Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

LANDASAN PERANCANGAN

2.1. Tinjauan Umum


Untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini, penulis menggunakan data dan
informasi dari berbagai sumber, antara lain dari dokumen, dari kunjungan ke
lapangan dan hasil wawancara dengan narasumber.

2.1.1. Sumber Data dan Informasi


2.1.1.1 Dokumen
Sumber data dan informasi diperoleh dari beberapa dokumen, buku-buku, artikel,
dan pencarian di internet antara lain :
a. Website PT. KAI antara lain : https://kai.co.id
b. Buku “Lokomotif & Kereta Rel Diesel di Indonesia” karangan Ir. Hartono As,
MM
c. Beberapa buku bacaan tentang kereta api untuk anak-anak di toko buku.

2.1.1.2 Kunjungan Lapangan


Sumber data dan informasi diperoleh dari :
a. Kunjungan ke toko buku Gramedia
b. Survei di Depo Lokomotif Diesel PT. Kereta Api Indonesia Daop-I Jakarta di
Jatinegara
c. Kunjungan ke Depo Kereta Api Tanah Abang Jakarta

2.1.1.3 Narasumber
Sumber data dan informasi dari narasumber, antara lain :
a. Wawancara dengan Bapak Galih Kristanto Kepala Dipo Traksi Jatinegara.
b. Wawancara dengan Bapak Effendi petugas Dipo Traksi Jatinegara
c. Wawancara dengan beberapa karyawan PT. Kereta Api Indonesia yang tidak
penulis sebutkan namanya satu persatu.
2.1.2. Data Umum
2.1.2.1 Pengertian Lokomotif
Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api di mana terdapat mesin
untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari
rangkaian kereta api. Operator dari lokomotif disebut masinis. Masinis menjalankan
kereta api berdasarkan perintah dari pusat pengendali perjalanan kereta api melalui
sinyal yang terletak di pinggir jalur rel. Berdasarkan mesinnya, lokomotif terbagi
menjadi 5 (lima) jenis yaitu : lokomotif uap, lokomotif diesel mekanis, lokomotif
diesel elektrik, lokomotif diesel hidraulik dan lokomotif listrik.

2.1.2.1.1.1 Lokomotif Uap.


Merupakan cikal bakal mesin kereta api. Uap yang dihasilkan dari pemanasan
air yang terletak di ketel uap digunakan untuk menggerakkan torak atau turbin dan
selanjutkan disalurkan ke roda. Bahan bakarnya bisanya dari kayu bakar atau batu
bara.

Gambar 2.1 Lokomotif Uap


(Sumber: Dokumentasi Foto Penulis)

2.1.2.1.1.2 Lokomotif Diesel Mekanis.


Menggunakan mesin diesel sebagai sumber tenaga yang kemudian ditransfer
ke roda melalui transmisi mekanis. Lokomotif ini biasanya bertenaga kecil dan
sangat jarang karena keterbatasan kemampuan dari transmisi mekanis untuk dapat
mentransfer daya.
Gambar 2.2 eks-Lokomotif Bima Kunthing I
(Sumber: http://tamanlalulintasbandung.com)

2.1.2.1.1.3 Lokomotif Diesel Elektrik.


Pada Lokomotif ini Mesin diesel dipakai untuk memutar generator agar
mendapatkan energi listrik. Listrik tersebut dipakai untuk menggerakkan motor
listrik besar yang langsung menggerakkan roda.

Gambar 2.3 Lokomotif Diesel electric


(Sumber : Dokumentasi Foto Penulis)
2.1.2.1.1.4 Lokomotif Diesel Hidraulik.
Lokomotif ini menggunakan tenaga mesin diesel untuk memompa oli dan
selanjutnya disalurkan ke perangkat hidraulik untuk menggerakkan roda. Lokomotif
ini tidak sepopuler lokomotif diesel elektrik karena perawatan dan kemungkinan
terjadi problem besar.

gambar 2.4 lokomotif diesel hidrolik BB304


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

2.1.2.1.1.5 Lokomotif listrik.


Lokomotif ini adalah lokomotif yang paling langka di Indonesia. Prinsip
kerjanya hampir sama dengan lokomotif diesel elektrik, tetapi tidak menghasilkan
listrik sendiri. Listriknya diperoleh dari kabel transmisi di atas jalur kereta api.

Gambar 2.5 Lokomotif Listrik ESS “si bon-bon”


(Sumber : Dokumentasi Foto Penulis)
2.1.2.1.2 Lokomotif Diesel Elektrik
2.1.2.2.1 Sistem Kerja Lokomotif Diesel Elektrik
Lokomotif diesel elektrik merupakan lokomotif bermesin diesel yang
menggunakan daya listrik untuk menggerakkan roda. Roda dan mesin sebenarnya
tidak tersambung secara mekanik (tidak ada gardan). Mesin menggerakkan
Generator DC atau Alternator AC, yang akan mengalirkan arus listrik ke motor traksi
di masing masing as roda. Motor traksi inilah yang akan menggerakkan roda.

Untuk lokomotif dengan daya kurang dari 2000 HP biasanya menggunakan


generator DC dengan arus searah, sedangkan lokomotif dengan daya di atas 2000 HP
menggunakan alternator AC dengan arus bolak-balik. Begitu pula dengan motor
traksi. Motor traksi AC biasanya digunakan pada lokomotif dengan daya di atas 3000
HP, sedangkan motor traksi DC biasanya digunakan di lokomotif dengan daya
kurang dari 3000 HP. Awalnya, semua lokomotif diesel menggunakan generator DC
dan motor traksi DC yang makan tempat dan hanya menghasilkan tenaga kecil.

Hingga akhirnya pada tahun 1960 beberapa lokomotif baru menggunakan


alternator. Di tahun 1980, diperkenalkan Inverter Traksi, atau lebih dikenal dengan
Motor Traksi AC, yang jauh lebih efisien dan tidak membutuhkan sikat karbon.
Selain itu, motor traksi AC tidak makan tempat. Hanya saja, motor traksi AC
membutuhkan arus listrik yang besar, yang berarti harus menggunakan mesin dengan
daya besar pula.

2.1.2.2.2 Jenis Lokomotif Diesel Elektrik


Ada beberapa jenis lokomotif diesel elektrik yang dimiliki PT. KAI. Setiap
jenis diberi nomor seri yaitu seri CC200, seri CC201, seri CC202, seri CC203, seri
CC204, seri CC205 dan seri CC206.

Lokomotif CC200 adalah lokomotif diesel elektrik CC pertama di indonesia


sedangkan CC206 adalah lokomotif diesel elektrik CC terbaru yang didatangkan dari
Amerika Serikat, Dibawah ini adalah gambar foto masing-masing seri.
Gambar 2.6 Lokomotif Diesel Elektrik seri CC200
(Sumber : Jalan Badja.com)

Gambar 2.7 Lokomotif Diesel Elektrik seri CC201


(Sumber : Dokumentasi Foto Penulis)
Gambar 2.8 Lokomotif Diesel Elektrik seri CC202
(Sumber : Dokumentasi Foto Penulis)

Gambar 2.9 Lokomotif Diesel Elektrik seri CC203


(Sumber : Dokumentasi Foto Penulis)
Gambar 2.10 Lokomotif Diesel Elektrik seri CC204EMP
(Sumber : semboyan35.com)

Gambar 2.11 Lokomotif Diesel Elektrik seri CC205


(Sumber : Dokumentasi Foto Penulis)
Gambar 2.12 Lokomotif Diesel Elektrik seri CC206
(Sumber : Dokumentasi Foto Penulis)

2.1.3. Target Audience


Target Audience dari buku ilustrasi Lokomotif Diesel Elektrik seri CC di Indonesia
antara lain:
a. Geografis:
• Kota kota di Jawa dan Sumatera yang telah ada jalur kereta api
• Kota kota lain diseluruh Indonesia
b. Demografis:
• Pria/wanita
• Usia 8-12 tahun ( anak-anak SD)
• Ekonomi: semua strata kelas masyarakat
c. Psikologi:
• Anak-anak yang suka mencari ilmu pengetahuan
• Anak-anak penggemar kereta api
• Pengamat seni dan yang berminat dibidang desain komunikasi visual
2.2. Tinjauan Khusus
2.2.1 Landasan Teori
2.2.1.1 Teori Desain Komunikasi
Komunikasi visual adalah penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima
pesan dengan menggunakan penjabaran simbol-simbol yang mengandung arti.
(Baldwin J / Robert L, 2014:21).

Dalam buku “Desain Komunikasi Visual: Dasar-dasar Panduan untuk Pemula”


dikatakan bahwa sebelum membuat hasil karya, desainer harus mengetahui beberapa
unsur dasar dalam membuat sebuah desain. Beberapa unsur dasar dimaksud adalah :
garis (line), bentuk (shape), tekstur (texture), gelap terang/kontras, ukuran (size) dan
warna (color). (Anggraini L dan Nathalia K, 2016:32)

Mereka juga menyatakan bahwa dalam membuat desain, desainer perlu


memperhatikan beberapa prinsip kerja desain yang harus selalu diterapkan yaitu :
keseimbangan (balance), irama (rhythm), penekanan/dominasi (emphasis), dan
kesatuan (unity). (Anggraini L dan Nathalia K, 2016:41)

2.2.1.2 Teori Layout


Dalam buku “Desain Komunikasi Visual: Dasar dasar panduan untuk Pemula”
dikatakan bahwa layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang
berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini
bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang. (Anggraini L dan Nathalia K,
2016:74).

Secara umum, layout merupakan tata letak ruang atau bidang. Layout dapat
dilihat pada majalah, website, atau iklan televisi. Dalam desain komunikasi visual,
layout merupakan salah satu hal yang utama. Sebuah desain yang baikharus
mempunyai layout yang terpadu.

Dalam sebuah layout, terdapat beberapa elemen seperti elemen teks, elemen
visual, dan elemen lainnya. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen
gambar dan teks agar menjadi komunikatif dan dapat memudahkan pembaca
menerima informasi yang disajikan.
Untuk membuat layout, hal pertama yang harus diperhatikan adalah konten.
Apa yang menjadi topik utama dalam konten tersebut?. Berapa panjang kontennya?.
Apakah ada foto atau ilustrasi yang akan dimasukkan pada desain layout?. Dengan
mengetahui konten, desainer dapat membuat kerangka kasar dari elemen tersebut.

2.2.1.3 Teori Grid


Grid merupakan garis-garis vertikal maupun horizontal yang membagi halaman
menjadi beberapa unit. Mengapa perlu menggunakan grid? Penggunaan grid system
merupakan solusi pemecahan permasalahan ruang, mengorganisasi ruang menjadi
lebih terstruktur menurut hierarki visual sehingga informasi dapat bersifat lebih
komunikatif. Sebagai bagian dari evolusi bagaimana desainer grafis berpikir tentang
desain, penggunaan grid yang benar juga dapat membantu pembaca menyeleksi
berbagai jenis informasi.

Timothy Samara dalam buku “Making and Breaking the Grid” menyebutkan
ada beberapa jenis grid standar yang dapat digunakan. Berikut ini jenis-jenis grid
standar tersebut.
a. Manuscript grid (grid satu kolom)
b. Column grid (grid kolom)
c. Modular grid (grid modular)
d. Hierarchical grid
(Anggraini L dan Nathalia K, 2016:82).

Grid sebagai alat bantu menempatkan informasi dalam susunan yang teratur
mempunyai banyak kombinasi dan variasi. Dalam hal ini, grid berfungsi menyatukan
teks, gambar, judul atau data tabular untuk mengomunikasikan pesan dengan cara
yang efisien dan bukan merupakan aturan baku yang membatasi.

2.2.1.4 Teori Warna


Warna merupakan salah satu unsur penting dalam obyek desain. Dengan
warna, desainer dapat menampilkan identitas atau citra yang ingin disampaikan. Baik
dalam menyampaikan pesan atau membedakan sifat yang jelas. Warna merupakan
salah satu elemen yang dapat menarik perhatian, meningkatkan mood,
menggambarkan citra sebuah perusahaan, dan lainnya. Namun apabila desainer salah
dalam pemilihan warna, hal tersebut akan menghilangkan minat untuk membaca.
(Anggraini L dan Nathalia K, 2016:37).

Teori Brewster merupakan teori yang menyederhanakan warna yang ada di


alam menjadi empat kelompok warna. Kelompok warna tersebut yaitu warna primer,
warna sekunder, warna tertier dan warna netral.
a. Warna primer merupakan warna dasar yaitu merah, biru dan kuning.
b. Warna sekunder merupakan hasil campuran warna primer dengan
perbandingan 1:1. Warna merah dan kuning dicampur menjadi warna jingga.
Warna biru dan kuning dicampur menjadi warna hijau. Sedangkan warna
ungu adalah campuran warna merah dan biru.
c. Warna tertier adalah merupakan campuran warna primer dengan warna
sekunder.
d. Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar 1:1:1. Warna ini
sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya
hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

2.2.1.5 Teori Tipografi


Cara memilih dan mengelola huruf dalam desain grafis sudah menjadi
disiplin ilmu tersendiri, disebut Tipografi. Dalam perkembangannya, istilah tipografi
lebih dikaitkan dengan gaya atau model huruf cetak. Bahkan saat ini pengertian
tipografi sudah berkembang lebih luas lagi, yaitu mengarah pada disiplin ilmu yang
mempelajari spesifikasi dan karakteristik huruf, bagaimana memilih dan mengelola
huruf untuk tujuan tertentu. (Supriyono, 2010:20).

Dalam proses pemilihan jenis huruf, setidaknya seorang desainer harus


memperhatikan dua hal yang mendasar, yaitu :
a. Karakter produk yang akan ditonjolkan
b. Karakter segmen pasarnya.
Sebagai contoh, untuk konsumsi anak-anak sebaiknya menggunakan jenis
huruf yang tidak terlalu kaku dan mempunyai kesan menyenangkan. Tujuannya
supaya anak-anak lebih tertarik. (Anggraini L dan Nathalia K, 2016:53)
Menurut Supriyono, (2010:35), dalam nengelola huruf, setelah terpilih jenis
huruf yang sesuai dengan karakter anak-anak, kemudian desainer harus
mempertimbangkan antara lain :
a. Ukuran huruf (point-size)
b. Variasi huruf (style)
c. Panjang baris (line-length)
d. Spasi (character space, word space, line space)
e. Bentuk susunan (alignment)

2.2.1.6 Teori Ilustrasi


Menurut Supriyono dalam bukunya “Desain Komunikasi Visual Teori dan
Praktek” pengertian ilustrasi secara umum adalah gambar atau foto yang bertujuan
menjelaskan teks sekaligus menciptakan daya tarik. (Supriyono, 2010:50).

Mengenai gaya ilustrasi, Maki dalam artikelnya “Mengenal macam macam


style desain grafis” membagi gaya ilustrasi menjadi beberapa macam gaya,
diantaranya adalah gaya Art Deco. Karakteristik dari Art Deco adalah terdapat
bentuk-bentuk geometris, bold kurva, vertical lines, tampilan kasar dan gradasi
warna, Gaya ini menekankan penggunaan ilustrasi dari representasi bangunan atau
benda mati sehari-hari, banyak digunakan pada buku-buku komik, sampul buku,
poster pameran mobil tua dan film.

Menurut Maharsi dalam bukunya “Mudah dan Praktis Menggambar Dengan


Pensil Karikatur” terdapat dua jenis gambar ilustrasi yaitu ilustrasi realis dan ilustrasi
kartun. Gambar ilustrasi realis adalah gambar ilustrasi yang sesuai dengan objek
aslinya sedangkan ilustrasi kartun adalah ilustrasi yang merujuk pada suatu bentuk
tanggapan lucu dalam citra visual. (Maharsi, 2016:10)

1.2.1.7 Teori Desain Karakter


Desain karakter adalah salah satu bentuk ilustrasi yang hadir dengan konsep
“manusia” dengan segala atributnya (sifat, fisik, profesi, tempat tinggal, dsb) dalam
bentuk yang beraneka rupa bisa manusia, hewan, tumbuhan, atau benda mati.
Pratama dalam bukunya “Understanding Character design” membagi desain karakter
menjadi beberapa diantaranya :
a. Tujuan
Tujuan Perancangan (misalnya untuk tokoh personifikasi, maskot dalam piala
dunia, model kampanye sebuah produk,, dan lainnya).
b. Bentuk
Menentukan bentuk tampilan fisik, kostum dan warna yang cocok. sebuah
proses dimana perancang menentukan bentuk yang terbaik yang mampu
menerjemahkan konsep yang diinginkan, misalnya meliputi :
- tampilan fisik si karakter itu.
- warna yang sesuai yang untuk diaplikasikan kepada karakter.
- kostum yang cocok untuk digunakan karater tersebut
c. Gaya
Aliran seni dan desain pada bentuk karakter yang diinginkan.

Ilustrasi dalam bentuk kartun tentu sudah sering kita melihat baik itu di
majalah, halaman website, komik maupun di televisi. Gambar kartun memang
sangat menarik dan bagus sekali untuk menarik perhatian orang lain, bukan hanya
anak-anak. Namun yang dewasa pun banyak yang suka dengan gambar-gambar
kartun.

Membuat gambar kartun tersebut tidaklah mudah, selain perlu imajinasi, perlu
juga latihan dan teknik dalam pembuatannya. Apalagi jika ingin membuat gambar
kartun digital, memerlukan proses yang cukup panjang, ditambah lagi kita harus
menguasai berbagai tool yang ada pada software komputernya, walaupun bagi yang
sudah mahir mungkin proses tersebut bisa dipersingkat.

Membuat gambar karakter kartun dengan pen tab dimulai dari pembuatan
sketsa, lalu menggambar ulang. Selanjutnya ada proses pemberian warna dan efek
lainnya hingga terlihat gambar kartun yang cukup nyata. Ada berbagai gambar
ilustrasi dengan berbagai konsep yang ingin disampaikan oleh sang ilustrator,
diantaranya ada ilustrasi abstrak, ilustrasi humor, ilustrasi karikatur dan ilustrasi
dengan konsep satir.

1.2.2 Analisa Dokumentasi Yang Terdahulu


Berdasarkan sumber data yang penulis peroleh, dokumen tentang perkereta-
apian Indonesia yang dimiliki PT. KAI untuk konsumsi masyakakat belum ada. Di
Dipo lokomotif Jatinegara dokumen yang ada hanya gambar-gambar teknik
rangkaian mesin, generator, motor traksi dan bagian lainnya untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan lokomotif.
Buku “Lokomotif & Kereta Rel Diesel di Indonesia” yang disusun oleh Ir.
Hartono AS, MM sudah cukup lengkap. Disamping banyak berisi data teknis, namun
ada data non teknis seperti sejarah, dan informasi umum lainnya. Hanya saja, buku
ini selain target audiennya bukan anak-anak dan remaja, buku ini dikeluarkan
terakhir tahun 2012 sehingga sudah ketinggalan informasi. Sebagai contoh,
lokomotif seri terakhir yaitu seri CC206 tidak ada di buku ini, padahal saat ini
lokomotif diesel elektrik seri CC206 adalah lokomotif yang terbanyak dimiliki oleh
PT. KAI.

2.2.3 Analisa SWOT


a. Strength
- Data pendukung berupa artikel, buku referensi, hasil wawancara serta
koleksi pribadi foto-foto kereta api dan lokomotif sudah lebih dari cukup
untuk bahan pembuatan buku ilustrasi lokomotif diesel elektrik CC
- Penulis sendiri sudah banyak mengenal tentang seluk beluk kereta api
dan lokomotif, karena penulis adalah penggemar kereta api sejak kecil.
b. Weakness
- Buku ilustrasi lokomotif diesel elektrik yang didesain ini hanya seri
CC200 sampai CC206 saja sehingga dirasa kurang lengkap.
c. Opportunity
- Buku-buku tentang kereta api yang ada masih terbatas dan belum banyak
yang menulis tentang lokomotif untuk konsumsi anak anak.
- Masih belum banyak pengarang buku yang tertarik untuk menulis buku
bacaan tentang lokomotif khususnya untuk anak.anak.
d. Treatment
- Anak-anak masa kini lebih tertarik untuk menonton TV, game maupun
smartphone.
- M
inat anak-anak untuk membaca buku pengetahuan maupun cerita tentang
lokomotif masih kurang.
18

Anda mungkin juga menyukai