mengatur gaya hidup untuk mencegah resiko infeksi
Fall Prevention cedera 3. Menunjukkan perilaku hidup sehat.
1. Mengidenfikasi fisik pasien yang dapat 5. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
meningkatkan potensi jatuh dalam lingkungan Environment Management Infection Control
tertentu 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien 1. Infeksi kondisi mata apakah terdapat kemerahan,
2. Mengidenfikasi karakteristik lingkungan yang 2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dan benjolan
dapat meningkatkan potensi jatuh ( lantai yang dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien 2. Instruksikan kebersihan tangan sebelum dan
licin dan tangga terbuka) dan riwayat penyakit terdahulu pasien sesudah berkunjung
3. Sarankan perubahan dalam gaya berjalan dengan 3. Memberikan penerangan yang cukup 3. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
perlahan-lahan 4. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien. 4. Gunakan pelindung mata untuk mencegah
4. Gunakan alat bantu seperti tongkat, kursi roda 5. Memindahkan barang-barang yang dapat terjadinya pterygium
untuk menghindari resiko jatuh membahayakan 5. Berikan terapi antibiotik bila perlu seperti obat
5. Anjurkan pasein memakai kacamata yang sesui 6. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau tetes mata, obat salap dan obat mata anti
ketika keluar dari tempat tidur pengunjung adanya perubahan status kesehatan inflamasi
6. Memberikan pengawasan yang ketat untuk dan penyebab penyakit.
mencegah resiko jatuh. Perlindungan infeksi
Pencegahan jatuh 1. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Manajemen lingkungan : keselamatan 1. Identifikasi defisit kognitif dan fisik pasien yang 2. Hindari kontak dekat dengan hewan dan
1. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berpotensi meningkatkan resiko jatuh penjamu dengan imunitas yang
berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat 2. Identifikasi karakteristik lingkungan yang membahayakan
perilaku dimasa lalu berpotensi meningkatkan resiko jatuh 3. Pertahankan aseptik untuk pasien yang
2. Identifikasi hal-hal yang membahayakan 3. Monitor cara berjalan, keseimbangan, tingkat beresiko
dilingkungan (bahaya fisik, biologi dan kimiawi) kelelahan dengan ambulasi 4. Anjurkan pasien untuk istirahat
3. Singkirkan bahan berbahaya dari lingkungan jika 4. Sediakan penerangan yang kuat
diperlukan 5. Berikan edukasi kepada anggota keluarga tentang
4. Bantu pasien saat melakukan perpindahan faktor resiko yang meningkatkan potensi jatuh dan
kelingkungan yang lebih aman bagaimana cara mengurangi resiko tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Ferrer F.J.G., Schwab I.R., Shetlar D.J., 2000. Vaughan & Asbury’s General
Ophthalmology (16th edition). Mc Graw-Hill Companies, Inc. United States
Gloria M. B., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NIC). 6th ed.
Mosbie Elsevier : USA.
Hartono, 2005. Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada : Jogjakarta.
Herdman, T. H. 2018. NANDA International. Nursing Diagnosis: Definitions
and Classification 2018 – 2020. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H. & Kamitsuru S. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2018-2020. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Ilyas S., 2005. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Sue M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NOC). 5th ed. Mosbie
Elsevier: USA.
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai