Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN BELAJAR


SISWA KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR SALATIGA

Rima Desy Wulandari1 , Novisita Ratu,2 ,Tri Nova Hasti Yunianta3


Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universias Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
1
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: rimadesywul@yahoo.com
2
Dosen pendidikan Matematika FKIP UKSW, email:
3
Dosen pendidikan Matematika FKIP UKSW, email:

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model PBL dalam pembelajaran matematika
terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga sebanyak 78 siswa yang terdiri dari 3 kelas dan yang
menjadi sampel adalah siswa kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII C sebagai kelas kontrol
dengan jumlah siswa untuk setiap kelas sebanyak 26 siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu
dengan desain the randomized control group pretest-posttest design dengan kodisi awal baik hasil belajar dan
keaktifan belajar siswa dalam kondisi seimbang. Analisis data yang digunakan adalah uji normalitas shapiro wilk,
uji homogenitas dengan uji levene dan uji independent sample t-test. Hasil uji normalitas posttest menghasilkan nilai
signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar 0,257 dan kelas kontrol sebesar 0,085 sedangkan data keaktifan belajar
diperoleh nilai signifikansi untuk kelas eksperimen sebesar 0,424 dan untuk kelas kontrol sebesar 0,081 yang berarti
kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji lanjut yang digunakan adalah uji independent
sample t-test untuk menentukan keputusan hipotesis. Hasil uji hipotesis data untuk hasil belajar menghasilkan nilai
signifikansi 0,043 sedangkan untuk hasil uji data keaktifan belajar sebesar 0,013, maka dapat disimpulkan bahwa
model PBL dalam pembelajaran matematika berpengaruh terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar siswa kelas
VII SMP Pangudi Luhur Salatiga.

Kata Kunci :hasil belajar, keaktifan belajar, problem based learning

PENDAHULUAN
Matematika adalah ilmu yang wajib dipahami oleh siswa, karena matematika merupakan dasar
ilmu untuk mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Cockroft dalam Abdurrahman (2003) juga
menjelaskan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa, karena selalu digunakan dalam semua segi
kehidupan. Oleh sebab itu, matematika menjadi salah satu pelajaran wajib di sekolah. Tujuan pelajaran
matematika di sekolah adalah memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pola dan sifat,
memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, serta memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan.
Salah satu indikator tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah
melihat hasil belajar yang dicapai setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar (Djamarah, 2011). Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Reigeulth dalam (Suprihatiningrum, 2012) yang berpendapat bahwa
hasil belajar adalah pengaruh dari suatu proses pembelajaran dari metode. Selain itu hasil belajar juga
didefinisikan sebagai hasil dari penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk

1
angka dan hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran yang utama bagi prestasi peserta didik yang
diperoleh dari nilai setelah mengikuti tes kognitif pada materi pelajaran matematika tertentu (Miftakhul,
2010). Hasil Belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar sehingga dijadikan salah satu
objek penilaian dalam proses pembelajaran.
Kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika yang dicapai oleh siswa masih belum
optimal dan menjadi masalah utama dalam proses pembelajaran (Suhendra, dkk., 2007). Hal tersebut
didukung dengan hasil survei Trend in Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 yang
menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara dalam hal prestasi matematika
yang dicapai oleh siswa SMP. Indonesia juga berada pada peringkat 64 dari 65 negara dalam hal
kemampuan matematika siswa, data tersebut diperoleh dari hasil studi Programme for International
Student Assessment (PISA) pada tahun 2012. Masalah yang sama juga dialami oleh siswa kelas VII SMP
Pangudi Luhur Salatiga yang menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa di kelas VII A belum
mencapai kriteria ketuntasan minimum yang ditentukan oleh sekolah.
Permasalahan lain yang dialami siswa selain hasil belajar adalah tentang keaktifan belajar. Hasil
observasi menunjukkan siswa di dalam kelas cenderung pasif dan proses pembelajaran yang diterapkan
oleh guru masih menggunakan cara-cara tradisional atau konvensional. Pada pembelajaran konvensional
atau tradisional dilihat dari kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran siswa hanya bekerja
untuk dirinya sendiri, mata ke papan tulis dan penuh perhatian, mendengarkan guru dengan seksama.
Tampak juga bahwa dalam pembelajaran guru lebih berperan sebagai subyek dan siswa hanya sebagai
obyek pembelajaran yang menyebabkan siswa pasif di kelas .
Siswa dikatakan aktif apabila siswa terlibat langsung dalam suatu kegiatan baik secara intelektual
dan emosional. Keaktifan siswa sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena pembelajaran
akan lebih bermakna jika pengetahuan diperoleh dengan pengamatan, pengalaman, penyelidikan sendiri,
dan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakannya, baik secara rohani maupun teknik (Dimyati,
(2009).
Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana (2010) berpendapat bahwa keaktifan belajar
merupakan suatu peristiwa dimana siswa terlibat langsung secara intelektual dan emosional sehingga
siswa betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam suatu proses pembelajaran. Delapan unsur
keaktifan yang dilakukan oleh siswa terdapat dalam proses pembelajaran (Hamalik, 2008) seperti
kegiatan visual (visual activities), lisan (oral activities), mendengarkan (listening activities), menulis
(writing activities), menggambar (drawing activities), emosional (emotional activities), motorik (motor
activities), dan kegiatan mental (mental activities).
Rusman (2012) mengungkapkan bahwa dalam memperbaiki hasil belajar dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran maka memerlukan model pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran menjadi

2
bermakna dan siswa dapat mengembangkan pengalaman yang dimilikinya. Salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan adalah model PBL tidak hanya mengharapkan siswa hanya
sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui model
pembelajaran PBL siswa akan aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data dan akhirnya
menyimpulkan. Sejalan dengan hal itu PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena didalamnya
kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara berkesinambungan dan
siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran dan diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar
serta keaktifan belajar siswa (Tan, 2003). Adapun kelebihan dari model PBL yang dinyatakan oleh Uden
& Beaumont (2006) dalam Suprihatiningrum antara lain: 1) mampu mengingat dengan lebih baik
informasi dan pengetahuannya; 2) mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan
keterampilan berkomunikasi; 3) menikmati proses pembelajaran; dan 4) mampu bekerja dalam kelompok.
Model pembelajaran PBL secara garis besar mengandung proses kooperatif dan kolaboratif.
Inti dalam proses pembelajaran dengan model PBL berupa belajar dalam kelompok kecil, dengan
sistem tutorial dan guru tidak hanya berdiri di depan kelas sebagai ahli dan satu-satunya sumber dalam
memberikan informasi pengajaran, namun guru menjadi tutor yang memberi fasilitas dan mengaktifkan
siswa dalam kelompok (Suprihatiningrum, 2012). Selain mengaktifkan siswa model PBL juga
mengorientasikan siswa ke dalam penyelesaian masalah autentik. Lima tahap dalam pembelajaran PBL
yaitu: 1) orientasi siswa pada masalah; 2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok, 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan 5)
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Arends, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rizka Vitasari (2013) tentang “Peningkatan
Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas V SD
Negeri 5 Kutosari” menunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa pada
setiap siklusnya. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Leonardus Baskoro Pandu Y. (2013) tentang “Penerapan Model Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Komputer (KK6) Di SMK N 2
Wonosari Yogyakarta” menunjukkan bahwa prestasi dan aktivitas belajar siswa kelas dalam pembelajaran
Komputer (KK6) mengalami peningkatan.
Bertolak dari permasalahan hasil belajar dan keaktifan belajar serta adanya teori dan hasil
penelitian terkait model PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
model PBL dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar siswa kelas VII
SMP Pangudi Luhur Salatiga. Penelitian ini diharapkan dapat mewujudkan proses pembelajaran yang
lebih menitik beratkan peran aktif siswa sehingga bermanfaat bagi guru. Lebih lanjut, penelitian ini

3
diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih
terlibat langsung dalam proses belajar mengajar dan mempunyai kesempatan untuk mengemukakan
pendapat, tanggapan, dan pertanyaan selama kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga dapat
bermanfaat bagi siswa serta penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian berikutnya.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental. Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Pangudi Luhur Salatiga yang berlokasi di Jalan Diponegoro 90 kota Salatiga Jawa Tengah pada semester
2 Tahun Ajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Pangudi
Luhur Salatiga Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 78 siswa. Pengambilan sampel dengan teknik
cluster random sampling dan diperoleh dua kelompok sampel yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen
dan kelas VII C sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa untuk masing-masing kelas sebanyak 26 siswa.
penelitian ini menggunakan model PBL sebagai variabel bebas serta hasil belajar dan keaktifan belajar
sebagai variabel terikat. Desain dalam penelitian ini adalah the randomized control group pretest-posttest
design.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar matematika siswa dan angket untuk mengukur keaktifan belajar siswa. Terdapat dua macam
tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yaitu pretest dan posttest. Masing-masing berupa soal
uraian yang terdiri dari 5 butir soal tentang Segiempat untuk pretest dan Aritmatika Sosial untuk posttest.
Angket yang digunakan untuk mengukur keaktifan belajar siswa baik sebelum perlakuan maupun sesudah
perlakuan yang terdiri dari 48 butir soal sesuuai dengan indikator keaktifan belajar. Sebelum seluruh
instrumen digunakan, dilakukan uji validitas butir dan uji validitas ahli (judgment expert) oleh 3 pakar
yaitu 1 guru matematika dan 2 dosen pendidikan matematika untuk soal pretest dan posttest dan 1 guru
matematika dan 2 dosen pendidikan matematika untuk angket keaktifan belajar.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah uji normalitas untuk melihat apakah kedua
kelompok memilikki data yang berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas untuk melihat apakah
kedua kelompok data memiliki variansi yang sama atau tidak dan uji beda rerata digunakan untuk
menentuka hipotesis mana yang akan digunakan. Ketiga uji tersbut dilakukan dalam taraf signifikansi
0,05 dengan bantu SPSS 20.00.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kondisi Awal Sebelum Diberi Perlakuan
1. Hasil Belajar
Analisis hasil belajar awal (pretest) yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan analisis
inferensial pada tes awal pada materi segiempat. Hasil analisis deskriptif pretest dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1
Deskripsi Nilai Pretest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 26 4 9 7,00 1,442
Kontrol 26 4 10 6,81 1,767
Valid N (listwise) 26

Tabel 1 tentang analisis deskriptif nilai pretest menginformasikan tentang gambaran


umum kondisi hasil belajar awal siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Data
yang dianalisis antara lain tentang jumlah siswa yang diteliti, nilai terendah dan nilai tertinggi
yang diperoleh siswa pada setiap kelas, nilai rata-rata kelas serta sebaran data berdasarkan nilai
rata-rata yang telah diperoleh atau biasa disebut dengan standar deviasi. Berdasarkan analisis
deskriptif tersebut tampak nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
Nilai teritinggi dan nilai standar deviasi kelas kontrol lebih tinggi dibanding kelas eksperimen
walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan, sedangkan untuk nilai terendah untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama. Setelah melihat gambaran umum data deskriptif, nilai yang
diperoleh siswa dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu: rendah, sedang, dan tinggi yang
dilakukan dengan menggunakan ukuran nilai rata-rata kelas dan standar deviasi. Hasil dari 26
siswa kelas eksperimen terdapat 10 siswa dengan kategori hasil belajar rendah, 6 siswa dalam
kategori sedang dan 10 siswa dalam kategori tinggi. 26 siswa di kelas kontrol terdapat 12 siswa
dengan kategori hasil belajar rendah, 4 siswa dengan kategori sedang, dan 10 siswa dalam
kategori hasil belajar tinggi.
Analasis selanjutnya adalah analisis inferensial dengan melakukan uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji beda rerata. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shaphiro-
Wilk dengan nilai signifikan untuk kelas eksperimen sebesar 0,078 dan kelas kontrol sebesar
0,074. Keduanya bernilai lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa nilai pretest masing-masing
kelas berdistribusi normal. Langkah selanjutnya adalah uji homogenitas dengan menggunakan uji
levene’s test dan untuk menentukan keputusan yang akan diambil maka dilakukan uji
independent sample t-test.

5
Tabel 2
Hasil Uji Beda Rerata Nilai Pretest
Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Std. 95% Confidence
Mean
Sig. (2- Error Interval of the
F Sig. T Df Differen
tailed) Differen Difference
ce
ce
Lower Upper
Equal variances
2,368 0,130 -0,430 50 0,669 -0,192 0,447 -1,091 0,706
assumed
Nilai
Equal variances
-0,430 48.073 0,669 -0,192 0,447 -1,092 0,707
not assumed

Berdasarkan Tabel 2, terlihat analisis uji homogenitas dan uji beda rerata diperoleh nilai
signifikansi pada levene's test for equality of variances sebesar 0,130 > 0,05 yang berarti kedua
kelompok memiliki varians yang sama atau homogen. Oleh karena itu, uji independent sample t-
test yang digunakan adalah equal variances assumed yang menghasilkan nilai signifikansi 0,669.
Nilai signifikasi tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan H0 diterima. Hal ini
berarti hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol seimbang sehingga dapat
diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model PBL.
2. Keaktifan Belajar
Hasil analisis keaktifan belajar awal siswa yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan
analisis inferensial dari hasil perhitungan jumlah skor angket. Deskriptif keaktifan belajar awal
digunakan untuk melihat keaktifan belajar matematika siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
sebelum diberikan perlakuan. Deskripsi keaktifan belajar dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3
Deskripsi Keaktifan Belajar Awal
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 26 125 159 143,69 7,412
Kontrol 26 128 169 143,00 11,016
Valid N (listwise) 26

Berdasarkan Tabel 3 menginformasikan jumlah siswa yang mengisi angket keaktifan


belajar sebelum di beri perlakuan, nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata dan standar deviasi.
Hasil analisis deskriptif diperoleh data bahwa untuk nilai terendah, nilai tertinggi dan standar
deviasi kelas kontrol lebih tinggi dibanding kelas eksperimen, sedangkan untuk nilai rata-rata
kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Setelah analisis deskriptif jumlah skor
keaktifan belajar awal yang diperoleh oleh siswa akan dikelompok berdasarkan tingkat rendah,
sedang, tinggi. Pengelompokkan keaktifan belajar lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

6
Tabel 4
Pengelompokkan Skor Keaktifan Belajar Awal
Kelas
Interval Kategori Eksperimen Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen
48 x 96 Rendah 0 0
97 x <145 Sedang 18 69% 18 69%
146 x 194 Tinggi 8 31% 8 31%

Setelah melakukan analisis deskriptif, analisis yang dilakukan selanjutnya adalah analisis
inferensial dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji beda rerata dengan
menggunakan independent t-test. Uji normalitas yang dilakukan untuk menentukan apakah kedua
kelompok berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Shaphiro-Wilk. Hasil uji
normalitas diperoleh nilai signifikan untuk kelas eksperimen sebesar 0,530 dan kelas kontrol
sebesar 0,068. Keduanya bernilai lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa skor keaktifan
belajar siswa masing-masing kelas berdistribusi normal. Langkah selanjutnya untuk menguji
homogenitas kedua kelas menggunakan uji Levene’s test dan uji beda rata-rata menggunakan uji
independent sample t-test. Hasil uji beda rata-rata dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Uji Independent Samples t-test Keaktifan Belajar Awal
Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Std. 95% Confidence
Mean
Sig. (2- Error Interval of the
F Sig. T Df Differen
tailed) Differen Difference
ce
ce Lower Upper
Equal variances
3,493 0,067 -0,266 50 0,791 -0,692 2,604 -5,923 4,538
assumed
Skor
Equal variances
-0,266 43.786 0,792 -0,692 2,604 -5,941 4,556
not assumed

Berdasarkan Tabel 5, uji homogenitas dengan levene's test for equality of variances
menghasilkan nilai signifikansi lebih besar 0,05 yang berarti data homogen dan kedua populasi
memiliki varians yang sama. Oleh karena itu, uji independent sample t-test yang digunakan
adalah equal variances assumed yang menghasilkan nilai signifikansi lebih dari 0,05 sehingga H0
diterima. Hal ini berarti keaktifan belajar siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
seimbang sehingga dapat diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan
model PBL.

7
B. Hasil Kondisi Akhir Setelah Diberi Perlakuan
1. Hasil Belajar
Analisis hasil belajar akhir (postest) yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan analisis
inferensial pada tes awal pada materi aritmatika sosial. Hasil analisis deskriptif postest dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6
Deskripsi Nilai Posttest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 26 4 9 7,19 1,575
Kontrol 26 4 10 6,31 1,490
Valid N (listwise) 26

Berdasarkan Tabel 6 tentang analisis deskriptif nilai posttest menginformasikan tentang


gambaran umum kondisi hasil belajar akhir siswa setelah diberi perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran PBL baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Berdasarkan analisis
deskriptif yang dihasilkan tampak nilai rata-rata dan nilai standar deviasi kelas eksperimen lebih
tinggi dibanding kelas kontrol. Setelah melihat gambaran umum data deskriptif, nilai yang
diperoleh siswa dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan yaitu: rendah, sedang, dan tinggi yang
dilakukan dengan menggunakan ukuran nilai rata-rata kelas dan standar deviasi. Hasil dari 26
siswa kelas eksperimen terdapat 8 siswa dengan kategori hasil belajar rendah, 7 siswa dengan
kategori hasil belajar sedang dan 11 siswa dengan kategori hasil belajar tinggi. Sedangkan pada
kelas kontrol dari 26 siswa terdapat 15 siswa dengan kategori hasil belajar rendah, 6 siswa
dengan kategori hasil belajar sedang, dan 5 siswa dengan kategori hasil belajar tinggi.
Selanjutnya dilakukan analisis inferensial. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai
signifikan untuk kelas eksperimen sebesar 0,257 dan kelas kontrol sebesar 0,085. Kedua kelas
memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan dapat dismpulkan data kedua kelas
berdistribusi normal. Maka dapat dilakukan uji independent sample t-test yang dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7
Hasil Uji Independent Samples t-test Posttest
Levene's Test for
t-test for Equality of Means
Equality of
Variances
Std. 95% Confidence
Mean Interval of the
Sig. (2- Error
F Sig. T Df Differe Difference
tailed) Differe
nce
nce Lower Upper
Equal variances
0,007 0,935 -2,080 50 0,043 -0,885 0,425 -1,739 -0,030
assumed
nilai
Equal variances
-2,080 49.848 0,043 -0,885 0,425 -1,739 -0,030
not assumed

8
Berdasarkan tabel 7 terlihat bahwa nilai levene's test for equality of variances sebesar
0,935 > 0,05 yang berarti kedua kelompok memiliki varians yang sama atau homogen. Oleh
karena itu, uji independent sample t-test yang digunakan adalah equal variances assumed
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,043 < 0,05 yang berarti menolak H0 dengan kesimpulan ada
perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga
pembelajaran dengan menggunakan model PBL dalam pembelajaran matematika berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga.
2. Keaktifan Belajar
Deskriptif keaktifan belajar akhir digunakan untuk melihat keaktifan belajar matematika
siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan. Deskripsi keaktifan belajar
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
Deskripsi Keaktifan Belajar Akhir
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 26 131 162 145.46 7.690
Kontrol 26 126 163 139.92 7.838
Valid N (listwise) 26

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Tabel 8, tampak bahwa nilai rata-rata dan nilai
terendah kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Berbeda untuk sebaran data yang
diperoleh kelas kontrol lebih tinggi dibanding kelas eksperimen yang dapat dilihat dari nilai
standar deviasi. Setelah mengetahui standar deviasi skor yang diperoleh oleh siswa, skor siswa
tersebut dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Hasil dari
pengelompokkan diperoleh jumlah siswa dengan kategori tinggi lebih banyak berada pada kelas
eksperimen daripada di kelas kontrol. Lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9
Deskripsi Nilai Keaktifan Belajar Akhir
Kelas
Interval Kategori Eksperimen Kontrol
Jumlah Persen Jumlah Persen
48 x 96 Rendah 4 15,38% 10 38,46%
97 x <145 Sedang 12 46,15% 13 50,00%
146 x 194 Tinggi 10 38,46% 3 23,08%

Langkah selanjutnya adalah analisis inferensial dengan uji normalitas menggunakan uji
Shaphiro-Wilk diperoleh nilai signifikan untuk kelas eksperimen sebesar 0,424 dan kelas kontrol
sebesar 0,081. Keduanya bernilai lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa skor keaktifan
belajar masing-masing kelas berdistribusi normal. Maka ddapat dilakukan uji homogenitas kedua
kelas dengan menggunakan uji levene’s test dan uji beda rata-rata menggunakan uji independent

9
sample t-test untuk menentukan keputusan akhir yang akan diambil dalam penelitian ini. Hasil uji
independent sample t-test dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10
Hasil Uji Independent Samples t-test Keaktifan Belajar Akhir
Levene's Test
for Equality of t-test for Equality of Means
Variances
Std. 95% Confidence
Mean
Sig. (2- Error Interval of the
F Sig. T Df Differe
tailed) Differen Difference
nce
ce Lower Upper
Equal variances
0,003 0,957 -2,572 50 0,013 -5,538 2,153 -9,864 -1,213
assumed
Skor
Equal variances
-2,572 49,982 0,013 -5,538 2,153 -9,864 -1,213
not assumed

Berdasarkan tabel di atas, uji homogenitas dengan levene's test for equality of variances
menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,957 > 0,05 yang berarti kedua kelompok memiliki
varians yang sama atau homogen. Oleh karena itu, uji independent sample t-test yang digunakan
adalah equal variances assumed yaitu 0,013. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga H0
ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model PBL
mampu memberikan pengaruh terhadap keaktifan belajar siswa.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model PBL dalam pembelajaran
matematika terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga.
Hasil temuan mengindikasikan pada saat proses pembelajaran menggunakan model PBL lebih menarik
karena model PBL mengkolaborasikan pembelajaran dengan diskusi, presentasi serta tanya jawab dari
kelompok. Hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi berani menyampaikan pendapat, merasa nyaman
dalam mengikuti proses pembelajaran, serta merasa puas saat bisa menyelesaikan setiap tugas dalam
kelompok, selain itu model PBL juga menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran matematika di kelas VII A dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan menggunakan
model pembelajaran PBL. Pada proses pembelajaran siswa dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 3-4 siswa yang bertujuan untuk membantu dalam memahami sub topik yang akan dikerjakan
bersama. Pemilihan anggota kelompok dilakukan secara heterogen agar memberikan kesempatan kepada
seluruh siswa untuk saling berinteraksi dan menumbuhkan sikap toleransi.
Siswa diarahkan untuk berdiskusi secara berkelompok untuk mengerjakan LKS, dimana masing-
masing kelompok mendapatkan sub topik yang berbeda. Kerja kelompok dan menyelesaikan suatu
masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehai-hari merupakan bagian dari pembelajaran PBL. Kegiatan

10
model PBL dalam pembelajaran matematika disajikan sesuai dengan tahapan dalam pembelajaran PBL
yaitu orientasi siswa pada masalah yang berasal dari guru berupa ilustrasi perdagangan yang sering
dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dan siswa dimnta untuk memperhatikan serta menyelesaiakan
permasalahan yang dihadapi dalam cerita tersebut. Selanjutnya, guru memotivasi siswa untuk
menemukan penyelesaian masalah sederhana yang disajikan. Setelah orientasi masalah terselesaikan, guru
mengorganisasi siswa untuk belajar dengan anggota kelompoknya.
Pengorganisasian siswa dilakukan dengan cara meminta siswa untuk mengambil satu kartu
secara acak kartu angka yang telah dibuat oleh guru. Kartu yang disajikan terdiri dari 6 angka yang
menandakan nama kelompok dan untuk menentukan permasalahan mana yang harus diselesaikan
bersama anggota kelompok dalam bentuk LKS. Guru hanya membimbing siswa dalam menyelesaikan
masalah yang diperoleh baik secara individu maupun kelompok. Pada kegiatan ini antusias siswa dalam
proses pembelajaran sangat besar banyak siswa yang ingin bertanya pada guru tentang proses
penyelesaian masalah yang telah mereka diskusikan dalam kelompok, mengembangkan dan menyajikan
hasil karya dan menganalisis serta mengevaluasi proses penyelesaian masalah guna menarik kesimpulan
dalam pembelajaran pada tahap ini siswa diminta oleh guru untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok di depan kelas dan kelompok lain menilai bagaimana pekerjaan kelompok penyaji di depan
kelas dan tahap pada inilah seluruh siswa diminta untuk melengkapi LKS yang mereka miliki dan tugas
guru hanya mengkonfirmasi serta mempertegas simpulan dari hasil pekerjaan siswa.
Model pembelajaran PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan
konstruktivisme, di mana dalam kegiatan belajar mengajar antara konsep yang dipelajari dikaitkan dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan model PBL akan memberikan peluang yang cukup
besar dalam proses pembelajaran matematika yang lebih bermakna dan siswa akan membangun
pengetahuannya sendiri melalui proses aktif dan diskusi dalam pembelajaran berdasarkan pengetahuan
awal yang telah dimiliki siswa. Model pembelajaran PBL tidak hanya mementingkan aktivitas siswa
secara individu, tetapi juga terhadap anggota kelompok sehingga dapat mengoptimalkan kerja sama antar
anggota kelompok.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama masih belum maksimal karena siswa belum
terbiasa belajar secara berkelompok yang dipilih secara acak dan mengakibatkan beberapa siswa masih
tidak ikut terlibat aktif diskusi dengan kelompoknya masing-masing. Pelaksanaan pembelajaran
pertemuan kedua siswa sudah mulai antusias dalam proses pembelajaran yang dimulai dari pengambilan
undian untuk menentukan anggota kelompok sampai akhir pembelajaran dan pertemuan ketiga sudah
siswa sudah mulai terbiasa dengan belajar secara berkelompok yang dipilih secara heterogen dan siswa
tidak mempermasalahkan siapa yang menjadi teman satu kelompoknya. Semangat dan antusias siswa
dalam pembelajaran siswa di kelas ditunjukkan dengan semakin banyak kelompok yang ikut aktif

11
berdiskusi dan menanggapi kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Hal tersebut
dapat melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dalam kelompoknya.
Model pembelajaran PBL dapat digunakan dalam rangka mengoptimalkan hasil belajar dan keaktifan
belajar. Hal tersebut didukung dari hasil analisis nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen setelah
perlakuan dengan menggunakan model PBL lebih tinggi dibanding sebelum diberi perlakuan. Jumlah
siswa yang berada dikategori tinggi dalam proses pemebelajaran PBL juga lebih banyak dibanding kelas
sebelum diberi perlakuan.
Pembelajaran matematika di kelas VII C sebagai kelompok kontrol tanpa menggunakan model
PBL tidak mengalami perubahan. Kegiatan pembelajaran berlangsung seperti biasa yang didominasi oleh
guru. Penyampaian materi oleh guru dengan metode ceramah, dimana siswa mendengarkan penjelasan
dari guru, mencatat dan menghafalkan materi. Proses tanya jawab juga berlangsung di kelas kontrol.
Siswa yang kurang memahami materi pelajaran mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru,
namun sebagian besar siswa memilih diam walaupun tidak memahami materi yang disampaikan guru.
Siswa tidak banyak terlibat dalam proses belajar mengajar, dan ditunjukan dengan keadaan siswa yang
pasif saat proses belajar mengajar. Analisis nilai hasil belajar siswa kelas kontrol diperoleh rata-rata
sebesar 6,31 dan dan untuk keaktifan belajar siswa lebih dari 50 % siswa berada pada kategori rendah-
sedang.
Hasil belajar dan keaktifan belajar matematika di kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran PBL lebih baik dibandingkan dengan kelas VII C sebagai kelas
kontrol tanpa menggunakan model pebelajaran PBL, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan pada setiap langkah model PBL kegiatan guru dan siswa berjalan baik
makadapat dikatakan tidak ada kendala yang berarti yang dialami peneliti selama melakukan
pembelajaran.

PENUTUP
Berdasarakan hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan model PBL dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar
siswa kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Hal ini terlihat dari uji independent sample t-test pada hasil
posttest menunjukan signifikansi 0,043 < 0,05 dan nilai signifikansi keaktifan belajar sebesar 0,013 <
0,05. Maka dapat diyakini model PBL dalam proses pembelajaran sangat bermanfaat untuk diterapkan
dalam proses pembelajaran guna mengaktifkan siswa dalam proses menemukan atau menyelesaikan suatu
permasalah yang disajikan agar pembelajaran lebih bermakna bagi diri siswa dan dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapai.

12
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Budiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Depdiknas. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan
Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta : Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik,Oemar.2004.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Pandu, Leonardus Baskoro. 2013. “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Komputer (KK6) di SMK N 2 wonosari
Yogyakarta” diakses pada tanggal 18 April 2015
Rusman.2012. Model-model Pembelajaran. Bandung:Raja Grafindo Persada
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Vitasari, Rizka. 2013. “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Problem
Based Learning Siswa Kelas V SD Negeri 5 Kutosari” diakses pada tanggal 26 Mei 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai