Anda di halaman 1dari 9

Judul Percobaan : Teori Pengukuran dan Kesalahan

Tanggal Praktikum : 19 September 2019

Tempat Praktikum : Laboratorium Fisika Dasar Lantai 2

Nama : Aisyah Maharani

NIM : 119220121

Prodi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Jurusan : Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan

Kelompok : 10

Anggota Kelompok : Farah Haura Hafizah

Lampung Selatan,19 September 2019

Mengetahui,

( )
TEORI PENGUKURAN DAN KESALAHAN

Aisyah Maharani

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota,Institut Teknologi Sumatera

Aisyah119220121@student.itera.ac.id

ABSTRAK

Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dalam


menggunakan alat-alat ukur dasar, massa dan panjang serta menentukan
kesalahan pada pengukuran yang sering terjadi dalam perhitungan fisika
sebagai ilmu eksperimen. Alat ukur yang digunakan dalam percobaan ini
diantaranya adalah penggaris,jangka sorong,mikrometer skrup,neraca dan
timbangan digital.Hasil percobaan menunjukkan adanya perbedaan hasil
pengukuran pada tiap alat ukur yang disebabkan oleh beberapa faktor
seperti terbatasnya indra manusia (penglihatan dan pendengaran).
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara


langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung
merupakan pengukuran yang pada pembacaan skala pada alat ukur
secara langsung menyatakan nilai besaran yang diukur, tanpa perlu
dilakukan penambahan maupun cara yang lain. Sedangkan
pengukuran secara tidak langsung memerlukan perhitungan-
perhitungan tambahan.

Pengukuran selalu memperoleh hasil yang memiliki nilai bukan


sebenarnya,hal ini disebabkan adanya keterbatasan skala terkecil
terhadap alat ukur beserta ketidakpastian terhadap sistem maupun
keterbatasan keterampilan pengamat. Sehingga selama ini nilai yang
didapatkan dari pengukuran hanyalah nilai yang mendekati
sesungguhnya.Sama halnya dengan pengukuran besaran fisika baik
secara langsung maupun tak langsung yang berpengaruh terhadap
keakuratan dan kepresisian hasil ukur yang diperoleh.

B. Tujuan Percobaan
a. Dapat menggunakan alat-alat ukur dasar, massa dan panjang
b. Dapat menentukan kesalahan pada pengukuran beserta
penjalarannya.
c. Dapat memakai metode kuadrat terkecil dalam pengolahan data
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Besaran dan Satuan

Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur,

serta memiliki nilai besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan

adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam

pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil

konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan

ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu

besaran pokok dan besaran turunan. Selain itu, berdasarkan ada

tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran

skalar dan besaran vektor.

1. Besaran Pokok

Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar

untuk menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok

disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu

berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat

bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain.


2.Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang dapat diturunkan dari

besaran pokok. Satuan besaran turunan disebut satuan turunan

dan diperoleh dengan mengabungkan beberapa satuan besaran

pokok. Berikut merupakan beberapa contoh besaran turunan

beserta satuannya.

B. Instrumen Pengukuran
1. Alat Ukur Panjang

Penggaris/mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup

merupakan contoh alat ukur panjang. Setiap alat ukur memiliki

ketelitian yang berbeda, sehingga kita harus bisa memilih alat ukur

yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat ukur yang

kurang tepat akan menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.

a. Mistar Alat ukur panjang yang sering Anda gunakan adalah mistar

atau penggaris. Pada umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm

atau 0,1 cm. Mistar mempunyai ketelitian pengukuran 0,5 mm, yaitu

sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh mistar. Pada

saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah

pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah

pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda

yang di ukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang

tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi lebih

besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut

kesalahan paralaks.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A.Waktu dan Tempat

Praktikum Fisika Dasar I tentang Bidang Miring dilaksanakan pada

Kamis, 19 September 2018 pukul 13.00 s.d. 14.40 WIB di Laboratorium

Fisika Lantai 2 Institut Teknologi Sumatera.


B. Alat dan Bahan

1. Jangka sorong

2. Mikrometer skrup

3. Penggaris

4. Bola besi atau Kelereng

5. Neraca

6. Timbangan Digital

7. Balok tembaga dan aluminium

C. Cara Kerja

1. Timbang balok alumunium, balok tembaga dan bola besi tersebut

sebanyak 5 kali dengan neraca 4 lengan.

2. Ukur panjang balok alumunium dan balok tembaga tersebut dengan

menggunakan jangka sorong sebanyak 5 kali ulangan.

3. Ukur diameter bola besi dengan menggunakan mikrometer skrup

sebanyak 5 kali ulangan.

Anda mungkin juga menyukai