Anda di halaman 1dari 180

5.

Sistem

Fasilitas
1. SDM Kesehatan Yang
(Jumlah, Jenis Memadai dan
dan Kualitas) Siap 24 Jam

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


DINAS KESEHATAN
2009
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, Buku Pedoman
Revolusi KIA di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat disusun.
Buku pedoman ini memuat (Peraturan Gubenur, Petunjuk
Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis) percepatan penurunan
kematian ibu melahirkan dan kematian bayi melalui semua
persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai.

Buku petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis percepatan


penurunan kematian Ibu melahirkan dan kematian Bayi ini
disusun dengan maksud untuk dipakai sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan khususnya pelayanan pertolongan
persalinan pada fasilitas kesehatan yang memadai, dengan
harapan mutu pelayanan bagi ibu yang akan melahirkan lebih
baik dengan menjunjung prinsip pelayanan sesuai standar dari
aspek-aspek; SDM (Sumber Daya Manusia), Sarana Fisik/
Bangunan, Peralatan, Obat, Bahan dan Perbekalan Kesehatan,
Sistem (termasuk Standard Operating Procedure/SOP, Prosedur
Tetap/ Protap dan Sistem Rujukan/alur pelayanan) serta
Penganggaran.

Kami berharap dengan dikeluarkannya buku petunjuk


pelaksanaan dan petunjuk teknis ini, percepatan penurunan
kematian ibu melahirkan dan kematian bayi akan lebih terarah
dan terfokus dengan hasil yang lebih maksimal, dengan harapan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT i


kematian ibu melahirkan dan kematian bayi dapat dicegah.
Harapan ini merupakan sebagian dari harapan pembangunan
Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu pembangunan yang
berkelanjutan dengan peningkatan kualitas pelayanan agar
percepatan keberhasilan program dapat tercapai melalui
pemberdayaan masyarakat dengan paradigma “Anggaran Untuk
Rakyat Menuju Sejahtera (Anggur Merah)”

Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan


terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Diharapkan buku
Pedoman ini dijadikan pegangan bagi semua pihak dalam
menurunkan AKI dan AKB di Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan semangat.

“Sehati, Sesuara Membangun NTT Baru”

Semoga Tuhan selalu memberkati kita semua.

Kupang, 17 Agustus 2009


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dr. Stefanus Bria Seran. MPH


Pembina Utama Madya
NIP. 19571226198403 1 005

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT ii


DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ................................................................. i

TIM PENYUSUN LAPORAN ................................................... iii

Daftar Isi .................................................................................. v

Daftar Tabel ........................................................................... vii

I. PERATURAN GUBERNUR TENTANG REVOLUSI KIA .... 1

II. REVOLUSI KIA.................................................................. 21

III. PETUNJUK PELAKSANAAN .......................................... 28

BAB I. Pendahuluan ..................................................... 28

BAB II. Strategi .............................................................. 35

BAB III. Tugas, Fungsi dan Peran Masing-Masing


Pihak Yang Terlibat .......................................... 41

BAB IV. Mekanisme dan Kegiatan ................................ 53

BAB V. Evaluasi ........................................................... 63

BAB VI. Penutup ............................................................ 67

Lampiran-lampiran ........................................................... 69

IV. PETUNJUK TEKNIS.......................................................... 79

BAB I. Pendahuluan ..................................................... 79

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT v


BAB II. Tata Laksana ..................................................... 99

BAB III. Pendanaan ..................................................... 115

BAB IV. Pencatatan dan Pelaporan ............................ 119

BAB V. Pembinaan ..................................................... 123

BAB VI. Penutup .......................................................... 129

Lampiran-lampiran ........................................................ 131

References ...................................................................... 151

Kontributor ..................................................................... 155

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT vi


DAFTAR TABEL

Hal

PETUNJUK PELAKSANAAN:

TABEL 1 TARGET SASARAN PELAKSANAAN


REVOLUSI KIA DINAS KESEHATAN
PROVINSI NTT TAHUN 2009-2013 ..................... 32

PETUNJUK TEKNIS:

TABEL 1 PERKIRAAN KOMPLIKASI PERSALINAN ........ 94

TABEL 2 ANGKA KELAHIRAN KASAR (CBR) DI


INDONESIA MENURUT PROVINSI TAHUN
2007...................................................................... 97

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT vii


Tim Penyusun:

1. Dr. Stefanus Bria Seran, MPH


2. Barthol Badar SH, MM
3. Dr. Yuli Butu, MSc.PH
4. Dr. Mina Sukri, MARS
5. Dr. S.M.J Koamesah, MMR, MMPK
6. Drs. O. T Willy, MSPH
7. Drs. Agustinus Dohina, STh, MM
8. Drs. Heru Sunaryo, Apt
9. Dr. Xaverius Seikka
10. Dr. Yvonne P. Tibuludji, MPH, Ph.D
11. Dr. Olga Sentosa
12. Dr. Paulus Wignyohadi, M.Sc
13. Dr. Felicianus P. Pira, MPH
14. Drg. Maria Silalahi, MPHM
15. Damiana Djahari, AMD
16. Katharina L. Ola, AMD
17. Houward Jeffries L, S.KM

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT iii


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT iv
GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR


NOMOR : 42 TAHUN 2009

TENTANG

REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK


DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR,

Menimbang : a. bahwa kesehatan adalah hal fundamental


setiap warga negara, sehingga setiap
individu, keluarga dan masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap
kesehatan dan Pemerintah
bertanggungjawab terhadap pemenuhan hak
hidup sehat bagi warga negaranya, termasuk
bagi ibu yang akan melahirkan dan bayi
yang dilahirkan;

b. bahwa dalam rangka pemenuhan hak hidup


sehat bagi ibu dan anak, Pemerintah telah
melakukan upaya peningkatan kesehatan
namun belum memberikan hasil maksimal

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 1


dimana angka kematian ibu dan angka
kematian bayi masih tinggi;

c. bahwa tingginya angka kematian tersebut


pada umumnya akibat banyaknya persalinan
terjadi diluar fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam;

d. bahwa untuk percepatan penurunan angka


kematian ibu dan bayi, harus ada upaya
yang luar biasa dari Pemerintah, Swasta dan
masyarakat;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan


sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c dan huruf d, perlu menetapkan
Peraturan Gubernur tentang Revolusi
Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Nusa
Tenggara Timur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958


tentang Pembentukan Daerah-daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984


tentang Pengesahan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Wanita (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3277);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan dan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 2


Pembangunan Keluarga Sejahtera
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 35, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3475);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992


tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3495);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999


tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999


tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3886);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002


tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4235);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 3


9. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4279);

10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004


tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);

11. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);

12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);

13. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004


tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 4


(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);

14. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004


tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4456);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun


1995 tentang Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3609);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun


1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun


1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3781);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun


2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 208,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4031);

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 5


19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun
2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4593);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun


2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4585);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun


2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13


Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 6


23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar
Pelayanan Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota;

24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota;

25. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara


Timur Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan
Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2008 Nomor 007 Seri E Nomor 005,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Nomor 0016);

26. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara


Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2008 Nomor 010 Seri D Nomor 003,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Nomor 0019);

27. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara


Timur Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tahun 2009-2013 (Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008
Nomor 017 Seri E Nomor 009, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur Nomor);

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 7


28. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Penerapan
Standard Pelayanan Minimal Urusan Wajib
Bidang Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Timur (Berita Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Timur Tahun 2006 Nomor 137 Seri
E Nomor 126);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG


REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DI
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur.


2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
3. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Timur.
4. Revolusi kesehatan ibu dan anak adalah upaya yang
sungguh-sungguh untuk percepatan penurunan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi dengan cara-cara
yang luar biasa.
5. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.
6. Ibu adalah wanita hamil dan melahirkan sampai 42 hari
setelah persalinan.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 8


7. Kematian Ibu adalah kematian seorang perempuan yang
disebabkan secara langsung karena proses kehamilan,
proses persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan.
8. Bayi baru lahir yang selanjutnya disebut Neonatal adalah
bayi yang berumur antara 0-28 hari.
9. Bayi adalah anak yang berumur 0 (nol) sampai 1 (satu)
hari menjelang ulang tahun pertama.
10. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
11. Rumah tunggu adalah tempat penampungan sementara Ibu
hamil menjelang persalinan dan keluarganya yang tinggal
jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24
jam.
12. Fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam adalah
fasilitas yang memiliki Sumber Daya Manusia kesehatan,
Bangunan, Peralatan, obat dan bahan, Sistem dan
Peraturan serta Anggaran yang memadai.
13. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar yang
selanjutnya disebut PONED adalah pelayanan untuk
menanggulangi kasus-kasus kegawat daruratan Obstetri
dan Bayi yang meliputi segi pelayanan Obstetri dan Bayi.
14. Pusat Kesehatan Masyarakat PONED yang selanjutnya
disebut Puskesmas PONED adalah Puskesmas dengan
fasilitas rawat inap yang mampu memberikan pelayanan
rutin dan penanganan dasar kegawatdaruratan kebidanan
dan bayi baru lahir secara purnawaktu (24 jam) dilengkapi
dengan ruangan rawat inap dengan tempat tidur rawat inap,
dan obat-obatan terstandard.
15. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
yang selanjutnya disebut PONEK adalah kegiatan
disamping mampu melaksanakan seluruh pelayanan
PONED, di Rumah Sakit Kabupaten/Kota untuk aspek
Obstetri ditambah dengan melakukan transfusi dan bedah
caesar, sedangkan untuk aspek bayi ditambah dengan
melaksanakan perawatan bayi dengan kegiatan perawatan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 9


bayi untuk aspek secara intensif oleh bidan/perawat
emergency setiap saat.
16. Rumah Sakit PONEK adalah Rumah Sakit yang ditunjang
dengan ketersediaan alat dan tenaga sesuai dengan
ketentuan, yang mampu memberikan pelayanan
komprehensif kegawatdaruratan kebidanan dan bayi
neonatus.
17. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh
Pemerintah dan atau masyarakat.
18. Pembiayaan kesehatan adalah anggaran yang dibutuhkan
dalam pelayanan paripurna bagi Ibu hamil, Ibu melahirkan,
Ibu Nifas, Bayi baru lahir dan keluarga pendamping selama
di rumah tunggu.
19. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
20. Rumah Sakit Umum adalah tempat pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan
spesialistik, pelayanan penunjang medik, pelayanan
instalasi dan pelayanan perawatan secara rawat jalan dan
rawat inap.
21. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.

22. Puskesmas Keliling adalah unit pelayanan luar gedung


yang dilengkapi kendaraan bermotor roda empat atau roda
dua atau perahu bermotor dan dilengkapi dengan peralatan
kesehatan, peralatan komunikasi serta tenaga kesehatan
yang berasal dari Puskesmas yang berfungsi menunjang
dan membantu melaksanakan kegiatan Puskesmas dalam

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 10


wilayah kerjanya termasuk mobilisasi ibu hamil yang akan
melahirkan ke sarana pelayanan kesehatan yang memadai
dan siap 24 jam.
23. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut
Posyandu adalah upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang
memberikan upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang
meliputi lima program prioritas yaitu Keluarga Berencana,
Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, Imunisasi dan
Penanggulangan Diare.
24. Pengobatan adalah tindakan pengobatan yang diberikan
oleh tenaga medis atau jika berhalangan didelegasikan
kepada pengatur rawat atau bidan yang sesuai dengan
kompetensi untuk menjalankan pengobatan, perawatan dan
lain-lainnya yang ada hubungannya dengan kesehatan.
25. Dokter Umum adalah Dokter yang telah lulus pendidikan
sarjana kedokteran dan juga telah lulus pendidikan profesi
Kedokteran serta telah diambil sumpah Dokter.
26. Dokter Spesialis Obgyn adalah Dokter Umum yang telah
lulus mengikuti pendidikan keahlian di bidang Ilmu
Kebidanan dan Kandungan.
27. Dokter Spesialis Anak adalah Dokter Umum yang telah
lulus mengikuti pendidikan keahlian di bidang Ilmu
Kesehatan Anak.
28. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program
pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku.
29. Tempat Praktek Bidan adalah tempat untuk memberikan
pelayanan kesehatan kebidanan bagi wanita hamil, Nifas,
bayi, balita, dan Keluarga Berencana secara rawat jalan.
30. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien
(individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya.
31. Surat Izin Praktek adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada tenaga medis atau bidan yang menjalankan praktek
swasta setelah memenuhi persyaratan sebagai pengakuan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 11


kewenangan untuk melakukan pelayan kesehatan sesuai
dengan profesi dan lokasi yang telah ditetapkan.
32. Pemberi pelayanan adalah tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan kesehatan sesuai dengan
keahliaannya.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini mengatur tentang


optimalisasi pemenuhan fasilitas kesehatan yang memadai dan
siap 24 jam oleh penyelenggara kesehatan dan pemanfaatan
fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam oleh
masyarakat.

Pasal 3

Fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. tenaga kesehatan yang lengkap dan terlatih;
b. sarana fisik kesehatan;
c. peralatan kesehatan;
d. obat-obatan, perbekalan kesehatan, cairan dan darah;
e. sistem pelayanan kesehatan;
f. pembiayaan.

Pasal 4

Penyelenggara kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


2 adalah penyedia fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24
jam dan dapat disediakan oleh Pemerintah Daerah atau Swasta.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 12


BAB III
ASAS, MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 5

Penyelenggaraan revolusi kesehatan ibu dan anak berasaskan


perikemanusiaan yang berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa,
manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, yang
berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta
pembiayaannya.

Pasal 6

Maksud dari revolusi kesehatan ibu dan anak adalah


memberikan kepastian jaminan dan perlindungan pelayanan
kesehatan terhadap ibu dan bayi yang berkeadilan tanpa
diskriminasi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan untuk
mendapatkan pelayanan yang maksimal.

Pasal 7

Tujuan penyelenggaraan revolusi kesehatan ibu dan anak


adalah:
a. terwujudnya peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu melahirkan dan bayi di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota se-Provinsi Nusa Tenggara Timur;
b. tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24
jam;
c. tersedianya pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang
terjangkau, bermutu dan aman;
d. tertanganinya semua ibu melahirkan di fasilitas kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam;
e. tertanganinya kasus kegawatdaruratan obstetri dan bayi
secara tepat waktu, tepat sasaran dan tepat penanganan;
f. tersedianya tempat, tenaga dan peralatan, obat dan bahan
yang cukup di fasilitas pelayanan persalinan yang
memadai;

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 13


g. terwujudnya perubahan perilaku masyarakat dan tenaga
kesehatan terhadap pola pencarian pengobatan dan
pertolongan persalinan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan yang profesional;
h. tercapainya penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.

BAB IV
REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK

Pasal 8

Revolusi kesehatan ibu dan anak dilaksanakan melalui


optimalisasi pemenuhan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam dan diperuntukan bagi pelayanan
kesehatan ibu dan bayi.

Pasal 9

(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 meliputi:
a. pelayanan pemeriksaan kehamilan;
b. pertolongan persalinan normal maupun komplikasi;
c. pelayanan pemeriksaan ibu Nifas;
d. pelayanan gawat darurat;
e. pelayanan rujukan.

(2) Pelayanan kesehatan bayi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 meliputi:
a. pelayanan perawatan bayi normal;
b. pelayanan bayi sakit;
c. pelayanan penanganan bayi dengan komplikasi;
d. penanganan gawat darurat;
e. pelayanan rujukan.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 14


Bagian Kesatu
Tenaga Kesehatan
Pasal 10
(1) Dalam memenuhi fasilitas kesehatan yang memadai dan siap
24 jam Pemerintah Daerah mengatur penempatan tenaga
kesehatan.
(2) Tenaga kesehatan yang ditugasi menyelenggarakan
kesehatan ibu dan bayi adalah tenaga kesehatan yang
memenuhi kualifikasi dan persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Sarana Fisik Kesehatan

Pasal 11

(1) Puskesmas rawat inap dilengkapi dengan rumah tunggu.


(2) Rumah Sakit dilengkapi dengan rumah tunggu.

Bagian Ketiga
Peralatan Kesehatan

Pasal 12

Pemerintah Daerah/Swasta menyiapkan peralatan kesehatan


sesuai standar pelayanan pada setiap tingkatan sarana
pelayanan kesehatan.

Bagian Keempat
Obat, Perbekalan Kesehatan, Cairan dan Darah

Pasal 13

Pemerintah Daerah/Swasta menyediakan obat, perbekalan


kesehatan, cairan dan darah sesuai standar pelayanan pada
setiap tingkatan sarana pelayanan kesehatan.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 15


Bagian Kelima
Sistem Pelayanan Kesehatan

Pasal 14

Pemerintah Daerah/Swasta menyediakan sistem pelayanan


kesehatan sesuai standar pelayanan pada setiap tingkatan
sarana pelayanan kesehatan.

Bagian Keenam
Pembiayaan

Pasal 15

Biaya pelayanan kesehatan ibu dan bayi dalam rangka Revolusi


kesehatan ibu dan anak dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatanan dan
Belanja Daerah dan Lembaga Donor serta sumber-sumber
pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu
Hak

Pasal 16

(1) Setiap ibu dan bayi berhak mendapat pelayanan kesehatan


yang adil dan merata, meliputi:
a. informasi kesehatan yang mudah, cepat, tepat dan
memadai;
b. akses pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
berkesinambungan;
c. keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan
kesehatan;

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 16


d. subsidi pembiayaan kesehatan ibu dan bayi yang berasal
dari keluarga keluarga miskin.

(2) Setiap pemberi pelayanan kesehatan ibu dan bayi berhak:


a. mendapat keamanan dan kenyamanan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi;
b. mendapat imbalan atas jasa yang diberikan;
c. mendapat insentif khusus, fasilitas tambahan berupa
sarana transportasi dan tempat tinggal yang layak bagi
tenaga kesehatan yang bertugas di daerah yang sangat
terpencil sesuai peraturan yang berlaku.

Bagian Kedua
Kewajiban

Pasal 17
(1) Kewajiban Pemerintah Daerah adalah:
a. menjamin agar ibu dan bayi mendapat pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan;
b. memberi subsidi untuk pelayanan kesehatan ibu dan
bayi bagi keluarga miskin;
c. mengawasi dan mengendalikan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi;
d. meningkatkan kualitas dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan;
e. memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada
penerima pelayanan tentang pelayanan/tindakan yang
akan dilakukan;
f. memberikan informasi tentang jamkesmas kepada
masyarakat yang berasal dari keluarga yang tidak
mampu dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi;
g. memberikan jaminan peningkatan kesejahteraan secara
khusus kepada tenaga kesehatan yang bertugas di
daerah yang sangat terpencil;
h. membangun sistem informasi kesehatan untuk
pelayanan publik dalam bidang KIA;

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 17


i. mengembangkan standar-standar pelayanan dan
sarana sesuai kebutuhan daerah;
j. menjamin keamanan dan kenyamanan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
(2) Kewajiban penyelenggara pelayanan adalah:
a. meningkatkan kualitas dan pemeliharaan fasilitas
kesehatan;
b. melayani sesuai standar pelayanan dan mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. memiliki surat izin sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Kewajiban pemberi pelayanan adalah:
a. melayani tanpa harus melihat kemampuan pasien;
b. melayani segera ibu dan bayi yang darurat;
(4) Kewajibanpenerima pelayanan adalah:
a. ibu wajib mematuhi semua nasehat tenaga kesehatan
yang melayani ;
b. suami dan/atau keluarga wajib mendukung ibu untuk
mematuhi anjuran dari tenaga kesehatan;
c. masyarakat wajib membantu kelancaran pelayanan
kesehatan ibu dan bayi ke fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam untuk melahirkan;
d. mematuhi standar pelayanan kesehatan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
e. membayar imbalan sesuai dengan jasa pelayanan
kesehatan diterima.
BAB VI
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 18
Masyarakat berperan:
a. menginformasikan dan mendorong keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang memadai dan siap
24 jam;
b. turut menjaga fasilitas kesehatan yang ada.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 18


BAB VII
WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 19
Wewenang Pemerintah Daerah yaitu:
a. melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
penyelengaraan pelayanan kesehatan;
b. mengkoordinasi dan memobilisasi sumber daya di luar
pemerintah untuk percepatan penurunan kematian ibu dan
kematian bayi.
Pasal 20
Tanggungjawab Pemerintah Daerah yaitu:
a. menyediakan pedoman/petunjuk pelayanan kesehatan;
b. menyediakan anggaran, tenaga, sarana dan prasarana
serta pemeliharaan sarana dan prasarana untuk revolusi
kesehatan ibu dan anak.

BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan, secara
teknik operasional menunjuk Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Timur untuk mengkoordinir semua kegiatan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
ibu dan bayi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan
Swasta.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Gubernur ini, akan
diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 19


Teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Timur.

Pasal 23

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan


pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ditetapkan di Kupang
pada tanggal 21 Agustus 2009

Diundangkan di Kupang
pada tanggal 21 Agustus 2009

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR


TAHUN 2009 NOMOR 095 SERI E NOMOR 078.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 20


REVOLUSI KIA NTT

Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2004, angka


kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan untuk NTT adalah 554 per 100.000
kelahiran hidup. Pada tahun 2007 Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI, 2007), AKI turun menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup dan di NTT menjadi 306 per 100.000 kelahiran
hidup hasil. Walaupun ada penurunan tapi angka ini masih tinggi
dibandingkan angka Nasional. Demikian pula angka kematian
bayi (AKB), pada tahun 2004, Nasional 52 per 1000 kelahiran
hidup turun menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup sedangkan
untuk NTT dari 62 per 1000 kelahiran hidup turun menjadi 57 per
1000 kelahiran hidup (SURKESNAS, 2004).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007


menunjukkan bahwa di Provinsi NTT sebesar 77.1% pertolongan
persalinan dilakukan di rumah dimana sejumlah 46.2% ditolong
oleh dukun bersalin dan 36.5% ditolong oleh bidan. Cakupan
pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care/ ANC) ibu hamil pada
fasilitas kesehatan sebesar 87.9%, sedangkan prosentase
cakupan pelayanan bayi baru lahir atau neonatal KN-1 (0-7 hari)
adalah 42.3% dan KN-2 (8-28 hari) sebesar 34.4%
(RISKESDAS, 2007).

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 21


Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di Provinsi NTT, tetapi angka kematian ibu
dan angka kematian bayi tetap diatas rata-rata Nasional, oleh
karena itu Pemerintah Provinsi NTT melakukan upaya-upaya luar
biasa untuk menurunkan AKI-AKB melalui Kebijakan Revolusi
KIA.

Apa itu Revolusi KIA dan untuk apa dilakukan?


Revolusi KIA adalah salah satu bentuk upaya percepatan
penurunan kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir dengan
cara-cara yang luar biasa melalui persalinan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai dan siap 24 jam (seperti
yang sudah dilakukan di negara-negara seperti Srilangka,
Malaysia dan Singapura).

Mengapa harus Revolusi?


Karena kematian ibu dan bayi baru lahir di Provinsi NTT masih sangat
tinggi dibandingkan dengan angka Nasional. Berbagai upaya yang
selama ini telah banyak dilakukkan belum mampu mengangkat posisi
NTT dimata Nasional, sehingga harus diupayakan mengatasi masalah
ini dengan cara-cara yang luar biasa.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 22


Apa yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam?
Fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang siap memberikan pelayanan 24 jam serta
memenuhi standar dari setiap aspek, yaitu:
- Aspek SDM (Sumber Daya Manusia);
- Aspek Peralatan;
- Aspek Obat, Bahan dan Perbekalan Kesehatan; u
- Aspek Bangunan;
- Aspek Sistem (termasuk Standard Operating Procedure/SOP,
Prosedur Tetap/ Protap dan Sistem Rujukan);
- Aspek Penganggaran.

Apa peran masing-masing kita dalam Revolusi KIA?


Ada dua sisi yang harus di intervensi didalam Revolusi KIA yaitu
sisi pemerintah/swasta sebagai penyedia pelayanan kesehatan
dan sisi masyarakat sebagai yang membutuhkan pelayanan
kesehatan. Sebagai penyedia pelayanan kesehatan, masing-
masing program dan sektor terkait berperan sesuai tugas dan
fungsinya. Pemerintah/swasta pada sisi penyedia pelayanan atau
fasilitas kesehatan berperan merubah kondisi sebelum revolusi
menjadi kondisi: (1). menolong di fasilitas pelayanan kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam, (2). merujuk pasien pada saat
yang tepat, (3). bekerja sesuai standar. Masyarakat sebagai

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 23


pihak yang membutuhkan pelayanan berperan merubah kondisi
sebelum revolusi menjadi: (1). melahirkan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai dan siap 24 jam, (2). saat
melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih,
(3).mendorong/berupaya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang optimal.

Apa poin krusial dalam Revolusi KIA?


Ada beberapa poin krusial dalam pelaksanaan Revolusi KIA yaitu
dari sisi pemberi pelayanan dan dari sisi masyarakat sebagai
penerima pelayanan. Dari sisi masyarakat sebagai penerima
pelayanan, poin krusial yang perlu dipikirkan adalah mencakup
hal-hal sebagai berikut: (a) Siapa yang hamil dan dimana ibu
hamil tersebut berada?, (b) Apakah ibu hamil, suami, keluarga
atau orang yang berpengaruh mau agar ibu hamil melahirkan di
fasilitas kesehatan?, (c) Apakah ada kemampuan masyarakat
untuk membawa ibu hamil ke fasilitas kesehatan?

Sedangkan dari sisi pemberi/ penyedia pelayanan atau dapat


juga disebut sebagai fasilitas kesehatan akan ditemui poin-poin
krusial sebagai berikut: (a) Apakah fasilitas kesehatan
mempunyai kemampuan memberikan pelayanan yang sesuai
standar?, (b) Apakah fasilitas kesehatan mempunyai
kemampuan untuk mengantarkan ibu yang telah melahirkan
kembali kerumahnya?, (c) Apakah fasilitas kesehatan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 24


mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan ibu paska
persalinan di rumahnya?

Revolusi KIA harus dapat menjawab semua poin-poin krusial


seperti tersebut diatas agar tujuan yang ingin dicapai dapat
terealisasi.

Apa lagi persoalan-persoalan yang akan ditemui dalam


pelaksanaan Revolusi KIA?
Sesuai dengan setiap persoalan/ permasalahan yang ditemukan
di lapangan.

Alur Pelayanan
Alur pelayanan sebagai berikut: pasien (ibu akan melahirkan)
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dan siap
24 jam di Puskesmas rawat inap dan bila memerlukan
penanganan lebih lanjut pada tingkat yang lebih tinggi maka
dirujuk ke rumah sakit. Untuk mendukung pelayanan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam pada kedua level
tersebut diatas, akan disediakan rumah tunggu yang berfungsi
sebagai tempat penampungan sementara bagi ibu yang akan
melahirkan dan bagi keluarga yang mendampingi.

Sangat diharapkan Kebijakan Revolusi KIA ini dapat secara


bermakna menurunkan kematian ibu dan bayi sekurang-

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 25


kurangnya menyamai angka Nasional, bahkan bila
memungkinkan satu digit dibawah angka Nasional.

Upaya ini harus dilakukan oleh semua pihak pada masing-


masing level/ tingkatan mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/
Kota, Kecamatan dan Desa/ Kelurahan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Dinkes Provinsi NTT


Dari sejak dikeluarkannya Kebijakan Revolusi KIA oleh
Pemerintah Provinsi NTT, berbagai upaya telah dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi NTT sesuai peran dan fungsinya
seperti yang tercantum didalam Visi Dinas Kesehatan Provinsi
NTT 2009-2013 yaitu sebagai “Penggerak Utama Terwujudnya
Pembangunan Kesehatan Masyarakat yang Berkualitas, Adil
dan Merata”.

Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain:


1. Penyusunan Peraturan Gubernur tentang Revolusi KIA
beserta Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis.
Dari pertengahan tahun 2008 hingga Juli 2009 Dinkes
Provinsi NTT bersama jajaran kesehatan di Tingkat Provinsi
dan Kabupaten/ Kota, sektor terkait dan eksternal donor telah
beberapa kali terlibat secara dinamis, mendalam dan detail
berdiskusi untuk menghasilkan Draft Peraturan Gubernur

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 26


tentang Revolusi KIA serta petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknisnya.
2. Penyusunan rencana kegiatan masing-masing program
pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT dalam menindaklanjuti
kebijakan Revolusi KIA.
3. Sosialisasi Revolusi KIA kepada berbagai pihak terkait baik
pada tingkat Provinsi maupun pada tingkat Kabupaten/ Kota.
4. Kerjasama dengan Harian Pos Kupang dan Mingguan
Spirit dalam Pewartaan Bidang Kesehatan untuk mendukung
Revolusi KIA, yang ditandai dengan penanda-tanganan
kontrak kerjasama pada tanggal 30 Juli 2009, dengan
dukungan dana Australia Indonesia Partnership for Maternal
and Neonatal Health (AIPMNH AusAID).

Kupang, 17 Agustus 2009.


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Dr. Stefanus Bria Seran, MPH.


Pembina Utama Madya
NIP. 19571226 198403 1 005

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 27


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 28
PETUNJUK PELAKSANAAN

PERCEPATAN PENURUNAN “KEMATIAN IBU MELAHIRKAN


DAN KEMATIAN BAYI BARU LAHIR” MELALUI PERSALINAN
DI FASILITAS KESEHATAN YANG MEMADAI DAN SIAP 24
JAM
DI PROVINSI NUSA TENGARA TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu


penentu Indikator Pembangunan Manusia. Peningkatan status
kesehatan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang menjadi
tanggung jawab berbagai pihak dan jika ditinjau dari aspek
pengguna dan penyedia pelayanan kesehatan maka ada
tanggung jawab masyarakat, swasta dan pemerintah yang
berkaitan dengan kebijakan, sistem pelayanan, sistem
pembiayaan dan sosial budaya serta perilaku yang berlaku pada
masyarakat.
Indikator kesehatan masyarakat dapat dilihat salah satunya
dari ”Angka kematian Ibu (AKI) dan angka kematian Bayi (AKB),
indikator tersebut berpengaruh pada indikator lain yaitu ”Umur
harapan hidup (UHH)”. Hasil Survei Kesehatan Nasional
(SURKESNAS) tahun 2004 menunjukan bahwa Angka Kematian
Ibu (AKI) di Provinsi NTT masih 554/100.000 KH jauh diatas

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 29


angka rata-rata Nasional yaitu, 307/100.000 KH sedangkan
Angka kematian Bayi (AKB) 62/1000 KH juga masih jauh diatas
angka rata-rata Nasional 52/1.000 KH (SURKESNAS, 2004). Hal
ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat di Provinsi
NTT masih belum optimal. Tingginya AKI dan AKB di Provinsi
NTT merupakan suatu manifestasi dari akar permasalahan yang
kompleks.
Kesehatan merupakan ”Investasi dan Hak asasi” dan semua
warga berhak atas kesehatannya termasuk ibu melahirkan dan
bayi baru lahir, maka kelalaian yang mengakibatkan kematian
merupakan tindakan pelanggaran ”Hak Asasi” dan hilangnya
kesempatan ”Investasi”. Terjadinya kasus kematian maternal,
merupakan dampak panjang yang bermula dari ”tidak tepatnya”
tatanan sosial, kebijakan dan sumber daya potensial lainnya
yang berakibat pada minimnya akses dan cakupan pelayanan
kesehatan, serta rendahnya mutu pelayanan kesehatan.
Pemerintah dalam hal ini jajaran kesehatan di Provinsi NTT
telah berupaya selama ini memberikan pelayanan kesehatan
melalui berbagai upaya, antara lain dengan penempatan bidan
di desa-desa, pembangunan Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu serta Puskesmas Keliling, tetapi belum memberikan
suatu hasil yang menggembirakan, oleh karena persalinan
dengan komplikasi perdarahan, retensio plasenta, keracunan
kehamilan (Eklamsia) dan kehamilan dengan penyulit lainnya
tidak dapat ditolong oleh tenaga Bidan/Perawat yang ada di
desa, hal-hal seperti itu hanya dapat diatasi bila persalinan
tersebut dilakukan di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap
24 jam.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 30


Oleh karena itu diperlukan suatu strategi dan kebijakan
(”Revolusi”) dibidang pelayanan kesehatan terutama pelayanan
kesehatan kepada setiap Ibu yang melahirkan dan bayi baru lahir
melalui pendekatan ”Pertolongan Persalinan oleh tenaga
kesehatan yang terlatih pada fasilitas kesehatan yang memadai
dan siap 24 jam”.

Tujuan :

Tujuan Umum:

Tercapainya percepatan penurunan kematian Ibu melahirkan


dan kematian Bayi Baru Lahir melalui persalinan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam dari 554/100.000 KH
pada tahun 2004 menjadi 153/100.000 KH pada tahun 2013,
dan kematian bayi dari 62/1000 KH tahun 2004 menjadi 27/1000
KH pada tahun 2013.

Tujuan Khusus:
1. Tersedianya data sasaran ibu hamil, melahirkan dan bayi
ditiap desa;
2. Tersedianya Puskesmas PONED dan Rumah sakit PONEK
di Kabupaten/Kota;
3. Tersusunnya sistem pelayanan dasar, esensial dan
emergensi (obstetri neonatal) bagi ibu hamil, ibu melahirkan
dan ibu Nifas serta bayi baru lahir;

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 31


4. Terselenggaranya sistem pelayanan dasar, esensial dan
emergensi (obstetrik neonatal) bagi ibu hamil, ibu melahirkan
dan ibu Nifas serta bayi baru lahir.
5. Terselenggaranya sistem rujukan obstetrik neonatal yang
baik bagi ibu hamil, ibu melahirkan, ibu Nifas dan bayi baru
lahir;
6. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu bagi
ibu hamil, ibu melahirkan, ibu Nifas dan bayi baru lahir;
7. Terselenggaranya persalinan yang selamat di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam;
8. Menurunnya angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir
setiap tahun (Target AKI 2010: 227/100.000KH, Tahun 2013:
153/100.000KH, dan AKB 2010 : 42/1000 KH, Tahun 2013:
27/1000KH);
9. Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam upaya
penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Sasaran:
Sasaran:
Sasaran program ini adalah semua ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu Nifas serta bayi baru lahir yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 32


TABEL 1. TARGET SASARAN PELAKSANAAN REVOLUSI
KIA DINAS KESEHATAN PROVINSI NTT TAHUN
2009-2013 SEBAGAI BERIKUT:

Angka
Angka
Kematian
Kematian
Persalinan Ibu
Persalinan Bayi
No Tahun di fasilitas dalam
Nakes (%) dalam
kesehatan tiap
tiap
100.000
1.000 KH
KH
1 2007 20,7% 76,91 306 57
2 2008 30% 82 300 52
3 2009 40% 85 2500 47
4 2010 60% 90 227 42
5 2011 70% 92 197 37
6 2012 80% 94 176 32
7 2013 90% 96 153 27

Sumber Data:
- SDKI, 2007
- RENSTRA Dinas Kesehatan Provinsi NTT 2009-2013

Lokasi:
Program ini diselenggarakan pada 21 (dua puluh satu)
Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 33


Definisi/Pengertian:

1. Tenaga kesehatan yang terlatih adalah: Dokter Spesialis


Obgyn, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Anaesthesi,
Dokter Umum, Bidan dan Perawat yang telah mengikuti
pelatihan: APN (Asuhan Persalinan Normal), PONED
(Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar), PPGDON
(Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetri Neonatal,
PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif), PI (Pengendalian Infeksi), ACLS (Advance
Cardiac Life Support), ATLS (Advance Traumatic Life
Support) dan BTLS (Basic Traumatic Life Support) ;
2. Fasilitas Kesehatan yang memadai dan siap 24 jam adalah
Puskesmas Rawat Inap PONED, Rumah Sakit PONEK dan
fasilitas kesehatan lainnya yang memenuhi standar PONED
dan PONEK;
3. Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang
mampu memberikan pelayanan dasar, esensial dan
pelayanan emergensi dasar obstetri dan neonatal bagi ibu
hamil, ibu melahirkan, ibu Nifas serta bayi baru lahir;
4. Rumah Sakit PONEK adalah rumah sakit yang mampu
memberikan pelayanan PONED ditambah pelayanan tranfusi
darah dan sesar (Caesar) serta pelayanan neonatal secara
intensif dan menerima rujukan dari dan oleh tenaga atau
fasilitas kesehatan di tingkat desa dan masyarakat atau
rumah sakit lainnya;
5. Rumah tunggu adalah fasilitas tempat tinggal bagi pasien
beserta keluarganya selama menunggu pertolongan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 34


persalinan yang letaknya dalam kompleks Puskesmas atau
sekitarnya yang dikelola oleh Puskesmas/Rumah Sakit;
6. AKI adalah angka kematian ibu melahirkan dibandingkan
dengan 100.000 jumlah kelahiran hidup dalam jangka waktu
satu tahun;
7. AKB adalah angka kematian bayi umur 0 s/d < 1 tahun
dibandingkan dengan 1000 jumlah kelahiran hidup dalam
jangka waktu satu tahun;
8. Ibu Hamil Resiko Tinggi adalah ibu hamil dengan penyulit
kehamilan menurut diagnose medis dan/atau ibu hamil
dengan penyulit akses dan transportasi ke dan dari
Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 35


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 36
BAB II
STRATEGI

Strategi yang digunakan untuk percepatan dibagi dalam 3


bagian yaitu:
1. Peningkatan Mutu Pelayanan (Supply Side);
2. Pemberdayaan Masyarakat (Demand Side);
3. Pemantapan Manajemen (Perencanaan, Pelaksanaan dan
Evaluasi).

1. Peningkatan mutu pelayanan (Supply Side)


Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan jangkauan
pelayanan kesehatan dalam upaya pelaksanaan Percepatan
penurunan Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir maka
diusahakan ibu hamil berada sedekat mungkin pada sarana
pelayanan baik pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan.
Untuk itu dikembangkan 3 sistem peningkatan mutu
pelayanan dari supply side yaitu:

Rumah Tunggu:
Mendekatkan sasaran pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
Puskesmas PONED:
Menyiapkan pelayanan kesehatan yang bermutu di
Puskesmas pada umumnya dan pelayanan pertolongan
persalinan serta bayi baru lahir 24 jam/hari pada
khususnya.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 37


Rumah Sakit PONEK:
Menyiapkan pelayanan kesehatan yang bermutu di
Rumah Sakit pada umumnya dan pelayanan kegawatan
darurat kebidanan serta bayi baru lahir 24 jam/hari pada
khususnya.

Sistem Rujukan yang memadai:


Memantapkan kualitas rujukan kegawatdaruratan
kebidanan serta bayi baru lahir

2. Pemberdayaan Masyarakat (Demand Side)


Untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan peningkatan
kesadaran masyarakat, penggerakan/pengorganisasian peran
serta aktif masyarakat di tingkat desa (kader, dukun bayi,
tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan
lainnya) serta dukungan pemangku kepentingan dan aparat
Pemerintah setempat sesuai dengan peran masing- masing,
sebagai berikut:

a. TINGKAT KELUARGA:
Memberdayakan keluarga (suami, istri dan anak) untuk
memahami kesehatan reproduksi dan ”Sadar, Mau serta
Mampu” untuk hidup sehat melalui pendekatan
komunikasi, informasi dan edukasi, temu wicara \serta
kunjungan rumah.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 38


b. TINGKAT MASYARAKAT:
Memberdayakan Kader Posyandu, Kader Dasawisma
(Kader PKK), Sub PPKBD (Pembantu Penyuluh Keluarga
Berencana Desa) dan kader lainnya untuk mendata
sasaran ibu hamil, ibu melahirkan, ibu Nifas, ibu
menyusui, bayi baru lahir, serta Pasangan Usia Subur
(PUS).

c. TINGKAT DESA/KELURAHAN:
Memberdayakan Kepala Desa/Lurah, Badan
Permusyawaratan Desa/Kelurahan (BPD/L), Tim
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) untuk
sadar dan mau hidup sehat melalui Musyawarah
Desa/Kelurahan, Rapat Tim PKK dengan bermuara pada
penetapan ”Peraturan Desa/Kelurahan tentang kewajiban
semua Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan (Puskesmas
PONED dan RS PONEK)”.

d. TINGKAT KECAMATAN:
Meningkatkan penggalangan kemitraan dalam
pembangunan kesehatan di wilayah kerja kecamatan oleh
Camat dan Tim Penggerak PKK Kecamatan serta
memberikan arahan dan supervisi ke desa/kelurahan
untuk menjamin terselenggaranya sistem pelayanan
kesehatan desa/kelurahan.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 39


e. TINGKAT KABUPATEN/KOTA:
Menjamin agar pelayanan kesehatan di wilayah
Kabupaten/Kota terlaksana dengan baik dan bermutu
dengan menyediakan alokasi anggaran untuk pelayanan
pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam melalui PERBUP/PERWAKOT
tentang pemenuhan standar Puskesmas PONED dan RS
PONEK di tingkat Kabupaten/Kota.

f. TINGKAT PROVINSI:
Pemerintah Provinsi memberikan arahan dan
bimbingan serta supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan
pelayanan kesehatan di Kabupaten/Kota.
Bappeda Provinsi berperan dalam meningkatkan
koordinasi perencanaan penganggaran, monitoring dan
evaluasi untuk menunjang pelaksanaan program-program
SKPD lingkup Provinsi NTT melalui penggalangan
kemitraan donor agency, LSM, Swasta serta masyarakat
Dinas Kesehatan Provinsi mengupayakan tersedianya
dana operasional, dokter umum, dokter spesialis, bidan
terlatih, perawat terlatih, sarana-prasarana, obat dan alat
kesehatan serta alat kontrasepsi. Melakukan bimbingan
pengendalian, supervisi dan monitoring terhadap kegiatan
program sejak tahap persiapan, pelaksanaan serta
evaluasi.
BKKBN Provinsi mengupayakan ketersediaan dana
operasional guna menunjang kegiatan program pemetaan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 40


sasaran (PUS, WUS, Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu Nifas,
ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi dan balita), penyuluhan
masyarakat dan penggerakan sasaran ke tempat-tempat
pelayanan kesehatan.
Biro Pemberdayaan Perempuan mengupayakan
ketersediaan dana operasional guna menunjang kegiatan
program sosialisasi dan advokasi ke semua pemangku
kepentingan baik di tingkat provinsi, Kabupaten/Kota,
kecamatan dan desa. Melakukan monitoring terpadu
bersama-sama Dinas Kesehatan serta BKKBN secara
rutin dan berkelanjutan.
Badan Pembangunan Masyarakat Desa meningkatkan
ketersediaan dana operasional di desa guna menunjang
kegiatan Survey Mawas Diri, Temu Wicara/Diskusi
Kampung dan Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan
dan insentif bagi kader, dukun bersalin terlatih serta dana
operasional posyandu. Selanjutnya melakukan bimbingan
pengendalian, supervisi dan monitoring secara rutin dan
berkelanjutan.

DUKUN/BIDAN DESA/PERAWAT PUSTU/PLKB:


Memberdayakan Dukun, Bidan Desa dan Perawat di desa
untuk:
• Membuatkan peta sasaran ibu hamil, ibu melahirkan,
ibu Nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi, PUS
• Melakukan pelayanan ANC terintegrasi
• Membawa Ibu Hamil yang akan melahirkan/abortus ke
Puskesmas PONED yang telah ditunjuk/ditetapkan.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 41


• Melakukan kunjungan rumah pada ibu hamil, ibu Nifas,
ibu menyusui dan bayi baru lahir.
• Melakukan pendekatan komunikasi, informasi dan
edukasi serta temu wicara dengan keluarga sasaran.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 42


BAB III
TUGAS, FUNGSI DAN PERAN
MASING-MASING PIHAK YANG TERLIBAT

1. TINGKAT MASYARAKAT
1. Ibu Hamil:
ƒ Memeriksakan diri/kehamilannya minimal 4 (empat)
kali selama kehamilan ke bidan atau dokter
ƒ Memiliki buku KIA dan menerima stiker P4K
ƒ Menyiapkan diri untuk pergi melahirkan di Puskesmas
PONED/Rumah Sakit PONEK (dengan catatan: bila
lokasi tempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam, menyiapkan diri untuk
tinggal di rumah tunggu)

2. Ibu Melahirkan:
Melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap
24 jam

3. Ibu Nifas/Ibu Menyusui:


ƒ Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
ƒ Memberikan ASI Eksklusif
ƒ Memeriksakan diri minimal 3 (tiga) kali setelah 6
(enam) jam melahirkan hingga 42 hari
ƒ Membawa bayi ke Posyandu setiap bulan
ƒ Membawa bayi berobat ke perawat/bidan/dokter bila
sakit

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 43


4. Suami/Bapak:
ƒ Mengingatkan dan mengantarkan istri yang sedang
hamil untuk memeriksakan kehamilannya minimal 4
(empat) kali selama kehamilan di bidan/dokter
ƒ Menyiapkan keluarga untuk mengantarkan istri
melahirkan di Puskesmas PONED/Rumah Sakit
PONEK
ƒ Mengantarkan istri dan bayinya ke posyandu setiap
bulan
ƒ Mengantarkan anggota keluarganya berobat ke
perawat/bidan/dokter bila sakit
ƒ Melaporkan ke desa bila ada anggota keluarga yang
lahir atau mati.

5. Dukun Bayi:
ƒ Mengingatkan ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya minimal 4 (empat) kali selama
kehamilan di bidan/dokter
ƒ Mengingatkan ibu untuk melahirkan di Puskesmas
PONED/Rumah Sakit PONEK (dengan catatan: bila
lokasi tempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam, menyiapkan diri untuk
tinggal di rumah tunggu)
ƒ Mengingatkan keluarga untuk mengantarkan ibu
melahirkan di Puskesmas PONED/Rumah Sakit
PONEK

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 44


ƒ Menggerakkan ibu dan bayinya ke posyandu setiap
bulan
ƒ Meningkatkan kemitraan dengan bidan dalam peran
”Ibu Asuh (memandikan ibu dan bayi, merawat tali
pusat)”

6. Kader Posyandu:
ƒ Melakukan kunjungan rumah untuk pendataan sasaran
ibu hamil, ibu melahirkan, ibu Nifas, ibu menyusui, bayi
baru lahir, bayi dan PUS
ƒ Menggerakkan sasaran pergi ke posyandu
ƒ Mengingatkan ibu untuk melahirkan di Puskesmas
PONED/Rumah Sakit PONEK (dengan catatan: bila
lokasi tempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam, menyiapkan diri untuk
tinggal di rumah tunggu)
ƒ Melaporkan kepada bidan desa/perawat/tenaga
kesehatan lainnya bila ada ibu yang akan melahirkan
ƒ Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan penimbangan
di Posyandu
ƒ Melakukan pencatatan dan pelaporan posyandu

2. TINGKAT DESA:
1. Kepala Desa/Lurah:
ƒ Membuat Peraturan Desa (Perdes) melalui
Musyawarah Desa tentang pemberdayaan masyarakat
desa dalam mendukung penurunan kematian ibu dan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 45


bayi baru lahir melalui persalinan di fasilitas kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Menggerakkan ibu hamil untuk memeriksakan diri ke
bidan/dokter
ƒ Mewajibkan ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan Audit
Maternal Perinatal Sosial
ƒ Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan.
ƒ Mencatat dan melaporkan kelahiran dan kematian
yang terjadi di desa/kelurahan wilayah kerjanya,
kepada Camat
ƒ Mengaktifkan kembali Dasa Wisma
ƒ Memfasilitasi pembentukan/pengembangan Desa
Siaga di wilayah kerjanya
ƒ Mengorganisasikan jejaring calon donor darah
sukarelawan
ƒ Mensiagakan fasilitas transportasi ke fasilitas
kesehatan

2. Ketua Tim PKK Desa/Kelurahan:


ƒ Menggerakkan ibu hamil, ibu Nifas, ibu menyusui ke
posyandu
ƒ Menganjurkan ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Menganjurkan suami dari ibu hamil serta keluarganya
untuk mendampingi istri melahirkan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 46


ƒ Berpartisipasi aktif dalam melaksanakan Audit
Maternal Perinatal Sosial
ƒ Menghadiri Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan
ƒ Melakukan Diskusi Kampung

3. Bidan Desa/Perawat Pustu:


ƒ Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi
kesehatan kepada masyarakat
ƒ Melakukan kunjungan rumah kepada ibu hamil, ibu
Nifas, ibu menyusui, bayi baru lahir, bayi
ƒ Melakukan ANC terintegrasi kepada ibu hamil yang
ada di desa wilayah kerjanya
ƒ Mengingatkan, mengantarkan dan mendampingi ibu
yang akan melahirkan ke-Puskesmas PONED/Rumah
Sakit PONEK serta rumah tunggu
ƒ Membuat Peta Sasaran Ibu Hamil, Ibu Melahirkan, Ibu
Nifas Ibu Menyusui, Bayi Baru Lahir, Bayi dan PUS
bersama-sama dengan kader Posyandu dan PLKB
ƒ Mencatat dan melaporkan setiap pelayanan kesehatan
termasuk kelahiran, kesakitan dan kematian di
desa/kelurahan wilayah kerjanya
ƒ Melakukan komunikasi, informasi dan edukasi secara
bulanan dengan kelompok sasaran ibu hamil,
melahirkan, Nifas, menyusui.
ƒ Melaksanakan Audit Maternal Perinatal Klinik dan
memfasilitasi AMP Sosial
ƒ Menghadiri Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan
Kepala Desa/Lurah:

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 47


3. TINGKAT KECAMATAN:
1. Kepala Puskesmas:
ƒ Melakukan sosialisasi tentang kebijakan percepatan
penurunan AKI dan AKB melalui strategi pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih di
fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
(Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK)
ƒ Memfasilitasi Survey Mawas Diri dan Musyawarah
Masyarakat Desa.
ƒ Memfasilitasi pembuatan Peta Sasaran Desa.
ƒ Mendata dan memetakan golongan darah penduduk
ƒ Menyiapkan Puskesmas PONED 24 Jam untuk selalu
siap melayani Ibu yang akan melahirkan
ƒ Menyiapkan Puskesmas PONED 24 Jam untuk
memberikan pertolongan persalinan dan merujuk ke
Rumah Sakit PONEK apabila diperlukan
ƒ Menyiapkan Mobil Pusling (Puskesmas Keliling) 24
Jam untuk siap menjemput dan mengantarkan Ibu
yang akan melahirkan atau sehabis melahirkan
ƒ Menyiapkan Puskesmas 24 Jam untuk merawat pasien
bayi baru lahir dan bayi sakit.
ƒ Mencatat dan melaporkan semua pelayanan
Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota secara rutin setiap bulan
ƒ Melaksanakan rapat koordinasi Puskesmas setiap
bulan (mini lokakarya) secara teratur
ƒ Melaksanakan micro planning setiap 5 (lima) tahun
sekali

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 48


ƒ Melakukan stratifikasi Puskesmas setiap tahun sekali
ƒ Menghadiri rapat di kecamatan dan Kabupaten/Kota

2. Camat:
ƒ Menggerakkan ibu hamil untuk memeriksakan diri ke
bidan/dokter
ƒ Mewajibkan ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Melaksanakan rapat koordinasi tingkat kecamatan
bulan
ƒ Mengkompilasi dan melaporkan data kelahiran dan
kematian yang terjadi di wilayah kerjanya kepada
Bupati/Walikota
ƒ Melakukan pemantauan program ke desa/kelurahan
ƒ Menghadiri pertemuan di Kabupaten/Kota

3. Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan:


ƒ Menggerakkan ibu hamil, ibu Nifas, ibu menyusui ke
posyandu
ƒ Menganjurkan ibu hamil untuk melahirkan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Menganjurkan suami dari ibu hamil serta keluarganya
untuk mendampingi istri melahirkan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Melaksanakan rapat koordinasi PKK setiap bulan
ƒ Melaksanakan pemantauan program ke
desa/kelurahan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 49


ƒ Menghadiri pertemuan di Kabupaten/Kota
ƒ Memfasilitasi pembentukan/pengembangan Desa
Siaga versi NTT
ƒ Mengaktifkan kembali Dasa Wisma

4. TINGKAT KABUPATEN/KOTA:
1. Bupati/Walikota:
ƒ Menetapkan Peraturan Bupati atau Peraturan Walikota
tentang pemenuhan standar Puskesmas PONED dan
RS PONEK di tingkat Kabupaten/Kota
ƒ Melakukan rapat koordinasi setiap bulan
ƒ Menganggarkan dana pembangunan maupun
operasional untuk mendukung program percepatan
penurunan angka kematian ibu dan bayi
ƒ Melakukan pemantauan pelaksanaan program
percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi
ƒ Menghadiri pertemuan di provinsi

2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota:


ƒ Melakukan advokasi dan sosialisasi program kepada
semua pemangku kepentingan
ƒ Menyiapkan anggaran DAK, DAU, TP dan External
Donor Agency untuk mendukung program
ƒ Menyiapkan RSUD menjadi Rumah Sakit PONEK dan
Puskesmas Rawat Inap menjadi Puskesmas PONED
ƒ Melakukan rapat koordinasi dengan Puskesmas
secara rutin setiap bulan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 50


ƒ Melakukan bimbingan teknis dan supervisi fasilitatif ke
Puskesmas secara berkala dan rutin
ƒ Menghadiri rapat di Kabupaten/Kota dan provinsi
ƒ Membuat laporan secara rutin setiap bulan kepada
Bupati/Walikota dan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi NTT.

3. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah:


ƒ Menyiapkan RS PONEK 24 Jam untuk siap
memberikan pertolongan persalinan
ƒ Menyiapkan RS PONEK 24 Jam untuk siap melayani
bayi baru lahir yang sakit
ƒ Menyiapkan RS PONEK 24 Jam untuk menerima
rujukan dari Puskesmas
ƒ Melaksanakan Audit Maternal Perinatal Klinis
ƒ Melakukan supervisi ke Puskesmas PONED
ƒ Menyiapkan RS PONEK untuk melatih tenaga
kesehatan Puskesmas/bidan desa
ƒ Menghadiri rapat di Kabupaten/Kota dan provinsi
ƒ Mencatat dan melaporkan semua pelayanan
kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Bupati/Walikota.
ƒ Menyiapkan Unit Transfusi Darah RS PONEK
Kabupaten/Kota
ƒ Menyiapkan donor darah siap 24 jam

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 51


5. TINGKAT PROVINSI:
1. Pemerintahan Provinsi:
ƒ Mengadakan rapat koordinasi terkait dengan
percepatan penurunan AKI dan AKB melalui persalinan
di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Mengadakan pemantauan pelaksanaan percepatan
penurunan AKI dan AKB melalui persalinan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam terhadap
Kabupaten/Kota
ƒ Merancang, menyiapkan dan menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Revolusi KIA di Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

2. Dinas Kesehatan Provinsi:


ƒ Melaksanakan konsultasi teknis untuk mendapatkan
dukungan kebijakan dan anggaran dari Departemen
Kesehatan RI (Cq. Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat)
untuk menunjang program percepatan penurunan AKI
dan AKB melalui persalinan di fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam
ƒ Melaksanakan konsultasi teknis untuk mendapatkan
dukungan kebijakan dan anggaran untuk menunjang
RSUD menjadi Rumah sakit PONEK dari Departemen
Kesehatan RI (Cq. Dirjen Bina Pelayanan Medik) untuk
menunjang program percepatan penurunan AKI dan
AKB melalui persalinan di fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 52


ƒ Menginisiasi penyusunan Peraturan Gubernur tentang
percepatan penurunan AKI dan AKB melalui persalinan
di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Melakukan advokasi dan sosialisasi program kepada
semua pemangku kepentingan
ƒ Menyusun buku panduan petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis program percepatan penurunan AKI
dan AKB melalui persalinan di fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam
ƒ Menyusun perencanaan dan penganggaran untuk
mendukung kegiatan program dalam rangka
percepatan penurunan AKI dan AKB melalui persalinan
di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan
percepatan penurunan AKI dan AKB melalui persalinan
di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Melakukan evaluasi terhadap pencapaian kegiatan
percepatan penurunan AKI dan AKB melalui persalinan
di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
ƒ Melakukan supervisi, bimbingan teknis dan bimbingan
pengedalian ke Kabupaten/Kota
ƒ Mengadakan rapat konsultasi teknis setiap 3 (tiga)
bulan
ƒ Membuat laporan kepada Gubernur dengan tembusan
kepada Menteri Kesehatan RI setiap bulan
ƒ Menggalang lintas sektor dan External Donor Agency
untuk mendukung program percepatan penurunan AKI

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 53


dan AKB melalui persalinan di fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 54


BAB IV
MEKANISME DAN KEGIATAN

A. TAHAPAN PERSIAPAN:
(November 2008 – November 2009):

1. Tingkat Desa/Kelurahan:
ƒ Petugas Puskesmas melakukan sosialisasi dan
pemahaman kepada Kepala Desa/Lurah dengan
perangkat Desa, Tokoh masyarakat, Tokoh agama,
dukun, kader Posyandu tentang perlunya pertolongan
persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai dan
siap 24 jam (Puskesmas PONED dan RS PONEK)
ƒ Melakukan Survey Mawas Diri, melakukan temu
wicara dengan masyarakat dan kunjungan rumah
oleh Kader dan Bidan Desa untuk memberikan
pemahaman tentang percepatan penurunan AKI dan
AKB melalui pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
(Puskesmas PONED dan RS PONEK)
ƒ Melakukan pendataan sasaran ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu Nifas/ibu menyusui, bayi baru lahir,
bayi dan PUS oleh Kader Posyandu
ƒ Pembuatan peta sasaran oleh bidan desa atau
perawat pustu bersama kader dan dukun bayi
ƒ Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan
untuk penetapan Perdes tentang pemberdayaan
masyarakat dalam rangka mendukung percepatan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 55


penurunan AKI dan AKB melalui pertolongan
persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai dan
siap 24 jam (Puskesmas PONED dan RS PONEK)

2. Tingkat Kecamatan:
ƒ Kepala Puskesmas melakukan sosialisasi kepada
Camat dan sektor terkait tentang pentingnya strategi
pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam (Puskesmas PONED dan
Rumah Sakit PONEK)
ƒ Kepala Puskesmas mengusulkan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
pengembangan Puskesmas Non Rawat Inap
menjadi Puskesmas Rawat Inap untuk kemudian
menjadi Puskesmas PONED.

3. Tingkat Kabupaten:
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
sosialisasi dan advokasi program kepada
Bupati/Walikota dan Kepala Bappeda
Kabupaten/Kota, lintas sektor, eksternal agency serta
LSM
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
sosialisasi kepada para Kepala Puskesmas di
wilayah kerjanya
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menyiapkan anggaran dan tenaga Puskesmas untuk

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 56


mengikuti pelatihan pada pusat-pusat pelatihan
(P2KP/P2KS) yang ada
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menyiapkan anggaran dan tenaga Puskesmas untuk
mengikuti pendidikan dari SPK/D1 Kebidanan
menjadi D-3
ƒ Kepala Bappeda dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengusulkan anggaran
pembangunan dan operasional untuk menunjang
program percepatan penurunan AKI dan AKB pada
masing-masing daerah melalui APBD
Kabupaten/Kota (DAU, DAK, Jamkesmas) dan Dana
Tugas Pembantuan bidang kesehatan
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersama-
sama Direktur Rumah Sakit menyiapkan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota sebagai pusat
rujukan (PONEK)
ƒ Bupati/Walikota menetapkan peraturan Peraturan
Bupati dan Peraturan Walikota tentang Puskesmas
PONED dan Rumah Sakit PONEK atas usul Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

4. Tingkat Provinsi:
ƒ Pemerintahan Provinsi melakukan rapat koordinasi
yang dihadiri oleh Bupati, Ketua Tim Penggerak PKK,
Kepala Bappeda Kabupaten/Kota, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas-dinas serta
lintas sektor terkait untuk mengevaluasi kesiapan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 57


Kabupaten/Kota dalam melaksanakan program
percepatan penurunan AKI dan AKB melalui
pertolongan persalinan pada fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam (Puskesmas PONED dan
RS PONEK)
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan
advokasi tentang percepatan penurunan AKI dan
AKB melalui pertolongan persalinan pada fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
(Puskesmas PONED dan RS PONEK) kepada DPRD
Provinsi.
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan
sosialisasi tentang percepatan penurunan AKI dan
AKB melalui pertolongan persalinan pada fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
(Puskesmas PONED dan RS PONEK) kepada
sektor-sektor terkait tingkat Provinsi dan eksternal
agency
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menganggarkan
lewat APBD Provinsi dan APBN serta bantuan Luar
Negeri untuk menunjang percepatan penurunan AKI
dan AKB melalui persalinan pada fasilitas kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam (Puskesmas PONED
dan RS PONEK)
ƒ Dinas Kesehatan menyusun buku panduan
pelaksanaan program kebijakan percepatan
penurunan AKI dan AKB melalui pendekatan
pertolongan persalinan oleh tenaga Kesehatan yang

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 58


terlatih pada fasilitas kesehatan yang memadai dan
siap 24 jam (Puskesmas PONED dan RS PONEK)
ƒ Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pemantauan,
evaluasi, supervisi, bimbingan teknis dan bimbingan
pengendalian persiapan pelaksanaan percepatan
penurunan AKI dan AKB melalui pertolongan
persalinan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam (Puskesmas PONED dan
RS PONEK) ke Kabupaten/Kota.

B. TAHAPAN PELAKSANAAN
(November 2009-Juni 2013)
1. Tingkat Desa:
ƒ setiap Ibu hamil yang telah di data dilakukan
pemeriksaan kehamilan setiap bulan (ANC terintegrasi)
oleh bidan desa bermitra dengan dukun bayi
ƒ Setiap Ibu hamil dengan resiko tinggi dilakukan
kunjungan rumah oleh bidan desa secara rutin setiap
bulan bemitra dengan dukun bayi
ƒ Semua Ibu hamil dipersiapkan untuk bersalin di
fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam dan
siap 24 jam (Puskesmas PONED atau RS PONEK)
ƒ Suami dan keluarga ibu hamil dipersiapkan secara
mental dan finansial untuk mengantar dan
mendampingi ibu hamil yang akan bersalin ke fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
(Puskesmas PONED atau RS PONEK), termasuk bila
menunggu di Rumah Tunggu

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 59


ƒ Setiap Ibu Hamil dengan kondisi normal, pada hari H-1
sudah berada di Puskesmas PONED terdekat dan
pulang ke rumah pada hari H+3
ƒ Setiap Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi, pada hari H-7
sudah berada di Rumah Tunggu Puskesmas PONED
terdekat dan pulang kerumah pada hari H+7
ƒ Semua Ibu hamil yang akan melahirkan harus diantar
dan didampingi oleh Bidan Desa/Perawat Pustu/Dukun
Bayi pada saat melahirkan ke Puskesmas PONED dan
pada saat di rujuk ke RS PONEK
ƒ Semua Ibu Nifas harus dikunjungi ke rumah oleh Bidan
Desa/Perawat Pustu secara teratur hingga 42 hari
setelah melahirkan
ƒ Semua biaya persalinan yang termasuk dalam kriteria
miskin ditanggung oleh pemerintah
ƒ Biaya transport ibu yang akan melahirkan dan 2 orang
pendamping (satu bidan dan satu orang keluarga
pendamping ibu melahirkan) dari Desa ke Puskesmas
PONED ditanggung Pemerintah
ƒ Bidan Desa/Perawat Pustu/Dukun Bayi yang
membawadan mendampingi Ibu hamil yang akan
melahirkan, ke Puskesmas PONED diberikan uang
insentif sebesar jasa pertolongan persalinan yang
seharusnya mereka terima bila mereka menolong
persalinan di desa
ƒ Setiap kunjungan rumah ibu Nifas diberikan insentif
sebagai pengganti transport sesuai peraturan yang
berlaku

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 60


ƒ Semua kelahiran dan kematian harus dicatat dan
dilaporkan oleh Bidan Desa atau Perawat Pustu setiap
bulan ke Puskesmas dengan tembusan kepada Camat
ƒ Semua perhitungan pembiayaan di klaim ke
Puskesmas oleh Bidan Desa/Perawat Pustu, setiap
bulannya dengan dilampirkan dengan laporan
kelahiran, Akseptor KB, kesakitan dan kematian di
desa

2. Puskesmas PONED:
ƒ Semua pertolongan persalinan dilakukan di-
Puskesmas PONED bila perlu dirujuk ke RS PONEK
ƒ Semua biaya pertolongan persalinan ditanggung
Pemerintah
ƒ 2 (dua) orang anggota keluarga yang mendampingi ibu
melahirkan di rumah tunggu, tidak dipungut biaya
ƒ Setiap ibu melahirkan yang mengalami penyulit dan
tidak dapat diatasi oleh Tim PONED di Puskesmas
maka akan dirujuk ke Rumah Sakit PONEK terdekat
dengan didampingi oleh dokter/bidan Puskesmas
ƒ Semua biaya rujukan dibebankan pada anggaran
operasional Puskesmas selama masih tersedia
ƒ Semua pasien Ibu melahirkan yang dirujuk ke Rumah
Sakit setelah mendapat pertolongan dan perawatan
dijemput dan diantar pulang ke rumah oleh mobil
Puskesmas yang merujuk atau ambulance rumah sakit

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 61


ƒ Segala biaya yang diakibatkan dari tindakan diatas
dibebankan pada anggaran Puskesmas, selama masih
tersedia atau dari Pemerintah.
ƒ Puskesmas mencatat semua pengeluaran pembiayaan
dengan tertib dan cermat serta melaporkan setiap awal
bulan berikutnya kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
ƒ Kepala Puskesmas setiap awal bulan melaporkan
kelahiran, akseptor KB, kesakitan dan kematian (hasil
rekapan dari semua Desa/Kelurahan) yang terjadi
bulan yang lalu kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

3. RSUD Kabupaten/Kota PONEK:


ƒ Siap melayani 24 jam sehari pertolongan persalinan
Ibu melahirkan dan Bayi baru lahir baik dirujuk maupun
yang datang atas kemauan sendiri.
ƒ Semua biaya Ibu melahirkan Normal maupun
melahirkan dengan tindakan dibebankan kepada
pemerintah selama biaya masih tersedia
ƒ Semua pasien yang dirujuk oleh Bidan/Dokter atau Tim
PONED Puskesmas harus dirujuk kembali dengan
surat pengantar
ƒ Setiap pasien dengan penyulit yang tidak dapat diatasi
oleh RSUD Kabupaten/Kota dirujuk ke RSUD
Prof.DR.W.Z.Johannes Kupang atau rumah sakit
rujukan setara terdekat

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 62


ƒ Setiap awal bulan Rumah Sakit melaporkan hasil
pelayanan pada bulan yang lalu kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
Bupati/Walikota

4. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota:


ƒ Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota senantiasa
melakukan bimbingan dan supervisi ke RSUD
Kabupaten/Kota dan Puskesmas untuk pemantapan
kegiatan program percepatan penurunan AKI dan AKB
melalui pertolongan persalinan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
(Puskesmas PONED dan RS PONEK) ke
Kabupaten/Kota
ƒ Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah
merekap semua laporan dari Puskesmas dan Rumah
Sakit melaporkan kepada Bupati/Walikota dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

5. RSUD Prof. DR. W. Z. Johannes Kupang:


ƒ Siap melayani 24 jam sehari pertolongan persalinan
Ibu melahirkan dan Bayi baru lahir baik dirujuk maupun
yang datang atas kemauan sendiri
ƒ Semua biaya pertolongan persalinan baik Normal
maupun dengan tindakan ditanggung oleh Pemerintah
selama biaya masih tersedia

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 63


ƒ Semua biaya Ibu melahirkan Normal maupun
melahirkan dengan tindakan dibebankan kepada
pemerintah selama biaya masih tersedia
ƒ Semua pasien yang dirujuk oleh Tim PONED
Puskesmas dan Tim PONEK Rumah Sakit harus
dirujuk kembali dengan surat pengantar
ƒ Siap melayani konsultasi dokter ahli 24 jam
ƒ Setiap awal bulan Rumah Sakit melaporkan hasil
pelayanannya bulan yang lalu kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Kupang dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT

6. Dinas Kesehatan Provinsi:


ƒ Secara berkala dan rutin melakukan monitoring,
supervisi, bimbingan teknis dan bimbingan
pengendalian ke Kabupaten/Kota untuk pemantapan
kegiatan percepatan penurunan AKI dan AKB melalui
pertolongan persalinan pada fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam
ƒ Secara berkala setiap bulan, setelah merekap semua
laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi NTT melaporkan kepada Gubernur
NTT dengan tembusan kepada Menteri Kesehatan RI
melalui Direktur Jenderal BINKESMAS Depkes RI

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 64


BAB V
EVALUASI

1. DESA:
Setiap hari Sabtu dilakukan Diskusi Kampung, yang dipimpin
oleh Kepala Desa/Lurah dengan dihadiri oleh PKK, Dukun
Bayi, Bidan Desa, Perawat Pustu dan Kader Posyandu
melakukan Evaluasi terhadap:
ƒ Kelahiran dan kematian
ƒ Ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan
ƒ jumlah orang sakit termasuk bayi/balita
ƒ jumlah akseptor KB
ƒ pemuktahiran data sasaran dan peta sasaran
ƒ pembiayaan
ƒ perencanaan mingguan
ƒ pembuatan laporan oleh bidan Desa/perawat Pustu
ƒ Kegiatan Desa Siaga

2. KECAMATAN:
ƒ Setiap minggu pertama dalam bulan dilakukan rapat
koordinasi yang dipimpin oleh Camat yang dihadiri oleh,
PKK, Kepala Puskesmas dan Kepala Desa/Lurah
melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kesehatan di-
wilayah kerja Kecamatan
ƒ Kepala Puskesmas melakukan rapat monev dengan Bidan
Desa, Perawat Pustu dan Dukun bersalin, sehari sebelum
rapat koordinasi tingkat kecamatan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 65


ƒ Setiap kali hasil rapat disertai dengan kesepakatan dan
rencana tindak lanjut, yang akan ditinjau kembali pada
rapat bulan berikutnya.

3. KABUPATEN/KOTA:
ƒ Setiap minggu pertama dalam 2 (dua) bulan sekali
dilakukan rapat koordinasi yang dipimpin oleh
Bupati/Walikota yang dihadiri oleh, PKK, Kepala Bappeda,
Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RS, Biro
Pemberdayaan Perempuan, Kepala BKKBN, Kepala
Kantor Statistik Kabupaten/Kota, Camat dan External
Donor Agency yang terkait melakukan monitoring dan
evaluasi kegiatan pelayanan kesehatan di-wilayah
Kabupaten/Kota
ƒ Sebulan sekali Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan rapat teknis (monitoring dan evaluasi) program
dengan semua Kepala Puskesmas dan Direktur Rumah
Sakit
ƒ Setiap kali hasil rapat disertai dengan kesepakatan dan
rencana tindak lanjut, yang akan ditinjau kembali pada
rapat bulan berikutnya.

4. PROVINSI:
ƒ Setiap 3 (tiga) bulan dilakukan rapat konsultasi teknis
yang dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi yang
dihadiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Direktur RSUD Kabupaten/Kota serta Bidan Koordinator

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 66


Kabupaten/Kota untuk melakukan rapat monev kegiatan
pelayanan
ƒ Setiap 6 (enam) bulan dilakukan rapat koordinasi yang
dipimpin oleh Gubernur yang dihadiri oleh Bupati/Walikota,
Kepala Bapedda Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi, Kepala BKKBN Provinsi, Kepala Biro
Pemberdayaan Perempuan, Kepala Badan Statistik
Provinsi, Ketua Tim PKK Provinsi, Ketua Tim PKK
Kabupaten/Kota, Kepala Bappeda Kabupaten/Kota,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan perwakilan
External Donor Agency terkait
ƒ Setiap kali hasil rapat disertai dengan kesepakatan dan
rencana tindak lanjut, yang akan ditinjau kembali pada
rapat bulan berikutnya.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 67


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 68
BAB VI
PENUTUP

Demikianlah panduan pelaksanaan kebijakan Percepatan


penurunan angka kematian Ibu dan angka kematian Bayi
melalui pendekatan pelayanan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih pada fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam di Provinsi Nusa Tenggara Timur
untuk menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan oleh
semua pihak yang terkait.
Semoga Petunjuk Pelaksanaan ini dapat dipedomani dan
dilaksanakan.

Kupang, 17 Agustus 2009.

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Dr. Stefanus Bria Seran, MPH


Pembina Utama Madya
NIP. 19571226 198403 1 005

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 69


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 70
LAMPIRAN JUKLAK

LAMPIRAN 1 : PEMBIAYAAN
NO AKTIFITAS SUMBER KET
DANA
I. TINGKAT
DESA/KELURAHAN
a. Survey mawas diri Dana APBD,
Operasional APBN
Posyandu
b. Temu Wicara Dana APBD,
Operasional APBN
Posyandu
c. Kunjungan Rumah, Dana APBN
pendataan sasaran dan Jamkesmas
pemetaan sasaran
d. Musyawarah Masyarakat Dana APBD,
Desa Operasional APBN
Posyandu
e. Diskusi Kampung Alokasi Dana APBD
Desa (ADD)
f. Posyandu Dana APBD,
Operasional APBN
Posyandu
g. Transportasi pasien Ibu Dana APBN
Melahirkan, Nifas, Balita Jamkesmas
Gizi buruk, dan lain-lain.
(PP) ke Puskesmas
h. Rapat setiap hari Sabtu, Dana APBN
pembuatan laporan Jamkesmas
i. Insentif bagi Bidan Desa, Dana APBN
Perawat Pustu dan Dukun Jamkesmas
Bersalin
j. Insentif Kader Posyandu Dana APBD,
Operasional APBN
Posyandu

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 71


h. - Pendistribusian material DANA PNPM
- Transport bidan
- Transport persalinan
- Transport pemeriksaan
kehamilan dan Nifas
- PMT Bayi dan Balita
- Pembangunan gedung
Polindes dan Posyandu
II. PUSKESMAS PONED

a. Renovasi ruangan UGD, DAK


VK, perawatan Ibu+Bayi, Kesehatan
laboratorium, SPAL,
Km/WC
b. Pembangunan Rumah DAK
Tunggu Kesehatan
c. Pengadaan Mobil DAK
Ambulance dan Mobil Kesehatan
Pusling
d. Pengadaan Peralatan, DAK
Partus set, PONED, Kesehatan
Resusitasi, Laboratorium,
Obat-obatan, Reagen,
Tempat Tidur Pasien,
Inkubator, dan lain-lain
e. Rekruitmen dokter di APBN dan
Puskesmas (2 orang) APBD
f. Rekruitmen Bidan di APBD
Puskesmas
g. Pelatihan APN, PONED, APBD, APBN,
PPGDON, PI, BBLR, External Donor
Asfiksia, dan lain-lain Agencies
h. Biaya transportasi pasien Dana APBD,
dari dan kembali kerumah Operasional APBN
Pusling

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 72


i. Biaya pertolongan Ibu Dana APBD,
melahirkan dan Biaya Operasional APBN
perawatan Ibu dan Bayi Puskesmas
baru lahir selama di
Puskesmas.
j. Biaya Rapat-rapat di Dana APBD,
Puskesmas Operasional APBN
Puskesmas
k. Biaya Rujukan pasien ke- Dana APBD,
RS dan pulang Operasional APBN
Puskesmas
l. Biaya Operasional Rumah Dana APBD
Tunggu Operasional
Puskesmas
m. Biaya makan-minum pasien Tanggungan
dan keluarga selama masing-Masing
dirawat dan rumah tunggu Keluarga pasien
III. RUMAH SAKIT PONEK
a. Renovasi ruangan IGD, VK, Dana Tugas APBN
OK Perawatan Ibu dan Bayi Perbantuan/
baru lahir, ICU, NICU, DAK
Laboratorium, UTD, SPAL,
Km/WC
b. Pengadaan peralatan Dana Tugas APBN,
Kesehatan, Laboratorium Perbantuan/ APBD
TT, Inkubator, Obat-obatan, DAK dan APBD
Reagen, transfusi Darah,
dan lain-lain
c. Rekruitmen Tenaga Dokter APBN, APBD
Spesialis Obgyn, Anak,
Anaesthesi,dokter umum,
Bidan, Perawat, tenaga
lainnya
d. Pengadaan Mobil Dana Tugas APBN
Ambulance Perbantuan/
DAK

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 73


e. Pelatihan APN, PONEK, APBN, APBD,
PPGDON, BCLS, ACLS, External Donor
Resusitasi, ICU, NICU dan Agencies
lain-lain
f. Biaya Pertolongan Dana APBD,
Persalinan dan bayi baru Operasional RS Jamkes
lahir mas
g. Biaya perawatan Ibu dan Dana APBD
Bayi selama di RS Operasional RS Jamkes
mas

IV. Monev, Bimtek, Supervisi APBN, APBD


dan Rapat-rapat Tingkat dan External
Kabupaten/Kota dan Donor Agencies
Provinsi

PERKIRAAN BIAYA 1 (SATU) ORANG IBU


MELAHIRKAN :

No Jenis Kegiatan Unit Cost Volume Jumlah


01 Pemeriksaan Rp.5.000.- 4 Rp.20.000.-
. kehamilan (ANC) (empat)
kali

02 Transport Ibu Hamil Rp.50.000.- 2 (dua) Rp.100.000.


. dan Kel Tr -
pendamping, ke
Puskesmas
PONED utk
melahirkan

03 Jasa Rp.50.000.- 1 (satu) Rp.50.000.-


. Bidan/perawat/duk kali
un Pendamping

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 74


04 Kunjungan rumah Rp.10.000.- 1 (satu) Rp.30.000.-
. ibu Nifas dan Bayi kali/
baru lahir oleh bulan
Bidan/Perawat. selama
3 (tiga)
bulan.
05 Jasa pertolongan Rp.50.000.- 1 (satu) Rp.50.000.-
. Bidan Puskesmas orang/k
PONED ali
06 Jasa pertolongan Rp.100.000 1 (satu) Rp.100.000.
. dokter Puskesmas .- orang/ -
PONED kali
07 Jasa pembantu Rp.25.000.- 2 (dua) Rp.50.000.-
. Bidan Puskesmas orang/
PONED kali
08 Jumlah total = Rp.400.000.

Sehingga kalau perkiraan jumlah Ibu Hamil setahun (data


projeksi) 0,025 X 4.673.870 jiwa = 112.749 Ibu Hamil. Maka
dibutuhkan dana sebesar = 112.749 Ibu Hamil X Rp.400.000 =
Rp.45.099.600.000.-/setahun untuk seluruh NTT.

Kupang, 17 Agustus 2009.


Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Dr. Stefanus Bria Seran, MPH


Pembina Utama Madya
NIP. 19571226 198403 1 005

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 75


LAMPIRAN II: STANDARD PUSKESMAS PONED

1. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN:


a. Berfungsinya Sistem Informasi Puskesmas
b. Berfungsinya Computer Based Inventory System (CBIS)
c. Berfungsinya Manajemen Puskesmas (Mini lokakarya,
Micro Planning dan Stratifikasi Puskesmas)
d. Berfungsinya Sistem Akuntansi Keuangan Puskesmas.

2. FASILITAS BANGUNAN/RUANGAN:
Selain bangunan standard Puskesmas, maka perlu ditambah:
ƒ Adanya ruangan IGD
ƒ Adanya ruangan Bersalin (VK)
ƒ Adanya ruangan perawatan Ibu (rawat gabung)
ƒ Adanya ruangan perawatan pasien sakit
ƒ Adanya ruangan laboratorium sederhana
ƒ Adanya ruangan apotek dan penyimpanan obat, cairan
dan bahan habis pakai lainnya
ƒ Adanya fasilitas Km/WC yang baik dan sehat

3. PERALATAN dan OBAT-OBATAN:


Selain standard Peralatan Puskesmas, perlu tersedianya:
ƒ Alat PONED
ƒ Alat Resusitasi
ƒ Box Incubator
ƒ Peralatan PPGDON
ƒ Peralatan laboratorium
ƒ Obat dan cairan infus.

4. TENAGA KESEHATAN:
ƒ Dokter Umum terlatih (APN, PONED, PPGDON, Asphysia,
BBLR, PI, ACLS) sebanyak 2 (dua) orang
ƒ Bidan (D-3) terlatih (APN, PONED, PPGDON, Asphysia,
BBLR, PI, BCLS) sebanyak 2 (dua) orang
ƒ Perawat terlatih (BCLS, PI, PPGD dan lain-lain) sebanyak
5 (lima) orang
ƒ Asisten Apoteker/ D-3 Farmasi, 1 orang

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 76


ƒ Sanitarian, 1 orang
ƒ D-3 Gizi, 1 orang
ƒ D-3 analis kesehatan, 3 orang
ƒ Penata Komputer, 2 orang
ƒ Tenaga administrasi umum, 4 orang
ƒ Sopir, 2 orang

V. FASILITAS PENUNJANG LAINNYA :


ƒ Adanya fasilitas air bersih
ƒ Adanya fasilitas SPAL
ƒ Adanya Rumah Tunggu
ƒ Ambulance
ƒ Mobil Pusling
ƒ Sepeda motor
ƒ Dan lain-lain

Kupang, 17 Agustus 2009.

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Dr. Stefanus Bria Seran, MPH


Pembina Utama Madya
NIP. 19571226 198403 1 005

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 77


LAMPIRAN III : RUMAH SAKIT PONEK

I. ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN:


ƒ Berfungsinya Rekam medik
ƒ Berfungsinya SIM RS
ƒ Berfungsinya Sistem Akuntansi RS
ƒ Berfungsinya Sistem Re-Numerasi di RS
ƒ Terakreditasinya minimal 5 (lima) standard RS

II. FASILITAS BANGUNAN/RUANGAN:


Selain bangunan dan ruangan yang ada, maka perlu disiapkan
ruangan-ruangan antara lain:
ƒ Ruangan IGD
ƒ Ruangan kamar bersalin (VK)
ƒ Ruangan tindakan Obgyn
ƒ Ruangan ICU/NICU
ƒ Ruangan OK
ƒ Ruangan Perawatan Gabung (Ibu+Bayi)
ƒ Ruangan Laboratorium
ƒ Ruangan UTD
ƒ Dan lain-lain

III. PERALATAN:
ƒ Alat PONED dan PONEK
ƒ Alat Resusitasi
ƒ Box Incubator
ƒ Peralatan PPGDON
ƒ Peralatan ICU dan NICU
ƒ Peralatan transfusi darah
ƒ Peralatan laboratorium
ƒ Obat dan cairan infus

IV. TENAGA KESEHATAN:


ƒ Dokter Spesialis Obgyn, Dokter Spesialis Anak dan Anesthesi.
ƒ Dokter Umum terlatih (APN, PONED, PPGDON, Asphysia,
BBLR, PI, ACLS) sebanyak 2 (dua) orang
ƒ Bidan (D-3) terlatih (APN, PONED, PPGDON, Asphysia, BBLR,
PI, BCLS) jumlah disesuaikan dengan jumlah tempat tidur
kebidanan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 78


ƒ Perawat terlatih (BCLS, PI, PPGD dan lain-lain) jumlah
disesuaikan dengan jumlah tempat tidur
ƒ Apoteker, 2 orang
ƒ Asisten Apoteker/ D-3 Farmasi, 1 orang
ƒ Sanitasi, 2 orang
ƒ D-3 Gizi, 1 orang
ƒ D-3 analis kesehatan, 3 orang
ƒ Penata Komputer, 5 orang
ƒ Tenaga administrasi umum, 10 orang
ƒ Sopir, 3 orang

V. FASILITAS PENUNJANG LAINNYA:


ƒ Adanya fasilitas air bersih
ƒ Adanya fasilitas SPAL
ƒ Adanya fasilitas Incenerator
ƒ Adanya fasilitas oxygen medik
ƒ Adanya Rumah Tunggu
ƒ Ambulance
ƒ Sepeda motor
ƒ Dan lain-lain

Kupang, 17 Agustus 2009.

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Nusa Tenggara Timur,

Dr. Stefanus Bria Seran, MPH


Pembina Utama Madya
NIP. 19571226 198403 1 005

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 79


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 80
PETUNJUK TEKNIS

REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK


DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia


(WHO,1948), Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 dan
Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan,
menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental
setiap penduduk. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur
agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya
termasuk bagi ibu yang akan melahirkan dan bayi yang
dilahirkan.
Angka kematian merupakan salah satu indikator status
kesehatan di masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Anak
Balita (AKABA) serta Angka Harapan Hidup (AHH)
ditetapkan sebagai indikator-indikator dalam Indonesia
Sehat 2010 (Depkes, 2003)”. AHH juga ditetapkan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 81


sebagai indikator-indikator komponen dalam menghitung
Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Index = HDI) (BPS, Bappenas, UNDP, 2001). Kematian
Ibu, bayi dan anak balita sangat besar pengaruhnya dalam
menentukan UHH. Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi di-Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
masih sangat tinggi bila dibandingkan dengan Nasional
yaitu: AKI di Provinsi NTT (Surkesnas Tahun 2004) yaitu :
554/100.000 KH, Nasional: 307/100.000 KH, Survey
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007
menunjukkan penurunan AKI yang signifikan yaitu
554/100.000KH menjadi 306/100.000 KH, jadi penurunan
248 point (3 kali lipat) dibandingkan Nasional dari
307/100.000KH menjadi 228/100.000KH, berarti turun
hanya 79 point. Angka kematian Bayi (AKB) di Provinsi
NTT menurut Surkesnas 2004 yaitu: 62/1000 KH dan
Nasional 52/1000 KH, SDKI tahun 2007 AKB NTT
57/1000 KH dan Nasional 34/1000 KH. Namun demikian
AKI dan AKB di Provinsi NTT masih lebih tinggi
dibandingkan Nasional.
Meskipun berbagai upaya telah dilaksanakan untuk
menurunkan AKI dan AKB melalui peningkatan peran
masing-masing unit Pemerintah dalam hal ini Jajaran
kesehatan di-Provinsi NTT antara lain dengan
penempatan Bidan di desa-desa, pembangunan
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta Puskesmas
Keliling, meningkatkan status Puskesmas rawat Inap
menjadi Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 82


Emergency Dasar (PONED) dan Rumah Sakit menjadi
Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK), namun belum memberikan suatu
hasil yang optimal dan menggembirakan yang
diindikasikan dengan masih tingginya AKI dan AKB. Dari
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
menunjukkan bahwa sebagian besar persalinan di NTT
ditolong oleh Dukun (46,1%), bidan (36,5%), dokter
(4,1%), Nakes lain (1,2%) Famili (3,7%) dan lain-lain
(0,5%). Dan tempat melakukan pertolongan persalinan
sebagian besar dilakukan di rumah (77,7%), RS
pemerintah (6,9%), lain-lain (6,7%), Puskesmas (6,5%)
Polindes (3,5%), Rumah bersalin (3%) dan RS.Swasta
(2,2%).
Laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tahun
2008, kematian ibu karena persalinan sebanyak 232
kasus, perdarahan 123 kasus (61%), lain-lain 56 kasus
(28%), infeksi 16 kasus (8%), Hipertensi 4 kasus (2%) dan
Partus lama 2 kasus (1%), dan kematian bayi Baru Lahir
sebanyak 774 kasus, yang diakibatkan oleh lain-lain 409
kasus (52,9%) Asfiksia 182 kasus (23,5%), BBLR 164
kasus (21,2%) , Infeksi 9 kasus (1,1%), Tetanus 4 kasus
(0,5%). Kondisi tersebut sebagian besar dapat diatasi
bila persalinan dilakukan di-Fasilitas Kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam yang memenuhi standard
PONED dan PONEK. Bila ditinjau bahwa kesehatan
merupakan ”Investasi dan Hak asasi” maka
penelantaran yang mengakibatkan kematian merupakan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 83


tindakan pelanggaran ”Hak asasi” dan hilangnya
kesempatan ”Investasi”.
Oleh karena itu diperlukan suatu strategi dan kebijakan
yang langsung kepada sasaran terutama pelayanan
kesehatan kepada setiap Ibu yang melahirkan dan bayi
baru lahir melalui pendekatan bahwa ”semua persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih pada
fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam”,
strategi ini disebut Revolusi KIA.
Untuk melaksanakan strategi revolusi kesehatan ibu
dan anak melalui persalinan selamat di fasilitas Kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam diperlukan Petunjuk
Teknis sebagai acuan kepada semua pihak terkait
tentang mekanisme persalinan di Fasilitas Kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam.

B. Tujuan

Umum:
Sebagai petunjuk teknis bagi pelaksanaan strategi
Revolusi KIA melalui persalinan di fasilitas kesehatan
yang memadai dan siap 24 jam, dalam rangka
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan antenatal,
persalinan dan penanganan bayi baru lahir.

Khusus:
1. Tersedianya Puskesmas PONED disetiap
Kabupaten/Kota di Provinsi NTT pada tahun 2009.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 84


2. Meningkatnya status Puskesmas rawat jalan menjadi
Rawat Inap di semua Kabupaten/Kota pada tahun
2013.
3. Meningkatnya status rawat Inap menjadi Puskesmas
PONED disemua Kabupaten/Kota pada tahun 2013
4. Tersedianya rumah sakit PONEK di setiap
Kabupaten/Kota pada tahun 2012
5. Terlaksananya semua persalinan di fasilitas
kesehatan yang memadai dan siap 24 jam (PONED
dan PONEK) pada Tahun 2013
6. Tersedianya tempat, obat, tenaga dan peralatan
sesuai standard di fasilitas pelayanan persalinan
pada tahun 2013
7. Terlaksananya pelayanan kegawatan obstetri dan
neonatal secara tepat waktu, tepat sasaran dan tepat
penanganan disemua Pelayanan Kesehatan yang
berstandar PONED dan PONEK
8. Tertatanya penyelenggaraan dan manajemen
operasional pelayanan persalinan yang berkualitas di
Fasilitas Kesehatan yang memadai dan siap 24 jam
9. Tertanganinya semua kasus komplikasi obstetrik dan
neonatal di fasilitas kesehatan yang memadai dan
siap 24 jam yang berstandar PONED dan PONEK

C. Sasaran:
Sasaran dalam Revolusi KIA, Persalinan Selamat di
fasilitas kesehatan yang memadai dan siap 24 jam ditinjau
dari 2 (dua) sisi yaitu:

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 85


a. Supply Side (Penyedia Pelayanan)
1. Puskesmas non perawatan dan jejaringnya
2. Puskesmas Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED)
3. Rumah Sakit Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK)
4. Sarana Pelayanan lainnya yang mempunyai
Standard PONED dan PONEK
5. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
6. Dinas Kesehatan Provinsi
7. Penentu Kebijakan (Eksekutif dan Legislatif)
8. Donor Agencies
9. Jurnalis/wartawan
10. Lintas Sektor
11. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
(UKBM)

b. Demand Side (Penerima Pelayanan)


1. Ibu Hamil
2. Keluarga
3. Masyarakat lainnya

D. Lokasi
Lokasi pelaksanaan Revolusi KIA, persalinan selamat
dilaksanakan di semua Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 86


E. Batasan
Batasan pelayanan adalah ibu hamil, melahirkan dan
Nifas/busui serta bayi yang berumur 0 – 28 hari baik yang
normal maupun yang mengalami komplikasi Pelayanan
yang diberikan sebagai berikut:

1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan ibu hamil dilakukan sesuai standard
minimal 4 kali selama kehamilan yaitu:
• Trimester I : 1 kali
• Trimester II : 1 kali
• Trimester ke III : 2 kali.
Pelayanan yang diberikan minimal 5 T dari 7 T
(Timbang berat badan, Tekanan darah, Tinggi Fundus
Uteri, Tetanus Toxoid, Tablet Tambah Darah, Test
Infeksi Menular Seksual dan Temu wicara).

Pelayanan Antenatal oleh:


• Perawat yang telah dilatih Pertolongan Pertama
Gawat Darurat Obstetri dan Neonatal
• Bidan
• Dokter umum
• Dokter spesialis Kebidanan
Tujuan pelayanan antenatal: untuk memberikan
jaminan perlindungan kepada ibu hamil deteksi dini
risiko kehamilan, pencegahan dan penanganan
komplikasi kehamilan.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 87


2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan dilakukan oleh:
• Bidan yang kompeten
• Dokter Umum yang kompeten
• Dokter Spesialis Kebidanan

Pelayanan harus mengutamakan:


• Pencegahan infeksi
• Pertolongan persalinan yang sesuai standar
• Merujuk kasus yang memerlukan pelayanan lebih
tinggi
• Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
• Mencegah komplikasi obstetri dan neonatal akibat
persalinan bagi ibu dan neonatal

Tujuan Pelayanan persalinan:


Untuk mendapat pelayanan persalinan yang aman dan
selamat di fasilitas kesehatan yang memadai dan siap
24 jam.

3. Pelayanan Nifas.
Pelayanan Nifas adalah pelayanan yang diberikan
pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan
oleh tenaga kesehatan.
Pelayanan Nifas diberikan minimal 3 kali yaitu:
• Kunjungan Nifas pertama (KF1) pada masa 6 jam
setelah persalinan sampai 3 hari

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 88


• Kunjungan Nifas ke dua (KF2) hari ke 8 sampai hari
ke 14 setelah persalinan
• Kunjungan Nifas ke tiga (KF3) hari ke 36 sampai
hari ke 42 setelah persalinan

Pelayanan yang diberikan adalah:


• Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan
suhu
• Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus)
• Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran pervaginam
• Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI ekslusif 6
bulan
• Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2
(dua) kali dalam 2 kali 24 jam
• Pelayanan KB pasca persalinan

Pelayanan Nifas dilakukan oleh:


• Perawat yang kompeten
• Bidan yang kompeten
• Dokter Umum yang kompeten
• Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Tujuan Pelayanan Nifas:


• Meningkatkan akses pelayanan dasar ibu Nifas
• Mengetahui sedini mungkin kelainan pada ibu Nifas
akibat melahirkan atau masalah kesehatan lainnya.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 89


4. Pelayanan Neonatal
Pelayanan yang diberikan kepada neonatal sampai
berumur 28 hari.
Pelayanan Neonatal dilakukan oleh:
• Perawat yang kompeten
• Bidan yang kompeten
• Dokter Umum yang kompeten
• Dokter Spesialis Anak
Pelayanan yang diberikan pada neonatal dengan
menggunakan pendekatan komprehensif, Manajemen
Terpadu Bayi Muda yang meliputi:
• Pemeriksaan tanda bahaya seperti: infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan lahir rendah
• Perawatan tali pusat
• Pemberian vitamin K1
• Imunisasi Hepatitis B nol
• Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk ASI
Ekslusif
• Pencegahan Hipotermi
• Perawatan bayi baru lahir dengan menggunakan
Buku KIA

Pelayanan Neonatal diberikan minimal 3 kali yaitu:


• Kunjungan Neonatal Ke -1 (KN 1) dilaksanakan
sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (6
sampai 48 jam)
• Kunjungan Neonatal ke -2 (KN2) pada hari ke 3
sampai hari ke 7

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 90


• Kunjungan Neonatal ke 3 (KN3) pada hari ke 8
sampai hari ke 28

Tujuan Pelayanan Neonatal yaitu:


• Untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan
kesehatan dasar
• Mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi atau
masalah kesehatan
• Mengurangi resiko terbesar kematian bayi baru lahir
pada 24 jam pertama, minggu pertama dan bulan
pertama kehidupan.

5. Pelayanan kebidanan dan komplikasi


Pelayanan kebidanan dengan komplikasi adalah
penanganan komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan
Nifas termasuk komplikasi non obstetrik (yang tidak
langsung berkaitan dengan kehamilannya misalnya:
malaria) yang diperkirakan 15-20% dari jumlah ibu
hamil.
Pelayanan komplikasi adalah:
• Penanganan perdarahan pada kehamilan,
persalinan dan nifas
• Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam
kehamilan (pre eklamsia dan eklamsia)
• Pencegahan dan penanganan infeksi
• Penanganan partus lama/macet
• Penanganan abortus

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 91


Tujuan penanganan Komplikasi:
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas
penanganan komplikasi untuk mencegah atau
menurunkan kematian ibu akibat komplikasi.

Pelayanan komplikasi diberikan oleh:


• Bidan yang kompeten
• Dokter Umum yang kompeten
• Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

6. Pelayanan neonatal dengan komplikasi


Pelayanan neonatal dengan komplikasi adalah
penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan
yang dapat menyebabkan kematian dan kesakitan
yang diperkirakan 15-20%.

Tujuan penanganan neonatal dengan komplikasi:


Mampu menangani semua komplikasi neonatal.
Pelayanan komplikasi neonatal yaitu:
• Asfiksia
• Kejang
• Ikterus
• Hipoglikemi
• Hipotermi
• Tetanus Neonatorum
• Sepsis
• Trauma lahir

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 92


• Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu < 2.500
gram
• Sindroma gangguan pernapasan
• Kelainan kongenital, dan lain-lain.

Pelayanan Neonatal dengan komplikasi diberikan oleh:


• Perawat yang kompeten
• Bidan yang kompeten
• Dokter Umum yang kompeten
• Dokter Spesialis Anak

7. Puskesmas PONED
Puskesmas yang memiliki fasilitas dan kemampuan
memberikan pelayanan untuk menanggulangi kasus
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal selama 24
jam.

8. Rumah Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi


Komprehensif (PONEK)
Rumah Sakit PONEK adalah Rumah Sakit yang
ditunjang dengan ketersediaan alat dan tenaga sesuai
dengan ketentuan yang mampu memberikan pelayan
komprehensif kegawatdaruratan kebidanan dan bayi
neonatal selama 24 jam;

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 93


F. Cara Penetapan Sasaran Pelayanan

Penetapan sasaran pelayanan untuk Revolusi KIA


ditetapkan dengan 2 cara yaitu:

1. Jumlah sebenarnya (riil): jumlah sebenarnya yang


diperoleh dari pendataan langsung. Bila tidak tersedia
data dari hasil pendataan, maka gunakan cara
perkiraan/perhitungan.

2. Jumlah perkiraan (angka proyeksi) dengan memakai


rumus yang telah ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, sebagai berikut:

a. Sasaran Ibu hamil:

Sasaran ibu hamil = Angka kelahiran Kasar/Crude


Birth Rate (CBR) x 1,1 x Jumlah
Penduduk.

Contoh : CBR NTT yang digunakan tahun 2007 =


25,4%.

Jadi sasaran ibu hamil tahun 2007 di Provinsi NTT


= 25,4% x 1,1 x 4,448,873 (Jumlah
Penduduk NTT tahun 2007)
= 124.302

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 94


b. Sasaran ibu melahirkan :
Sasaran ibu melahirkan = Angka kelahiran
Kasar/Crude Birth Rate
(CBR) x 1,05 x Jumlah
Penduduk.

Contoh
Sasaran ibu melahirkan tahun 2007 = 25,4% x 1,05
x 4,448,873 = 118.652

c. Sasaran ibu Nifas


Sasaran ibu Nifas = Angka kelahiran
Kasar/Crude Birth Rate
(CBR) x 1,0 x Jumlah
Penduduk.

Contoh :
Sasaran ibu Nifas = 25,4% x 4,448,873
= 113.000 Nifas

d. Sasaran ibu bersalin dengan komplikasi


Perkiraan jumlah komplikasi = 0,15 x Jumlah ibu
hamil
Angka 15% adalah perkiraan terendah dari jumlah
ibu hamil, bersalin dan Nifas yang akan mengalami
komplikasi,

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 95


TABEL 1. PERKIRAAN KOMPLIKASI PERSALINAN

OBSTETRIK NEONATAL

Perdarahan : 10% Asfiksia :5%

Tetanus
Sepsis :8% : 3,3 %
Neonatorm

Preeklamsia/
:5% Hipotermi/BBLR : 11 %
Eklamsia

Partus Lama :5%

Contoh:
Total Ibu bersalin dengan komplikasi =
Prosentase perkiraan ibu dengan komplikasi (15%)
x perkiraan ibu hamil : 15% x 104.726 = 15.709
Dengan perkiraan sebagai berikut:
Perdarahan : 10% x 104.726 = 10.473
Sepsis : 8% x 104.726 = 8.379
Preeklamsia/Eklmasia : 5% x 104.726 = 5.237
Partus Lama : 5% x 104.726 = 5.237

e. Sasaran ibu yang mengalami komplikasi ditangani


di Puskesmas = 30% x sasaran ibu hamil yang
mengalami komplikasi

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 96


Contoh:
Komplikasi ditangani Puskesmas = 30% x 15% x
bumil
= 30% x 15.709
= 4.713

f. Sasaran ibu hamil yang dirujuk ke Rumah Sakit


PONEK
Pasien yang dirujuk = 70% x Sasaran ibu hamil
yang mengalami komplikasi
Contoh
Pasien dirujuk = 70% x 15.709
= 10,997

g. Sasaran Neonatal
Jumlah sasaran neonatal = Crude Birth Rate (CBR)
x jumlah Penduduk di wilayah tersebut

Contoh sasaran bayi di Provinsi NTT tahun 2007


Jumlah neonatal = CBR x Jumlah Penduduk tahun
2007
= 25,4% x 4.448.873 = 113.000.
Jadi sasaran neonatal di Provinsi NTT tahun 2007 =
113.000

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 97


h. Penanganan Komplikasi Neonatal (PKn)
PKn adalah persentase neonatus dengan
komplikasi yang ditangani sesuai standar di suatu
wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Perkiraan Neonatal resiko tinggi = 15% x jumlah
bayi

Jumlah neonatus dengan komplikasi


Yang ditangani sesuai standar
Cakupan PKn = ----------------------------------------------
Jumlah Neonatal risiko tinggi

Contoh :

Jumlah bayi risiko tinggi = 15% x 25,4% x 113.000


= 430

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 98


TABEL 2. ANGKA KELAHIRAN KASAR (CBR) DI INDONESIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007

TAHUN
NO PROVINSI
2007 2008 2009 2010 2011
1 11. Nangroe Aceh Darrusalam 23,0 22,6 22,3 21,9 21,6
2 12. Sumatera Utara 23,4 22,9 22,5 22,0 21,6
3 13. Sumatera Barat 22,3 21,9 21,5 21,2 20,8
4 14. Riau 23,2 22,4 21,8 21,1 20,4
5 15. Jambi 21,4 21,0 20,7 20,3 20,0
6 16. Sumatera Selatan 21,4 21,0 20,6 20,3 19,9
7 17. Bengkulu 21,4 21,0 20,6 20,2 19,8
8 18. Lampung 20,7 20,4 20,1 19,8 19,5
9 19. Bangka Belitung 20,1 19,6 19,2 18,9 18,5
10 21. Kepulauan Riau 26,9 26,7 26,5 26,3 26,1
11 31. DKI Jakarta 17,4 16,9 16,3 15,8 15,4
12 32. Jawa Barat 20,2 19,8 19,5 19,1 18,7
13 33. Jawa Tengah 17,5 17,1 16,8 16,5 16,2
14 34. D.I Jogyakarta 12,4 12,2 12,0 11,8 11,7
15 35. Jawa Timur 14,5 14,3 14,0 13,7 13,5
16 36. Banten 21,7 21,4 21,1 20,9 20,6
17 51. Bali 14,8 14,4 14,0 13,7 13,3
18 52. Nusa Tenggara Barat 25,5 24,7 24,0 23,3 22,6
19 53. Nusa Tenggara Timur 26,5 26,0 25,4 24,9 24,5
20 61. Kalimantan Barat 23,6 23,1 22,7 22,2 21,8
21 62. Kalimantan Tengah 20,8 20,4 20,0 19,6 19,3
22 63. Kalimantan Selatan 20,5 20,1 19,7 19,3 19,0
23 64. Kalimantan Timur 20,9 21,9 21,4 20,9 20,5
24 71. Sulawesi Utara 16,3 16,0 15,7 20,6 15,2
25 72. Sulawesi Tengah 22,3 21,8 21,4 24,7 20,4
26 73. Sulawesi Selatan 21,9 21,4 21,0 19,1 20,3
27 74. Sulawesi Tenggara 26,6 25,9 25,3 19,8 24,1
28 75. Gorontalo 20,2 19,8 19,4 23,8 18,7
29 76. Sulawesi Barat 20,9 20,6 20,2 23,3 19,5
30 81. Maluku 24,6 24,3 24,0 22,1 23,5
31 82. Maluku Utara 24,0 23,7 23,5 22,7 23,0
32 91. Papua Barat 23,5 23,0 22,5 22,1 21,6
33 94. Papua 23,9 23,5 23,1 22,7 22,3
INDONESIA 19,8 19,4 19,1 18,8 18,5

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 99


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 100
BAB II.
TATA LAKSANA

I. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas PONED


Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas
PONED harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Puskesmas dengan sarana pertolongan persalinan


dengan tempat perawatan/Puskesmas rawat inap dan
siap 24 jam.
2. Mempunyai fungsi sebagai pusat rujukan antara bagi
penduduk yang tercakup oleh Puskesmas termasuk
penduduk di luar wilayah Puskesmas PONED.
3. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran,
pelayanan dasar Puskesmas biasa ke Puskesmas
mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi
umum setempat, mengingat waktu pertolongan hanya
2 jam untuk kasus perdarahan.
4. Jumlah dan tenaga kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan kebidanan dan neonatal dan telah dilatih
PONED minimal 3 orang yang tinggal sekitar lokasi
Puskesmas PONED yaitu:
- Seorang dokter umum
- Seorang Bidan
- Seorang perawat
5. Jumlah dan jenis sarana kesehatan yang perlu tersedia
minimal:

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 101


-Alat dan obat (lihat lampiran 1)
-Buku Pedoman Teknis Kebidanan dan Manajerial
-Ruangan tempat menolong persalinan :
o Luas minimal 3x3 m
o Ventilasi dan penerangan yang memenuhi
syarat
o Suasana aseptik
o Tempat tidur minimal 2 buah yang dapat
digunakan untuk melaksakan tindakan
- Air bersih tersedia
- Kamar mandi/wc tersedia
6. Mampu memberikan pelayanan :
• Preeklampsi
• Eklampsi
• Perdarahan
• Sepsis
• Sepsis Neonatorum
• Asfiksia
• Kejang
• Ikterus
• Hipoglikemi
• Hipotermi
• Tetanus Neonatorum
• Trauma lahir
• Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu < 2.500 gr.
• Sindroma gangguan pernapasan
• Kelainan kongenital, dan lain-lain.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 102


II. Penanggung jawab Puskesmas PONED
Penanggung jawab Puskesmas PONED adalah dokter
umum

III. Alur Pelayanan di Puskesmas PONED


Setiap kasus normal maupun emergensi yang datang ke
Puskesmas PONED harus “langsung ditangani”, baru
pengurusan administrasi. Pelayanan gawat darurat
Obstetri dan neonatal yang diberikan harus mengikuti
Prosedur tetap (Protap).

IV. Mekanisme Rujukan


a. Masyarakat dapat langsung ke Puskesmas PONED
atau Rumah sakit PONEK
b. Bidan di desa yang merujuk ibu hamil wajib
mendampingi dengan membawa persiapan
pertolongan yang memadai
c. Rumah Sakit memberikan pelayanan kepada ibu
hamil/bersalin/Nifas yang datang sendiri ataupun yang
dirujuk oleh kader/dukun, Puskesmas dan Puskesmas
mampu PONED.
d. Untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas
pasien yang akan dirujuk agar diinformasikan
secepatnya kepada Puskesmas PONED ataupun
rumah sakit PONEK agar persiapan penanganan
disiapkan lebih awal dengan menggunakan alat
komunikasi seperti telpon, SMS, SSb, dan lain-lain

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 103


e. Rujukan ilmu pengetahuan secara berkala,
berkesinambungan dan terus-menerus dilaksanakan
oleh SpOG/SpA kepada Puskesmas.

M E K AN IS M E RU J UK AN I B U H AM IL

‐ Ib u H a m il ‐ Ib u N ip a s
‐ Ibu Be r sa lin ‐ B ay i Ba r u La hir

R um a h 
B id an D es a T ung g u
P uske sm a s

P usk e sm a s  P ON E D  

Rum ah  Sa k it  PO NE K

V. Dukungan pihak terkait:


Dalam pelaksanaan kegiatan PONED perlu mendapatkan
dukungan secara aktif dari:
- Rumah Sakit Kabupaten/Kota
- Organisasi Profesi: IBI, IDAI, POGI, IDI, PPNI
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dibidang
kesehatan
- Lembaga donor Lokal, Nasional dan
Internasional bidang kesehatan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 104


VI. Pengembangan Puskesmas PONED
Dalam rangka pelaksanaan Revolusi KIA maka semua
Puskesmas di Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT
dikembangkan secara bertahap menjadi Puskesmas
PONED.

VII. Kerjasama Puskesmas PONED


Pada lokasi yang berbatasan dengan Kabupaten/Kota
lain, perlu dilakukan kerjasama yang di fasilitasi oleh
Provinsi.
- Pengaturan pelayanan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
Nifas dan ibu menyusui serta bayi baru lahir
- Pengaturan pembiayaan pelayanan ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu Nifas dan ibu menyusui serta bayi baru
lahir
- Pengaturan Pertemuan rutin antara Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas PONED dan Rumah
Sakit PONEK dalam hal perencanaan kegiatan,
pengembangan sistem pembinaan teknis kebidanan
bagi dokter/bidan
- Review Maternal Perinatal baik secara sosial maupun
secara klinis
- On the Job Training secara berkala (6 bulan atau 1
tahun) bagi para Dokter, Bidan dan Perawat
- Mengirimkan laporan secara rutin ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota sesuai format laporan. (Lihat
lampiran 2)

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 105


A. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit PONEK
Rumah Sakit yang ditunjang dengan ketersediaan
alat dan tenaga sesuai dengan ketentuan yang
mampu memberikan pelayanan komprehensif
kegawatdaruratan kebidanan dan bayi neonatus.
Kriteria Rumah Sakit PONEK dibagi 2 yaitu:
a. Kriteria umum sebagai berikut:
• Mempunyai Tim PONEK.
• Mempunyai prosedur tetap pelayanan
penerimaan dan penanganan pasien
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal
• Mempunyai prosedur pendelegasian
wewenang tertentu
• Mempunyai standar waktu tanggap
(Standard Respon Time):
- UGD ≤ 10 menit
- Kamar bersalin ≤ 30 menit
- Pelayanan darah ≤ 1 jam
- Operasi ≤ 30 menit
• Mempunyai kamar operasi siaga 24 jam
• Mempunyai Unit Transfusi Darah siaga 24
jam
• Tersedia pelayanan penunjang siaga 24 jam
seperti:
- Laboratorium
- Radiologi
- Ruang pemulihan
- Obat dan alat penunjang.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 106


• Perlengkapan dan bahan harus berkualitas
tinggi dan berfungsi dengan baik serta
mengutamakan sterilitas.

b. Kriteria Khusus Rumah Sakit PONEK


Kriteria khusus Rumah Sakit PONEK terdiri dari:
1. Sumber Daya Manusia
Tim PONEK essensial yang terdiri dari:
o 1 dokter Spesialis Obgyn
o 1 dokter Spesialis Anak
o 1 dokter umum di Unit Gawat Darurat
o 3 orang bidan ( 1 koordinator dan 2
penyelia)
o 2 orang perawat
Tim PONEK Ideal:
o 1 dokter Spesialis Obgyn
o 1 dokter Spesialis Anak
o 1 dokter umum di Unit Gawat Darurat
o 6 Bidan pelaksana
o 10 perawat (tiap shift 2-3 perawat jaga)
o 1 petugas laboratorium
o 1 pekarya kesehatan
o 1 petugas administrasi;

2. Prasarana dan Sarana


Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada
penyelenggaraan PONEK harus dipenuhi
hal-hal sebagai berikut:

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 107


o Ruang rawat inap yang leluasa dan
nyaman
o Ruang tindakan gawat darurat dengan
instrumen dan bahan yang lengkap
o Ruang pulih/observasi pasca tindakan
o Protokol pelaksanaan dan uraian tugas
pelayanan masuk koordinasi internal

a. Kriteria khusus Ruangan


ƒ Area Cuci tangan di ruang Obstetri dan
Neonatal
• Jarak wastafel dengan tempat tidur
minimal 6 meter
ƒ Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang
Obstetri dan Neonatus/UGD
• Ruangan minimal 6m2 dan terletak dalam
ruangan perawatan khusus;
• Kamar PONEK harus terpisah dari kamar
darurat lain
• Dilengkapi dengan meja resusitasi
ƒ Kamar PONEK
- Ruangan minimal 15 m2
- Lemari dan troli darurat
- Tempat tidur bersalin serta tiang infus
- Incubator transpor
- Pemancar Panas
- Meja dan kursi
- Aliran udara yang bersih

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 108


- Pencahayaan
- Lampu sorot dan lampu darurat
- Mesin isap
- Defibrilator
- Oksigen dan tabung atau tabung dinding
(Outlet)
- Lemari isi : perlengkapan persalinan,
vakum, forceps, kuret, obat/infus
- Alat resusitasi dewasa dan bayi
- Wastafel dengan air mengalir dan
antiseptik
- Alat komunikasi dan telpon ke kamar
bersalin
- Nurse station dan lemari rekam medik
- USG mobile
- Toilet, kamar tunggu keluarga
- Kamar persiapan peralatan (Linen dan
instrumen
- Kamar kerja kotor
- Kamar jaga
- Ruang strilisator
- Kamar operasi berdekatan dan
merupakan bagian dari unit gawat
darurat.
- Tersedianya air bersih yang mengalir
ƒ Ruangan Maternal
- Lokasi berdekatan dengan kamar operasi
dan IGD

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 109


- Luas minimal 16 m2
- Mempunyai tempat isolasi ibu dan ruang
privasi
- Minimal 2 kamar bersalin pada setiap
rumah sakit
- Mempunyai kamar mandi dan toilet yang
berhubungan dengan kamar bersalin
- Ruang postpartum minimal 8 m2
pertempat tidur (bed) dalam kamar
dengan multibed atau 1 bed minimal 10
m2
- Jarak tempat tidur dengan tempat tidur
lain minimal 1 m sampai 2 m dan 1 meter
dengan dinding;
- Jumlah tempat tidur maksimum 4
- Ventilasi yang cukup
- Mempunyai fasilitasi untuk cuci tangan
pada tiap ruangan.
- Tersedianya air bersih yang mengalir
ƒ Ruangan Perawatan Intensif / Eklamsia /
Sepsis
- Harus berada dekat ruang bersalin
- Ukuran minimal 18m2 (6-8 m2 tiap
pasien)
- Jarak dengan tempat tidur lain 2,4 m
- Stiker listrik minimal 6 buah, aman dan
berfungsi dengan baik.
- Tersedianya air bersih yang mengalir

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 110


ƒ Ruangan Neonatal
• Unit perawatan Intensif
- Lokasi dekat kamar bersalin
- Ukuran minimal 18m2 (6-8m2/pasien)
- Jarak tempat tidur minimal 2,4 m
- Mempunyai tempat isolasi bayi
- Mempunyai 6 stiker listrik
- Tersedianya air bersih yang mengalir

• Unit Perawatan khusus


- Lokasi dekat kamar bersalin
- Ukuran minimal 12m2 (4m2/pasien)
- Mempunyai tempat isolasi bayi
ditempat terpisah
- Jarak inkubator atau tempat tidur bayi
minimal 1 m2.
- Tersedianya air bersih yang mengalir

• Area laktasi
- Ukuran minimal 6m2

• Area pencucian inkubator


- Ukuran minimal 6-8m2
- Tersedianya air bersih yang mengalir

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 111


ƒ Ruang Operasi
• Ukuran luas minimal: 25m2, lebar 4m
• Ukuran ruang resusitasi: 3m2, dilengkapi
dengan 6 stiker listrik yang berfungsi
dengan baik;
• Tersedia alat komunikasi dengan kamar
bersalin
• Kamar operasi dilengkapi : pemancar
panas, inkubator dan perlengkapan
resusitasi.
• Kamar pulih ialah ruangan paien pasca
bedah dengan standar luas 8m2/bed
dengan dilengkapi dengan: meja, kursi
perawat, lemari obat, mesin pemantau
tensi/nadi, oksigen, tempat rekam medik,
inkubator bayi, troli darurat.
• Tersedianya air bersih yang mengalir
• Fasilitas Penunjang untuk kamar operasi:
- Nurse station
- Ruang kerja kotor
- Saluran pembuangan limbah
- Kamar pengawas Kamar Operasi:
10m2
- Kamar mandi/toilet
- Kamar sterilisasi yang berhubungan
dengan kamar operasi
- Autoklaf besar untuk emergency
- Kamar obat

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 112


- Ruang cuci tangan (scrub) minimal
untuk 2 orang, air cuci tangan harus
steril;
- Ruang kerja bersih;
- Ruang gas/tabung gas
- Gudang alat anesthesi:
- Gudang minimal 12m2 untuk alat
kamar bersalin dan kamar operasi
- Kamar ganti pria dan wanita minimal
12 m2
- Kamar diskusi bagi staf dan
paramedik: minimal 15 m2
- Kamar jaga dokter minimal 15 m2
- Kamar rumatan rumah tanga (house
keeping) yang berisi lemari meja,
kursi, perlengkapan kebersihan
- Ruang brankar dan kursi dorong

ƒ Unit Transfusi Darah


- Ukuran ruangan 25 m2
- Alat sesuai standar minimal maternal and
neonatal
- Tersedianya air bersih yang mengalir
ƒ Laboratorium
- Tersedianya air bersih yang mengalir
ƒ Radiologi dan USG
- Tersedianya air bersih yang mengalir
b. Peralatan (Lihat Lampiran ).

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 113


VIII. Penanggung jawab Rumah Sakit PONEK
Penanggung jawab Rumah Sakit PONEK adalah dokter

IX. Pelayanan di Rumah Sakit PONEK


Setiap kasus normal maupun emergency yang datang
dirujuk oleh Puskesmas mampu PONED atau datang
sendiri harus langsung ditangani, baru pengurusan
administrasi . Pelayanan gawat darurat Obstetri dan
neonatal yang diberikan harus mengikuti prosedur tetap
(Protap).

X. Mekanisme Rujukan
a. Masyarakat dapat langsung ke Rumah sakit PONEK
b. Bidan di desa yang merujuk ibu hamil agar
mendampingi, dengan membawa persiapan
pertolongan yang memadai
c. Rumah Sakit memberikan pelayanan kepada ibu hamil,
bersalin, Nifas yang datang sendiri ataupun yang
dirujuk oleh kader/dukun, Puskesmas dan Puskesmas
mampu PONED.
d. Untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas agar
pasien yang akan dirujuk agar diinformasikan
secepatnya kepada Puskesmas PONED ataupun
rumah sakit PONEK agar persiapan penanganan
disiapkan lebih awal
e. Rujukan ilmu pengetahuan secara rutin dilakukan oleh
SPOG/SPA kepada Puskesmas PONED

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 114


MEKANISME RUJUKAN IBU HAMIL

‐ Ibu Hamil ‐ Ibu Nipas


‐ Ibu Bersalin ‐ Bayi Baru Lahir

Rumah 
Bidan Desa Tunggu
Puskesmas

Puskesmas  PONED 

Rumah Sakit PONEK

XI. Dukungan pihak terkait:


Dalam pelaksanaan kegiatan Rumah Sakit PONEK harus
melibatkan secara aktif pihak-pihak terkait seperti :
- Dinas kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota
- Rumah sakit Provinsi
- Organisasi Profesi: IBI,IDAI,POGI,IDI
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

XII. Distribusi PONEK


Dalam rangka pelaksanaan Revolusi KIA maka semua
Puskesmas di Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT
dikembangkan secara bertahap menjadi Puskesmas
PONED.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 115


XIII. Kerjasama Rumah Sakit PONEK
Pada lokasi yang berbatasan dengan Kabupaten/Kota
lain, perlu dilakukan kerjasama yang di fasilitasi oleh
Provinsi.
- Pengaturan pelayanan ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
Nifas dan ibu menyusui serta bayi baru lahir
- Pengaturan pembiayaan pelayanan ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu Nifas dan ibu menyusui serta bayi baru
lahir
- Pengaturan Pertemuan rutin antara Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas PONED dan Rumah
Sakit PONEK dalam hal perencanaan kegiatan,
pengembangan sistem pembinaan teknis kebidanan
bagi dokter/bidan
- Review Maternal Perinatal baik secara sosial maupun
secara klinis
- On the Job Training secara berkala (6 bulan atau 1
tahun) bagi para Dokter, Bidan dan Perawat
- Mengirimkan laporan secara rutin ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota sesuai format laporan. (Lihat
lampiran 2)

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 116


BAB III
PENDANAAN
A. Sumber dana
Dana untuk pelayanan pertolongan persalinan serta
penanganan komplikasi baik obstetri maupun neonatal
serta rujukan ke RS Ponek bersumber dari :
a. APBN (Dekon, DAK, TP)
b. APBD Provinsi
c. APBD Kabupaten/Kota
d. Eksternal agency
e. Dana masyarakat
f. Swasta termasuk CSR (Corporate Social
Responsibility)
g. Askes
h. Jamkesmas
i. PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat)
Mandiri
j. Bantuan kerjasama dengan pihak lain resmi yang tidak
mengikat

B. Alokasi dana
a. Persalinan normal
Alokasi dana untuk persalinan di Puskesmas PONED
maupun rumah sakit PONEK ditetapkan dengan
keputusan Bupati yang disesuaikan dengan kebutuhan
Puskesmas dan Rumah Sakit dalam pemberian
pelayanan terhadap ibu melahirkan. “Seluruh biaya
persalinan dibebankan kepada Pemerintah atau

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 117


Pemerintah Daerah serta anggaran lain yang tidak
mengikat”

b. Persalinan dengan komplikasi


Seluruh biaya persalinan dengan komplikasi
dibebankan kepada anggran Pemerintah atau
Pemerintah Daerah atau anggaran lain yang tidak
mengikat

c. Rujukan Kasus
Biaya rujukan ibu hamil dari rumah ke Puskesmas
PONED maupun ke Rumah Sakit PONEK beserta
pengantar kesehatan dan keluarga pasien pergi-pulang
ditanggung oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
serta anggaran lain yang tidak mengikat

d. Rumah Tunggu
Bagi ibu hamil yang akan melahirkan dan jauh dari
fasilitas kesehatan disiapkan rumah tunggu, dan ibu
hamil normal beserta 1 orang keluarganya dan 1 bidan
ditanggung 2 hari sebelum melahirkan dan 2 hari
sesudah melahirkan. Biaya komsumsi dibebankan
kepada keluarga pasien.
Khusus bagi ibu hamil dengan komplikasi ditetapkan 2
minggu sebelum melahirkan sudah datang ke rumah
tunggu dan 1 minggu pasca melahirkan.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 118


e. Biaya operasional dan manajemen Puskesmas
PONED dan Rumah Sakit PONEK
Biaya opersional dan manajemen Puskesmas dan
Rumah sakit termasuk pembelian bahan habis pakai
merupakan dana pendukung untuk pengelolaan
pelayanan kesehatan dalam mendukung persalinan
selamat di fasilitas kesehatan dalam rangka
percepatan penurunan kematian ibu dan bayi

f. Biaya untuk transportasi donor darah dibebankan


kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah serta
anggaran lain yang tidak mengikat.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 119


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 120
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Pencatatan
Pencatatan dalam rangka Revolusi KIA menggunakan
format sebagai berikut :
1. SP2TP
2. SP2 rumah sakit
3. KMS ibu hamil/buku KIA
4. Partograf
5. Format AMP

Pencatatan dilaksanakan disetiap tempat pelayanan yaitu:


1. Puskesmas PONED
• Mencatat semua persalinan yang ditangani baik
normal maupun dengan komplikasi;
• Mencatat semua pasien yang dirujuk baik maternal
maupun neonatal
• Mencatat semua kematian ibu hamil, ibu bersalin,
ibu Nifas dan bayi baru lahir
• Melakukan Otopsi verbal Maternal maupun
neonatal dengan menggunakan format khusus
• Mengirimkan laporan secara rutin setiap tanggal 5
ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 121


2. Rumah Sakit
• Mencatat semua ibu hamil, ibu bersalin, ibu Nifas
dan bayi baru lahir
• Mencatat semua pasien yang dirujuk oleh
Puskesmas PONED
• Mencatat semua kematian ibu hamil, ibu bersalin,
ibu Nifas maupun bayi baru lahir
• Melakukan medical Audit Maternal maupun
Neonatal
• Secara rutin melaporkan laporannya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
• Mengirimkan hasil rujukan ke Puskesmas

B. Pelaporan
1. Puskesmas PONED
Melakukan rekapitulasi hasil pencatatan kegiatan
program pelayanan persalinan yang dilaksanakan di
Puskemas PONED dengan menggunakan format
laporan (terlampir) yang terdiri dari:
a. Format laporan persalinan normal
b. Format laporan penanganan komplikasi obstetri
dan neonatal
c. Format laporan rujukan obstetri dan neonatal
d. Format Review maternal dan Neonatal
e. Membuat feedback pasien rujukan ke Puskesmas
atau fasilitas kesehatan lainnya

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 122


Laporan tersebut dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota tembusan disampaikan ke
Bupati/Walikota pada setiap bulan.

2. Rumah Sakit PONEK


Melakukan rekapitulasi hasil pencatatan kegiatan
program pelayanan persalinan yang dilaksanakan di
rumah sakit PONEK dan dicatat dalam format laporan
(terlampir) yang terdiri dari:
a. Format laporan persalinan normal
b. Format laporan penanganan komplikasi obstetri
dan neonatal.
c. Format laporan rujukan obstetri dan neonatal
d. Format Review maternal dan Neonatal

Laporan dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota


tembusan disampaikan ke Bupati/Walikota pada setiap
bulan.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 123


SKEMA ALUR PELAPORAN

DINKES PROVINSI

DINKES   RS  PONEK
KAB/KOTA

PUSKESMAS  PONED 

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 124


BAB V.
PEMBINAAN

Tujuan pembinaan adalah untuk meningkatkan kemampuan para


pelaksana PONED dan PONEK.

a. Aspek yang dibina


• Aspek teknis medis yang dibina adalah
kemampuan/ketrampilan dan kepatuhan pelaksana
PONED dan PONEK sehingga dapat berperan dalam
Revolusi KIA
• Aspek manajemen/administratif yang dibina adalah:
- Kemitraan dengan pihak terkait dalam rangka
penggerakan sasaran
- Pencatatan pelaporan kelahiran, kematian dan
kesakitan ibu dan bayi
- Rujukan : jumlah kasus yang dirujuk oleh
Puskesmas PONED ke RSU mampu PONEK
- Peningkatan peran serta masyarakat
- Pengaturan tenaga
- Pengelolaan biaya, sarana, obat, dan lain-lain

b. Pengorganisasian
1. Tingkat Provinsi
Penanggung jawab kegiatan pembinaan di tingkat
Provinsi adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi yang
dalam pelaksanaannya dibantu oleh kepala bidang
program KIA, dan berkoordinasi dengan bidang terkait,

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 125


rumah sakit Provinsi dan organisasi profesi (IBI, POGI,
IDAI, IDI, PPNI).

2. Tingkat Kabupaten /Kota


Penanggung jawab kegiatan pembinaan di tingkat
Kabupaten/Kota adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh kepala bidang program KIA, dan berkoordinasi
dengan bidang terkait, Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan
organisasi profesi (IBI, POGI, IDAI, IDI, PPNI)

3. Tingkat Puskesmas
Penanggung jawab kegiatan pembinaan ditingkat
Puskesmas adalah Kepala Puskesmas yang dibantu
oleh Bidan koordinator Puskesmas dan Bidan
penanggung jawab KIA

4. Rumah Sakit PONEK


Penanggung jawab kegiatan pembinaan di rumah sakit
PONEK adalah Kepala rumah sakit yang dibantu oleh
bidang pelayanan

c. Peran Pembina
1. Peran pembina di tingkat Provinsi:
a. Mengatur kerjasama dengan rumah sakit
Kabupaten/Kota dalam memanfaatkan fasilitas dan
keahlian yang ada untuk meningkatkan kemampuan
teknis medis (kebidanan dan neonatal) skala Provinsi

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 126


b. Melibatkan POGI, IDAI, IDI, PPNI dan IBI dalam
pembinaan teknis kebidanan dan neonatal skala
Provinsi
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Revolusi KIA
d. Memfasilitasi kerja sama antara Rumah Sakit atau
Puskesmas yang ada di daerah perbatasan
Kabupaten/Kota

2. Peran Pembina ditingkat Kabupaten/Kota


a. Mengatur kerjasama Rumah Sakit yang ada dalam
Kabupaten/Kota dan Puskesmas untuk membentuk
jejaring rujukan Revolusi KIA
b. Mengkoordinir organisasi profesi seperti POGI, IDAI,
IDI, PPNI dan IBI dalam pembinaan teknis kebidanan
dan neonatal
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Revolusi KIA

3. Peran Pembina di Tingkat Puskesmas


a. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data
kinerja bidan di desa untuk dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
b. Mengadakan pertemuan berkala dengan bidan di
desa minimal sebulan sekali, untuk membahas hasil
kerja, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
teknis kebidanan dan neonatal maupun pengelolaan
program KIA.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 127


c. Melaksanakan bimbingan teknis dan manajemen
terhadap bidan desa di wilayah kerjanya.

4. Peran pembina Rumah Sakit PONEK

a. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data


kinerja tim PONEK
b. Mengadakan pertemuan berkala dengan tim PONEK
minimal sebulan sekali, untuk membahas hasil kerja,
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan teknis
kebidanan dan neonatal maupun pengelolaan
program KIA.
c. Melaksanakan monitoring, supervisi, evaluasi dan
bimbingan teknis serta manajemen terhadap tim
PONEK

d. Kegiatan
Kegiatan pembinaan dapat berupa:
1. Monitoring
2. Supervisi
3. Bimbingan teknis
Bimbingan teknis berupa:
Pembahasan review maternal perinatal
Kunjungan berkala SpOG dan SpA ke Puskesmas
PONED dan rumah sakit PONEK untuk rujukan kasus
dengan metode “Bed side Teaching” pelatihan
penyegaran GDON bagi tenaga PONED dan PPGDON
bagi bidan di desa

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 128


Bimbingan dalam penanganan kasus rujukan yang
diantar oleh pelaksana PONED/PPGDON
Magang di rumah sakit PONEK yang dilakukan secara
bergantian dan berkesinambungan untuk mendapat
latihan kasus dengan bimbingan instruktur klinik yang
kompoten;
4. Bimdal
5. Evaluasi
Pertemuan dilakukan secara berkala dengan lintas
program dan lintas sektor dan donor agencies lainnya
dengan menggunakan forum yang sudah ada untuk
membahas rencana tindak lanjut dari masalah yang ada
termasuk pelaksanaan audit maternal neonatal;

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 129


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 130
BAB VI
PENUTUP

Dengan terbitnya buku petunjuk teknis ini diharapkan


pelayanan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan yang
memadai dan siap 24 jam lebih berdaya guna dan berhasil
guna khususnya dalam meningkatkan status kesehatan ibu
hamil, melahirkan dan Nifas serta bayi baru lahir serta
penanganan terhadap komplikasi guna menurunkan angka
kematian ibu pada saat hamil, melahirkan dan Nifas dengan
memberikan pelayanan yang berkualitas dan akuntabel.

Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi Nusa Tenggara Timur

Dr. Stefanus Bria Seran, MPH


Pembina Utama Madya
NIP. 19571226 198403 1 005

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 131


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 132
Lampiran 1

Tabel 1. Jenis Kegiatan Puskesmas Mampu PONED

NO Kegiatan
1 Pelayanan Antenatal
2 Partus Normal
3 Plasenta Manual
4 Pra rujukan
• Partus Lama
• Perdarahan Ante partum
• Perdarahan Post partum
• Preeklamsia
• Eklampsia
• Infeksi Nifas
5 Laboratorium
6 Resusitasi Bayi dan slym Zuiger
7 Pelayanan Nifas
8 Pelayanan Interval
9 Kuretase: Abortus
10 Pemberian Antibiotika: IM* dan IV* (Protap Khusus)
11 Pemberian infus pada kasus tertentu *) (Protap Khusus)
12 Pemberian vacum ekstraksi*) (Protap khusus)
13 Perawatan inkubator
Rujukan dini, berencana dan tepat waktu baik untuk ibu
14
maupun bayinya

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 133


Lampiran 2

Tabel 2. Alat-alat dan Obat yang diperlukan saat Tindakan


di Puskesmas PONED

NO Alat-alat Jumlah Obat


Pemeriksaan
I
Kehamilan
1 Tempat tidur 1 (satu) buah Sulfa ferrous
2 Partus Bed 1 (satu) set
3 Tensimeter 1 (satu) buah
4 Stetoskop 1 (satu) buah
5 Stetoskop monoaura 1 (satu) buah
6 Timbangan badan 1 (satu) buah
7 Pengukur tinggi badan 1 (satu) buah
8 Sprei/alas plastik 1 (satu) buah
9 Lampu/spotlight 1 (satu) buah
10 Meja alat 1 (satu) buah
11 Lemari obat 1 (satu) buah
12 Meteran dan Lila 1 (satu) buah
13 Sarung tangan 3 (tiga)
Pasang
14 Tampat savlon 1 (satu) buah
15 Fetal phone/daptone 1 (satu) buah

II Persalinan Normal
1 Sterilisator/kompor/panci 1 (satu) buah Alkohol 70%

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 134


2 Partus bed 1 (satu) buah Salep mata
tetrasiklin
3 Bak instrumen dan tutup 1 (satu) buah Betadine
4 Apron/Plastik/celemek 1 (satu) buah Solution 5%
5 Mangkok metal kecil 2 (satu) buah Oksitosin inj
6 Kateter metal/Nelaton 1 (satu) buah Ergometrin inj
7 Needleholder/pemegang 1 (satu) buah Bayclin/ Chlorox
jarum
8 Gunting episiotomi 1 (satu) buah Spuit 3/5 cc
9 Klem tali pusat 1 (satu) buah Lidocain
10 Pita tali pusat 3 (satu) buah Vit.K1 Injeksi
11 Jarum otot dan jarum 1 (satu) buah Vit A Nifas
kulit
12 Pinset anatomis 1 (satu) buah
13 Pinset chirurgis 1 (satu) buah
14 Sarung tangan 3 (satu) buah
15 Benang catgut chromic 1 (satu) buah
no.0
16 Benang catgut chromic 1 (satu) buah
no.2
17 Kocher 5-6 inch 2 (satu) buah
18 Pean 5-6 inch 2 (satu) buah
19 ½ kocher (pemecah 1 (satu) buah
ketuban)
20 Bengkok 500 CC 1 (satu) buah
stainless steel
21 Pispot sodok Stainless 1 (satu) buah
steel

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 135


22 Bak plastik tempat 1 (satu) buah
placenta
23 Kaca mata pelindung 1 (satu) buah
terhadap HIV/AIDS
III Kuretase
1 Bak Instrumen + tutup 1 (satu) buah Oksitosin inj
40x50Cm (Stainless)
2 Apron/plastik/celemek 1 (satu) buah Metergin inj
3 Mangkok metal kecil 1 (satu) buah Tramadol inj
4 Bed Ginekologi 1 (satu) buah Valium inj
5 Spekulum 1 (satu) set Pethidin inj
(sims/kristeller) besar
6 Sonde uterus (sims) 1 (satu) buah Ampicillin 500
mg
7 Bougle (Hegar/Hank) 1 (satu) buah Ampicillin 100
Mg inj
8 Sendok kuret tajam dan 1 (satu) buah Gentamicin 80
tumpul (sims/Bumn) Mg inj
9 Tang abortus (Winter) 1 (satu) buah
10 Tenaculum (Barret/Braun) 1 (satu) buah
11 Tampon Tang (Bozeman) 1 (satu) buah
12 Tiang infus 1 (satu) buah
13 Kateter Metal 1 (satu) buah
14 Sarung Tangan 3 (satu)
Pasang
15 Oksigen kecil dan 1 (satu) buah
regulator
16 Vulcellum Forceps (teale) 1 (satu) buah

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 136


IV Plasenta Manual
1 Abbocath No 14 1 (satu) buah Oksitoksin inj
2 Abbocath No.16 1 (satu) buah Methergin inj
3 Sarung tangan panjang 1 (satu) buah Cairan infus
4 Sarung tangan pendek 3 (satu) buah Diazefam tab
5 Mg
Ampicilin 500
mg
Ampicillin 1000
mg inj
Gentamycin
80 mg inj
V Pemberian MGSO4
1 Tempat tidur 1 (satu) buah Magnesium
Sulfat 20%
dan 40%
2 Tensimeter 1 (satu) buah Dextrose 5%
3 Stetoskop 1 (satu) buah Calcium
gluconas inj
4 Infus set 1 (satu) buah Cairan infus
larutan A2
5 Spuit 10 CC 2 (satu) buah
6 Plester
VI Pemberian Cairan
1 Abbocath vena kateter 1 (satu) buah Cairan infus
No 14 NaCl 0.9%
2 Abbocath vena kateter 1 (satu) buah Dextrose 5%
No 16

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 137


3 Tiang infus 1 (satu) buah Dextran 40%
4 Kateter Foley No.22 1 (satu) buah
5 Infus Set 1 (satu) buah
6 Urine Bag 1 (satu) buah
7 Plester
VII Transfusi Darah
1 Abbocath Vena kateter 1 (satu) buah Cairan infus
No.14 NaCl 0,9%
2 Abbocath vena kateter 1 (satu) buah Lasix inj
No.16
3 Tiang infus 1 (satu) buah Cedilanide inj
4 Lemari Es 1 (satu) buah Dexametasone
Inj
5 Transfusi Set 1 (satu) buah Diphenhidra-
mine inj
6 Infus set 1 (satu) buah
7 Plester
VIII Tindakan Resusitasi
Bayi
1 Stetoskop bayi 1 (satu) buah PP 50.000 U
2 Termometer bayi 1 (satu) buah ATS 10.000 U
3 Timbangan bayi 1 (satu) buah Cairan Infus RL
4 Pengisap lendir 3 (satu) buah Cairan Infus
NaCl 0,9%
5 Pipa Plastik 3 (satu) buah Cairan infus
Dextrose 5%
6 Baju kanguru 2 (satu) buah Bicarbonas
Natricus

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 138


(Meylon)
7 Infus set pediatri 2 (satu) buah Inj. Phenobar-
bital
8 Wing Needle No.27 1 (satu) buah
9 Sonde lambung 1 (satu) buah
(disposble)
10 Ambu Bag 1 (satu) buah
11 Lampu Pemanas 1 (satu) buah
12 Incubator 1 (satu) buah
IX Vacum Ekstraksi
1 Bak Instrumen dan tutup 1 (satu) buah Oksitoksin inj
2 Apron/plastik/celemek 1 (satu) buah Ergometrin inj
3 Mangkok metal kecil 1 (satu) buah Metergin inj
4 Doppler 1 (satu) buah Ampisilin 500
mg
5 Speculum cocor bebek 1 (satu) buah Ampisilin 1000
Mg inj
6 Spekulum L (Doyen) 1 (satu) buah Gentamicyn 80
mg
7 Spekulum Sims Besar 1 (satu) buah
8 Klem tali pusat 2 (satu) buah
9 Tampon tang 4 (satu) buah
10 Vakum ekstraktor 1 (satu) buah
11 Bengkok 500 cc 1 (satu) buah
12 Pispot sodok 1 (satu) buah
13 Kocher 2 (satu) buah
14 Klem chiruegis tidak 2 (satu) buah

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 139


bergerigi (pean)
15 Meja bayi 1 (satu) buah
16 Kateter Metal 1 (satu) buah
17 Kateter Foley 1 (satu) buah
18 holder/pemegang jarum 1 (satu) buah
19 Gunting Episiotomi 1 (satu) buah
20 Jarum kulit 1 (satu) buah
21 Jarum otot 1 (satu) buah
22 Pinset Anatomis 1 (satu) buah
23 Pinset chirurgis 1 (satu) buah
24 Sarung tangan 2 (satu) buah
25 Benang catgut plain 1 (satu) buah
No.0
26 Benang catgut plain 1 (satu) buah
No.0
27 Lampu pemanas/Lampu 1 (satu) buah
Biru
28 Spekulum vaginal 1 (satu) buah
29 Stetoskop Mono Anual 1 (satu) buah
30 Klem Chirurgis Bergerigi 1 (satu) buah
(Kocher)
31 Ambubag 1 (satu) buah
X Tindakan Pra Rujukan
1 Abbocath Vena kateter 1 (satu) buah Bicarbonas
No.14
2 Abbocath Vena Kateter 1 (satu) buah Natricus
No.16

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 140


3 Tiang Infus 1 (satu) buah Meylon
4 Kateter Nellaton 1 (satu) buah PP 50.000 U

5 Infus set 1 (satu) buah Cairan Infus RL


Diazefam Inj
Dextrose 5%
Dextan 40%
XI Laboratorium
Sederhana
1 Hb Meter Sahli 1 (satu) buah HCl 0.1
2 Tabung Reaksi
3 Penjepit tabung reaksi Asam Cuka
dan bunsen encer
4 Lampu spritus
5 Sarana test golongan
darah

Keterangan:
Alat alat dan obat-obatan yang disediakan di Puskesmas PONED
disesuaikan dengan beban pelayanan. Obat-obatan untuk
menghadapi keadaan gawat darurat harus ada.

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 141


Lampiran 3.
a. Tabel, Peralatan Maternal Essensial
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
1 Kotak Resusitasi
- Balon yang bisa mengembang sendiri
berfungsi baik 1
- Bilah Laringoskop berfungsi baik 1
- Bola lampu laringskop ukuran dewasa 1
- Batrei AA (cadangan) untuk bilah 1
laringskop 1
- Bola lampu laringskop cadangan 1
- Selang reservoar Oksigen 1
- Masker oksigen dewasa 1
- Pipa endotrakeal 1
- Plester 1
- Guntin 1
- Kateter pengisap 1
- Pipa minuman 1
- Alat suntuk 1, 2½,3,5,10,20cc 1
- Ampul Epinefrin/Adrenalin 1
- NaCl 0,9%, Larutan Ringer Asetat/RL 1
- MgSO4 40% 1
- Sodium bikarbonat 8,4% 1
- Kateter Vena 1
- Infus set
2 Inkubator 1
3 Penghangat (Radiant warmer) 1
4 Ekstraktor Vakum 1

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 142


5 Forceps Naegle 1
6 AVM 1
7 Pompa Vakum Listrik 1
8 Monitor denyut jantung/pernapasan 1
9 Foetal Doppler 1
10 Set Sectio saesaria 1

b. Peralatan Neonatal Esensial


NO JENIS PERALATAN JUMLAH
1 Inkubator 7
2 Infant warmer 2
- 1 (satu) unit di UGD
- 1 (satu) unit di kamar bersalin
3 Pulse Oxymeter Neonatus 1
4 Therapi sinar 2
5 Syringe Pump 10
6 Tabung Oksigen 2
7 Lampu tindakan 2
8 Alat-alat Resusitasi Neonatus
- Laringskop Neonatal 1
- Daun Laringoskop ukuran 0,0,0,1
- Ambu Bag
9 CPAP (Continous Positive Airmways 1
Preassure)
10 Inkubator Transpor 1

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 143


PERALATAN IDEAL MEDIS

A. Tabel. Peralatan Intensif/Eklamsia/Sepsis untuk


maternal
NO JENIS PEARALATAN JUMLAH
1 Oksigen Pipa Dinding 3
2 Pengisap lendir 3
3 Sistim udara bertekanan 3
4 Outlet oksigen 1
5 Outlet udara bertekanan 1
6 Outlet pengisap lendir/tempat tidur 1
7 Tempat tidur obstetri + tiang infus (bagian
kepala /dada turun naik, bagian kaki untuk
litotomi)
8 Meja instrumen obstetri 80x40
9 Lampu sorot obstetri
10 Kursi penolong dapat turun naik
11 Lemari dan meja penyimpanan bahan
pasokan
12 Rak dan lemari kaca yang baik (tidak pecah)
13 Lemari es untuk obat oksitosin
14 Meja administrasi dan penyuluhan
15 Kursi di kamar bersalin 3
16 Pasokan Oksigen
17 Lampu darurat
18 Monitor denyut jantung tiap tempat tidur 1
19 Pompa vakum listrik yang mobile, selang dan
reservoir

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 144


NO JENIS PEARALATAN JUMLAH
20 Vakum pengisap melalui pipa pengatur
pengisapan, selang dan reservoir atau
kanister bersih
21 Outlet pengisap tiap tempat tidur 1
22 Pompa vakum listrik yang mobile dengan
regulator pengisap, selang dan reservoar
bersih atau kanister cadangan
23 Oximeter Nadi /tiap tempat tidur
24 Stetoskop 1 buah untuk 3 tempat tidur
25 Generator listrik cadangan (sesuai kebutuhan)
26 Pompa Infus setiap tempat tidur
27 Ventilator
28 Analisis gas darah

B. Peralatan Unit Perawatan Intensif Neonatal


(Minimal harus dimiliki)
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
1 Radiant Warmer yang berfungsi baik
2 Pompa tabung 1 buah untuk 3 inkubator 1/3
3 Monitor denyut jantung 1 buah untuk 3 1/3
inkubator
4 Terapi sinar 1 buah untuk 3 inkubator 1/3
5 Timbangan bayi untuk setiap ruangan
6 Oximeter nadi untuk tiap inkubator
7 Stetoskop yang berfungsi baik

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 145


Kamar Bersalin
NO JENIS PERALATAN JUMLAH
1 Lemari dengan perlengkapan darurat
- Vakum
- KTG
- ECG
- Mesin Pengisap
- Inkubator bayi
- Pemancar Panas (Radiant Warmer)
- Oksigen
- Lampu Sorot

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 146


Lampiran 4.

Rencana Percepatan Penurunan Kematian Ibu dan Anak


di Provinsi NTT Tahun 2009 – 2013

Data Tahun
Indikator
No Dasar
Kinerja 2009 2010 2011 2012 2013
Indikator
Akses 93%
Pelayanan (Lap.
1 94% 95% 96% 97% 98%
Kesehatan Kab.
(K1) 2008)
Pelayanan 65%
Antenatal Lap.Kab/
2 Care Kota) 72% 76% 82% 88% 92%
Berkwalitas Tahun
(K4) 2008)
85%
Pertolongan
(Lap.Kab
Persalinan
3 /Kota) 87% 90% 92% 94% 95%
oleh Nakes
Tahun
terampil
2008
Pertolongan
22.1%
Persalinan di
(Riskes
4 Fasilitas 50% 70% 80% 90% 95%
das Thn
Kesehatan
2007)
Memadai
Penanganan
5 Komplikasi
Obstetri
Penanganan
6 Komplikasi
Neonatal

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 147


34%
Kunjungan (Riskes
7 50% 70% 80% 90% 95%
Nifas das
2007)
34%
(Riskes
Kunjungan
8 das Thn 50% 70% 80% 90% 95%
Neonatal
2007

26 PKM
(Lap.Kab
Puskesmas
9 /Kota 26 80 103 123 143
PONED
Tahun
2008)
6 RS
Rumah Sakit Lap.
10 6 10 15 20 21
PONEK Tahun
2008)
306
Angka /100.000
11 250 227 197 176 153
Kematian Ibu KH SDKI
2007
Angka 57/1.000
12 Kematian KH SDKI 48 42 37 32 27
Bayi (AKB) 2007

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 148


Lampiran 5

LAPORAN BULANAN KABUPATEN

Kabupaten :
Bulan :
Tahun :

Kumulatif Bulan ini


NO JENIS DATA % % Ket
Bulan Ini .........
1 Jlh.Penduduk
2 Jlh sasaran Bumil
a. Jml Bumil Bln ini
b. Jml Bumil sampai bln ini
3 Jlh sasaran Bulin
a. Jml Bulin Bln ini
b. Jml Bulin sampai bln ini
4 Jlh sasaran Bufas
a. Jml Bulin Bln ini
b. Jml Bulin sampai bln ini
5 Tempat Melahirkan
a. Rumah
b. Polindes
c. Puskesmas PONED
d. R S PONEK
e. Klinik Swasta/R
Bersalin
6 Penolong Persalinan
a. Dukun
b. Keluarga

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 149


c. Bidan
d. Dokter
7 Jumlah Kematian bulan ini
a. Kematian Bumil
b. Kematian Bulin
c. Kematian Bufas
8 Tempat Kematian Ibu
bulan ini
a. Rumah
b. Polindes
c. Puskesmas PONED
d. R S PONEK
e. Klinik Swasta/R
Bersalin
9 Penyebab Kematian
a. Perdarahan
b. Preeklamsia
c. infeksi
10 Jlh Bayi Baru Lahir
a. < 2500 gram
b. 2500-4000 gram
c. >4000
11 Kematian Neonatal
a. 1 - 7 hari
b. 8-28 hari
12 Akibat Kematian
a. Asfiksia
b. BBLR
c. Tetanus Neonatorm
d. Hipotermi

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 150


e. Infeksi
f. Pneumonia
g. Diare
h. Feeding Problem
13 Jlh Komplikasi obstetri
a. Bumil
Rujuk
b. Bulin
Rujuk
c. Bufas
Rujuk
14 Jlh Komplikasi Neonatal
a. 1-7 hari
Rujuk
b. 8-28 hari
Rujuk

Kab/Kota......................2009
Diketahui oleh: Yang membuat laporan,
Kabid/Kasubdin/RS

Disetujui oleh
Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota..................

Nama............................
NIP................................

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 151


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 152
References
1. Azrul Azwar, Prof, DR, MPH, Pastikan aman dan selamat,
Kehamilan adalah Berkah, Jakarta 2000
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Standar
Pelayanan Kebidanan, Jakarta 2001
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Catatan
Tentang Perkembangan dalam Praktek Kebidanan Jakarta
2001
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman
Pelaksanaan Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta 2001
5. Departemen Kesehatan R.I , Rencana Strategis Nasional
Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010, Jakarta
2003
6. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat
Kesehatan Keluarga, Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), Jakarta
2004
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman
Umum Manajemen Penerapan Buku KIA, Jakarta, 2005
8. Dinas Kesehatan NTT, NTB dan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Pedoman Umum Program
Perencanaan Persalinan dan Petunjuk Sistem Monitoring
dan Evaluasi, 2005-2006
9. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan R.I, Peunjuk Teknis: Pelayanan
Kesehatan Dasar dan Pertolongan Persalinan, Jakarta
2007

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 153


10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Instrumen
Audit, Jakarta 2001
11. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Manajemen
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk Bidan Desa,
Jakarta 2006
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergenci Dasar, Jakarta 2007
13. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman
Teknis Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis Pada Bayi
Baru Lahir, Jakarta 2007
14. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Departemen
Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK, Buku Pedoman
Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan
dan Nifas: Kehamilan adalah anugerah, jangan jadikan
bencana, Jakarta 2001
15. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman
Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesehatan Neonatal,
Jakarta 1997
16. Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Pedoman Perencanaan
Persalinan dan Penanganan Komplikasi (P4K), Jakarta
2007
17. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 154


Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit, Jakarta
2007
18. Direktorat Kesehatan Keluarga, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Pedoman Pengembangan Pelayanan
Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar (PONED) , Jakarta
2004
19. Syaeful Millah, Tragedi Kemanusiaan Yang Terabaikan :
Maklumat untuk Para Anggota DPR/DPRD, Jakarta, 2007

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 155


REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 156
Kontributor
Rapat penyusunan draft Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis Revolusi KIA
Kupang, Agustus 2008

(1) Dr. Yuli Butu, MScPH (Kabid Kesehatan Masyarakat); (2) Dr.
Xaverius Seikka (Ketua PPCU Dinkes Prov.NTT); (3) DR. Jenny
Kerrson (Perwakilan AIP-MNH AusAID); (4) Dr. Teda Litik
(Perwakilan GTZ-Siskes); (5) Dr. Yvonne Paula Tibuludji, MPH,
Ph.D (Staf Subag PDE); (6) Drg. Maria Silalahi, MPHM ( Kepala
Seksi KIA).

Pertemuan Pemantapan P2KP/P2KS dan


Implementasi Hasil Pelatihan.
Surabaya, 21-24 September 2008

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) Dr. Yovita Anike Mitak, MPH (Direktur RSUD
Prof. Dr. W.Z. Johannes); (3) Theresia M. B. Saik, M.Kes (Dinas
Kesehatan Kab. Belu); (4) Dr. Alexius Dari (Kepala Tata Usaha
Dinkes Kab. Ende); (5) Cornelia Mude (Kasubdin Bina Kesga
Dinkes Sikka); (6) Dr. Yulianus Weng, M.Kes (Kadinkes Kab.
Manggarai); (7) Muhamad Fadlul, SKM, M.Kes (Kasubag
Perencanaan Dinkes Kab. Sumba Timur); (8) Dr. Johannes

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 157


Taolin, SpOG (Direktur RSUD Atamba); (9) Drg. Muna Fatma,
M.Kes (Dirketur RSUD Ende); (11) Drg. Nupe Nababan (Direktur
RSUD Ruteng); (12) Dr. Asep Purnama, SpPD (Direktur RSUD
T. C. Hillers); (13) Dr. Made Mekel Wedarta, MM (Direktur RSUD
Waingapu); (14) Rita Palembang (Ketua IBI Kupang); (15)
Elisabeth da Gomes (Ketua IBI Ende); (16) Naomi P. Djera
(Ketua P2KP Waingapu); (17) DR Jenny Kerrison (Perwakilan
AIP-MNH AusAID); (18) Dr. Teda Litik (Perwakilan GTZ-Siskes);
(19) Dr. Vama Chrisnadarmani, MPH (UNICEF Kupang); (20) Dr.
Yuli Butu, MSc.PH (Kasubdin Yankesmas); (20) Dr. Hosianni In
Rantau, M.Kes (Kasubdin Bina PTK); (21) Dr. Xaverius Seikka
(Ketua PPCU Dinkes Prov. NTT); (22) Dr. Mina Sukri, MARS
(Kasubdin Yanmedik).

Rapat Koordinasi dan Evaluasi Teknis Pelaksanaan Program


Pembangunan Kesehatan Tingkat Provinsi salah satunya
tentang Revolusi KIA
Surabaya, November 2008

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) Vikt or Mado Watun (Ketua Komis B DPR
Prov. NTT); (3) Ir. Beny Doenboey (Kepala Beppeda Provinsi
NTT); (4) Dr. Yovita Anike Mitak, MPH (Direktur RSUD Prof. Dr.
W.Z. Johannes); Dr. Minah Sukri, MARS (Kasubdin Bina

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 158


Yanmedik dan Pgs. Kepala UPTD Labkes); (4) Dr. Yuli Butu,
MScPH (Kasubdin Bina Kesehatan Masyarakat); (5) Dr. S.M.J.
Koamesah, MMR (Kasubdin Bina PMK); (6) S. B. Latuperisa,
SKM, M. Kes (Kasubdin Bina PPSM); (7) Drs. A. D. Dohina, STh.
MM, (Kepala UPTD Latnakes); (8) Drs. Heru Sunaryo Apt (Kasie
Perijinan dan Alkes); (9) Drg. Iin Andriani, M.Kes ( Kasie Promosi
Kesehatan) (10) Drs. Jakobus Atasoge, MM (Kasubag
Keuangan); (11) Drg. Maria Silalahi, MPHM (Kasie. PPR dan
Pgs. Kasie Kesga); (12) Nyoman Saniambara, SKM, M.Kes (Staf
Seksi Pengamatan Penyakit); (13) Dr. Dominggus Sarambu
(Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang); (14) Dr. Joice Kansil
(dinkes Kota Kupang); (15) Rudy Priyono, SKM, M.Kes (Dinkes
Kota Kupang); (16) Lalu Budiarja, SKM, Mkes ( Dinkes Kab.
Kupang); (17) Dr. M.B. Ataupah (Dinkes Kab. Kupang); (18)
Rosalina Kase, S.pd, M.Kes (Dinkes Kab. TTS); (19) Dr. Musa
Salurante (Dinkes Kab. TTS); (20) Margaretha Temu (Dinkes
Kab. TTU); (21) F. X. Tasau (Dinkes Kab. TTU); (22) Theresia M.
B. Saik, M.Kes (Dinas Kesehatan Kab. Belu); (23) Valentina Boe
(Dinkes Kab. Belu); (24) Drs. Yulius Plaikol (Dinkes Kab. Alor);
(25) Matilda Kaisar (Dinkes Kab. Alor); (26) Bibiana Boi (Dinkes
Kab. Lembata); (27) Maria B.K Beyen (Dinkes Kab. Lembata);
(28) Nikodemus Kopong (Dinkes Kab. Flotim); (29) C. Corry
Fernandes (Dinkes Kab. Flotim); (30) Dra. Ignatia da Iring, Apt
(Dinkes Kab. Sikka); (31) Sisilia Sangsina Nona (Dinkes Kab.
Sikka); (32) Dr. Surip Tintin (Dinkes Kab. Ende);

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 159


(33) Elisabeth da Gomes (Dinkes Kab. Ende); (34) Drg Maria
Cundawah (Dinkes Kab. Nagakeo); (35) Oda Londa (Dinkes Kab.
Nagakeo); (36) Yasinta Bhoki (Dinkes Kab. Ngada); (37) Philipus
Lalang Puling (Dinkes Kab. Ngada); (38) Ignasius Sala, SM
(Dinkes Kab. Manggarai); (39) Maria Sicilia da Gomes (Dinkes
Kab. Manggarai); (40) Titus Joma, SKM, M.Kes (Dinkes Kab.
Manggarai Timur); (41) Petrus Gerong (Dinkes Kab. Manggarai
Timur); (42) Paulus Mami, SKM (Dinkes Kab. Manggarai Barat);
(43) Martina M. Tibo (Dinkes Kab. Manggarai Barat); (44) Tutik
Wulandari, SKM (Dinkes Kab. Sumba Timur); (45) Asbaharini,
SKM (Dinkes Kab. Sumba Timur); (46) deriani Tafetin (Dinkes
Kab. Sumba Tengah); (47) Rambu Eda (Dinkes Kab. Sumba
Tengah); (48) Rato Bata (Dinkes Kab. Sumba Barat); (49)
Agustina Rato, Amd, Kep, S.Pd (Dinkes Kab. Sumba Barat); (50)
Drg. Yulianus Kaleka (Dinkes Kab. Sumba Barat Daya); (51)
Carolina Ole Kaka (Dinkes Kab. Sumba Barat Daya); (52)
Yanson Rata (Dinkes Kab. Rote); (53) Maria O. Pandi (Dinkes
Kab. Rote);

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 160


Rapat awal berupa Arahan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
NTT kepada semua Pejabat Eselon III dan IV lingkup Dinas
Kesehatan Provinsi NTT dan UPTD yang salah satunya
tentang Revolusi KIA
Kupang, 4-6 February 2009

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) Drs. Marselinus Bay, M.Si (KTU); (3) Dr. Minah
Sukri, MARS (Kasubdin Bina Yanmedik dan Pgs. Kepala UPTD
Labkes); (4) Dr. Yuli Butu, MScPH (Kasubdin Bina Kesehatan
Masyarakat); (5) Drs. A. D. Dohina, STh. MM, (Kepala UPTD
Latnakes); (6) Parjono SKM, M.Kes (GTZ-EPOS HRD); (7)
Gaspar Atok, SH (Kasubag TU UPTD Labkes); (8) Melkianus R.
Djuka, S.Sos (Kasie. Pelatihan Nakes); (9) Lusiana Hermanus,
SH., MM. (Kasubag. Umum); (11) Lukas M. Dju, SIP., M.Si
(Kasie. Akreditasi Nakes); (12) Nyoman Saniambara, SKM,
M.Kes (Staf Seksi Pengamatan Penyakit); (13) Drg. Maria
Silalahi, MPHM (Kasie. PPR dan Pgs. Kasie Kesga); (14) Ir.
Isbandrio, MM (Kasie. Perbaikan Gizi Masyarakat); (15) Drs. Budi
Winarko, Apt, M.Kes (Kasie. ); (16) J. B. da Cunha, S.Sos
(Kasubag. PDE); (17) Emma Martha Fine Simanjuntak, SKM,
MM, MSc.PH (Kasie. Pendidikan Nakes); (18) Joyce M. Tibuludji,
SKM., M.Kes (Kasie. UKD); (19) Kartini Manihuruk, SKM., MM
(Kasubag TU Latnakes); (20) Drs. Yakobus Atasoge, MM
(Kasubag.Keuangan); (20) Arijadi Prijono, SKM (Kasie Perijinan

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 161


dan Alkes); (21) Dr. Xaverius Seikka (Ketua PPCU Dinkes Prov.
NTT); (22) Domisianus L. Kale (Kasie Penyehatan Lingkungan);
(23) Drs. Sintus Karolus, MM (Kasie JPKM); (24) Drg. Iien
Adriany, M.Kes (Kasie Promosi Kesehatan; (25) J.B Suwarso, BE
(Kasie Imunisasi dan Vaksin). (26) Urbanus Mahoklory, SH.,
M.Si (Kasie Pendayagunaan Nakes);

RAPAT KONSULTASI TEKNIS PEMBANGUNAN KESEHATAN


PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009
SURABAYA 20-23 MARET 2009

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) DR, Dr Hyronimus Fernandes (Sekretaris
Bappeda Provinsi NTT); (3) Dr. S.M.J Koamesah, MMR, MMPK
(Kabid P2MK); (4) Dr. Yuli Butu, MSc.PH (Kabid Kesmas); (5) Dr.
Minah Sukri MARS (Kabid Yanmedik); (6) Barthol Badar, SH, MM
(Sekretaris) (7) Drg. Alice Ritliany (Kepala Labkes); (8) Drs. Heru
Sunaryo, Apt (Kepala Ovabekes); (9) Dr Xaverius Seikka (Ketua
PPCU Dinkes Prov.NTT); (10) Dr Felixianus Payung Pira, M.Kes
(GF Malaria); (11) Dr. Paulus Wignyohadi, MSc (PO GF TB );
(12) Gabriel K (GTZ-Siskes); (13) Parjono SKM, M.Kes (GTZ-
EPOS HRD); (14) Johana S. Maxi (GTZ-Siskes); (15) John
M’Comb (AIP-MNH); (16) Yan Ghewa; (17) Salmijati; (18) Sabina
Gero, SPd, M.Kes (Poltekes Kupang); (19) Duma Octavia

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 162


Fransisca ( Plan Internasional); (20) Dr. Michael Suri, M.Si
(Kadinkes Kab.TTU); (21) Rosalina Kasse, SPd, M.Kes (Kab.
TTS); (22) Dr. Messe B. Ataupah (Kab. Kupang); (23) Drs. N.S.
Turwewi (Kab. Alor); (24) Dr. Johnny Laoh (Kadinkes Kab.
Lembata); (25) Dr. Delly Pasande, M.Kes (Kadinkes Kab. Sikka);
(26) Jonathan Lenggu (Kadinkes Kab. Rote Ndao); (27)
Hildegardis F. Bhoko, SKM (Kadinkes Kab. Ngada); (27) Dr. I
Agustinus G. Ngasu (Kadinkes Kab. Ende); (28) Dr. Yulianus
Weng (Kadinkes Kab. Manggarai); (29) Dr. I Gusti Ngurah
Harijaya (Kadinkes Kab. Manggarai Barat); (30) Dr. Matius Kitu,
S.PB (Kadinkes Kab.Sumba Timur); (31) Dr. Dominggus
Sarambu (Kadinkes Kota Kupang); (32) Dr. Benjamin Boli
(Kadinkes Kab. Nagakeo); (33) Dr Lau Fabianusi (Kadinkes Kab.
Belu); (34) Drg. Bonar Sinaga (Kadinkes Kab. Sumba Barat); (35)
Drg. Bintang Sihombing (Plh Kadinkes Kab. Sumba Tengah);
(36) Dr.Yoseph Usen Aman (Kadinkes Kab. Flores Timur); (37)
Dr. Philipus Mantur (Kadinkes Kab. Manggarai Timur); (38) Dr.
Soleman Poety, M.Kes (Kadinkes Kab. Sumba Barat Daya); (39)
Urbanus Mahoklori SH, M.Si (Kasie. Pengkajian dan
Pendayagunaan SDM Kesehatan).

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 163


RAPAT LANJUTAN REVOLUSI KIA
Kupang, 6 April 2009

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) Drs. Heru Sunaryo, Apt (Ka.UPTD Ovabekes);
(3) Dr. Hanafi Azhari (Staf Senior); (4) Drs. A. D. Dohina, STh.
MM, (Kepala UPTD Latnakes); (5) Pardjono, SKM, M.Kes
(Konsultan GTZ/EPOS HRD); (6) Drs. Alfred Fina, M.Kes
(Widyaiswara UPTD Latnakes); (7) Dr. Yvonne Paula Tibuludji,
MPH, Ph.D (Staf Subag PDE); (8) Drg. Iien Adriany, M.Kes
(Kasie Promosi dan PSM); (9) Dra. Yustina Go’o, M.Kes
(Widyaiswara UPTD Latnakes); (10) Flora Theresia, SKM, M.Kes
(Widyaiswara UPT Latnakes); (11) Gaspar Atok, SH (Kasubag
TU UPTD Labkes); (12) Petrus D. Gurning, SKM, M.Kes
(Widyaiswara UPT Latnakes); (13) Amelia Inawati Surat, S,Si
(Staf Seksi Farbalkes); (14) Dr. Xaverius Seikka (Ketua PPCU
Dinkes Prov.NTT); (15) Drs. Agus Q. Bebok (Konsultan DHS II);
(16) Drs. Marselinus Bay, M.Si (Staf Senior); (17) Dr. Felicianus
P. Pira (PO GF Malaria); (18) Pius Wiraman, SKM, M.Kes ( FKM
Undana); (19) Damiana Djahari (Staf Seksi KIA); (20) Jane
Ndapaole, SKM, M.Si (Staf Seksi P2P); (21) Drs. O.T Willy
Brodus, MsPh (Kabid Pengembangan SDM Kesehatan); (22) Dr.
Yuli Butu, MScPH (Kabid Kesehatan Masyarakat); (23) Drg. Alice
Ritliany (Kepala UPTD Labkes); (24) Nyoman Saniambara, SKM,
M.Kes (Kasie AK dan JP2KM).

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 164


RAPAT LANJUTAN REVOLUSI KIA
Kupang, Mei 2009

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) Barthol Badar, SH, MM (Sekretaris); (3) Dr.
S.M.J Koamesah, MMR, MMPK (Kabid P2MK); (4) Dr. Paulus
Wignyohadi, MSc (PO GF TB); (5) Jefry Aryandra, SKM (Staf
Subag PDE); (6) Damiana Djahari (Staf Seksi KIA); (7) J.B da
Cunha, S.Sos (Kasubag PDE); (8) Drg. Maria Silalahi, MPHM
(Kasie KIA); (9) Drg. Iien Adriany, M.Kes (Kasie Promosi dan
PSM); (10) Drs. Jakobus Atasoge (Kasubag Keuangan); (11)
Emma Martha Fine Simanjuntak, SKM, MM., MSc.PH (Kasie.
Pelayanan Kesehatan Strata 2 dan Strata 3); (12) Urbanus
Mahoklory, SH., M.Si (Kasie. Pengkajian dan Pendayagunaan
SDM Kesehatan); (13) Drs. Budi Winarko, Apt, M.Kes (Kasie.
Farbalkes); (14) Dra. Jenny T. Mamele (Kasubag Kepegawaian
dan Umum); (14) Lukas M. Dju, SIP, M.Si (Kasie. Legalitas
Tenaga dan Institusi Diklat); (15) Yudistira R. Kikhau, SKM (Staf
Seksi KIA); (16) Dr. Felicianus P. Pira (GF Malaria); (17) Scherly
Hayer (Staf Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat); (18) Jane
Ndapaole, SKM, M.Si (Staf Seksi P2P); (19) Acep Effendi, SKM,
M.Si (Staf Seksi P2P); (20) Dr. Yuli Butu, MScPH (Kabid
Kesehatan Masyarakat); (21) Drs. Heru Sunaryo, Apt (Ka.UPTD
Ovabekes).

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 165


RAPAT LANJUTAN REVOLUSI KIA
Kupang, 6 Mei 2009

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) Dr. Triono Soendoro, DR.PH (Staf Ahli Menteri
Kesehatan RI); (3) Atimarti (Litbangkes Depkes RI); (4) Welmince
M. Murung (Dinkes Kota Kupang); (5) Solkiana E. Saubaki
(BKKBN Prov. NTT); (6) Lola Baribe (Bappeda Prov. NTT); (7)
Drg. Alice Ritliany (Ka. UPTD Labkes); (8) Petrus D. Gurning,
SKM, M.Kes (Widyaiswara UPT Latnakes); (9) Ani Trisnawati
(Staf Seksi PL); (10) Siti Rauda Hapina (Staf Seksi PL); (11)
Kartini Simanihuruk, SKM, MM (Kasubag TU UPTD Latnakes);
(12) Mesakh Lapuimakuap (Biro PDP Setda Prov.NTT); (13)
Dewa M. Pareira (TB WHO); (14) Theresia Ili (Kasie Kesga
Dinkes Kab. Kupang); (14) Maxi M. Taopan, S.Sos (Kasie
Penanggulangan Keadaan Darurat Kesehatan ); (15) Drg. Iien
Adriani, M.Kes (Kasie Promkes dan PSM); (16) Drg. Maria
Silalahi, MPHM (Kasie KIA); (17) Emma Martha Fine
Simanjuntak, SKM, MM., MSc.PH (Kasie. Pelayanan Kesehatan
Strata 2 dan Strata 3); (18) Nyoman Saniambara, SKM, M.Si
(Kasie AK dan JP2KM); (19) Dr. Paulus Wignyohadi, MSc (PO
GF TB); (20) Joyce Tibuludji, SKM, M.Kes (Kasie P2P); (21)
Eufralia Yani (Staf Seksi KIA); (22) Teripoza Bees, SKM (Staf
Seksi KIA); (23) H.P Tomasowa, SKM (Staf Seksi Perbaikan Gizi

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 166


Masyarakat); (24) Alexio Soares (Staf Bappeda); (25) Drs. Alfred
Fina, M.Kes (Widiyaiswara UPTD Latnakes); (26) Dr. A. D
Dohina, STh, MM (Kepala UPTD Latnakes); (27) Dr. Dominggus
Sarambu (Kadinkes Kota Kupang); (28) Drs. O.T Willy Brodus,
MsPH (Kabid Pengembangan SDM Kesehatan); (29) Damiana
Djahari (Staf Seksi KIA); (30) Katharina L. Ola (Staf Seksi KIA);
(31) Jekie L. Pasande ( Staf Seksi KIA); (32) Yudistira R. Kikhau,
SKM (Staf Seksi KIA); (33) Martha A. Dima (Staf Subag
Keuangan); (34) S. Bara Riwu (Staf Seksi PL).

Lokakarya Pengembangan Strategi Monitoring dan Evaluasi


untuk Mendukung Revolusi KIA.
Denpasar, 16 s/d 20 Juni 2009

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) Barthol Badar, SH, MM (Sekretaris); (3) Dr.
Xaverius Seikka (Ketua PPCU Dinkes Prov.NTT); (4) Dr. Paulus
Wignyohadi, MSc (PO GF TB ); (5) Dr. Olga Sentosa (PO GF
ATM); (6) Drg. Alice Ritliany (Ka. UPT Labkes); (7) Theresia A.
Bria, ST (Staf SPH); (8) Frederika Rambu Ngana, M.Eng
(Undana Kupang); (9) Merpati Nalle, S.Sos, MM (Staf Subag
Kepegawaian dan Umum) ; (10) Dr. Minah Sukri, MARS (Kabid
Yanmedik); (11) Drs. O.T Willy Brodus, MsPH (Kabid
Pengembangan SDM Kesehatan); (12) Sylvia C. Francis, S.Psi

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 167


(Staf Subag PDE); (13) Dra. Jenny T. Mamele (Kasubag
Kepegawaian dan Umum); (14) J. B da Cunha, S.Sos (Kasubag
PDE); (14) Christina Ragu, SKM, M.Kes (Poltekkes Kupang);
(15) Joyce Tibuludji, SKM, M.Kes (Kasie P2P); (16) Dr. Michael
Suri, M.Si (Kadinkes Kab.TTU); (17) Dr. Markus Ng. Righuta
(Kadinkes Kab. TTS); (18) Dr. Ari Wijana (Kadinkes Kab.
Kupang); (19) Drs. Yulius Plaikol (Plt. Kadinkes Kab. Alor); (20)
Mansyur Masan P. (Sekretaris Dinkes Kab. Lembata); (21) Dr.
Delly Pasande, M.Kes (Kadinkes Kab. Sikka); (22) Dr. Agustinus
Ngasu, M.Kes, MMR (Kadinkes Kab.); (23) Hildegardis F. Bhoko,
SKM (Kadinkes Kab. Ngada); (24) Dr. Yvonne P. Tibuludji, MPH,
Ph.D (Staf Subag PDE); (25) Yasintha Paput (Dinkes Kab.
Manggarai); (26) Dr. I Gusti Ngurah Harijaya (Kadinkes Kab.
Manggarai Barat); (27) Dr. Matius Kitu, S.PB (Kadinkes
Kab.Sumba Timur); (28) Damiana Djahari (Staf Seksi KIA); (29)
Simao Seran (Staf Seksi KIA); (30) Drg. Maria Silalahi (Kasie
KIA); (31) Drg. Bonar Sinaga (Kadinkes Kab. Sumba Barat); (32)
Dr. Dominggus Sarambu (Kadinkes Kota Kupang); (33) Drg.
Maria Cundawan (Kasubdin); (34) Dra. Emiliana Seran, M.Si
(Kepala TU Kab. Rote Ndao); (35) Dr.Yoseph Usen Aman
(Kadinkes Kab. Flores Timur); (36) Dr. Benyamin Boli (Kadinkes
Kab. Nagekeo); (37) Dr. Philipus Mantur (Kadinkes Kab.
Manggarai Timur); (38) Sara Kariri Hara (Plh. Kadinkes Kab.
Sumba Tengah); (39) Dr. Soleman Poety, M.Kes (Kadinkes Kab.
Sumba Barat Daya); (40) Drg. Doni (Bappeda Prov. NTT); (41)

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 168


DR.Dr. Hyronimus Fernandez, M.Kes (Sekretaris Bappeda
Prov.NTT)

RAPAT LANJUTAN REVOLUSI KIA


Kupang, 22 s/d 24 Juni 2009

(1) Dr. Stefanus Bria Seran, MPH (Kepala Dinas Kesehatan


Provinsi NTT); (2) Barthol Badar, SH, MM (Sekretaris); (3) Dr.
Xaverius Seikka (Ketua PPCU Dinkes Prov.NTT); (4) Dr. Paulus
Wignyohadi, MSc (PO GF TB ); (5) Dr. Olga Sentosa (PO GF
ATM); (6) Dr. A.A. Heru Thahyono, Sp.OG (Ketua POGI
Prov.NTT); (7) Dr. Woro Indri Padmosiwi, S.PA (Ka. SMF Anak
RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes Kupang); (8) Dr. Dewa Putu
Sahadewa, Sp.OG Ka. SMF Kebidanan RSUD Prof. Dr. W.Z
Johannes Kupang); (9) Dr. S.M.J Koamesah, MMR, MMPK
(Kabid P2MK); (10) Dr. Minah Sukri, MARS (Kabid Yanmedik);
(11) Drs. O.T Willy Brodus, MsPH (Kabid Pengembangan SDM
Kesehatan); (12) Margaretha Palembang, SST (Ketua IBI Prov.
NTT; (13) Nyoman Saniambara, SKM, M.Si (Kasie AK dan
JP2KM); (14) J. B da Cunha, S.Sos (Kasubag PDE); (14) Drs.
Andreas Asan, MM (Kabid KB-KR BKKBN Prov.NTT); (15) Joyce
Tibuludji, SKM, M.Kes (Kasie P2P); (16) Gaudentiana Mauk,
AmdKeb (Koordinator P2KS); (17) Alexio Soares (Staf Bappeda);
(18) Frangky Y.M Tuka (Staf Biro Hukum Setda Prov.NTT); (19)

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 169


Anna Ceufin, SST (Staf Kebidanan RSUD Prof. Dr. W.Z
Johannes Kupang); (20) ; (21) Merpati Nalle, S.Sos, MM (Staf
Subag Kepegawaian dan Umum); (22) Houward Jeffry L, SKM
(Staf Seksi KIA); (23) Alexon Lumba (Kepala Tata Hukum Setda
Prov.NTT); (24) Dr. Yvonne P. Tibuludji, MPH, Ph.D (Staf Subag
PDE); (25) Dethy Pareira (Staf Seksi Strata 2 dan 3); (26)
Delfina Bale (Staf Seksi KIA); (27) Yudistira R. Kikhau, SKM (Staf
Seksi KIA); (28) Damiana Djahari (Staf Seksi KIA); (29) Katharina
L. Ola (Staf Seksi KIA); (30) Eufralia Yani (Staf Seksi KIA); (31)
Teripoza Bees, SKM (Staf Seksi KIA); (32) Simao Sera (Staf
Seksi KIA); (33) Jekie L. Pasande (Staf Seksi KIA); (34) Maria
Theresia Rodja.

RAPAT LANJUTAN REVOLUSI KIA


Kupang, 4 Agustus 2009

(1) Johanna E. Lisapaly, SH, M.Si (Kepala Biro Hukum Setda


Provinsi NTT); (2) Dr. Minah Sukri, MARS (Kabid Yanmedik); (3)
Dr. Xaverius Seikka (Ketua PPCU Dinkes Prov.NTT); (4) Ir.
Isbandrio, MM (Kasie Perbaikan Gizi Masyarakat); (5) Dr. Yuli
Butu, MScPH (Kabid Kesehatan Masyarakat); (6) Katharina L.
Ola (Staf Seksi KIA); (7) Houward Jefry L, SKM (Staf Seksi KIA);
(8) Drs. Gabriel Pakaenoni, M.Si (Kabag Otonomi Daerah); (9)
Charles K. Malehere, S.Kom (Kasubag Kerjasama); (10)

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 170


Marianus Maukuru, SE, MPH (Staf Biro Adm.Pembangunan);
(11) Carolina Waro, ST (Staf Biro Adm.Pembangunan); (12)
Alexon Lumba (Kasubag Tata Hukum Setda Prov.NTT); (13)
Andreas Nahak, SH (Kasubag Ranperda Biro Hukum Setda
Prov.NTT); (14) Hadidjah Abbas (Kasubag Perundang-undangan
Biro Hukum Setda Provinsi NTT); (15) Selly Wedo (Pj. Kasubag
TU Biro Kesra Setda Prov.NTT); (16) Suparti (Kasubag Gizi
Masyarakat-Biro Kesra Setda Prov.NTT); (17) Beny Fanggidae
(18) Mariana Calkapan (Staf Biro Hukum); (19) Hanny Ratuwolu
(Staf Biro Hukum Setda Prov.NTT); (20) Basri Ali (Staf Biro
Hukum); (21) Alexon Lumba ( Kasubag Tata Hukum); (22) Stef
Boisala ( Staf Biro Hukum); (23) Sutikno (Staf Biro Keuangan);
(24) Henok Nesimnasi (Staf Biro Hukum Setda Prov.NTT); (25)
Nyoman Warisano, SH (Biro Hukum Setda Prov.NTT) ; (26) John
Oktovianus, SH (Biro Hukum Setda Prov.NTT); (27) Oskar
Tokan, SH (Staf Biro Hukum Setda Prov.NTT); (28) Franky Waka
(Staf Biro Hukum); (29) E. Alo S. Nesimnasi (Staf Biro Hukum);
(30) Florentinus A. (Staf Biro Hukum).

REVOLUSI KIA-PROVINSI NTT 171


© Dinas Kesehatan Provinsi NTT

Anda mungkin juga menyukai