Anda di halaman 1dari 14

i

PAPER KOPERASI DAN KEMITRAAN AGRIBISNIS

ANALISIS KEUANGAN DAN PENGELOLAAN SIMPANAN ANGGOTA


KOPERASI SIMPAN PINJAM JASA PEKALONGAN

Disusun oleh:

Iin Mutmainah (H0818043)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. ii
I. PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
1. Latar Belakang……………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah………………………………………………... 2
3. Tujuan…………………………………………………………….. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………… 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………… 6
1. Pengelolaan Simpanan Anggota………………………...…………. 6
2. Hambatan…………………………………………………………… 7
3. Analisis Keuangan……...…………………………………………... 9
IV. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………
1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata
co yang artinya bersama dan operation yang artinya bekerja atau berusaha.
Jadi kata cooperation dapat diartikan bekerja bersama-sama atau usaha
bersama untuk kepentingan bersama. Secara umum koperasi dipahami sebagai
perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui
pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis dan juga
merupakan suatu perkumpulan yang beranggotakan orang perorang atau badan
hukum, yang memeberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan
keluar, dengan bekerjasama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya
(Sitio dan Halomoan, 2001).

Koperasi terdiri dari beberapa jenis, salah satunya koperasi simpan


pinjam. Pasal 89 ayat (1) Undang-undang No. 17 Tahun 2012 Tentang
Perkoperasian menyebutkan bahwa koperasi dapat menghimpun dana dan
menyalurkannya melalui koperasi simpan-pinjam. Perlu disadari bahwa
kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat pasti memiliki resiko yang
tinggi, terutama bagi pihak yang menyimpankan dananya. Begitu pula bagi
kegiatan penyimpanan dana pada koperasi simpan pinjam. Di Indonesia sudah
sering terjadi sudah terjadi penyelewengan dana simpanan anggota yang
dilakukan oleh pengurus ataupun pengelola koperasi. Hal inilah yang
mendasari turunnya minat dan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi
sehingga memilih bank sebagai tempat peminjaman modal dan lain-lain.

Di sisi lain Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan yang saat ini telah
berusia 45 tahun pada 2017 memiliki total asset sebesar 7,967 Triliun , dengan
rincian sebesar Rp 6,428 triliun disumbang aset simpan pinjam konvensional
dan sebesar Rp 1,539 triiun dari aset layanan syariah. Koperasi inipun

1
2

mendapatkan dua penghargaan sebagai koperasi dengan usaha teranyak dan


volume asset terbesar pada tahun 2017, bahkan mampu mengantongi surplus
sebesar 47,646 miliar rupiah. Banyaknya kasus penyelewengan uang dan
jumlah asset koperasi tersebut yang dinilai cukup besar membuat penulis ingin
menelaah lebih jauh tentang sebaran usaha koperasi tersebut dibeberapa
bidang dan menganalisis keuangan perusahaan tersebut.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dikemukakan berdasarkan latar belakang


yang telah dijabarkan adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana pengelolaan simpanan anggota pada Koperasi Simpan Pinjam
Jasa Pekalongan?
b. Bagaimana hambatan dari pengelolaan simpanan anggota pada Koperasi
Simpan Pinjam Jasa Pekalongan?
c. Bagaimana kesehatan keuangan dari Koperasi Simpan pinjam Jasa
Pekalongan?

3. Tujuan

Tujuan berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan adalah


sebagai berikut.
a. Mengetahui pengelolaan simpanan anggota pada Koperasi Simpan Pinjam
Jasa Pekalongan.
b. Mengetahui hambatan dari pengelolaan simpanan anggota pada Koperasi
Simpan Pinjam Jasa Pekalongan
c. Mengetahui kesehatan keuangan dari Koperasi Simpan pinjam Jasa
Pekalongan.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Koperasi
Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam
bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi
lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak,
berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan bagi para anggotanya (Kartasapoetra, 2001). Koperasi
pada sisi ini dianggap sebagai lembaga yang dapat merangkul dan membantu
orang-orang lemah untuk mencukupi kebutuhan mereka sesuai dengan tujuan
koperasi yaitu mensejahterakan rakyat.
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 3 UU No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian). Koperasi selain fokus terhadap
kesejahteraan anggota, juga mempunyai peran dalam rangka membangun
tatanan perekonomian yang dapat mensejahterakan seluruh masyarakat.
Kemudian tujuan koperasi menurut undang-undang diperkuat oleh( Sitio,
2001).
Oleh karena itu, pelayanan yang baik dari Koperasi, akan meningkatkan
partisipasi anggota. Demikian pula Koperasi sebagai organisasi ekonomi
merupakan wadah berbagai kegiatan ekonomi masyarakat, khususnya para
produsen tempe tahu, bisa diterima oleh anggota karena adanya pelayanan
yang diberikan sesuai dengan bentuk dan kebutuhan yang diberikan oleh
anggota sehingga dapat meningkatkan partisipasi anggota. Menurut Sugiyanto
(2002), mengukur keberhasilan Koperasi jangan hanya dilihat dari sisi
kemampuan Koperasi dalam menghasilkan SHU, tetapi yang utama harus
dilihat dari kemampuan dalam mempromosikan ekonomi anggotanya (benefit
ekonomi). Koperasi akan sangat menarik bila dapat memberikan manfaat
ekonomi bagi anggotanya. Oleh karena itu, orang akan tertarik menjadi

3
4

anggota suatu Koperasi hanya karena mereka akan memperoleh manfaat dari
Koperasi. Jika manfaat ekonomi yang diperoleh anggota besar, maka anggota
mau berpartisipasi secara aktif pada Koperasi tersebut, karena salah satu jenis
partisipasi anggota adalah partisipasi dalam menikmati manfaat. Partisipasi
dapat digambarkan dalam tiga jenis : 1. Partisipasi anggota dalam
mengkontribusikan atau menggerakan sumber-sumber dayanya 2. Partisipasi
anggota dalam mengambil keputusan (perencanaan, implementasi/pelaksanaan,
evaluasi) 3. Partisipasi anggota dalam menikmati manfaat. Partisipasi anggota
dalam mengkontribusikan sumber-sumber dayanya, salah satunya adalah
pemupukan modal, memberikan kesempatan kepada Koperasi untuk
memproduksi barang dan jasa, menjalankan organisasi, dan membeli fasilitas
atau sarana produksi. Oleh karena itu semakin besar modal Koperasi tersebut
maka semakin besar pula peluang Koperasi untuk memperluas jang-kauan
usahanya sehingga akan semakin meningkatkan kualitas pelayanan atau
memperbesar volume usahanya.
B. Pengelolaan Koperasi
Pengelolaan koperasi sangatlah penting, dalam mengelola koperasi perlu
dipikirkan perangkat-perangkat organisasi yaitu rapat anggota, pengurus, dan
pengawas. Rapat anggota menetapkan garis-garis besar pola kebijakan yang
harus dikerjakan pengurus. Pengurus bekerja atas dasar pola kebijakan yang
ditetapkan rapat anggota dengan rambu-rambu anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga. Minimal sekali dalam setahun, pengurus mengajukan
pertanggungjawaban pada rapat anggota. Sementara itu, pengawas bertugas
mengawasi kinerja pengurus dan melaporkan hasilnya secara tertulis pada rapat
anggota (Mulyono, 2012)
C. Koperasi Simpan Pinjam
Usaha simpan pinjam adalah kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana
melalui usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi. Kegiatan
usaha simpan pinjam dilaksanakan oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
maupun Unit Simpan Pinjam (USP). Koperasi simpan pinjam dapat
ditemukan di sebuah perusahaan, kantor pemerintah, lembaga pendidikan,
5

dan sebagainya, yang memiliki banyak karyawan atau pegawai. Berdirinya


koperasi tersebut untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti sembako,
barang elektronik, maupun kebutuhan finansial. Hal yang umum terjadi,
para anggota koperasi membeli sembako atau meminjam uang pada koperasi
dan pembayarannya dilakukan secara mengangsur, dengan memotong
sebagian gaji karyawan yang bersangkutan (Cahyani, 2015).
Pemberian pinjaman merupakan bisnis yang berisiko, karena terdapat
kemungkinan pinjaman yang diberikan tidak dapat tertagih (macet). Sudah
menjadi keharusan bagi koperasi hanya memberikan pinjaman kepada
anggota yang layak dengan menyeleksi setiap usulan pinjaman. Proses
tersebut dinamakan analisis kredit, yang dilakukan oleh pengurus kopersi
untuk menentukan seberapa besar dana yang dapat dipinjamkan ke
anggota berdasarkan iuran pokok dan sukarela yang telah terkumpul
sebagai anggota dan sejarah pinjaman masa lalu (Ayuk & Utama, 2011).
D. Analisis Keuangan
Analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya
yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan
yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2009). Analisis laporan
keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau
mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend)
untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan
perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2010).
6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Simpanan Anggota


Koperasi Simpan Pinjam yang diatur di dalam Pasal 19 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi. Pengelolaan simpanan anggota oleh
Kospin Jasa dilaksanakan dengan cara dana yang telah dihimpun melalui para
anggota disalurkan kembali kepada anggota melalui berbagai macam bentuk
pinjaman yang ditawarkan. Hal tersebut sesuai dengan kegiatan usaha Kospin
Jasa dalam memberikan pinjaman, Kospin Jasa wajib memegang teguh
prinsip pemberian pinjaman yang sehat dengan memperhatikan penilaian
kelayakan dan kemampuan pemohon pinjaman.
Kospin Jasa wajib memiliki keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan peminjam untuk melunasi pinjaman sesuai dengan perjanjian.
Selain itu, kemungkinan-kemungkinan terhadap timbulnya resiko kerugian
pada saat pemberian pinjaman menjadi satu hal yang paling penting untuk
disiapkan lebih awal sebelum koperasi menyalurkan pinjaman. Pendapatan
yang diperoleh oleh Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan dari
pemberian pinjaman setelah dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan
kewajiban lainnya kemudian dibagikan kepada anggota dalam bentuk Sisa
Hasil Usaha sesuai dengan yang diatur di dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan
(Prihatna et al, 2013).
Besarnya tingkat partisipasi anggota dalam melakukan transaksi melalui
produk simpanan dan pinjaman juga menjadi tolak ukur bagi Kospin Jasa
untuk menentukan pembagian Sisa Hasil Usaha selama satu tahun buku. Dari
pelaksanaan pengelolaan simpanan anggota tersebut terjadi hubungan hukum
antara Kospin Jasa dan Anggota yang didasarkan pada 3 (tiga) unsur, yaitu
hukum, kepercayaan, dan kekeluargaan. Hubungan hukum yang dilakukan
oleh pihak Kospin Jasa dengan anggota penyimpan dana berbasis hubungan

6
7

kontraktual dan pada dasarnya adalah perjanjian yang berlandaskan atas Asas
Kebebasan Berkontrak.
Asas-asas khusus yang timbul dari hubungan hukum Kospin Jasa dan
Anggota adalah Asas Kepercayaan, Asas Keterbukaan, dan Asas Kehati-
hatian. Dalam kaitannya dengan kegiatan yang dilakukan oleh Kospin Jasa,
maka akan terlihat adanya dua sisi tanggung jawab yakni timbulnya hak dan
kewajiban sebagai akibat adanya hubungan hukum antara Kospin Jasa dan
anggota penyimpan dana, yaitu: 1. Kewajiban dan hak Kospin Jasa terhadap
Anggota. Kewajiban : a. Menjamin simpanan anggota. b. Menjaga kegiatan
koperasi agar tidak meyimpang dari nilai-nilai yang mendasari kegiatan
koperasi. c. Menerima sejumlah dana dari anggota. d. Melaporkan kegiatan
perkoperasian secara transparan kepada pihak yang berkepentingan. Hak : -
Mendapatkan jaminan untuk setiap kredit yang diajukan oleh anggota 2.
Kewajiban dan hak Anggota terhadap Kospin Jasa. Kewajiban anggota
tertuang dalam Pasal 29 ayat (1) Undangundang Nomor 17 Tahun 2012 yaitu:
a. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan keputusan
Rapat Anggota, b. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan usaha yang
diselenggarakan oleh Koperasi c. Mengembangkan dan memelihara nilai
koperasi. Sedangkan untuk hak yang dimiliki oleh anggota koperasi tertuang
dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012.
B. Hambatan
Pengelolaan simpanan anggota yang dilakukan oleh Kospin Jasa tidak
semudah yang dibayangkan. Seiring dengan perkembangan zaman yang
terjadi akan terdapat pula berbagai hambatan yang menjadi tantangan bagi
Kospin Jasa untuk tetap bertahan. Hambatan dan cara mengatasinya dalam
pelaksanaan pengelolaan simpanan anggota oleh Koperasi Simpan Pinjam
Jasa Pekalongan adalah sebagai berikut:
1) Pemasaran
Selama ini pilihan bagi masyarakat untuk menyimpankan dananya adalah
melalui lembaga perbankan. Masalah inilah yang menjadi hambatan bagi
koperasi untuk mengajak masyarakat bergabung menjadi anggota koperasi.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai latar belakang dan jati diri
koperasi menjadi alasan mengapa masyarakat masih enggan untuk
menggunakan jasa koperasi. Permasalahan tersebut diatasi dengan cara
8

memberikan pengetahuan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,


kegiatan, dan kemanfaatan bergabung dalam koperasi.
2) Likuiditas
Tingkat likuiditas koperasi terhadap kemampuannya dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya akan sangat berpengaruh pada kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi yang bersangkutan. Untuk menjaga hal tersebut
maka penyediaan aktiva lancar harus mencukupi untuk memenuhi kewajiban
jangka pendak dan ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang
telah dihimpun harus diperhatikan.
3) Pandangan negatif masyarakat terhadap koperasi.
Banyaknya kasus penyelewengan simpanan anggota yang dilakukan oleh
pengurus koperasi membuat citra perkoperasian di Indonesia tercoreng.
Masalah tersebut membentuk pandangan masyarakat bahwa koperasi tidak
mempunyai kredibilitas yang memadai dalam melakukan pengelolaan
simpanan anggota dan membuat mereka merasa ragu untuk menyimpankan
dananya di koperasi. Untuk itu, merupakan tugas bagi seluruh koperasi di
Indonesia untuk menciptakan iklim usaha perkoperasian yang sehat. Koperasi
Indonesia yang bergabung dalam Gerakan Koperasi harus mempunyai niat
baik untuk bersama-sama memajukan koperasi agar mendapat citra yang baik
dari masyarakat.
4) Beban pajak yang tinggi.
Berdasarakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan, Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan dikenai beban pajak
ganda yaitu pajak koperasi itu sendiri dan pajak penghasilan yang diperoleh
anggota. Beban pajak tersebut mengurangi Sisa Hasil Usaha yang
diperolehnya selama satu tahun. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan
adanya perencanaan pembayaran pajak untuk menekan pembayaran beban
pajak. Namun pelaksanan perencanaan tersebut harus tetap berada pada
koridor peraturan yang berlaku.
5) Penyimpangan terhadap nilai-nilai.
Koperasi yang ada di Undangundang 17 Tahun 2012. Pasal 1, Pasal 50 ayat
(1) huruf a, Pasal 55 ayat (1), Pasal 78 ayat (2) Undang-undang 17 Tahun
2012 telah menyimpang dari jati diri koperasi Indonesia. Maka dari itu
diperlukan adanya uji materi ke Mahkamah Konstitusi untuk mengembalikan
jati diri koperasi seperti pada asalnya.
6) Perlindungan hukum terhadap simpanan anggota yang masih minim.
Rencana pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan Koperasi Simpan
Pinjam yang tak kunjung usai membuat koperasi belum memiliki
perlindungan hokum simpanan anggota yang kuat. Maka dari itu semua pihak
harus mendorong Pemerintah untuk segera merealisasikan hal tersebut.
7) Rendahnya peran Pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap
koperasi.
9

C. Analisis Keuangan
Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan merupakan koperasi dengan
nilai usaha dan volume asset terbesar di Indonesia. Koperasi ini juga
merupakan koperasi pertama yang mampu melantai di Bursa Efek Indonesia
dengan produk PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi (JMAS) sehingga
Rapat Anggota Tahunan Koperasi ini selalu mendapat perhatian khalayak
ramai. Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan yang saat ini telah berusia
45 tahun pada 2017 memiliki total asset sebesar 7,967 Triliun , dengan
rincian sebesar Rp 6,428 triliun disumbang aset simpan pinjam konvensional
dan sebesar Rp 1,539 triiun dari aset layanan syariah. Koperasi inipun
mendapatkan dua penghargaan sebagai koperasi dengan usaha teranyak dan
volume asset terbesar pada tahun 2017, bahkan mampu mengantongi surplus
sebesar 47,646 miliar rupiah.
Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan terdapat 2 jenis koperasi yaitu
koperasi konvensional dan koperasi syariah. Menurut penelitian yang
dilakukan memiliki rasio modal terhadap total asset cukup baik dan sehat.
dapun jumlah pembiayaan yang berhasil digelontorkan mengalami kenaikan
tiap tahunnya. Penggunaan modal sendiri yangdigelontorkan kepada
pembiayaan kepada anggota dan calon anggota cukup baik terlihat jumlah
pembiayaan melebihi total modal sendiri. Ciri seperti ini banyak terlihat
dalam lembaga keuangan berbasis syariah,dimana pendapatan utama lembaga
keuangan adalah berasal dari pembiayaan.
Penelitian analisis likuiditas juga dilakukan untuk mengecek tingkat
kesehatan keuangan koperasi. Analisis likuiditas yang dimaksudkan untuk
mengukur seberapa besarkemampuan LKS tersebut mampu membayar utang-
utangnya dan membayar kembali kepada deposannya tanpa terjadi
penangguhan, ditemukan bahwa rasio likuiditasnya dalam keadaan terbaik.
Pada rasio analisis peminjaman, kospin jasa juga dalam keadaan sehat, hal itu
diukur dari jumlah pinjaman dengan tingkat pendapatan yang melakukan
peminjaman sehingga dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara
umum kondisi keuangan dalam keadaan “SEHAT”.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan yang telah diemukakan


sebelumnya adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan dua kegiatan koperasi yaitu menghimpun dana dan
menyalurkan dana pada anggota, maka terlihat adanya dua hubungan
hukum antara Koperasi Simpan Jasa Pekalongan dan Anggota, yaitu: 1.
Hubungan hukum antara Koperasi Simpan Pinjam Jasa dan Anggota
penyimpan dana 2. Hubungan hukum antara Koperasi Simpan Pinjam Jasa
dan Anggota peminjam dana Mengenai sifat hubungan hukum antara
Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan dan Anggota, dapat
disimpulkan bahwa hubungan tersebut bukan sekedar hubungan
kontraktual pemilik dan pengguna koperasi. Anggota penyimpan dana
hanya bersedia menyimpan dananya pada koperasi apabila anggota
tersebut percaya bahwa Kospin Jasa mampu mengelola dana tersebut dan
mampu membayar kembali dana itu apabila ditagih. Hubungan hukum ini
berdasarkan atas asas kepercayaan.
2. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengelolaan
simpanan anggota oleh Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan selama
ini yaitu pemasaran, likuiditas, pandangan negatif masyarakat terhadap
koperasi, beban pajak yang tinggi, penyimpangan terhadap nilai-nilai
koperasi yang ada di Undang-undang 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian, perlindungan hukum terhadap simpanan anggota yang
masih minim, rendahnya peran pemerintah dalam melakukan pengawasan
terhadap koperasi. Hambatanhambatan yang dihadapi oleh Koperasi
Simpan Pinjam Jasa Pekalongan dalam melaksanakan pengelolaan
simpanan anggota dapat diatasi dengan 2 (dua) cara, yaitu manajemen
pengelolaan koperasi yang berdasarkan nilainilai dan prinsip-prinsip
koperasi dan keseriusan semua pihak yang secara langsung terjun di dunia
perkoperasian untuk tetap menjaga koperasi dari jati diri koperasi yang
sebenarnya.

10
11

3. Berdasarkan hasil analisis likuiditas, peminjaman, rasio keuangan, dan


lain-lain ditemukan bahwa Koperasi Simpan Pinjam Jasa Pekalongan
Syariah dalam keadaan “ SEHAT” dan memiliki asset dan surplus yang
banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Sitio dan Tamba Halomoan. 2001.Koperasi : Teori dan Praktik. Jakarta :
Erlangga
Ayuk, N. M. T., & Utama, I. M. S. (2011). Pinjaman Dan Jumlah Modal
Kerja Terhadap Sisa Hasil Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha KUD Turen
”. Diperoleh Nilai koefisien determinasi sebesar. E-Journal Universitas
Udayana, 629–646.
Cahyani, M. T. (2015). Pengaruh Jumlah Anggota Terhadap Perolehan
Sebagai Variabel Intervening Pada Koperasi Simpan Pinjam Wisuda
Guna Raharja Denpasar Tahun 2012-2014. Jurusan Pendidikan Ekonomi
(JJPE), 5(1), 1–10.
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Teori Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi
Aksara
Kartasapoetra, dkk. 2001. Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 (edisi revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mulyono, Djoko. 2012. Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam.
Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Munawir, S. 2010. Analisis laporan Keuangan Edisi keempat. Cetakan Kelima
Belas. Yogyakarta: Liberty
Ropke, Jochen. 2003. Ekonomi Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Salemba
Empat.
Sugianto, 2002. Promosi Ekonomi Anggota (PEA) Sebagai Ukuran Kinerja
Keuangan Koperasi. Dalam Rusidi dan Maman Suratman (Ed.), 20 Pokok
Pemikiran tentang Pembangunan Koperasi (Bunga Rampai), IKOPIN,
Bandung. _________, 2002. Sistem Akuntansi Koperasi Berdasarkan
PSAK No. 27 Tahun 1999 untuk Menghasilkan Informasi Keuangan yang
Sesuai dengan Jati Diri Koperasi. Dalam Jurnal Koperasi Indonesia Tahun
XVII Nomor 1 Agustus 2002. IKOPIN, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai