Anda di halaman 1dari 3

1.

Bidang perdagangan
faktor pendorong perdagangan antardaerah. Pertama, perbedaan faktor produksi yang
dimiliki, terutama faktor produksi alam. Daerah pesisir pantai pasti ingin hasil produksinya
bisa sampai ke pelosok kan? begitu juga yang di daerah pelosok pegunungan, hasil produksi
seperti sayuran dan buah-buahan pasti juga ingin sampai ke tangan penduduk di pesisir. Oleh
karena itu, diperlukan adanya kegiatan perdagangan, di mana hasil produksi bisa saling
memenuhi kebutuhan.

Faktor kedua yang mendorong perdagangan antardaerah atau antarpulau ini ialah perbedaan
tingkat harga. Contohnya, Kota Pekalongan, yang terkenal sebagai penghasil batik, pengrajin
batiknya pasti ingin mendapatkan untung dong? umumnya, harga batik di Pekalongan lebih
murah karena Pekalongan pusat dari pengrajin batik. Oleh karena itu, para pengrajin batik di
Pekalongan memasarkan batiknya ke daerah lain.

2. Bidang Pendidikan

 PDIP: Hardiknas Momentum Ingatkan Tujuan Konsep Pendidikan


Sabtu, 2 Mei 2015 21:07 WIB
TRIBUN/DANY PERMANA
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto
menilai Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) harus jadi momentum untuk
mewujudkan tujuan dari konsep

pendidikan sebagaimana digagas oleh Ki Hajar Dewantara. Hasto mengatakan, Peringatan


Hardiknas yang jatuh pada tanggal 2 Mei bertepatan dengan Hari Lahir Ki Hajar Dewantara.
Bukan hari lahir Taman Siswa yang ia dirikan tahun 1922, juga bukan hari lahir lembaga
pendidikan nasional lain, seperti Muhammadiyah (1912) atau NU (1926). "Fakta itu
bermakna Hardiknas menekankan peringatan pada lahirnya konsep Pendidikan Nasional.
Pada cara pengajaran dan materi pendidikan yang bertujuan untuk melahirkan bangsa
Indonesia yang merdeka. Disitulah Ki Hajar Diwantara menjadi salah seorang penggagas dan
pelopor utama," kata Hasto, di Jakarta, Sabtu (2/5/2015). Menurut Hasto, memperingati
Hardiknas adalah mengingatkan kembali tujuan pendidikan nasional. Menurut Ki Hajar
Dewantara, kata dia, tujuan Pendidikan Nasional

adalah membentuk Bangsa Indonesia yang berpikir, berperasaan, dan berjasad merdeka.
Membentuk Bangsa Indonesia berbudi luhur yang merdeka, mandiri dan swadaya, dalam
lingkungan yang bernafaskan kebangsaan dan berlanggam kebudayaan.
Karenanya, konsep pendidikan harus menerapkan pendidikan yang ‘membimbing’
(among) melalui keteladanan (ing ngarso sung tulodo), penyemangatan (ing madyo mbangun
karso) dan pemberdayaan (tut wuri handayani). "Guru bukan instruktur, tetapi pamong yang
senantiasa menjadi teladan, penyemangat dan pemberdaya para siswa. Hanya dengan
pendidikan seperti itu akan lahir manusia Indonesia merdeka," ujarnya. Setelah 70 tahun
Merdeka, lanjut Hasto, tujuan itu masih jauh dari harapan. Pendidikan, kata dia, belum
mampu membentuk manusia Indonesia merdeka yang sebenar-benarnya merdeka.
"Pendidikan belum tuntas mengikis belenggu berpikir, berperasaan dan bertabiat sebagai
bangsa terjajah. Dalam beberapa hal justru Pendidikan melahirkan belenggu-belenggu baru.
Belenggu gaya hidup konsumtif, belenggu berpikir dan bertabiat asing, tidak mengakar pada
realitas sosial dan budaya bangsa. Pendidikan yang justru mengasingkan dari realitas bangsa
Indonesia sendiri. Pendek kata, setelah 70 tahun merdeka, masih banyak sisi-sisi kehidupan
bangsa Indonesia yang masih terjajah," jelasnya. Untuk itu, dalam memperingati Hardiknas 2
Mei 2015, PDIPmenyerukan untuk memfokuskan kembali arah Pendidikan Nasional kepada
Pembentukan Manusia Indonesia Merdeka. Peringatan Hardiknas adalah momentum
menggali kembali konsep Pendidikan Nasional yang telah diwariskan oleh para tokoh,
pemikir dan ahli pendidikan Indonesia. "Selanjutnya merumuskan kebijakan Pendidikan
Nasional yang benar-benar ditujukan untuk membangun Indonesia Merdeka," pungkasnya.
Terkait#PDIP#Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas)

 Pendidikan Karakter Untuk Membangun Peradaban Bangsa

Pendidikan adalah hal yang sangat dianggap penting di dunia, karena dunia butuh akan
orang-orang yang berpendidikan agar dapat membangun Negara yang maju. Tapi selain itu
karakter pun sangat diutamakan karena orang-orang pada zaman ini tidak hanya melihat
pada betapa tinggi pendidikan ataupun gelar yang telah ia raih, melainkan juga pada karakter
dari pribadi dari setiap orang.

Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang
psikomotoriknya, masih banyak guru-guru di setiap sekolah yang hanya asal mengajar saja
agar terlihat formalitasnya, tanpa mengajarkan bagaimana etika-etika yang baik yang harus
dilakukan.

Di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman


menjelaskan kepada kita bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan
diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka
pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan beradab,
bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab. Maka terpikirlah oleh para
cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).

Banyak pilarkarakter yang harus kita tanamkan kepada anak – anak penerus bangsa,
diantaranya adalah kejujuran, yah kejujuran adalah hal yang paling pertama harus kita
tanamkan pada diri kita maupun anak – anak penerus bangsa karena kejujuran adalah
benteng dari semuanya, Demikian juga ada pilarkarakter tentang keadilan, karena seperti
yang dapat kita lihat banyak sekali ketidakadilan khususnya di Negara ini. Selain itu harus
ditanamkan juga pilarkarakter seperti rasa hormat. Hormat kepada siapapun itu, contohnya
adik kelas mempunyai rasa hormat kepada kakak kelasnya, dan kakak kelasnya pun
menyayangi adik – adik kelasnya, begitu juga dengan teman seangkatan rasa saling
menghargai harus ada dalam diri setiap murid - murid agar terciptanya dunia pendidikan
yang tidak ramai akan tawuran.
Sekarang mulai banyak sekolah – sekolah di Indonesia yang mengajarkan pendidikan karakter
menjadi mata pelajaran khusus di sekolah tersebut. Mereka diajarkan bagaimana cara
bersifat terhadap orang tua, guru –guru ataupun lingkungan tempat hidup.

Mudah – mudahan dengan diterapkannnya pendidikan karakter di sekolah semua potensi


kecerdasan anak –anak akan dilandisi oleh karakter – karakter yang dapat membawa mereka
menjadi orang – orang yang diharapkan sebagai penerus bangsa. Bebas dari korupsi,
ketidakadilan dan lainnya. Dan makin menjadi bangsa yang berpegang teguh kepada karakter
yang kuat dan beradab. Walaupun mendidik karakter tidak semudah membalikan telapak
tangan, oleh karena itu ajarkanlah kepada anak bangsa pendidikan karakter sejak saat ini.

3. Bidang Keagamaan

A.Islam
Islam adalah Agama yang mengimani satu tuhan, Islam secara bahasa (secara lafaz) memiliki
beberapa makna. Islam terdiri dari huruf dasar (dalam bahasa Arab): Sin, Lam, dan Mim.
eberapa kata dalam bahasa Arab yang memiliki huruf dasar yang sama dengan Islam,
memiliki kaitan makna dengan Islam.Islam secara bahasa adalah : Islamul !a"h
(menundukkan Allah), Al istislam (berserah diri), As salamah (suci bersih), As Salam (selamat
dan se"ahtera), As Silmu (perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau taddaru").Secara
istilah, Islam berarti !ahyu Allah, diin para nabi dan rasul, ped#man hidup manusia,
hukum$hukum Allah yang ada di dalam Al %uran dan As Sunnah, dan dia merupakan "alan
yang lurus, untuk keselamatan dunia dan akhirat. &ama kitab suci Agama Islam : Al qur'an.
&ama pemba!a A"arannya : &abi Muhammad SAermulaan : *urang+lebih - tahun lalu.
&ama tempat peribadatan : Mas"id./ari besar keagamaan : Muharram, Asyura, Maulud &abi,
Isra0' Mi0'ra", &uzulul %ur0' an, Idul 1itri, Idul Adha, dan 2ahun aru /i"riah.

B. Buddha
uddha dalam ahasa Sansekerta adalah : Mereka yang Sadar, 3ang mencapai pencerahan
se"ati.dari perkataan Sansekerta: udh, untuk mengetahui, uddha merupakan gelar kepada
indi8idu yang menyadari p#tensi penuh untuk mema"ukan diri dan yang berkembang
kesadarannya.

Anda mungkin juga menyukai