1
b) Individual Learning Portfolio
a. perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi didasarkan pada pola konsumsi yang
memperhatikan persediaan barang yang tersedia di gudang maupun rak
penyimpanan obat setiap harinya.
b. pengadaan
Pengadaan yang dilakukan di Apotek Arjasa dilakukan melalui
proses pemesanan. Pemesanan tersebut dilakukan secara rutin dua kali
seminggu setiap hari senin dan kamis di apotek pusat. Pemesanan obat tidak
hanya ditujukan untuk apotek pusat tetapi juga apotek cabang sehingga
mempermudah proses pengadaan dan koordinasi sediaan farmasi pada
apotek-apotek tersebut. Proses pengadaan dilakukan dengan menggunakan
surat pesanan sesuai dengan jenis obat, seperti sediaan narkotika,
psikotropika, prekursor ataupun obat reguler karena memiliki persyaratan
pemesanan yang berbeda-beda.
c. penerimaan,
d. penyimpanan,
2
Penyimpanan obat di Apotek Arjasa umumnya dibagi menjadi obat dan
alat kesehatan serta bahan medis habis pakai. Pada penyimpanan obat memiliki
beberapa aturan, diataranya penyusunan dilakukan secara alfabetis, bentuk
sediaan (tablet, sirup, krim, tetes mata dan telinga), jenis obat (obat narkotika,
psikotropika, prekursor, obat regular, obat keras), obat substitusi, obat generik,
obat dengan penyimpanan khusus, dan obat OTC. Penyimpanan juga
memperhatikan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First
Out) untuk mencegah obat kadaluwarsa pada saat penyimpanan di rak ataupun
di gudang.
e. pemusnahan,
f. pengendalian,
3
Pencatatan dan pelaporan di Apotek Arjasa dilakukan secara rutin,
seperti pelaporan SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika) secara online. Laporan tersebut dilakukan secara rutin paling
lambat tanggal 10 setiap bulannya melalui situs resmi sipnap.kemkes.go.id.
Apabila data yang telah diinput terkirim maka akan menerima e-mail
balasan atau e-mail konfirmasi. Laporan narkotika dan psikotropika juga
dilakukan secara manual pada log book yang disediakan apotek. Catatan
manual tersebut membantu mempermudah pemantauan jumlah obat yang
masuk dan keluar sehingga mempermudah proses pemasukan data secara
online. Laporan keuangan dicatat setiap hari sehingga diketahui jumlah
pendapatan perhari dan pelunasan hutang pada distributor sedangkan
laporan stok opname dilakukan setiap akhir tahun.
4
cenderung mengingat merk obat tertentu dibandingkan zat aktif obat. Selain
itu, praktik pelayanan kefarmasian secara langsung oleh mahasiswa dapat
meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi kepada pasien atau
keluaga pasien.
5
perencanaan, pengadaan, dan
penerimaan barang.
4. Dipercaya menjadi kasir dan
menginput data penjualan maupun
pembelian barang
5. Dipercaya melakukan pelayanan
informasi obat
6. Melakukan pelayanan kefarmasian
dirumah
Pharmaceutical Care
1. Memilihkan item obat untuk
pelayanan swamedikasi berdasarkan
assessment terhadap keluhan serta
memberi informasi terkaiit obat
(pengetahuan ilmiah).
Contoh kasus :
Seorang pasien mengeluhkan anaknya
memiliki nafsu makan yang rendah
sehingga pasien meminta informasi
terkait sediaan farmasi yang tepat
untuk meningkatkan nafsu makan.
Keputusan :
Sediaan farmasi yang
direkomendasikan adalah sirup yang
mengandung l-lysine HCl dengan
merk Takana karena kandungan
tersebut dapat meningkatkan nafsu
makan pada anak. Sirup tersebut juga
mengandung multivitamin dan
mineral yang baik untuk memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral.
6
2. Memberikan pemahaman kepada
pasien gambaran mengenai kondisi
kesehatannya.
Contoh kasus :
Pasien datang ke apotek dengan
membawa keluhan gatal-gatal pada
kulit yang disertai dengan ciri warna
putih dan memiliki batas atau garis
tepi yang tegas.
Keputusan :
Pasien memiliki ciri penyakit panu
sehingga pasien direkomendasikan
menggunakan antijamur.
3. Menjamin ketepatan cara penggunaan
obat dengan pemberian informasi
yang jelas serta menjamin kepatuhan
pasien agar terhindar dari ESO.
Contoh kasus :
Seorang pasien datang ke apotek
dengan keluhan nyeri pada kaki dan
meminta obat dengan merk tertentu
yang mengandung natrium
diklofenak. Pasien tersebut memiliki
riwayat penyakit gastritis.
Keputusan :
Pasien diedukasi bahwa obat tersebut
diindikasikan untuk mengatasi nyeri
dengan aturan bahwa sebaiknya
diminum setelah makan untuk
menghindari efek samping dispepsia.
4. Merespon aktif terhadap permintaan
saran oleh pasien.
7
Contoh kasus :
Pasien datang ke apotek dengan
keluhan sakit gigi disertai dengan
lubang. Pasien meminta saran kepada
petugas farmasi yang ada di apotek
tentang obat yang sebaiknya
dikonsumsi
Keputusan :
Pasien direkomendasikan untuk
mengkonsumsi obat kalium
diklofenak untuk mengurangi rasa
nyeri dan antibiotik karena pasien juga
mengeluhkan gigi berlubang yang
dapat menjadi sumber infeksi.
Pemberian antibiotik disertai
konseling bahwa antibiotik harus
dihabiskan untuk menghindari risiko
resistansi.
5. Memberikan dukungan pola dan
perilaku hidup yang mendukung
tujuan terapi.
Contoh kasus :
Pasien datang ke apotek untuk
menebus obat antihipertensi
Keputusan :
Pasien disarankan untuk melakukan
pemantauan tekanan secara rutin.
Pasien diedukasi bahwa penderita
hipertensi harus mengkonsumsi obat
secara rutin seumur hidup untuk
mengkontrol tekanan darah.
System Management
8
1. Memahami sistem pengeluaran obat,
yaitu sistem FEFO dan FIFO. Obat
yang dikeluarkan dicatat pada kartu
stok sehingga diketahui sisa
persediaan obat.
2. Memahami jumlah ketenagaan di
apotek serta tugas pokok dan
fungsinya.
3. Memahami proses pengelolaan *
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang terdiri
dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan*, penyimpanan*,
pemusnahan, pengendalian,
pencatatan* dan pelaporan.
4. Memahami manajerial SDM yang di
apotek, seperti penjadwalan jam kerja,
cuti melahirkan, dan hari libur.
Practice Business Plan
1. Bagaimana penentuan tempat atau
lokasi apotek yang benar, antara lain:
- Lokasi strategis dan mudah
dijangkau
- Melihat kemungkinan adanya
competitor yang berada di
sekitar apotek
2. Memahami dan mempelajari
bagaimana tata ruang dan penyusunan
tempat obat yang ada di apotek, antara
lain:
- Tempat pelayanan obat dan
resep
9
- Tempat penyimpanan obat
- Ruang tunggu untuk pasien
3. Memahami sumber modal pendirian
apotek
4. Memahami cara pemberian harga obat
resep dan non resep
5. Memahami cara promosi apotek di
masyarakat
6. Memahami cara peningkatan
pelayanan di apotek, seperti pelayanan
konsultasi apoteker, praktik bersama
dengan dokter, pengecekan tekanan
darah, kolesterol, asam urat, dan
pelayanan pengantaran obat.
Public Health
1. Menyelenggarakan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat berupa
penyuluhan dengan tema penggunaan
antibiotik dengan tepat.
2. Menyusun instrumen untuk
melakukan evaluasi terhadap
peningkatan pengetahuan melalui
kuisioner.
3. Membagikan leaflet yang sesuai
dengan tema penyuluhan kepada
masyarakat.
Research and Development
1. Menganalisa penyakit yang mayoritas
diderita pasien yang datang ke apotek
tempat PKPA.
2. Menganalisa tingkat kepuasan
pelanggan dari apotek tempat BPP.
10
Ada tiga faktor yang bisa digunakan
unuk menentukan kepuasan
pelanggan, antara lain:
- Harga pemberian obat
dengan harga yang sesuai
dengan kondisi ekonomi
pasien.
- Pelayanan pemberian
konseling kepada pasien
swamedikasi yang mencakup
ECGAA (Educate, Councel,
Gidance, Advice, and
Advocate)
3. Menganalisa pola penyakit
berdasarkan pelayanan swamedikasi
dan pola peresepan di tempat PKPA
Keterangan :
0 : tidak mempunyai capaian dan kesan pembelajaran
1 : mengetahui dari cerita/pengalaman apoteker preseptor
2 : mengamati saat apoteker preseptor maupun pendamping
melakukan pekerjaan tersebut
3 : membuat perencanaan atau laporan dari pekerjaan tersebut
4 : dipercaya melakukan pekerjaan tersebut di bawah pendampingan /
supervisi dari apoteker preseptor maupun pendamping.
11
saling memberikan pengetahuan berdasarkan pengalaman masing-masing.
Mahasiswa yang melakukan PKPA mendapatkan pengetahuan dari hasil diskusi
dengan preseptor, tenaga teknis kefarmasian maupun melalui pelayanan
kefarmasian langsung kepada pasien. Diskusi yang dilakukan terkait pendirian
apotek, manajemen keuangan, manajemen SDM, pelayanan farmasi klinis, dan
lain-lain.
12
mahasiswa apabila ingin mendirikan apotek secara swadaya yang berkompeten
dan mampu bersaing dengan tetap mengikuti peraturan yang berlaku. .
13