Anda di halaman 1dari 37

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)

UNTUK PERAWAT DI RUMAH SAKIT

sevensitorus2013@gmail.com

sevens1973@yahoo.co.id

089659557175

NS. Seven Sitorus, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.M.B

Disampaikan Pada Acara


Seminar dan Workshop On Line Kesehatan Medis,
Sabtu 25 November 2022
LATAR BELAKANG

 4 Prediktor Kematian Pasien Covid-19 yaitu: Usia


tua, Pneumonia, Sesak napas dan Hipertensi
(FKUI dan Dinkes DKI, 2020)
 Penyebab kematian pada pasien COVID-19:
Terlambat ditangani; Mengidap penyakit tidak
menular, Kesediaan fasilitas kesehatan (Satgas
Percepatan Penanganan COVID-19, 2020).
 Kurang dari 40% individu dewasa menerima
CPR yang dimulai oleh individu awam, dan
kurang dari 12% yang menerapkan AED
sebelum kedatangan EMS (AHA, 2020).
 Pada kondisi berat dan kritis pasien dapat
mengalami henti jantung sehingga diperlukan
Bantuan Hidup Dasar (BHD) melalui RJP
(Resusitasi Jantung Paru). (PDPI, PERKI, PAPDI,
PERDATIN, IDAI, 2020).
Sumber: Antara, 25 Nop 2022 Jam 15.50
DEFINISI RJP (AHA, 2010)

 Resusitasi
jantung paru (RJP)
adalah metode untuk
mengembalikan fungsi
pernapasan dan sirkulasi
pada pasien yang mengalami
henti napas dan henti jantung
yang tidak diharapkan mati
pada saat itu
Update BHD versi Tujuan
AHA 2020 Acuan berikut dimaksudkan untuk
memperbarui dasar-dasar
pemberian Bantuan Hidup Dasar
(BHD) sebelumnya dengan
pedoman terbaru dari American
Heart Association perihal
Resusitasi Jantung Paru (CPR) dan
Penanganan Kardiovaskular Darurat
yang dirilis tahun 2020
MEMULAI RJP

- Kapan Memulai RJP


Berbeda dengan penanganan medis yang
lain, RJP bisa dimulai tanpa menunggu
intruksi Dokter. Seseorang yang memiliki
pengetahuan dan kemampuan RJP
dapat menolong pasien dengan kasus
henti jantung. Namun penolong juga
harus mengetahui beberapa keadaan
sehingga RJP tidak perlu dilakukan, al:
CONTINUE…

A. Kejadian henti jantung yang disaksikan


RJP tidak perlu dimulai jika :
 Ada bukti permintaan keluarga
 Usaha RJP membahayakan orang yang
menolong
 Kemungkinan mengembalikan sirkulasi
spontan sangat kecil
 Henti jantung yang terjadi setelah usaha
terapi yang maksimal untuk penyakit
yang terminal
CONTINUE…

B. Kejadian henti jantung tidak disaksikan.


Penolong tidak mengetahui berapa lama
henti jantung telah berlangsung untuk hal
ini RJP tak perlu dilakukan jika:
 Ada tanda kematian yang tidak berubah
 Sudah mulai ada tanda – tanda
pembusukan
 Penderita mengalami trauma yang tidak
bisa diselamatkan
UPDATE AHA 2020
Rantai Keselamatan (Chains of Survival)
Pada Pasien Dewasa dan Anak

Perubahan di 2020:

– Penambahan 1 mata Rantai Keselamatan bagi


kasus henti jantung pada pasien Dewasa Anak
dalam rumah sakit
– Mata rantai keenam, Recovery/ Pemulihan,
Rantai Keselamatan luar rumah sakit (bagi
pasien dewasa dan anak) dan Rantai
Keselamatan di dalam rumah sakit bagi pasien
dewasa.
Rantai Keselamatan bagi Pasien Dewasa
Rantai Keselamatan bagi Pasien Anak
ALGORITHMS WITH KEY CHANGES (AHA,
2020)
PPE (PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT)
Penyelamatan Pernapasan:
Pasien Dewasa

Perubahan 2015  2020:

2015 :RESCUE BREATHING :@5-6 Detik


ADVANCED AIRWAY :@6 DETIK

2020 :RESCUE BREATHING/ADVANCED AIRWAY :@6


DETIK
Tingkat Ventilasi
pada Pasien Anak

Perubahan di 2020:
– Untuk pasien bayi dan anak dengan nadi tidak
teraba lakukan RJP, berikan 1 napas tiap 2 sampai
3 detik (dengan total 20 hingga 30 napas per
menit).
Opioid

Perubahan di 2020:
– Untuk pasien dengan dugaan overdosis opioid yang
memiliki denyut pasti tetapi tidak bernapas normal
atau hanya terengah- engah (gagal napas), selain
memberikan penyelamatan pernapasan, berikan
nalokson.
– Untuk pasien dengan dugaan overdosis opioid yang
tidak memiliki denyut nadi dan tidak bernapas,
pertimbangkan untuk memberikan nalokson tetapi
jangan tunda RJP.
– Untuk pasien dengan dugaan overdosis opioid yang
memiliki denyut nadi dan pernapasan normal,
pertimbangkan untuk memberikan nalokson, dan
segera bawa ke rumah sakit.
Penanganan Kasus
Henti Jantung di
Ruma Sakit
ALGORITMA RJP BAGI TENAGA KESEHATAN
UNCHANGED

Pastikan keamanan (Scene Danger)


a. Aman Penolong (Rescuer)
b. Aman Korban (Victim)
c. Aman Lingkungan (Bystander)
UNCHANGED

Cek Respon Korban

A •Alert
V •Verbal
P •Pain
U •Unresponsive
UPDATED

• Tetap bersama korban, gunakan handphone


untuk panggil bantuan, aktifkan speaker untuk
berkomunikasi dan mendengarkan instruksi tenaga
kesehatan.
Atau
• Jika sendirian tanpa handphone, berteriak meminta
tolong dan ambil AED (jika dapat tersedia segera)
sebelum memulai RJP.
Meminta bantuan, sambil tetap bersama
korban
UPDATED

Periksa napas dan nadi secara


simultan kurang dari 10 detik

Jika nadi tidak teraba


 Beri 30 kompresi dan 2 ventilasi

Jika nadi teraba


 Beri 1 ventilasi tiap 6 detik (10 kali/menit)

Meraba nadi karotis, 2-3 cm dari


samping trakhea
Rekomendasi AHA 2015 :

KEDALAMAN RASIO TEKNIK

Dewasa dan remaja


5 – 6 cm 30:2 2 tangan pada seperdua bawah sternum
(2 – 2.4 inchi) (1 atau 2 penolong)

Anak (1 tahun s.d. puber)


1/3 diameter dada 30:2 (1 penolong) 2 atau 1 tangan pada seperdua bawah
15:2 (2 penolong) sternum

Bayi (<1 tahun)


1/3 diameter dada 30:2 (1 penolong) 2 jari dibawah nipple line

15:2 (2 penolong) 2 jempol dibawah nipple line


UNCHANGED

Atur Posisi
1. Pasien telentang di atas permukaan yang keras &
datar
2. Posisi penolong:
a. Berlutut disamping pasien
b. Berdiri disamping tempat tidur pasien

Letakkan tumit telapak tangan pada pertengahan dada


Posisi tangan pada
(seperdua bawah sternum) dengan telapak tangan
lower half of sternum ditumpuk dengan jari ditautkan.
UPDATED

Lakukan kompresi
1. Kedalaman minimal 5 cm (tapi tidak
lebih dari 6 cm)
2. Kecepatan 100 – 120 kali/menit

Push fast but not too hard

Kompresi dengan lengan lurus


Rekomendasi AHA 2015 : Full Chest Recoil
• Hindari bertumpu (leaning) antar kompresi
a. Meningkatkan alir balik vena
b. Meningkatkan aliran darah kardiopulmonal
c. Menurunkan tekanan perfusi koroner
UPDATED

Mechanical Chect Compression Device ?


a. Hasil penelitian randomized controlled trial, menunjukkan bahwa kompresi mekanik
tidak lebih baik dari kompresi manual
b. Kompresi manual tetap direkomendasikan sebagai prosedur standar.

Sumber Gambar:
https://i.ytimg.com/vi/HvNkWpZmdHA/hqdefault.jpg
http://jtd.amegroups.com/article/viewFile/5594/html/41573
ANJURAN & LARANGAN BLS UNTUK
CPR BERKUALITAS TINGGI DEWASA

Penolong HARUS Penolong TIDAK boleh


Melakukan kompresi dada dengan kecepatan Mengkompresi dengan kecepatan lebih rendah
100 – 120 kali/ menit dari 100 x/ menit atau lebih cepat dari 120 x/
menit
Kedalaman kompresi antara 2 inchi Kedalaman kompresi tidak kurang dari 2 inchi
(5 cm) hingga 2,4 inchi (6 cm) atau tidak lebih dari 2,4 inchi (6 cm)
Memberikan rekoil penuh setelah setiap kali Bertumpu di atas dada di antara kompresi yang
kompresi dilakukan
Meminimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi lebih dari 10 detik
Memberikan ventilasi yang cukup (2 nafas Memberikan ventilasi berlebihan (mis: terlalu
buatan setelah 30 kompresi, setiap nafas buatan banyak nafas buatan atau memberikan nafas
diberikan lebih dari 1 detik, setiap kali diberikan buatan dengan kekuatan berlebihan)
dada akan terangkat
UNCHANGED

Terdiri atas 2 tahap:


1. Bersihkan jalan napas
Head Tilt dan Chin Lift 2. Buka jalan napas
Teknik Jaw thrust

Pistol Grip Technics


Pada pasien curiga trauma servikal,
gunakan teknik Jaw Thrust
UPDATED

• Penolong awam lebih direkomendasikan


manual immobilization dibandingkan
menggunakan immobilization device

• Risiko cedera servikal meningkat jika


terdapat cedera pada kepala dan muka
atau GCS <8
UPDATED
UPDATED

X X a. √
Beri napas 2 kali dengan volume
tidal, dengan teknik
a. Mouth to Mouth

X X b.
c.
d.
Mouth to Barrier Device
Mouth to Nose
Mouth to Stoma
e. Bag Valve Mask

√ √ Tidak lebih dari 10 detik


UPDATED

1. Evaluasi dilakukan tiap 2


menit
2. AHA 2015 tidak menyebutkan
evaluasi tiap 5 siklus
a. Jika napas (-) dan nadi (-)  kompresi
dan ventilasi 30 : 2
b. Jika napas (-) dan nadi (+)  ventilasi 10
kali/menit (6 detik)
c. Jika napas (+) dan nadi (+),  beri
recovery position
RJP TIDAK DILAKUKAN

 DNAR (Do Not Attempt Resuscitation)


 Tanda kematian : rigor mortis, dekapitasi
 Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat
jelek dengan terapi maksimal
 Bila menolong korban akan membahayakan
penolong
KOMPLIKASI RJP
 Pada Costae: Terjadi Fraktur iga & sternum,sering terjadi
terutama pada orang tua, RJP tetap diteruskan walaupun
terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi
tangan salah.
 Pada Paru: Terjadi Pneumothorax, Hemothorax, Kontusio
paru
 Perdarahan Intra abdomen, laserasi hati dan limpa, posisi
tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus
xipoideus ke arah hepar (limpa)
RJP DIHENTIKAN
1. Kembalinya ventilasi & sirkulasi spontan
2. Ada bantuan yg > ahli datang menolong.
3. Penolong lelah atau OVER EXHAUSTED.
4. Adanya DNAR
5. Tanda kematian yang irreversibel/Waktu sudah 30 menit
atau lebih
DAFTAR PUSTAKA
 AMERICAN HEART ASSOCIATION (2020). Pedoman CPR Dan ECC
 Satgas COVID-19 Paparkan 3 Penyebab Kematian Pasien Corona di Indonesia
(https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5121143/satgas-covid-19-paparkan-3-
penyebab-kematian-pasien-corona-di-Indonesia)
 WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. Data last updated: 2020/11/23, 5:02pm CET
(https://covid19.who.int/?gclid=CjwKCAiA2O39BRBjEiwApB2IkpZs3nsEvw6KBOsgi726kRl_yhJ0xU
mQ67Bxpu90QeTJg3Y-0H7S7BoCv6wQAvD_BwE)
 FKUI dan Dinkes DKI Ungkap 4 Prediktor Kematian Pasien Covid-19
https://lifestyle.bisnis.com/read/20201007/106/1302168/fkui-dan-dinkes-dki-ungkap-4-prediktor-
kematian-pasien-covid-19
 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia (PERKI) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Perhimpunan
Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN) Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) PEDOMAN TATALAKSANA COVID-19 Edisi 2 Agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai