Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. PENGERTIAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan
lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Brunner dan suddarth, 2001).
Osteomielitis adalah infeksi entukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati) (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus
atau proses spesifik (Mansjoer, 2000)
B. ETIOLOGI
1. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang
oleh Streptococcus hemolyticus
2. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
3. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri
anaerob yaitu Bacterioides fragilis.
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat
lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu
infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung
tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang belakang
dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana
terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik seperti
luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada jaringan
lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan
lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah(misalnya ulkus dekubitus
yang terinfeksi).
C. PATHWAY
Terlampir
D. KLASIFIKASI
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari
focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul,
luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa
dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
2. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut
biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya
terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh
dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri
pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset
yang lambat.
3. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan.
Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan
oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis
organisme.
4. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul.
5. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan
biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis
yang terjadi pada tulang yang fraktur.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Panas tinggi, anoreksia, malaise (adanya proses septikemia)
2. Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan anggota bersangkutan, pembengkakan lokal
(tanda-tanda radang akut : rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi larsa) dan nyeri tekan
3. Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena nanah dan
bengkak
LAB : Leukositosis, anemia, LED meningkat
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2
minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan
pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar
adalah osteomielitis.
G. KOMPLIKASI
3. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh
c. Atritis septik
4. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh yang
terkena
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
e.
H. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan penderita dan
reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan
menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan
tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat
kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu mengikat kalsium dan
menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium dan
fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan pada proses pengerasan
tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon
paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.
I. Pencegahan osteomielitis
1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang keduanya buruk
bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok,
sangat disarankan Anda berhenti sesegera mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di arteri Anda, dan
kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi
Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran
(setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian.
3. Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan berat badan dan
kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet
kalori terkontrol dan olahraga teratur.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan,tiga sampai
empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah
pint bir yang normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur
melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik tekanan darah dan kadar
kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk.
5. Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan sistem peredaran
darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Sebagai
contoh, Anda bisa melakukan lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap
meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda mulai membaik.
J. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian fokus sebagai berikut :
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis
dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
1. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,bahasa
yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu.
Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan. (misalnya diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya)
d. Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
3. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
b. Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi,karena pada pasien yang kurang aktifitas
maka pasien tersebut akan mengalami konstipasi dan bisa berakibat urine tertahan apabila
kalsium pada tulang kandungannya terlalu tinggi.
c. Pola aktivitas :

No Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


1. Makan/minum
2. M a n d i
3. Toileting
4. Berpakaian
5. Mobilitas ditempat tidur
6. Berpindah
7. R O M

4. Pemeriksaan fisik
a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari
sinus disertai nyeri.
b. Kaji adanya faktor resiko Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi.
(pada osteomielitis akut)
c. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.
d. Identisikasi peningkatan tanda-tanda vital.
e. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.

K. Diagnosa
1. Diagnosa pre-operasi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik ( inflamasi dan
pembengkakan
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
c. infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
d. Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang.
e. Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Kecemasan berhubungan dengan tindakan pembedahan dan kemungkinan dilakukannya
amputasi.
g. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi.
h. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka, atau ulserasi.
2. Diagnosa post-operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post pembedahan,luka post
pembedahan.
c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan pembedahan (amputasi).
L. INTERVENSI
1. Pre-operasi
Dx 1 : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan nyeri selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil:
a. Ekspresi nyeri lisan / pada wajah
b. Kegelisahan / ketegangan otot
c. Posisi tubuh melindungi
d. Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik secara tepat.
NIC: Penatalaksanaan Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensifmeliputi lokasi, karakteristik, durasi/awitan,
frekuensi, kualitas, intensitas, atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0-10, 10= nyeri berat, 0=tidak
ada nyeri dapat juga dengan gambar alur nyeri untuk anak-anak.
3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal khususnya pada mereka yang tidak mampu
mengkomunikasikannya secara efektif.
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (contoh : relaksasi, distraksi, terapi bermain)
sebelum, setelah dan jika memungkinkan semala aktivitas yang menyakitkan sebelum nyeri
terjadi / meningkat dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain
5. Pastikan pemberian analgesika prapenanganan dan atasi strategi non farmakologis sebelum
dilakukan prosedur yang menimbulkan nyari.

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
NOC: Tingkat Mobilitas
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perubahan posisi selama 3 x 24 jam
diharapkan mobilitas pasien adeku
Kriteria Hasil:
a. Penampilan seimbang
b. Pergerakan sendi dan otot
c. Melakukan perpindahan
d. Meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas

NIC: Perubahan Posisi


1. Pantau ketepatan pemasangan traksi
2. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benar
3. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar
4. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan puntung amputasi pada posisi
fleksi, tinggikan baian tubh yang terkena, jika diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh
yang terkena).
5. Dukung latihan ROM aktif.

Dx III : Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengendalian infeksi selama 3 x 24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
c. Menghindari penjalaran terhadap ancaman kesehatan
NIC: Pengendalian Infeksi
1. Pantau tanda/gejala infeksi (,isalnya suhu tubuh, denyut jantung, penampilan luka, sekresi
urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise).
2. Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan.
3. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke
pusat kesehatan.
5. Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan.

Dx IV : Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang berkurang.
NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan mencegah jatuh selama 3 x 24 jam
diharapkan cedera tidak terjadi
Kriteria hasil:
a. Menghindari cedera fisik.
b. Pasien dan keluarga memilih permainan yang aman.
c. Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi risiko yang meningkatkan kerentanan
terhadap cedera.
d. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko.
NIC: Mencegah Jatuh
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misal : defisit motorik /
sensorik (berjalan dan keseimbangan).
2. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh (lantai licin, karpetyang
sobek, anak tangga berlubang).
3. Persiapakan lingkungan yang aman (misalnya meniadakan ketidakteraturan dan tumpahan
penempatan pegangan tangan, penggunaan tikar karet, pegangan tangan dikamar mandi).
4. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memilih permainan yang aman.
5. Naikkan penghalang tidur bila perawat berada disamping anak.

Dx V : Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan dengan


kurangnya informasi.
NOC : Knowledge: Proses Penyakit
Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengetahuan proses penyakit selama 1 x 24
jam diharapkan pasien dan keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai proses
penyakit dan pengobatannya
Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
NIC : Pengatahuan Proses Penyakit
1. Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan pasien memahami penanganan yang
dianjurkan dan informasi yang relevan lainya
2. Tentukan kebutuhan pengajaran pasien dan keluarga
3. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dan pahami isinya (misal :
pengetahuan atas prosedur / penanganan yang dianjurkan)
4. Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi-informasi yang khusus (contoh :
mempercayai kesehatan, ketidakpatuhan, pengalaman buru dengan perawatan kesehatan)
5. Mengikutsertakan keluarga/anggota keluarga jika memungkinkan
6. Merencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama pasien dan dikter untuk
menfasilitasi kemampuan pasien mengikuti penangann yang dianjurkan.

Dx VI : Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan tindakan dalam pembedahan dan


kemungkinan dilakukannya amputasi.
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24 jam
diharapkan kecemasan pasien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
a. Ansietas berkurang
b. Melaporkan tak ada manifestasi kecemasan secara fisik
c. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
d. Tidak menuhjukkan perilaku agresif
NIC : Pengurangan Cemas
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
2. Tetap damping pasien untuk menjaga keselamatan pasien dan mengurangi ansietas
3. Instruksikan pasien untuk melakukan ternik relaksasi
4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

Dx VII : Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi


NOC : Perfusi jaringan : Perifer
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan perfusi jaringan selama 3 x
24 jam diharapkan perfusi jaringan dalam batas normal
Kriteria hasil :
a. Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris
b. Tingkat sensasi normal
c. Fungsi otot utuh
d. Kulit utuh, warna normal
e. Suhu ekstremitas hangat
f. Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi
NIC : Pengurangan Cemas
1. Melakukan sirkulasi perifer secara komprehensif (misal : periksa nadi perifer, edema,
pengisian kapiler, warna dan suhu ekstremitas)
2. Kaji tingkat rasa tidak nyaman / nyeri
3. Memberikan pengobatan antitrombosit / antikoagulan, jika diperlukan
4. Rendahkan ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan tepat
5. Anjurkan latihan rentang gerak aktif/pasif selama tirah baring, jika diperlukan.
Dx VIII : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka, atau ulserasi.
NOC : Intergritas Jaringan
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perawatan luka selama 3 x 24 jam
diharapkan integritas jaringan kulit klien baik dengan sering menunjukkan prilaku
mengendalikan
Kriteria hasil :
a. Suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan
b. Terbebas dari adanya lesi jaringan
c. Keutuhan kulit
NIC : Perawatan Luka
1. Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan.
a. Lokasi, luas, dan kedalaman luka.
b. Karakteristik serta adanya eksudat, termasuk kekentalan, warna dan bau.
c. Ada tidaknya jaringan nekrotik.
d. Ada tidaknya tanda-tanda infeksi luka local (misal nyeri palpasi, edema, prurutus,
indurasi, hangat, bau busuk, dan eksudat).
e. Catat karakteristik luka meliputi :
f. Ajarkan pasien atau keluarga tentang prosedur perawatan luka
g. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan
vitamin.
2. Lakukan perawatan luka / kulit secara rutin meliputi tindakan berikut :
a. Miringkan dan atur posisi kembali pasien secara sering.
b. Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembaban yang berlebihan.
c. Lindungi pasien dari luka lain dan ekskresi selang drain.

2. Post-operasi
Dx I : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan post pembedahan
NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan nyeri selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri berkura
Kriteria Hasil:
a. Ekspresi nyeri lisan / pada wajah
b. Kegelisahan / ketegangan otot
c. Poisis tubuh melindungi
d. Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik secara tepat.
e. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 5 atau kurang
NIC: Penatalaksanaan Nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensifmeliputi lokasi, karakteristik, durasi/awitan,
frekuensi, kualitas, intensitas, atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0-10, 10=nyeri berat, 0= tidak
ada nyeri yang sangat-sangat dapat juga dengan gambar alur nyeri untk anak-anak.
3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal khususnya pada mereka yang tidak mampu
mengkomunikasikannya secara efektif.
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (contoh : relaksasi, distraksi, terapi bermain)
sebelum, setelah dan jika memungkinkan semala aktivitas yang menyakitkan sebelum nyeri
terjadi / meningkat dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain.
5. Pastikan pemberian analgesika prapenanganan dan atasi strategi non farmakologis sebelum
dilakukan prosedur yang menimbulkan nyeri

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post pembedahan,luka post


pembedahan.
NOC: Tingkat Mobilitas
Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perubahan posisi selama 3 x 24 jam diharapkan
mobilitas pasien adekuat
Kriteria Hasil:
a. Penampilan seimbang
b. Pergerakan sendi dan otot
c. Melakukan perpindahan
d. Meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas, jika diperlukan
NIC: Perubahan Posisi
1. Pantau ketepatan pemasangan traksi
2. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benar
3. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar
4. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan puntung amputasi pada posisi
fleksi, tinggikan baian tubh yang terkena, jika diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh
yang terkena).
5. Dukung latihan ROM aktif.

Dx III: Gangguan gambaran diri berhubungan dengan penanganan pembedahan (amputasi).


NOC : Resolusi Berduka
Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pencapaian citra tubuh selama 3 x 24 jam
diharapkan citra tubuh pasien adekuat
Kriteria hasil :
a. Gangguan citra tubuh berkurang ditunjukkan dnegan tidak ada keterlambatan dalam
perkembangan anak.
b. Kongruen antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan wujud tubuh.
c. Pengakuan terhadap dampak dari situasi pada hubungan antara keberadaan personal dan gaya
hidup.
d. Pengukuran terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh.
NIC : Pencapaian Citra Tubuh
1. Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal pasien tentang tubuh pasien
2. Tentukan bagaimana respon anak terjadap reaksi orang tua sesuai dengan kebutuhan.
3. Tentukan harapan pasien tentang gambaran tubuh berdasarkan tahap perkembangan.
4. Ajarkan orang tua tentang pentingnya respon mereka terhadap perubahan tubuh anak dan
penyesuaian dikemudian hari, sesuai dengan kebutuhan.
5. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif dan akui realitas adanya perhatian terhadap
perawatan, kemajuan dan prognosis.
6. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan untuk berduka.
7. Berikan perawatan dengan cara tidak menghakimi, pelihara privasi dan martabat pasien.
8. Fasilitasi kontak dengan individu sebagai suatu mekanisme untuk mengevaluasi persepsi citra
tubuh anak.
9. Gunakan lukisan gambaran diri sebagai mekanisme untuk mengungkapkan evaluasi persepsi
citra tubuh pada anak.
10. Instruksikan anak tentang fungsi dari bermacam-macam bagian tubuh sesuai dengan
kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
2001
Heardman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2018-2020.
Jakarta: EGC
Kusuma,H.,Amin,H.N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-
Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediadtion.
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
Kriteria Hasil. Jakarta: EGC
Yatim, Faisal, 2006. Penyakit Tulang & Persendian. Pustaka Populer Obor : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai