1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Capaian
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
Pertumbuhan PDB
1 Harga Berlaku (Rp 303.402 323.361 358.172 398.260 411.863
Milliar)
Tenaga kerja (juta
2 20.94 21.29 22.71 23.38 23.96
orang)
3 Ekspor (USD) 40.689.768 32.453.237 29.476.882 29.722.438 26.813.884
Neraca Perdaganan
4 31.845.976 27.796.739 25,253.516 25.693.869 23.507.472
(USD)
Sumber : Departemen Pertanian (2016)
berbagai jenis barang untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini tentu akan berpengaruh
terhadap besarnya permintaan CPO.
45.000.000 19.500.000
Ton USD
40.000.000 19.000.000
18.500.000
35.000.000
18.000.000
30.000.000 17.500.000
25.000.000 17.000.000
20.000.000 16.500.000
15.000.000 16.000.000
15.500.000
10.000.000 Produksi (Ton) 15.000.000
5.000.000 Ekspor (Ton) 14.500.000
0 Nilai (USD) 14.000.000
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber :Direktorat jenderal perkebunan 2016
Gambar 1 Perkembangan Produksi, Ekspor dan Nilai Minyak CPO 2012-2016
Perumusan Masalah
Pelemahan harga minyak CPO yang dijelaskan pada latar belakang dapat
disebabkan oleh melemahnya permintaan dari negara importir utama,
melemahnya harga minyak bumi, terjadi kelebihan pasokan minyak nabati dunia
yang disebabkan persaingan produksi minyak kedelai dan repessed. Berdasarkan
gambar 2 terjadi penurunan harga CPO dari tahun 2012 sampai dengan 2016.
Pada awal tahun 2012 harga CPO dunia sebesar 1.061 USD per metric ton dan
turun menjadi 566 USD per metric ton pada awal tahun 2016 atau terjadi
penurunan rata-rata sebesar 9,3% per tahun. Perusahaan kelapa sawit banyak
melakukan aktivitas perdagangan ekspor dari produk hasil minyak CPO, Nilai
tukar rupiah terhadap dollar cenderung melemah setiap tahun. Nilai rupiah
terhadap dollar pada awal tahun 2012 sebesar USD/RP 9.109 sedangkan pada
akhir tahun 2016 menyentuh naik menjadi USD/Rp. 13.310. Nilai tukar riil rupiah
terhadap dollar tersebut mempunyai dampak bagi unit bisnis yang menjalankan
aktivitas Ekspor – Impor pada kegiatan penjualanya, seperti industri kelapa sawit.
1.400
1181
1.200
1.000 1061
800
600
549
400
2012…
2012…
2012…
2012…
2013…
2013…
2013…
2013…
2014…
2014…
2014…
2014…
2015…
2015…
2015…
2015…
2016…
2016…
2016…
2016…
16000 10,00%
14000 9,00%
8,00%
12000
7,00%
10000
6,00%
8000 5,00%
6000 4,00%
4000 3,00%
2,00%
2000 IDR Tingkat Inflasi
1,00% Suku bunga
0
0,00%
2014/2
2012/1
2012/6
2013/4
2013/9
2014/7
2015/5
2016/3
2016/8
2012/11
2014/12
2015/10
2013/9
2012/1
2012/6
2013/4
2014/2
2014/7
2015/5
2016/3
2016/8
2012/11
2014/12
2015/10
Gambar 3 Perkembangan Nilai tukar rupiah terhadap Dollar, Tingkat Inflasi
dan Tingkat Suku bunga 2012-2016
Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar merupakan faktor penting bagi
industri yang menjalankan bisnis ekspor maupun impor seperti perusahaan kelapa
sawit, berdasarkan data grafik 43 nilai tukar rupiah yang mengalami pelemahan
setiap tahunnya, semakin melemahnya nilai tukar rupiah akan menyebabkan
pengaruh terhadap nilai penjualan ekspor minyak kelapa sawit perusahaan akan
mendapatkan pendapatan yang lebih besar karena nilai dollar semakin menguat
namun hal tersebut tidak selalu menjadikan nilai penjualan ekspor bertambah,
sebaliknya nilai penjualan ekspor tersebut tersebut menurun sesuai pada data
grafik 1. Berdasarkan data kondisi tingkat inflasi cenderung mengalami fluktuatif
dan mencapai titik tertinggi sebesar 8,61%, tingkat inflasi yang tinggi maka harga
barang-barang atau bahan baku memiliki kecenderungan untuk meningkat.
Menurut Suyati (2010) peningkatan harga barang-barang dan bahan baku akan
membuat biaya produksi menjadi tinggi sehingga akan berpengaruh pada
penurunan jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan penjualan sehingga
akan mengurangi profitabilitas perusahaan. Berdasarkan data grafik 4 tingkat
suku bunga mengalami kenaikan tahun 2013 dari 5,75% mencapai level 7,50%
pada November 2013. Tingkat suku bunga yang tinggi dapat menjadi beban
pendanaan perusahaan yang akan berimplikasi pada margin laba atau profitabilitas
perusahaan.
Struktur modal sangat berkaitan dengan kinerja perusahaan yang dimana
kinerja tersebut dapat dinilai dengan salah satu unsur didalamnya yaitu
profitablitias. Ketika proporsi utang perusahaan meningkat maka tingkat
profitabilitas perusahaan juga menurun, sehingga sebaiknya perusahaan mampu
5
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini menggunakan data harga CPO dunia, nilai tukar riil rupiah
terhadap dollar, tingkat suku bunga (SBI), tingkat Inflasi, Struktur modal yang
digunakan adalah rasio hutang jangka panjang pada total asset, ratio total hutang
pada total asset, ukuran asset, pertumbuhan asset, pertumbuhan penjualan dengan
menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan kelapa sawit. Rasio
keuangan yang digunakan mengukur profitablitas adalah Return on Equity, Return
on Assets. Objek penelitian terdiri perusahaan publik (emiten) subsektor kelapa
sawit yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Periode waktu pengamatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 6 tahun, dimulai dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2017. Penelitian ini tidak menggunakan variabel lain yang dapat
mempengaruhi harga CPO, seperti minyak dunia dan harga produk subtitusi dari
minyak CPO, seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Teori Makroekonomi