Anda di halaman 1dari 13

FISIKA LINGKUNGAN

KAJIAN DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN TERHADAP


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR
DI BANGKA BELITUNG

Disusun Oleh
Eka Badiatul Kharimah (06111181722043)
Mayang Hastianingrum M. (06111281722037).

Dosen Pembimbing
Dra. Murniati, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau
Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
ditetapkan sebagai provinsi ke-31 oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-
Undang No. 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Ibukota provinsi ini adalah
Pangkalpinang. Salah satu wilayah yang memiliki potensi untuk mendirikan Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal
yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Prinsip kerja
sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, menggunakan
uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Putaran turbin inlah yang diubah menjadi energi
listrik. Perbedaannya ialah sumber panas yang digunakan untuk menghasilkan panas. Sebuah
PLTN menggunakan Uranium sebagai sumber panasnya. Reaksi pembelahan (fisi) inti
Uranium menghasilkan energi panas yang sangat besar.
Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, dan untuk
PLTN yang dibangun pada tahun 2005 mempunyai sebaran daya dari 600 MWe sampai 1200
MWe. Sampai tahun 2015 terdapat 437 PLTN yang beroperasi di dunia, yang secara
keseluruhan menghasilkan daya sekitar 1/6 dari energi listrik dunia. Sampai saat ini sekitar
66 unit PLTN sedang dibangun di berbagai negara, antara lain Tiongkok 28 unit, Rusia 11 unit,
India 7 unit, Uni Emirat Arab 4 unit, Korea Selatan 4 unit, Pakistan dan Taiwan masing-masing
2 unit.
PLTN dikategorikan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Namun pada beberapa
pembangkit yang memiliki beberapa unit reaktor yang terpisah memungkinkan untuk
menggunakan jenis reaktor yang berbahan bakar seperti Uranium dan Plutonium.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana kondisi/keadaan dari Provinsi Bangka Belitung?
b. Bagaimana rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir?
c. Bagaimana pembangkit listrik tenaga nuklir di Provinsi Bangka Belitung?

C. TUJUAN
a. Mengetahui kondisi/keadaan di Provinsi Bangka Belitung dari berbagai aspek
b. Mengetahui rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir
c. Mengetahui pembangkit listrik tenaga nuklir di Provinsi Bangka Belitung
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengenal Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


1. Sejarah
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau
Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil. Sebelum Kapitulasi Tutang Pulau Bangka
dan Pulau Belitung merupakan daerah taklukan dari Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan
Mataram. Setelah itu, Bangka Belitung menjadi daerah jajahan Inggris dan kemudian
dilaksanakan serah terima kepada pemerintah Belanda yang diadakan di Muntok pada tanggal
10 Desember 1816. Selama masa penjajahan terdapat banyak sekali kekayaan yang berada di
pulau ini diambil oleh penjajah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditetapkan sebagai
provinsi ke-31 oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 27
Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang sebelumnya
merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Ibukota provinsi ini adalah Pangkalpinang.

2. Iklim dan Topografi


Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang
mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima
bulan terus menerus. Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar
merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian
dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut dan ketinggian daerah
pegunungan antara lain untuk gunung Maras mencapai 699 meter, gunung Tajam Kaki
ketinggiannya kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk daerah
perbukitan seperti bukit Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter dan
Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut.

3. Letak Geografis
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104°50’ sampai 109°30’ Bujur
Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
 Di sebelah Barat dengan Selat Bangka
 Di sebelah Timur dengan Selat Karimata
 Di sebelah Utara dengan Laut Natuna
 Di sebelah Selatan dengan Laut Jawa
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan
wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,14 km2. Luas daratan lebih kurang
16.424,14 km2 atau 20,10 persen dari total wilayah dan luas laut kurang lebih 65.301 km2 atau
79,90 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

4. Wilayah Administrsi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2003 tanggal 25 Februari 2003 mengenai
pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten BangkaTengah, Kabupaten Bangka
Barat dan Kabupaten Belitung Timur maka dengan demikian wilayah administrasi
pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi dalam 6 (enam) kabupaten dan 1
(satu) kota.
Dalam wilayah administrasi pemerintah kabupaten/kota terbagi dalam wilayah
kecamatan, kelurahan/desa dengan rincian per kabupaten sebagai berikut:
Tabel 1. Wilayah Administrasi
JUMLAH
LUAS
KAB/KOTA PENDUDUK KECAMATAN KELURAHAN/DESA
WILAYAH
(KM2)
Bangka 2.950,88 324.305 8 77
Bangka Barat 2.820,61 204.778 6 63
Bangka
2.155,77 188.603 6 62
Tengah
Bangka
3.607,08 201.782 8 53
Selatan
Belitung 2.293,69 182.418 5 49
Belitung
2.506,91 124.587 7 39
Timur
Pangkalpinang 89,40 204.392 7 42
Total 16.424,14 1.430.865 47 385
Sumber :
1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk berdasarkan BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017
2. Data Kecamatan dan Kelurahan berdasarkan Kementerian Dalam Negeri

5. Wilayah Pembangunan
Pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan pada tujuan
Pembangunan nasional yang dijabarkan melalui pendekatan konsep pembangunan daerah.
Adapun konsentrasi pembangunan ditinjau menurut kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Kabupaten Bangka dengan ibukota Sungailiat, berkonsentrasi pada pembangunan dan
pengembangan di bidang perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, perkebunan dan
pertambangan.
2. Kabupaten Bangka Barat dengan ibukota Muntok, berkonsentrasi pada pembangunan di
sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, industri pengolahan dan perdagangan.
3. Kabupaten Bangka Tengah dengan ibukota Koba yang berkonsentrasi pada pembangunan
sektor perkebunan dan pertambangan.
4. Kabupaten Bangka Selatan dengan ibukota Toboali berkonsentrasi pada pengembangan di
sektor pertambangan, pertanian, perkebunan dan perikanan laut serta perdagangan.
5. Kabupaten Belitung dengan ibukota Tanjungpandan merupakan wilayah pengembangan
sektor perdagangan dan jasa, pertanian, pariwisata, industri pengolahan dan perikanan laut.
6. Kabupaten Belitung Timur dengan ibukota Manggar merupakan wilayah pengembangan
sektor industri pengolahan, pertanian dan perkebunan, perikanan laut serta sektor
pertambangan.
7. Kota Pangkalpinang merupakan ibukota provinsi dan merupakan wilayah pengembangan
sektor industri pengolahan, perdagangan dan jasa serta pariwisata.
6. Kependudukan
Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Kep. Bangka Belitung sebanyak 1 223 296 jiwa yang
mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 602 106 jiwa (49,22
persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 621 190 jiwa (50,78 persen).
Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah
sebesar 8,70 persen di Kabupaten Belitung Timur hingga yang tertinggi sebesar 22,66 persen
di Kabupaten Bangka.

KONDISI SOSIAL EKONOMI PENDUDUK PROVINSI KEPULAUAN BANGKA


BELITUNG
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 berdasarkan
hasil estimasi Sensus Penduduk (SP2010) sebesar 1.261.737 jiwa , bertambah 3,14 persen
dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 1.223.296 jiwa. Penduduk berjenis kelamin laki-laki
masih lebih banyak dibandingkan penduduk perempua. Jumlah penduduk laki-laki tahun 2011
sebanyak 655.051 jiwa sedangkan penduduk perempuan sebanyak 606.686. Tingkat
pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2000-2010 sebesar 3,14
persen, jika ditinjau menurut kabupaten/kota untuk periode tahun 2000-2010, tingkat
pertumbuhan tertinggi terdapat di Kabupaten Bangka Tengah 3,81 persen, dan terendah di
Kabupaten Belitung Timur 2,76 persen. Tingkat kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung terus meningkat sepanjang tahun, tahun 2011 mencapai 77 orang per km2,
apabila dilihat menurut kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang memiliki tingkat kepadatan
tertinggi yaitu sebesar 1.517 orang per km2 dan Kabupaten Belitung Timur memiliki tingkat
kepadatan terendah yaitu 44 orang per km2.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Di Provinsi Kep. Bangka Belitung
PENDUDUK
KAB/KOTA JUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Bangka 148.899 137.016 285.915
Belitung 83.248 77.618 160.866
Bangka Barat 94.132 86.522 180.654
Bangka Tengah 87.077 79.217 166.294
Bangka Selatan 92.322 85.627 177.949
Belitung Timur 57.061 52.748 109.809
Pangkalpinang 92.313 87.937 180.250
Jumlah 655.051 606.686 1.261.737
Sumber : Estimasi Penduduk 2011 berdasarkan Sensus Penduduk 2010

Tenaga Kerja
Jumlah penduduk Kepulauan Bangka Belitung usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk
Penduduk Usia Kerja (PUK) pada tahun 2011 sebanyak 893.894 jiwa (hasil survei Angkatan
Kerja Nasional 2011). Sebesar 68,43 persen dari PUK termasuk dalam penduduk angkatan
kerja (bekerja dan/atau mencari kerja) dan sisanya 31,57 persen adalah penduduk bukan
angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, lainnya). Tingkat partisipasi angkatan kerja
tahun 2011 sebesar 68,43 persen artinya 68 persen penduduk usia kerja aktif secara ekonomi.
Penduduk usia kerja yang bekerja apabila dilihat dari sektor lapangan pekerjaan tampak
bahwa sebesar 25,93 persen penduduk usia kerja yang bekerja terserap di sektor pertanian,
18,98 persen terserap di sektor perdagangan,hotel dan restoran dan 15,51 persen di sektor jasa
kemasyarakatan.
7. Ekonomi
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting
untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu,
biasanya satu tahun. Pada tahun 2011, PDRB atas dasar harga berlaku di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dengan migas mengalami peningkatan dari 26.565.032 juta rupiah pada tahun
2010 menjadi 30.254.777 juta rupiah pada tahun 2011. Sedangkan PDRB tanpa migas juga
mengalami peningkatan dari 25.959.503 juta rupiah di tahun 2010 menjadi 29.620.050 juta
rupiah di tahun 2011.
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting
untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan.
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2011 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2010. Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga
konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2011 dengan migas adalah 6,40 persen dan
pertumbuhan ekonomi tanpa migas adalah 6,47 persen.
STRUKTUR EKONOMI
Perekonomian di Provinsi Kepulau Bangka Belitung tahun 2011 kontribusi terbesarnya
berasal dari sektor tersier dengan kontribusi sebesar 35,85 persen. Sektor tersier terdiri dari
sektor perdagangan,hotel dan restoran (19,18 persen), sektor pengangkutan dan komunikasi
(3,27 persen), sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan (2,61 persen), dan sektor jasa
jasa (10,79 persen). Penopang kedua adalah sektor primer dengan kontribusi 35,14 persen yang
meliputi sektor pertanian (18,41 persen) dan sektor pertambangan dan penggalian (16,73
persen). Sedangkan kontribusi terkecil adalah sektor sekunder sebesar 29,01 persen yang terdiri
dari sektor industri pengolahan (20,56 persen), sektor listrik,gas dan air bersih (0,67 persen)
dan sektor konstruksi ( 7 ,78 persen). Dilihat dari sisi pengeluaran, PDRB atas dasar harga
berlaku terbesar digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 51,56 persen.
PDRB PER KAPITA
PDRB per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan
sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Pada tahun
2011, PDRB perkapita penduduk berdasarkan harga berlaku di wilayah ini dengan migas
sebesar Rp. 23.978.672 sedangkan tanpa migas sebesar Rp. 23.475.613. Jika dibandingkan
tahun 2010, pendapatan perkapita di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami
peningkatan.
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

8. Infrastruktur
Infrastruktur penunjang kegiatan perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung secara umum cukup memadai antara lain telah tersedianya pasar dan pusat-pusat
perbelanjaan/pertokoan. Pasar terbagi atas atas pasar besar dan pasar kecil (tradisional).
Pos dan telekomunikasi memegang peranan penting dalam mendorong percepatan arus
informasi. Pelayanan jasa pos dan telekomunikasi di provinsi kepulauan bangka belitung
meliputi pengiriman surat, kargo, telepon, dan facsimile. Ada 3 profider seluler di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yaitu telkomsel, excelcomindo, indosat.
Sistem kelistrikan di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari dua
sistem yaitu sistem yang dimiliki oleh PT. PLN (persero) dan sistem yang dimiliki oleh pihak
swasta yaitu PT. Timah, Tbk dan PT. Koba Tin. Sistem kelistrikan PT. PLN (persero) di
wilayah usaha Bangka Belitung: sistem Bangka memiliki 6 pusat PLTD milik sendiri dan
beberapa pembangkit dengan sistem sewa, dan sistem Belitung memiliki 2 pusat PLTD.
Transportasi darat merupakan salah satu faktor penting dalam memperlancar kegiatan
perekonomian. Dari 3.193,36 km panjang jalan di Kepulauan Bangka Belitung, 16,62 persen
merupakan jalan negara, 16,26 persen jalan provinsi dan 67,12 persen jalan kabupaten.
Perhubungan laut merupakan transportasi yang strategis bagi Kepulauan Bangka Belitung
sebagai provinsi kepulauan untuk berinteraksi dengan provinsi lain. Di Kepulauan Bangka
Belitung terdapat 8 pelabuhan yang terdiri dari 3 pelabuhan khusus barang dan 5 pelabuhan
penumpang sekaligus barang.enam dari delapan pelabuhan tersebut berada di Pulau Bangka
dan dua lainnya di Pulau Belitung. Transportasi air yang bergerak di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung antara lain perusahaan PELNI dan perusahaan swasta. Jalur pelayaran dari
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah : tujuan Jakarta, Palembang, Tanjung Pinang,
Surabaya, dan Pontianak.
Transportasi udara merupakan sarana transportasi merupakan sarana alternatif di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selain transportasi darat dan air. Di Kepulauan Bangka
Belitung ada 2 pelabuhan udara yaitu Bandar Udara Depati Amir di Pulau Bangka dan HAS.
Hanandjoeddin di Pulau Belitung. Maskapai penerbangan yang beroperasi di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung antara lain Sriwijaya Air, Batavia Air, Lion Air, Adam Air Kartika
Air dan Riau Air Lines.
Tabel 3. Jarak Jalan Di Pulau Bangka
B. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Gagasan membangun PLTN di Indonesia didasari oleh pertimbangan bahwa sumber


energi fosil yang selama ini menjadi penopang utama dalam pembangkitan listrik di Indonesia
mulai menipis. Peningkatan kebutuhan listrik dari berbagai sektor mengalami peningkatan
rata-rata yaitu sekitar 7% per tahun akan sulit apabila hanya mengandalkan pada bahan fosil.
Tuntutan pemenuhan kebutuhan listrik dan kualitas lingkungan yang bersih juga menjadi
persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembnagkitan listrik di masa mendatang.
Awal tahun 1970-an perencanaan secara serius pembangunan PLTN telah dilakukan
dengan pembentukan Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2PLTN). Tugas komisi ini
adalah melakukan kajian tentang hal-hal yang terkait dengan kemungkinan pembangunan
PLTN di Indonesia. Hasil kerja komisi diantaranya adalah menetapkan sekitar 14 lokasi yang
diusulkan kepada pemerintah untuk dilakukan studi lebih lanjut sebagai calon tapak PLTN.
Usulan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan studi kelayakan oleh Badan Tenaga
Atom Nasional (sekarang menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional) bekerja sama dengan
pemerintah Italia, Amerika, Perancis dan International Atomic Agency (IAEA), yang
dilakukan hingga tahun 1986.
Kegiatan studi tentang kelayakan introduksi PLTN di Indonesia, dari berbagai aspek
dilaksanakan pada awal tahun 1991 hingga 1996 bekerja sama dengan konsultan New JEC. Inc
dari Jepang. Secara keseluruhan pemilihan lokasi PLTN akan ditinjau dari berbagai segi, yaitu
dari hasil penilaian kelistrikan, prasarana transportasi, tersedianya air, kegempaan, geologi,
hidrologi, kependudukan, lingkungan dan lain-lain. Hasil studi adalah berupa rekomendasi
lokasi terbaik untuk PLTN, yaitu Ujung Lemah Abang, Ujung Grenggengan dan Ujung Watu.
Ketiga lokasi tersebut berada di wilayah Kabupaten Jepara. Apabila seluruh kegiatan dari mulai
persiapan dan pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancar maka pada tahun 2005 PLTN
unit pertama sudah mulai beroperasi. Akan tetapi karena adanya krisis moneter pada tahun
1997 yang diikuti dengan krisis politik, mengakibatkan keterpurukan di semua sektor termasuk
sektor kelistrikan. Akibatnya banyak industri yang berhenti beroperasi dan menurunnya
konsumsi terhadap listrik.
Hal yang mengejutkan terjadi yaitu setelah terjadinya krisis moneter permintaan
terhadap listrik kembali meningkat bahkan cenderung tinggi. Hasil studi menyimpulkan bahwa
dari cadangan sumber energi yang ada terutama bahan fosil, tidak akan dapat mencukupi
kebutuhan listrik secara nasional hingga tahun 2025. Konsekuensinya adalah harus diupayakan
penggunaan sumber energi lain termasuk penggunaan sumber energi baru dan terbarukan
(EBT) untuk menutupi kekurangan tersebut. Yang termasuk energi baru dan terbarukan
diantaranya adalah energi matahari, angin, panas bumi, air, biodiesel dan tenaga nuklir.
Berturut-turut kemudian ditetapkan kebijakan baru di bidang energi yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Undang-
undang Nomor 17 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Pada Perpres
Nomor 5 Tahun 2006 ditetapkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan listrik hingga tahun 2025
dibutuhkan kontribusi sumber energi terbarukan, masing-masing sebesar : biofuel di atas 5%,
panas bumi di atas 5%, nuklir, surya, angin dan biomassa di atas 5% dan batubara yang
dicairkan di atas 2%. Dengan mendasarkan pada kondisi tersebut dan sudah ditetapkannya
peraturan perundangan yang mendasari maka pemerintah berencana akan membangun PLTN
dan diharapkan listrik akan masuk mulai tahun 2017. Sebagaimana diakui oleh negara-negara
yang sudah lebih dulu mengoperasikan PLTN maka seiring dengan meningkatnya kebutuhan
listrik, pembangunan PLTN yang pertama pasti akan diikuti dengan pembangunan PLTN
berikutnya. Demikian juga di Indonesia, apabila nanti di Jepara akan dibangun beberapa unit
maka harus disiapkan lokasi lain untuk mengatisipasi pembangunan-pembangunan PLTN yang
lain.
Oleh karena itu saat ini sedang dilakukan studi pemilihan calon tapak baru di luar
Jepara. Berdasarkan studi awal sudah diperoleh daerah potensial baru yaitu di wilayah Banten
(Pulau Panjang dan Bojonegara) dan Pulau Bangka Belitung (Tanjung Berdaun dan Tanjung
Berani). Kedua lokasi tersebut terus dilakukan pengkajian yang lebih intensif untuk melakukan
data terkini masyarakat calon tapak PLTN pemerintah sudah mengumumkan bahwa energi
nuklir akan menjadi salah satu sumber energi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
listrik yang terus meningkat. Sebagai langkah implementasinya, Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN) ditugaskan untuk melakukan studi ini.
Sebagai langkah konkrit, pemerintah kemudian menetapkan Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang diantaranya
memasukkan energi nuklir sebagai pembangkit listrik sebesar 5 persen hingga tahun 2025.
Perpres tentang KEN tersebut kemudian diperkuat pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Nasional Jangka Panjang Tahun 2005 – 2025, yang
mengamanatkan bahwa energi nuklir akan dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik pada tahun
2015 – 2019 dengan persyaratan keselamatan yang ketat.
BATAN sebagai lembaga yang ditugasi pemerintah untuk menyiapkan pembangunan
PLTN telah melakukan penyiapan berbagai infrasruktur yang dipersyaratkan, yang meliputi
SDM, penguasaan teknologi, lokasi, roadmap (peta jalan), kajian dampak sosial, budaya dan
ekonomi, termasuk melakukan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat. Pada tahun 2011 –
2013 telah dilakukan studi lokasi PLTN di Provinsi Bangka Belitung (Babel) dan dinyatakan
layak untuk pembangunan PLTN. Dengan Babel dinyatakan layak untuk lokasi PLTN,
pemerintah memiliki pilihan lokasi lain selain Jepara yang pernah dipermasalahkan oleh
masyarakat Jawa Tengah tentang resikonya.
Belum juga ditetapkan PLTN akan dibangun, pemerintah kembali menetapkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang KEN sebagai pengganti Perpres
Nomor 5 Tahun 2006. Ada perbedaan yang mencolok terhadap arah kebijakan pada kedua
peraturan tersebut, yaitu dalam Perpres Nomor 5 Tahun 2006 nuklir menjadi bagian dalam
KEN sedangkan dalam PP Nomor 79 Tahun 2014 nuklir sebagai pilihan terakhir. Hal tersebut
yang kemudian membuat rencana pembangunan PLTN menjadi tidak berujung hingga saat ini.
Pada tanggal 22 Juni 2016 yang lalu, Dewan Energi Nasional (DEN) mengadakan
sidang yang langsung dipimpin oleh Presiden RI sebagai Ketua DEN. Sidang dihadiri oleh
Wakil Presiden RI selaku Wakil Ketua DEN, Anggota DEN dari unsur pemangku kepentingan
dan Menteri terkait sebagai Anggota DEN dari unsur pemerintahan untuk membahas dan
menetapkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Keputusan sidang telah menetapkan
beberapa poin, diantaranya adalah supaya pengembangan opsi nuklir dibuatkan roadmap. Opsi
nuklir sebagai pilihan terakhir dalam KEN diterjemahkan dalam RUEN mencakup langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Membangun reaktor daya riset dan laboratorium reaktor sebagai tempat ahli nuklir
berekspresi, berinteraksi dan berkarya, serta memberikan dukungan untuk
dilaksanakannya riset-riset terkait nuklir supaya apa yang sudah dikuasai tidak hilang
dan dapat dipertahankan;
2. Mendorong kerja sama internasional agar selalu termutakhirkan dengan kemajuan
teknologi.
Dengan dua keputusan tersebut tentu saja masih memerlukan langkah konkrit agar
seluruh pemangku kepentingan dapat melaksanakan dengan baik sesuai dengan tugasnya.
Membangun reaktor daya riset sudah dimulai pada tahun 2015 pada tahap penyusunan konsep
desain oleh BATAN dan tahun 2016 dilanjutkan tahapan review dokumen oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Langkah berikutnya setelah BAPETEN menyetujui
terhadap konsep desain akan dilanjutkan dengan penyusunan detail desain sebagai persyaratan
untuk mendapatkan izin pembangunan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai
lembaga teknis yang membidangi energi juga diharapkan akan segera membuat roadmap yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam merealisasikan program pemanfaatan energi nuklir
sebagai pembangkit listrik.

C. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR DI KEP. BANGKA BELITUNG


Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menargetkan pengoperasian Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) Bangka Belitung sebesar 5 ribu Mega Watt (MW) pada 2025 sehingga
bisa jadi lumbung energi.
Kepala Batan, Djarot S. Wisnu broo, pihaknya telah melakukan studi di provinsi
penghasil timah tersebut sejak 2011-2013. Dari hasil penelitian, Bangka Belitung memiliki
potensi PLTN 10 ribu MW yang diusulkan bisa mengalirkan listrik ke wilayah Sumatera,
sehingga lumbung energi.
PLTN berkapasitas 5.000 MW bisa dibangun sebagai tahap awal, dan beroperasi pada
2025. Namun hal tersebut masih menunggu keputusan Kementerian Energi Sumber Daya
Mineral (ESDM). Provinsi Bangka Belitung telah memenuhi syarat untuk pembangunan
PLTN. Karena bebas dari gempa bumi dan tsunami. Syarat pembangunan PLTN satu bebas
kemungkinan kecil gempa dan tunai. Selain itu, pemerintah juga akan mengenalkan teknologi
nuklir kepada masyarakat. Cara pengenalannya dengan membangun reaktor dengan daya
eksperimen.
Menteri Riset Teknologi Pendidikan Tinggi, Muhammad Nasir, agar meyakinkan
masyarakat terhadap keamanan penggunaan teknologi nuklir sebagai sumber energi, perlu
dibuktikan dalam wujud nyata. Pengenalan teknologi nuklir itu dengan membangun reaktor
daya eksperimen atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mini yang ditargetkan selesai
2018.
Meski kekhawatiran atas keamanan PLTN semakin meningkat menyusul kasus
kebocoran pembangkit nuklir Fukushima di Jepang, pemerintah Indonesia memastikan untuk
terus melanjutkan rencana pendirian PLTN.
Kepastian untuk melanjutkan pembangunan PLTN itu antara lain dinyatakan Dewan
Energi Nasional (DEN) dan Badan Tenaga Átom Indonesia (BATAN). Juru bicara BATAN,
Ferhat Aziz, menyatakan pihaknya telah menyiapkan lokasi bagi pembangunan PLTN, yaitu
di wilayah Bangka-Belitung. Alasannya adalah Pertama lokasi ini sangat jauh dari pusat-pusat
gempa di pantai barat Sumatera maupun di pantai selatan Jawa. Kedua, dekat dengan Sumatera
yang merupakan konsumen energi yang cukup besar juga dekat dengan Singapura yang juga
merupakan konsumen energi yang besar. Dan kemungkinan tidak ada tsunami dan kondisi
masyarakatnya secara umum menerima.
Ferhat Aziz juga mengulang kembali alasan yang selalu dikemukakan pemerintah,
bahwa pembangunan reaktor nuklir dibutuhkan sebagai sumber energi alternatif pemasok
tenaga listrik. Rencana pembangunan PLTN di Indonesia sudah digagas sejak masa
pemerintahan Soeharto. Tetapi proyek ini dihentikan karena banyak mendapatkan tentangan.
Salah satu pertimbangan pemilihan Bangka-Belitung juga karena setelah rencana
pembangunan PLTN di pegunungan Muria di Jawa Tengah ditentang keras oleh masyarakat
setempat dan para pegiat lingkungan hidup yang mengkhawatirkan masalah keamanan. Selain
ledakan reaktor nuklir di Chernobyl, Rusia pada tahun 1986, kecemasan terhadap
pembangunan PLTN semakin meningkat setelah kebocoran pembangkit nuklir Fukushima di
Jepang pekan lalu.
Namun Ferhat Aziz menolak kekhawatiran itu. Ia meyakinkan bahwa Indonesia telah
memiliki tenaga ahli untuk mengoperasikan PLTN. Terlebih menurutnya, untuk
mengoperasikan PLTN tidak harus memiliki kemampuan tekhnologi seperti Jepang. Ferhat
Aziz memaparkan, "Dunia menunjukan bahwa tidak ada negara yang memulai program PLTN
nya setelah dia menguasai 100 persen tekhnologi nuklir tersebut kecuali Amerika. Prancis pun
belajar dari Amerika, Jerman begitu, Jepang dan Korea juga belajar dari Amerika. Dan tidak
ada salahnya kita memulai dengan cara seperti itu. Apalagi tekhnologi yang dikuasai anak
bangsa ini sudah sangat lumayan. Jadi saya tidak mempunyai keraguan sedikitpun. Indonesia
juga secara Human Development Indeks, ternyata juga sudah lebih baik dari katakanlah India,
Pakistan."
Betapapun, deputi direktur Walhi dan pegiat anti pembangunan PLTN, Ali Akbar,
menolak klaim pemerintah bahwa Bangka Belitung adalah lokasi aman untuk pembangunan
reaktor nuklir. Ia menunjuk sejumlah fakta, bahwa lokasi di bagian utara pantai Muntok, antara
perairan Bangka utara dan Kepulauan Riau tersebut, pernah menjadi pusat gempa.
Selain ancaman kebocoran reaktor akibat gempa dan tsunami, Dian Abraham, dari
Masyarakat Anti Nuklir Indonesia, mencemaskan, sejumlah faktor lain yang mungkin terjadi
jika pemerintah tetap memaksakan pembangunan PLTN. "Syarat-syarat untuk terjadinya
kecelakaan di Indonesia itu jauh lebih banyak ketimbang di Amerika, di Jepang atau di negara
negara maju lainya. Saya gak yakin kita betul betul punya SDM yang bisa nangani kecelakaan-
kecelakaan di PLTN. Budaya nuklir kita yang sangat tidak disiplin, mulai dari pekerjanya.
Kemudian (kerapnya) kita meremehkan hal-hal yang kecil perawatan PLTN. Saya pikir itu bisa
memicu kecelakan yang sangat besar di Indonesia."
Indonesia sendiri saat ini memiliki tiga reaktor nuklir, yakni di BATAN Yogyakarta,
Serpong dan Bandung. Namun ketiga reaktor ini murni hanya untuk penelitian
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagasan membangun PLTN di Indonesia didasari oleh pertimbangan bahwa sumber


energi fosil yang selama ini menjadi penopang utama dalam pembangkitan listrik di Indonesia
mulai menipis. Kemudian, hasil studi menyimpulkan bahwa dari cadangan sumber energi yang
ada terutama bahan fosil, tidak akan dapat mencukupi kebutuhan listrik secara nasional hingga
tahun 2025. Berturut-turut kemudian ditetapkan kebijakan baru di bidang energi yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan
Undang-undang Nomor 17 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Pada
Perpres Nomor 5 Tahun 2006 ditetapkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan listrik hingga
tahun 2025 dibutuhkan kontribusi sumber energi terbarukan, masing-masing sebesar : biofuel
di atas 5%, panas bumi di atas 5%, nuklir, surya, angin dan biomassa di atas 5% dan batubara
yang dicairkan di atas 2%. Dengan mendasarkan pada kondisi tersebut dan sudah ditetapkannya
peraturan perundangan yang mendasari maka pemerintah berencana akan membangun PLTN
dan diharapkan listrik akan masuk mulai tahun 2017.
Belum juga ditetapkan PLTN akan dibangun, pemerintah kembali menetapkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang KEN sebagai pengganti Perpres
Nomor 5 Tahun 2006. Ada perbedaan yang mencolok terhadap arah kebijakan pada kedua
peraturan tersebut, yaitu dalam Perpres Nomor 5 Tahun 2006 nuklir menjadi bagian dalam
KEN sedangkan dalam PP Nomor 79 Tahun 2014 nuklir sebagai pilihan terakhir. Hal tersebut
yang kemudian membuat rencana pembangunan PLTN menjadi tidak berujung hingga saat ini.
Pada tanggal 22 Juni 2016 yang lalu, Dewan Energi Nasional (DEN) mengadakan sidang yang
langsung dipimpin oleh Presiden RI sebagai Ketua DEN.Keputusan sidang telah menetapkan
beberapa poin, diantaranya adalah supaya pengembangan opsi nuklir dibuatkan roadmap. Opsi
nuklir sebagai pilihan terakhir dalam KEN diterjemahkan dalam RUEN mencakup langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Membangun reaktor daya riset dan laboratorium reaktor sebagai tempat ahli nuklir
berekspresi, berinteraksi dan berkarya, serta memberikan dukungan untuk
dilaksanakannya riset-riset terkait nuklir supaya apa yang sudah dikuasai tidak hilang dan
dapat dipertahankan;
2. Mendorong kerja sama internasional agar selalu termutakhirkan dengan kemajuan
teknologi.
Dengan dua keputusan tersebut tentu saja masih memerlukan langkah konkrit agar
seluruh pemangku kepentingan dapat melaksanakan dengan baik sesuai dengan tugasnya.
Membangun reaktor daya riset sudah dimulai pada tahun 2015 pada tahap penyusunan konsep
desain oleh BATAN dan tahun 2016 dilanjutkan tahapan review dokumen oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Langkah berikutnya setelah BAPETEN menyetujui
terhadap konsep desain akan dilanjutkan dengan penyusunan detail desain sebagai persyaratan
untuk mendapatkan izin pembangunan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai
lembaga teknis yang membidangi energi juga diharapkan akan segera membuat roadmap yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam merealisasikan program pemanfaatan energi nuklir
sebagai pembangkit listrik.
B. Saran

PLTN tentu memiliki banyak manfaat, namun di samping itu pula terdapat banyak
ancaman. Pemerintah saat ini sedang menimbang dari segala aspek, termasuk kebijakan yang
diberlakukan. Ada begitu banyak pertimbangan sebelum PLTN dibangun di Kepulauan
Bangka Belitung. Pemerintah hendaknya lebih mengkaji mengenai pengembangan PLTN
bersama dengan pihak-pihak lain yang terlibat. Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini
terdapat banyak kekurangan referensi. Dengan demikian, diharapkan pembaca dapat mencari
sumber-sumber referensi yang lebih valid dan menunjang pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2006/5TAHUN2006PERPRES.html

https://www.babelprov.go.id/

https://www.google.com/amp/s/bangka.tribunnews.com/amp/2017/11/05/rencana-
pembangunan-pltn-di-babel-semakin-menguat-ternyata-ini-penyebabnya

https://www.google.com/amp/s/amp.dw.com/id/pemerintah-indonesia-kukuh-lanjutkan-
pembangunan-pltn/a-14914037

Anda mungkin juga menyukai