Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

(ASKEP PADA IBU DENGAN HEMORAGIA POST PARTUM)

DOSEN PENGAMPU :

Sutrisari Sabrina Nainggolan, S. Kep., Ners., M. Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

1. Dina marlina (17.14201.30.05)


2. Dayu lestari ( 17.14201.30.04)
3. Ayutike anggriani (17.14201.30.15)
4. Iqbal arifan (17.14201.30.13)
5. Mitahul janah (17.14201.30.23)
6. Shella melinia (17.14201.30.26)
7. Almareta fajrin (17.14201.30.29)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH swt. Yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
tercurah limpahkan pada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad saw. Yang kita nanti-
nantikan di hari akhir nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada ALLAH swt. Atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah “Askep Pada Ibu dengan Hemoragia
Post partum”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
sebesar- besarnya.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak khususnya kepada
dosen matakuliah kep. maternitas II Sutrisari Sabrina Nainggolan, S.Kep.,Ners.,M. Kep yang
telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Palembang, September 2019

Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemoragik (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma ditraktus
genetalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya (Cunningham, 2005).
Menurut depkes RI kematian ibu di indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100
rb kelahiran hidup dan 43 % dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post
partum (Sheris, 2002).
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan paska persalinan harus dicari
etiologi yang spesifik. Atonia uteri, pretension plasenta ( termasuk plasenta akreta dan
variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genetalia merupakan penyebab sebagian
besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan
atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya
mengharuskan melakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genetalia yang
dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum,
laserasi vagina, cidera levatorani dan cidera pada serviks uteri (Cunningham, 2005).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan syok hemorogik post partum
2. Apa saja etiologi syok hemorogik post partum
3. Apa saja tanda dan gejala syok hemoragik post partum
4. Apa saja yang menjadi factor predisposisi syok hemoragik
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic syok hemoragik
6. Bagaimana penatalaksanaan medic
7. Asuhan keperawatan syok hemoragik post partum
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan tentang
hemorogik post partum.
2. Dapat mengetahui pengertian, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostic, factor
predisposisi, penataksanaan dan asuhan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Hemorogia post partum ( pendarahan post partum ) adalah hilangnya darah
dari 500 ml dalam 24 jam. 24 jam pertama setelah lahurnya bayi (William, 1981).
Dengan pengukuran kuantitatif ternyata batasan tersenut tidak terlalu cepat
karna terbukti darah yang keluar pada persalinan pervaginam pada umumnya lebih
dari 500 ml, dan ini merupaakan salah satu mortalitas pada ibu.
Perdarahan post partum dapat dibagi menjadi 2 ;
1. Perdarahan post partum awal (sampai 24 jam setelah kelahiran)
2. Perdarahan post partum lambat sampai 24 jam setelah kelahiran)

B. Etiologi
Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan perdarahan post partum adalah sebagai
berikut.
a. Atonia uteri
b. Retensio placenta
c. Sisa placenta
d. Luka jalan lahir
e. Kelainan pembekuan darah

C. Tanda dan gejala


1. Pasien mengeluh lemah, pusing, berkeringat dingin
2. Hipotensi (sistolik <90 mmHg)
3. Takikardim (nadi >100x/menit)
4. Pucat , H< 8gr %
5. Pernapasan cepat (>30x/menit)
6. Gelisah, bingung atau kehilangan kesadaran)
7. Urin yang sedikit (<30 mL/jam)
8. Cyanosis
9. Kontraksi uterus tidak ada, uterus lembek
10. Hematom perineal, vaginal, dan bledder.
D. Faktor predisposisi
Factor- factor predisposisi perdarahan post partum adalah sebagai berikut:
1. Kelahiran besar
2. Kelahiran forsep tengah
3. Rotasi forsep
4. Kelahiran sebelum pembukaan serviks lengkap
5. Insisi serviks
6. Kelahiran per vaginam
7. Post seksio caesarea
8. Insisi uterus lain

E. Pemeriksaan diagnostic
Bila ada kemungkinan adanya akumulasi darah uterus atau dalam vagina yang
tidak diketahui, maka pemeriksaan diagnosis post partum biasanya dapat dijelaskan
dengan inspekulum pada vagina, servik dan uterus.

F. Penatalaksanaan medic
1. Bila syok
 Atasi syok dengan pemberian infuse Na CL 0,9%/RL
 Hentikan perdarahan
 Siapkan darah untuk transfuse
2. Bila syok teratasi
 Atonia uteri
- Massase uterus dan kompessi bimanual
- Obat- obat uterustonika + anti perdarahan
- Pasang gurita dan istirahat
o Retensio placenta / sisa plasenta  manual / curettage
o Luka jalan lahir  lakukan penjahitan pada luka
o Gangguan pembekuan darah : transfuse darah segera
3. Perdarahan pada masa nifas (>24 jam) : beri infuse dan farmakologi, kuret.
Post kuret beri antibiotic.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada kasus pendarahan post partum seharusnya dilakukan pemeriksaan fisik
secara keseluruhan dan lebih di focus kan pada:
1. Aktifitas atau istirahat, dengan melaporkan kelelahan berlebihan
2. Sirkulasi. Kehilangan darah pada kelahiran umumnya 400-500ml (
kelebihan pervaginam), 600-800 ml ( kelahiran seksio caeseria ) meskipunj
kehilangan darah sering diabaikan,. Riwayat amenia kronis,
defekkoagulasi congenital atau incidental, serta idiopatik trombositopenia
pupura
3. Integritas ego, cemas, ketakutan, dan khawatiran.
 Pendarahan postpartum awal ( sampai 24 jam setelah kelahiran).
1. Sirkulasi
a. Perubahan tekanan darah dan nadi ( mungkin tidak terjadi sampai
kehilangan darah bermakna).
b. Perlambatan pengisian kapiler
c. Pucat, kulit dingin atau lembab.
d. Pendrahan pena gelap dari uterus ada secara eksternal (plasenta
tertahan).
e. Dapat mengalami pendarahan pervaginam berlebihan, rembesan
dari insisi caesarea atau episiotomy, seperti: rembesan keteter
intravena, injeksi intra muskuler atau kateter urinarius, pendarahan
guzi (tanda-tanda kuagulasi intra vaskuler desiminata).
f. Hemoragi berat atau gejala syok di luar proporsi jumlah kehilangan
darah ( intervensi uterus).
2. Eliminasi
Kesulitan berkemih dapat menunjukan hematoma dari porsi vagina
3. Nyeri atau tidak kenyamanan
Sensasi nyeri terbakar atau robekan (laserasi), nyeri vulva atau vagina/
velpis/punggung berat (hematoma), nyerin uterus lateral, nyeri panggul
(hematoma) kedalam ligament luas nyeri tekan abdominal (atonia
uterus,pregment plasenta tertahan), nyeri abdominal ( intervensi
uterus).
4. Keamanan
a. Laserasi jalan lahir : darah merah terang sedikit menetap ( mungkin
tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi dengan baik,
robekan terlihat pada robekan labia mayora atau minora dari muara
vagina ke perineum, robekan episiotomy luas, ekstensi episiotomy
kedalam kuba vagina atau robekan pada serviks.
b. Hematoma: unilateral, penonjolan masa tegang berpluktuasi pada
muara vagina atau meliputi labia mayora, keras, nyeri pada
sentuhan perubahan warna kemerahan atau kebiruan unilateral kulit
perineum atau bokong ( hematoma abdominal setelah kelahiran
caesarea mungkin asinp tomatik, kecuali pada perubahan tanda
vital).
5. Sekualitas
a. Pembesaran uterus lunak dan menonjol, sulit di palpasi, perdarahan
merah terang dari vagina ( lamban atau tersembunyi) bekuan-
bekuan besar di keluarkan dari masase uterus ( atonia uterus)
b. Uterus, kontraksi baik atau kontraksi pastrial dan agak menonjol (
prigment- prigment plasenta yang tertahan
c. Pundus uterus terinversi mendekat pada kontak atau menonjol
melalui ost.eksternal (intervensi uterus ).
d. Kehamilan baru dapat memengaruhi hiperdistensi uterus ( gestasi
multifeel, kolihidramnion makrosomia) abtruksi plasenta, plasenta
previa.
 Perdarahan post partum lambat ( 24-28 sehari setelah kelahiran)
1. Sirkulasi
a. Rembesan continue atau rembesan tiba- tiba
b. Kelihatan pucat anemis
2. Nyeri atau tidak kenyamanan
a. Nyeri tekan uterus ( prigment- prigment plasenta tertahan)
b. Ketidaknyamanan vagina atau pelpis, sakit punggung ( hematoma)
3. Keamanan
a. Lokea berbau busuk atau infeksi
b. Keteban pecah dini
4. Seksualitas
a. Tinggi pundus badan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
sebelum kehamilan ( subin polusi )
b. Leukore mungkin ada
c. Terlepasnya jaringan
 Pemeriksaan diagnostic
1. Golongan darah menentukan Rh, ABO, dan pencocokan silang.
2. Jumlah darah lengkap menunujukan penurunan kb atau ht dan
peningkatan jumlah sel darah putih ( perpindahan kekiri dan
peningkatan laju sedimentasi menunjukan infeksi).
3. Kultur uterus dari vagina mengngesampikan infeksi post partum.
4. Urinalitas: memastiksn kerusakan kandung kemih.
5. Profil kualagulasi: peninkatan degradasi kadar produk pibrin atau
produk split vibrin (FDP/FSP) Penuran kesadaran diprinogen masa
tromboklastin parsial diaktifasi: masa tromboklastin partial (
APTT/PTT) masa protombin memanjang pada KID
6. Sonografi: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.

2. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
vaskular yang berlebihan
2. Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipovolemia.
3. Resiko penurunan curah jantung yang berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
4. Gangguan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan pengeluaran
renin.

3. Intervensi keperawatan
1. Diagnosa 1: kekurangan volume cairan yng berhubungan dengan kehilangan
vaskular yang berlebihan ditandai dengan asidosis, sianosis, takipnea,
dispenea, dan syok hipovolemik.
Tujuan : volume cairan adekuat.
Kriteria hasil : ttv dalam batas normal, pengisiaan kapiler cepat (kurang
dari 3 detik), sensorium tepat, input dan output, cairan seimbang, serta
berat jenis urin dalam batas normal.
Intervensi:
a. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi pendarahan. Timbang dan
hitung pembalut simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh
dokter.
b. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus, dengan masase
penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan
kedua tepat diatas simpisis pubis.
c. Perhatikan hipotensi dan takikardi, perlambatan pengisian kapiler
atau sianosis dasar buku, serta membran mukosa dan bibir.
d. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan berat jenis urin.
e. Pantau masukan dan keluaran: perhatikan berat jenis urin.
f. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis.
2. Diagnosa 2: perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan
hipovolemia, ditandai dengan pengisian kaviler lambat, pucat, kulit, dingin,
atau lembab, penurunan produksi ASI.
Tujuan : perfusi jaringan kembali normal.
Kriteria hasil : TD, nadi darah arteri, HB/HT, dalam batas normal,
pengisian kapiler cepat, fungsi hormonal normal menunjukkan dengan
suplai ASI adekuat untuk laktasi dan mengalami kembali menstruasi
normal.
Intervensi
a. Perhatikan HB/HT sebelum dan sesudah kehilangan darah, kaji
status nutrisi, tinggi, dan berat badan.
b. Pantau ttv, catat derajat, dan durasi evisode hipovolemik.
c. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.
d. Kaji warna dasar, kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah serta
perhatikan suhu kulit.
e. Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau tidanya laktasi dan
perubahan payudara.
3. Diagnosa 3 : penurunan curah jantung b.d dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria hasil : tanda vital dalam batas yang dapat diterima dan bebas
gejala gagal jantung.
Intervensi :
1. Monitor pemasukan cairan klien
2. Pemasangan infuse
3. Manajemen nutrisi klien
4. Atur posisi pasien
5. Manajemen resiko jantung
6. Manajemen syok jantung
7. Anjurkan klien istirahat yang cukup
4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang


direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisi


dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk kesehatan lain

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan adalah tindakan


keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter
atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi keperawatan

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpegangan kepada hasil


dan tujuan yang hendak di capai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemorogia post partum (pendarahan post partum) adalah hilangnya darah dari
500 ml dalam 24 jam. 24 jam pertama setelah lahurnya bayi.
Tindakan utama dari syok hemoragik adalah mengontrol sumber perdarahan
secepat mungkin dan penggantian cairan. Pada syok hemoragik terkontrol dimana
sumber perdarahan telah dihentikan, maka penggantian cairan bertujuan
menormalitaskan parameter hemodinamik. Pada syok hemoragik tak terkendali
dimana perdarahan itu berhenti sementara karena hipotensi, vasokunstruksi dan
pembentukan pembekuabn, terapi cairan bertujuan untuj pemuliahan denyut nadi
radial atau pemulihan kesadaran.

DAFTAR PUSTAKA
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Wijayarini A. Maria, I pete. 2005. Buku ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jawa Barat :
EGC

Anda mungkin juga menyukai