Oleh:
KELOMPOK F
Nur Wulan Maulida, S.Kep NIM.1930913320001
Jannatu Rahmah, S.Kep NIM.1930913320019
Herma Fathun Ainida, S.Kep NIM.1930913320005
Muhammad Bagus Umaro, S.Kep NIM.1930913310024
Shovi Nurfitriani, S.Kep NIM.1930913320028
Oleh Kelompok F:
Dhian Ririn Lestari, S.Kep., Ns, M.Kep Emelda Sari, S.Kep., Ns.
NIP. 19801215 2008112 2 003 NIP. 19891004201101 2 003
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN
HALUSINASI
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan jiwa merupakan bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan jiwa bentuk pelayanan Bio-Psiko-Sosio-
Spritual yang komperhensif. Pasien dapat berupa individu, keluarga dan
komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Bentuk Asuhan
keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan,
pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Keluarga sebagai orang terdekat dengan pasien merupakan sistem
pendukung utama dalam memberikan pelayanan langsung pada saat pasien
berada dirumah. Oleh karena itu keluarga memiliki peran penting didalam
upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada pasien jiwa. Melihat
fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai
cara perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah perawat dapat melaksanakan penyuluhan guna
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.
B. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat
memahami bagaimana cara merawat pasien dengan halusinasi.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali pengertian halusinasi
2. Peserta penyuluhan dapat mengetahui tanda dan gejala halusinasi
3. Peserta penyuluhan dapat mengulang kembali cara mengontrol
halusinasi
4. Peserta penyuluhan dapat memahami penyebab dengan halusinasi
5. Peserta penyuluhan dapat memahami peran keluarga dalam merawat
pasien dengan halusinasi
D. KEGIATAN PENYULUHAN
Alokasi waktu:
1. Pembukaan : 3 menit
2. Peyampaian materi : 10 menit
3. Tanya jawab : 15 menit
4. Penutup : 2 menit
E. SETTING TEMPAT
Keterangan :
D B A E A = Penyaji
B = Pembawa Acara
D C D C = Peserta
D = Fasilitator
E = Observer
F. GARIS BESAR MATERI
1. Pengertian halusinasi
2. Penyebab halusinasi
3. Tanda dan gejala halusinasi
4. Cara mengontrol halusinasi
5. Peran keluarga dalam merawat pasien halusinasi
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan peserta penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan.
c) Kesiapan tim penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (Leaflet)
2. Evaluasi Proses
a) Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan
b) Keaktifan dalam melaksanakan tanya jawab
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) 70% keluarga memahami materi yang disampaikan
Lampiran Pertanyaan KepadaKeluarga Tn. I
Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Halusinasi adalah gangguan
persepsi sensori dari suatu obyek
tanpa adanya rangsangan dari luar,
gangguan persepsi sensori ini
meliputi seluruh pancaindra, serta
merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan
perabaan, atau penciuman
2. Mengamuk adalah cara mengontrol
halusinasi
3. Bicara atau tertawa sendiri, marah-
marah tanpa sebab, mengarahkan
telinga ke arah tertentu, menutup
telinga adalah tanda halusinasi
4. Peran keluarga menjauhi pasien,
tidak mendampingi dan
membiarkan bercakap-cakap
sendiri
5. Stres dan cemas menyebabkan
halusinasi
6. Kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi sehat, emosional,
psikologis, dan sosiologi yang
terlihat dari hubungan
interpersonal yang memuaskan dan
efektif
7. Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan di mana seseorang
melakukan tindakan yang tidak
membahayakan
8. Muka merah, tangan mengepal,
mata melotot, suara keras dan
kasar tandak risiko perilaku
kekerasan
9. Memancing emosi adalah peran
keluarga dengan risiko perilaku
kekerasan
10. Kegagalan dapat menimbulkan
frustasi dan menyebabkan
perilaku kekerasan
11. Defisit perawatan diri adalah
pasien mampu untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias, makan, toileting)
12. Klien dengan gangguan jiwa
dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan
diri.
13. Badan bau, pakaian kotor, rambut
panjang, kulit kotor, kuku panjang
dan kotor tanda perawatan diri
yang baik
14. Membantu merawat dan
membicarakan tentang pentingnya
kebersihan adalah peran keluarga
15. Klien mempunyai kemampuan
melakukan berpakaian atau berhias
adalah deficit perawatan diri
16. Menarik diri dari lingkungan,
suasana hati yang berubah-rubah,
sulit diajak komunikasi adalah
tanda kekambuhan pasien
17. Minum obat teratur dapat
menyebabkan kekambuhan
18. Minum obat hanya saat kambuh
19. Dukungan dan bantuan keluarga
merupakan penting dalam
kepatuhan terhadap pengobatan
20 Gejala kekambuhan tejadi pada
perubahan pikiran, perasaan, dan
perilaku
LAMPIRAN MATERI
A. Definisi Halusinasi
F. Pohon Masalah
Risiko Perilaku Kekerasan Effect
Halusinasi
Core Problem
G. Pengobatan Halusinasi
a. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung,
selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan
(Stuart, 2005). Dukungan keluarga sangat penting terhadap
pengobatan pasien gangguan jiwa, karena pada umumnya klien
gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan
jenis obat yang akan diminum. Keluarga harus selalu membimbing
dan mengarahkan agar klien gangguan jiwa dapat minum obat
dengan benar dan teratur (Zaini, 2019).
Dukungan keluarga yang bisa diberikan kepada pasien
meliputi dukungan emosional yaitu dengan memberikan kasih
sayang dan sikap menghargai yang diperlukan klien, dukungan
informasional yaitu dengan memberikan nasihat dan pengarahan
kepada klien untuk minum obat, dukungan instrumental yaitu dengan
menyiapkan obat dan pengawasan minum obat, dan dukungan
penilaian memberikan pujian kepada klien jika minum obat tepat
waktu. Kepatuhan berobat adalah perilaku untuk mengkonsumsi obat
sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang dianjurkan sesuai kategori
yang telah ditentukan, tuntas jika pengobatan tepat waktu, dan tidak
tuntas jika tidak tepat waktu (Muhith, 2015).
b. Manfaat Obat Antipsikotik
Obat-obatan skizofrenia atau antipsikotik bekerja dengan cara
mengubah aktivitas zat-zat kimia tertentu di dalam otak. Obat ini ada
yang diberikan dalam bentuk obat minum, seperti tablet, kapsul, atau
sirup, dan ada juga yang dalam bentuk suntikan. Obat antipsikotik
dapat membantu mengurangi gejala skizofrenia. Efek yang terlihat
pada penderita skizofrenia setelah mengonsumsi obat ini antara lain
adalah (Muhith, 2015):
1) Berkurangnya halusinasi.
2) Delusi mulai melemah dan menghilang setelah beberapa minggu.
3) Berkurangnya rasa cemas, bersalah, tegang, dan sulit konsentrasi.
4) Kemampuan interaksi dengan orang lain menjadi lebih baik.
Setelah 6 minggu mengonsumsi obat skizofrenia atau obat
antipsikotik secara teratur, kebanyakan penderita akan merasa
kondisinya secara umum jauh lebih baik daripada sebelumnya. Obat-
obatan antipsikotik memang dapat membantu mencegah
kekambuhan dan meringankan gejala skizofrenia, seperti halusinasi
dan delusi, namun tidak dapat menyembuhkan skizofrenia
sepenuhnya. Sebagian besar penderita perlu mengonsumsi obat
dalam jangka panjang, bahkan di saat sedang tidak ada gejala, agar
tidak kambuh. Jika penderita tidak meminum obat secara teratur
dapat memicu kekambuhan dan memperpanjang proses perawatan
gangguan jiwa (Keliat, 2009).
H. Peran Serta Keluarga Dalam Merawat Pasien
Adapun peran serta keluarga dalam merawat pasien, terdiri dari (Zaini,
2019):
a. Memenuhi kebutuhan sehari-hari
1) Bantu dan perhatikan pemenuhan kebutuhan makan dan minum,
kebersihan diri dan penampilan
2) Latih dan libatkan pasien dalam kegiatan sehari-hari : makan
sendiri, cuci pakaian, kebersihan rumah tangga, dll
b. Bantu komunikasi dengan teratur
1) Bicara jelas dan singkat
2) Kontak / bicara secara teratur
3) Pertahankan tatap muka saat bicara
4) Lakukan sentuhan yang akrab
5) Sabar, lembut tidak terburu-buru
6) Hindari kecemasan pada pasien
c. Libatkan dalam kelompok
1) Beri kesempatan untuk menonton TV, baca buku/ koran /
majalah, dengar musik
2) Sediakan peralatan pribadi, misal ; tempat tidur, lemari pakaian
3) Pertemuan keluarga secara teratur
d. Peran Pengawas Menelan Obat
1) Mengawasi penderita agar menelan obat secara teratur
2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat secara
teratur
3) Mengingatkan pasien untuk kontrol pada waktu yang telah
ditentukan
e. Tugas Pengawas Menelan Obat
1) Menyiapkan dan mengingatkan pasien saat minum obat
2) Memotivasi pasien saat merasa bosan meminum obat setiap hari
3) Mengingatkan saat jadwal kontrol dan pengambilan obat
4) Memberitahu pasien tentang hal yang harus dan tidak boleh
dilakukan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara Rasmun, (2001):
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa
pasien disentuh atau dipegang. Pasien jangan diisolasi baik secara fisik
atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati
pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien diberitahu. Pasien diberitahu
tindakan yang akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan
sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk
berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau
hiasan dinding, majalah dan permainan.
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang
diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan
memupuk hubungan dengan orang lain.
Sp pasien Sp Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi halusinasi: dengan mendiskusikan 2. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
isi, frekuensi, waktu terjadi situasi pencetus, dalam merawat pasien
perasaan dan respon 3. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala serta
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, proses terjadinya halusinasi
obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan. 4. Jelaskan cara merawat pasien dengan
3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan halusinasi.
menghardik 5. Latih cara merawat halusinasi : hardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
6. Anjurkan pasien sesuai jadwal dan beri
menghardik.
pujian
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian 1. Evaluasi kegiatan
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat keluarga dalam merawat / melatih pasien
(jelaskan 6 benar obat, jenis, guna, dosis, menghardik beri pujian
frekuensi, kontinuitas minum obat) 2. Jelaskan 6 benar cara
3. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada memberikan obat
gangguan jiwa 3. Latih cara memberikan /
4. Jelaskan akibat jika obat tidak diminum sesuai membimbing minum obat
program 4. Anjurkan membantu
5. Jelaskan akibat putus obat pasien sesuai jadwal dan beri pujian
6. Jelaskan cara berobat
7. Masukan pada jadwal kegiatan kegiatan untuk
latihan menghardik dan beri pujian.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan 1. Evaluasi kegiatan
obat. Beri pujian. keluarga dalam merawat /melatih pasien dalam
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan memberikan obat. Beri pujian
bercakap-cakap ketika halusinasi muncul 2. Jelaskan cara
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
menghardik, minum obat, dan bercakap- mengontrol halusinasi
cakap. 3. Latih dan
sediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan
pasien terutama saat halusinasi
4. Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan berikan
pujian.
Keliat, B.A dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika