Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta ini dihuni oleh berbagai jenis makhluk baik yang kasat mata
maupun yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra manusia. Kata ghaib adalah
bentuk mashdar atau bisa dikatakan kata dasar. Kata ini sering digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu yang abstrak yakni tidak dapat diketahui melalui
pancaindra (ekstrasensor) namun sudah ada dalil yang menjelaskan keberadaannya
seperti contoh keberadaan setan, jin, dan malaikat, semua yang disebutkan tadi
tidak dapat dijangkau oleh indera manusia kecuali dengan izin sang maha pencipta
yaitu Allah SWT. Sebagai seorang mukmin kita harus mengimani hal-hal gaib
sebagaimana yang tertuang dalam surah Al-Baqarah (2):3 yakni:
“yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka."

Dalam Bahasa Arab, iman merupakan inti dari ajaran agama. Dari teologi
islam tentang iman yang ditemukan pada ajaran ushul al-din, kata yang digunakan
dalam Bahasa Arab secara leksikal berartikan “percaya”. Setiap umat islam wajib
mengimani bahwa Allah memiliki makhluk bernama malaikat, di mana dalam iman
kepada malaikat merupakan salah satu pilar dari rukun iman.

Karena alam gaib merupakan alam yang sulit dijangkau oleh nalar manusia
maka kita hanya diperintahkan berpikir sejauh kemampuan kita untuk bernalar
secara rasional. Sisanya yang tidak dapat kita jangkau pengetahuannya, kita
serahkan kepada Allah Yang Mahakuasa atas segala pengetahuan. Makalah ini
mencoba menguraikan beberapa pengetahuan mengenai makhluk gaib, yaitu
malaikat, jin, syaitan dan iblis.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka
rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Siapakah malaikat itu?
2. Apa saja nama dan tugas-tugas yang dinisbatkan kepada para malaikat?
3. Apakah manusia lebih mulia dari malaikat?
4. Apa saja hikmah beriman kepada malaikat?
5. Bagaimana eksistensi jin, syaitan, dan iblis?

C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui mengenai keberadaan malaikat
2. Untuk mengetahui berbagai nama dan tugas dari malaikat
3. Untuk mengetahui derajat manusia atas malaikat
4. Untuk mengetahui hikmah beriman kepada malaikat
5. Untuk mengetahui eksistensi jin, syaitan dan iblis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Siapakah Malaikat Itu?


Kata Malaikah Secara etimologi mempunyai beberapa arti 1) merupakan
jama’ dari lafadz ‫( امللك‬tanpa alif) yang berarti memiliki dan mempunyai sesuatu
dan ‫( اماللك‬dengan alif) yang mempunyai arti kemampuan dan kekuatan. Dinamakan
malaikat karena mempunyai kemampuan dan kekuatan ghaib yang tidak bisa
ditembus oleh akal manusia, 2) makhluk gaib yang tercipta dari cahaya yang dalam
bahasa inggrisnya dikenal dengan kata angel (Malaikat). Selain itu Juga banyak
disebut dalam al-Qur’an, antara lain dalam QS. Al-Baqarah: 161 dan 285, QS. Ali
’Imran: 18.1

apabila seorang dari malaikat bertugas mengendalikan urusan maka ia


tersebut dengan malak (seorang malaikat) sedangkan jika yang mengendalikan
manusia maka ia disebut dengan Malik (seorang raja), pernyataan ini diambil dari
pendapat yang menyatakan bahwa al-malak (malaikat) berasal dari kata al-mulk
(kekuasaan). 2

Malaikat secara terminologi ada beberapa pendapat, pertama, malaikat


merupakan hamba Allah yang mulia yang tidak sama dengan makhluk lainnya
seperti adanya perbedaan jenis laki-laki dan perempuan. Malaikat senantiasa setia
mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan -Nya. Kedua, makhluk gaib (tidak
dapat diindera), ciptaan Allah SWT. Yang tiada lelah dan lengah dalam beribadah
dan menunaikan tugas-tugasnya, bertasbih memuji dan menguduskannya, tiada
pernah merasa angkuh sekalipun ada perintah untuk sujud penghormatan kepada
Nabi Adam AS.3 Hal ini tersinyalir dalam firman-Nya:

1
Abdul Kahar, “Eksistensi dan Keistimewaan Malaikat Jibril Dalam Al-Qur’an” Jurnal
Pemikiran dan Ilmu Keislaman. Vol.1 No.2 September 2018, h. 288
2
Ibid, h.289
3
Ibid, h. 290

3
4

‫ك ق َ ا َل َو إ ِ ذ‬َ ُّ ‫ض ف ِ ي َج ا ِع ل إ ِ ن ِ ي لِ ل َم َال ئ ِ كَ ِة َر ب‬ ِ ‫ق َ ا ل ُوا ۖ َخ لِ ي ف َ ة اْل َر‬


‫ك ف ِ ي َه ا ي ُف ِس د ُ َم ن ف ِ ي َه ا أ َت َج ع َ ُل‬ ُ ِ‫ن ُسَ ب ِ ُح َو ن َح ُن الدِ َم ا َء َو ي َ س ف‬
‫ك‬َ ‫س ب ِ َح م ِد‬ ُ ِ‫ك َو ن ُ ق َ د‬َ َ ‫ت َع ل َ ُم و َن َل َم ا أ َع ل َ مُ إ ِ ن ِ ي ق َ ا َل ۖ ل‬
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah:
30)

Dari ayat di atas, perlu dicatat bahwa walaupun malaikat mentaati perintah
Allah mereka juga memiliki kemampuan untuk meraih pengetahuan, bernalar, dan
mempertanyakan sesuatu yang mereka ingin ketahui, akan tetapi malaikat tidak
mampu menyelidiki namun sebatas menerima dan melaksanakan apa-apa yang
diajarkan oleh Allah saja. Ketakwaan malaikat sangatlah baik dalam menjalankan
tugas yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk membantu utusan Allah SWT,
yaitu para Rasul dan Nabi dalam membimbing umat manusia. 4

Kemudian setelah mendengar penjelasan dan pengajaran dari Allah, malaikat


tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT untuk memberikan sujud
penghormatan kepada Nabi Adam, sebagaimana yang tersurat dalam firman Allah:

َ‫يَس َأَْبَٰى َوٱ ْسَت َ ْكَبَ َر َو َكانَ ِمن‬ َٰٓ ِ‫س َجد َُٰٓو ۟ا إ‬
َ ‫ٓاَّل إِ ْْب ِل‬ ۟ ‫َو ِإ ْذ قُ ْلنَا ِل ْل َم َٰٓلَئِ َك ِة ٱ ْس ُجد‬
َ َ‫ُوا ِل َءادَ َم ف‬
َ‫ْٱل َك ِف ِرين‬
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu
kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan
menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir. (QS Al-Baqarah:34)

4
Husnel Anwar Matondang, “Konsep Al-Iman dan Al-Islam Analisis Terhadap Pemikiran
Al- ‘Izz Ibn ‘Abd As-Salam (557-660H atau 1181-1262M)”, Analytica Islamica 4, no.1 (2015), h.
54
5

Terdapat beberapa uraian tentang kondisi malaikat yang bisa menjelma


menjadi berbagai bentuk. Uraian tersebut baik bersumber dari Al-Qur'an maupun
hadits dan telah dikaji dan disetuji oleh berbagai pakar. Sebagaimana dikisahkan
dalam firman Allah bahwa malaikat jibril dapat menjelma menjadi manusia
sempurna.

‫س ْلنَا َٰٓ إِلَ ْي َها ُرو َحنَا فََت َ َمث َل لَ َها ْبَش ًَرا‬
َ ‫ت ِمن دُونِ ِه ْم ِح َجاْبًا فَأ َ ْر‬
ْ َ‫فَٱت َخذ‬
‫س ِويًّا‬
َ
"lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus
roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam
bentuk manusia yang sempurna." (QS. Maryam:17)

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa malaikat merupakan


hamba Allah SWT yang senantiasa beribadah, tunduk, dan patuh kepada-Nya, tidak
pernah melanggar perintah-Nya, yang memiliki tugas dan kedudukan tertentu di sisi
Allah SWT.

B. Nama dan Tugas Malaikat

Malaikat adalah makhluk Allah dengan jumlah yang sangat banyak dan tidak
ada yang mengetahui dengan pasti jumlah mereka, kecuali Allah yang telah
menciptakan mereka. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Muddatstsir (74):31

... ‫ُُ َُۚ َو َما َي ْعلَ ُم ُجنُودَ َرْبِ َك ِإٓاَّل ُه َۚ َو‬


"...Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri."

Tugas-tugas agung yang Allah bebankan kepada para Malaikat untuk


ditunaikan dan dilaksanakan secara langsung ini jumlahnya banyak dan bermacam-
macam. Akan tetapi, dari segi keterkaitannya, tugas tersebut dapat dibagi menjadi
dua bagian. Pertama, tugas yang terkait dengan alam (selain manusia), yaitu
mengurus langit dan bumi beserta apa yang ada di dalamnya dan yang ada di antara
keduanya. Kedua, tugas yang berkaitan dengan manusia, yakni menyertai anak
6

manusia sejak diciptakannya manusia pertama, Nabi Adam AS hingga masuknya


mereka (ummat manusia) ke dalam Surga ataupun Neraka. 5

1. Tugas Malaikat di langit

a. Memikul 'Arsy

َ ُ‫ش َو َم ْن َح ْولَ ۥهُ ي‬


َ‫س َِب ُحونَ ْبِ َح ْم ِد َر ِْب ِه ْم َويُؤْ ِمنُون‬ َ ‫ٱلذِينَ يَ ْح ِملُونَ ْٱل َع ْر‬
‫ش ْٰىءٍ ر ْح َمةً َو ِع ْل ًما‬ َ ‫ت ُكل‬ َ ‫وا َرْبنَا َو ِس ْع‬ ۟ ُ‫ْبِِۦه َويَ ْسَت َ ْغ ِف ُرونَ ِللذِينَ َءا َمن‬
‫اب ْٱل َج ِح ِيم‬
َ َ‫سَبِيلَ َك َو ِق ِه ْم َعذ‬ ۟ ُ‫وا َوٱتَبَع‬
َ ‫وا‬ ۟ ُ‫فَٱ ْغ ِف ْر ِللذِينَ تَاْب‬

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di


sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman
kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang
beriman (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada
pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-
orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu dan peliharalah
mereka dari azab neraka yang menyala-nyala (QS. Ghafir 40:7)

b. Menjaga Surga

Surga dan Neraka itu kekal untuk selama-lamanya dan Allah


menugaskan Malaikat untuk menjaga keduanya. Allah menugaskan para
Malaikat dalam Surga agar mereka memakmurkan, menanami, dan
merawat sungai-sungainya, serta menyiapkan bagi para penghuninya apa
sap yang diperintahkan Allah kepada mereka. Para Malaikat itulah
penjaganya.
Kata khazanah adalah bentuk jamak (plural) dari kata kbaazin, seperti
hafazhah yang merupakan bentuk jamak dari kata Haafizh. Maknanya

5
Muhammad bin A.W. Al- ‘Aqil, Menyelisik Alam Malaikat. (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2010), h. 215
7

ialah pelaku (orang) yang dipercaya untuk menjaga sesuatu yang


diamanatkan kepadanya. 6

Allah menyatakan soal para penjaga itu dalam Kitab-Nya, yakni dalam
firman-Nya dalam QS. Az-Zumar (39):73

‫َو ِسيقَ ٱلذِينَ ٱتقَ ْو ۟ا َرْب ُه ْم ِإلَٰى ْٱل َجن ِة ُز َم ًر ۖا َحَت َٰٰٓى ِإذَا َجا َٰٓ ُءوهَا‬
َ ‫ت َأَْب َْوْبُ َها َوقَا َل لَ ُه ْم خَزَ نََت ُ َها‬
‫سلَ ٌم َعلَ ْي ُك ْم ِط َْبَت ُ ْم فَٱ ْد ُخلُو َها‬ ْ ‫َوفَُتِ َح‬
َ‫َخ ِلدِين‬
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam
surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya
(surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata
kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah
kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.”

c. Menjaga Neraka

Sebagaimana halnya dengan di surga, Allah SWT juga menugaskan


malaikat di neraka, faitu untuk menyalakan (api)nya, membangunnya,
dan mengadzab penghuninya. (Malaikat) yangpaling besar dari para
peniaga Neraka itu adalah Malik. Allah menerangkan sifat para Malaikat
tersebut dengan sifat-sifat agung yang dapat memenuhi jiwa dengan
ketakutan dan kekaguman, sebagaimana firman-Nya dalam QS. At-
Tahrim (66):6

ُ ‫َارا َوقُودُهَا ٱلن‬


‫اُس‬ ً ‫س ُك ْم َوَأ َ ْه ِلي ُك ْم ن‬ ۟ ُ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلذِينَ َءا َمن‬
َ ُ‫وا قُ َٰٓو ۟ا َأَنف‬
‫صونَ ٱَّللَ َما َٰٓ َأ َ َم َر ُه ْم‬
ُ ‫ظ ِشدَادٌ ٓاَّل يَ ْع‬ ٌ ‫ارة ُ َعلَ ْي َها َم َٰٓلَئِ َكةٌ ِغ ََل‬
َ ‫َو ْٱل ِح َج‬
َ‫َويَ ْفعَلُونَ َما يُؤْ َم ُرون‬

6
Ibnul Qayyim, Haadil Arwaah ilaa Bilaadil Arwaah, h. 87.
8

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka
kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

d. Meniup Sangkakala

Malaikat Israfil diberi tugas meniup sangkakala. Israfil selalu memegang


terompet suci yang terletak di bibirnya selama berabad-abad, menunggu
perintah dari Allah Swt. untuk meniupnya pada hari kiamat. Pada hari itu
ia akan turun ke bumi dan berdiri di batu/bukit suci di Jerusalem. Tiupan
pertama akan menghancurkan dunia beserta isinya, tiupan kedua akan
mematikan para malaikat dan tiupan ketiga akan membangkitkan orang-
orang yang telah mati dan mengumpulkan mereka di Padang Masyar. 7

e. Menjaga Gunung

Lalu ada malaikat penjaga gunung, sebagaimana datang penjelasan


tentang namanya dalam hadits riwayat Muslim, disaat malaikat tadi
mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
sallam lalu memperkenalkan diri dengan mengatakan, "Aku adalah
malaikat penjaga gunung". HR Muslim no: 1790. 8

f. Menjaga Syam

Di antara yang menunjukkan keutamaan Syam pula adalah Malaikat


menghamparkan sayap-sayap mereka di atasnya, sebagaimana
disebutkan dalam hadits Zaid bin Tsabit RA ia berkata bahwa Rasulullah
bersabda: "Keberuntungan bagi negeri Syam, sesungguhnya Malaikat

7
Ahmad Sandi M.M dan Moh. Rizki Abdullah, Makalah Pendidikan Agama Islam (PAI)
Iman Kepada Malaikat, (Gresik: SMA Negeri 1 Sidayu, 2015), h. 12
8
Amin bin Abdullah Asy-Syaqawi, “Dunia Malaikat”. Translated by Abu Umamah Arif
Hidayatullah, (t.t.: t.p., 2014), h. 9-10
9

rahmat menghamparkan sayap padanya. Dalam hadits ini terdapat dalil


mengenai keutamaan negeri Syam. 9

2. Tugas Malaikat yang Berkaitan dengan Manusia

Begitu banyak tugas yang diemban oleh malaikat yang berkaitan dengan
manusia. Ibnul Qayyim berkata: "Malaikat yang ditugaskan kepada manusia
sejak manusia masih menjadi nutbfdh (air mani) sampai akhir kejadiannya,bagi
mereka (para Malaikat) dan manusia mempunyai urusan yang lain. Mereka
ditugaskan untuk membentuknya; memindahkannya dari satu tahap
(penumbuhan) ke tahap lainnya; membentuk dan menjaganya ketika berada
dalam tiga kegelapan; mencatat rizki, amal perbuatan, ajal, celaka atau
bahagianya, dan selalu menyertainya dalam setiap kondisinya; mencatat
ucapan dan perbuatannya, menjaganya ketika hidup, mengambil ruhnya ketika
meninggal, kemudian membawa kembali dan memberikannya kepada
Penciptanya.10

Di antara tugas penting para Malaikat yang berkaitan dengan manusia adalah
sebagai berikut:

a. Sebagai duta (perantara) antara Allah dan manusia


Malaikat adalah utusan dan duta Allah kepada makhluk-Nya, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. Fathir (35):1

َٰٓ
‫س ًَل َأ ُ ۟و ِل َٰٰٓى‬
ُ ‫ض َجا ِع ِل ْٱل َملَ ِئ َك ِة ُر‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ ِ ‫اط ِر ٱلس َم َو‬ ِ َ‫ْٱل َح ْمدُ َِّللِ ف‬
‫شا َٰٓ َۚ ُء ِإن ٱَّللَ َعلَٰى ُك ِل‬ َ َ‫ق َما ي‬ ِ ‫ث َو ُر َْب َۚ َع َي ِزيد ُ فِٰى ٱ ْلخ َْل‬
َ َ‫َأ َ ْجنِ َح ٍة مثْنَٰى َوثُل‬
ٌ ‫َٰىءٍ قَد‬
‫ِير‬ ْ ‫ش‬
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang

9
Muhammad bin A.W. Al- ‘Aqil, Menyelisik Alam Malaikat. (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2010), h. 237-238
10
Muhammad bin A.W. Al- ‘Aqil, Menyelisik Alam Malaikat. (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2010), h. 238-239
10

mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah
menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.

b. Mencatat Kebaikan dan Keburukan

Sebagai seorang mukmin kita harus mengimani bahwasanya Allah telah


mengutus para malaikat yang senantiasa mendampingi anak cucu Adam
untuk mengawasi setiap ucapan dan perbuatan mereka serta mencatatnya
dalam lembaran hakiki yang dapat dibaca oleh manusia kelak di akhirat
sebagai bukti atas segala tindak tanduknya di dunia.

Hal itu telah ditunjukkan oleh al-Qur-an dan as-Sunnah. Dalildalil dari al-
Qur-an adalah firman Allah SWT berikut ini:

QS. Az-Zukhruf (43):80

ُ ‫سَبُونَ َأَنا َٓاَّل نَ ْس َم ُع ِسر ُه ْم َون َْج َوى ُه َۚم َْبلَٰى َو ُر‬
‫سلُنَا لَدَ ْي ِه ْم‬ َ ‫َأ َُ ْم َي ْح‬
َ‫يَ ْكَتَُبُون‬
“Ataukah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan
bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan
Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.”

QS. Al-Isra' (17):14

َ ‫ٱ ْق َرَأْ ِكَتََبَ َك َكفَٰى ْبِنَ ْفس‬


َ ‫ِك ْٱليَ ْو َم‬
‫علَي َْك َحسِيَبًا‬
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung
atas dirimu.”

c. Menjaga manusia
Al-Hafazhah dan Al-Mu'aqqibah adalah Malaikat yang ditugaskan kepada
manusia untuk menjaga dan menghalangi mereka dari hal-hal yang akan
mendatangkan mudharat, baik dari musuh yang nyata maupun yang tidak
11

nyata. Jika ada sesuatu yang dikuasakan kepada mereka, maka mereka
menyerahkannya kepada takdir Allah sesuai dengan perintah-Nya.
Para Malaikat itu, sebagaimana yang ditunjukkan oleh nash-nash, bukanlah
pencatat (amal). Malaikat pencatat amal memiliki tugas khusus, yaitu
menulis, sedangkan al-Hafazhah memiliki tugas khusus, yaitu menjaga.
Mereka tidak sepeni para Malaik at yang senantiasa mendampingi manusia,
sebagaimana Malaikat pencatat selalu menyertainya. Akan tetapi, mereka
bergiliran dan bergantian (mendatangi manusia) sebagian mereka dengan
sebagian yang lainnya.11

Banyak nash dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menunjukkan hal ini, di
antaranya yaitu:

Firman Allah swt. dalam QS. Ar-Ra'd (13):11

ِۗ ‫ظونَهۥُ ِم ْن َأ َ ْم ِر‬
‫ٱَّللِ ِإن ٱَّللَ َٓاَّل‬ ُ َ‫ت ِم ۢن ْبَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ِم ْن خ َْل ِفِۦه يَ ْحف‬
ٌ َ‫لَ ۥهُ ُم َع ِقَب‬
۟ ‫يُغَيِ ُر َما ْبِقَ ْو ٍم َحَتٰى يُغَيِ ُر‬
ُ ‫وا َما ْبِأَنفُ ِس ِه ِۗ ْم َوإِذَآَٰ َأ َ َرادَ ٱَّللُ ْبِقَ ْو ٍم‬
‫س َٰٓو ًءا فَ ََل‬
‫َم َرد لَ َۚۥهُ َو َما لَ ُهم ِمن دُو ِنِۦه ِمن َوا ٍل‬
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Hadist Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“saling bergiliran di antara kalian para Malaikat (yang bertugas) pada


malam hari dan para Malaikat (yang bertugas) pada siang hari. Mereka
berkumpul pada waktu Shalat Shubuh dan Shalat 'Ashar. Kemudian,

11
Muhammad bin A.W. Al- ‘Aqil, Menyelisik Alam Malaikat. (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2010), h. 272
12

Malaikat yangbermalam di tengah kalian naik lalu Allah bertanya kepada


mereka-padahal Allah lebih mengetahui tentang mereka 'Bagaimana kalian
meninggalkan hamba-hamba-Ku?' Mereka menjawab: 'Kami tinggalkan
mereka ketika sedang shalat dan kami datang kepada mereka ketika mereka
sedang shalat’.”12

d. Menyertai dan mengajak manusia kepada kebaikan


Di antara makhluk yang senantiasa menyertai manusia dari kalangan
para Malaikat adalah al-Qarin. Hal ini merupakan nikmat Allah yang paling
agung atas manu sia-ualillaahil hamdu wanni'mah-karena Allah telah
memberi kemudahan bagi setiap orang dengan hadirnya Malaikat yang
mengajak dan mendorongnya untuk melaksanakan kebaikan; serta
menakut-nakuti dan memperingatkan nya dariperbuatan buruk.

Adapun nama-nama Malaikat telah disebutkan di dalam al-Qur-an dan al-


Hadits dengan beberapa nama umum dan khusus.

1. Nama-Nama Umum:

a. Ar-rusul (utusan)
Allah menamai para Malaikat dengan Ar-rusul (utusan) dalam banyak
ayat, di antararrya firman-Nya dalam QS. Al-Hajj (22):75

َٰٓ
‫ير‬
ٌ ‫ص‬ِ ‫س ِمي ۢ ٌع َْب‬
َ َ‫اُس ِإن ٱَّلل‬ ُ ‫ط ِفٰى ِمنَ ْٱل َملَ ِئ َك ِة ُر‬
َۚ ِ ‫س ًَل َو ِمنَ ٱلن‬ َ ‫ص‬
ْ ‫ٱَّللُ َي‬
“Allah memilih para utusan(-Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesung-
guhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”

b. Al-tunuud (pasukan)
Di antara nama Malaikat yang shahih adalah al-junuud (pasukan),
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya dalam QS. At-Taubah (9):26

12
Al- Bukhari (II/33, no. 555), Kitab “Mawaaqiitus Shalah”
13

‫سو ِلِۦه َو َعلَٰى ْٱل ُمؤْ ِمنِينَ َوَأَنزَ َل ُجنُودًا ل ْم‬ َ ُ‫ثُم َأَنزَ َل ٱَّلل‬
ُ ‫س ِكينََت َ ۥهُ َعلَٰى َر‬
۟ ‫ب ٱلذِينَ َكفَ ُر‬
َ‫وا َُۚ َوذَ ِل َك َجزَ آَٰ ُء ْٱل َك ِف ِرين‬ َ ‫ت َ َر ْوهَا َو َعذ‬
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para
malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada
orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir.”

c. Al-Mala-ul A'laa (kelompok yang mulia dan tinggi)


Al-Mala-ul a'laa termasuk di antara nama yang Allah berikan kepada
Malaikat, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Shad (38):69

َ‫ص ُمون‬ ِ َ ‫ٰى ِم ْن ِع ْل ٍۭ ٍم ْبِ ْٱل َم‬


ِ َ ‫َل ْٱْل َ ْعلَ َٰٰٓى ِإ ْذ َي ْخَت‬ َ ‫َما َكانَ ِل‬
“Aku tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun tentang al-mala’ul a’la
(malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan.”

Al-Asyhaad (saksi)
Di antara nama umum lain bagi Malaikat yang disebutkan di dalam al-Qur-
an adalah al-asyhaad, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ghafir (40):51

۟ ُ‫سلَنَا َوٱلذِينَ َءا َمن‬


‫وا فِٰى ْٱل َحيَوةِ ٱلدُّ ْنيَا َويَ ْو َم يَقُو ُم‬ ُ ‫ِإنا لَنَن‬
ُ ‫ص ُر ُر‬
ُ‫ْٱْل َ ْش َهد‬
”Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang
yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi
(hari Kiamat),"

Adapun nama-nama yang bersifat khusus, jumlahnya sangat sedikit jika


dibandingkan dengan jumlah Malaikat itu sendiri. Berikut nama-nama khusus
malaikat beserta tugasnya yang wajib diketahui:
14

Pertama. Malaikat Jibril, secara syar'i Malaikat Jibril adalah sosok Malaikat yang
diciptakan oleh Allah Swt. dengan tugas menyampaikan wahyu kepada para utusan
Allah Swt. yaitu terhitung sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Demikian
ini sesuai dengan firman Allah Swt. pada surat An-Nahl:102, dan Asy-Syuara:193.
Kedua. Malaikat Mikail, secara syar‟i Malaikat Mikail adalah sosok yang telah
diciptakan-Nya untuk menyampaikan rizki kepada para makhluk Allah Swt., baik
rizki dalam bentuk kesehatan jasmani dan rohani, ataupun rizki yang menjadi
kebutuhan pokok sehari-hari.
Ketiga. Malaikat Isrofil, ia bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat dan hari
kebangkitan13 sebagaimana dijelaskan pada QS. Al-Haqqah:13-16, Q.S. Az-
Zumar:68, dan Q.S. Ibrahim:48
Keempat. Malaikat Izrail, merupakan sosok Malaikat yang bertugas mencabut
nyawa manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya.
Kelima. Malaikat Raqib dan Atid, kedua Malaikat ini bertugas mencatat seluruh
tingkah laku, perbuatan manusia. Raqib untuk yang baik, dan Atid untuk yang jahat,
sebagaimana dalam firman Allah surat Qaf: 16-18.
Keenam. Malaikat Munkar dan Nakir, mereka berdua bertugas memberikan
pertanyaan-pertanyaan pada setiap manusia, di alam kubur.

Ketujuh. Ialah Malaikat Malik, ia diberi amanah menjaga neraka dan memimpin
para malaikat menyiksa penghuni neraka, sebagaimana dalam firman Allah surat
At-Tahrim:6, dan Al-Zukhruf: 77.
Delapan. Ialah Malaikat Ridwan yang bertugas sebagai penjaga surga sebagaimana
firman Allah dalam surat Ar-Ra‟d:23-24.

C. Manusia Lebih Mulia daripada Malaikat

Manusia dan malaikat merupakan makhluk ciptaan Allah. Malaikat adalah


makhluk Allah yang paling taat kepada Allah, tidak pernah berbuat dosa dan
senantiasa memuji, bertasbih, dan mengagungkan nama Allah SWT. Adapun

13
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Iman Kepada Malaikat (Yogyakarta: Ibnu Majjah,
2015) h. 13
15

manusia adalah makhluk yang dibekali dengan akal dan hawa nafsu yang harus
dikontrol.

Beberapa ulama berpendapat bahwa manusia lebih mulia daripada malaikat


ditinjau dari beberapa aspek berikut ini.

1. Bentuk fisik
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling mulia
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia diciptakan dengan bentuk
sebaik-baiknya, kekuatan pikiran yang tajam, dibekali perasaan yang halus, dan
manusis selalu mengalami perkembangan daru masa ke masa dalam berbagai
bidang, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun peradaban
dan kebudayaan.

Allah tidak menciptakan suatu makhluk kecuali dengan tujuan dan fungsi
yang telah ditetapkan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada manusia yang hidup sia-
sia di muka bumi ini, setiap manusia mempunyai keunggulan dan kehebatan.
semua manusia diciptakan oleh Allah dengan ciptaan yang paling mulia, paling
baik dan sempurna. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. At-Tin
(95):4

َ ‫ٰى َأَ ْح‬


‫س ِن تَ ْق ِو ٍيم‬ َٰٓ ‫سنَ ِف‬ ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫ٱْلن‬
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya,"

2. Dibekali akal pikiran


Kemulian dan kehebatan manusia itu telah disaksikan oleh makhluk lain,
ketika disuruh menyebut nama-nama benda yang ada di alam raya ini, manusia
mampu menyebutnya satu persatu, tetapi makhluk lain tidak mampu
menyebutnya, seperti jin dan malaikat.

Manusia diutus kedunia ini untuk menjadi khalifah, juga kerana kehebatan
dan kemuliaan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS.
Al-Isra' (17):70
16

ِ َ‫َولَقَ ْد َكر ْمنَا ْبَنِ َٰٰٓى َءادَ َم َو َح َم ْلنَ ُه ْم فِٰى ْٱلَبَ ِر َو ْٱلَبَ ْح ِر َو َرزَ ْقنَ ُهم ِمنَ ٱلطيَِب‬
‫ت‬
ً ‫ض‬
‫يَل‬ ِ ‫ير ِمم ْن َخلَ ْقنَا ت َ ْف‬ ٍ ِ‫َوفَض ْلنَ ُه ْم َعلَٰى َكث‬
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna.”

3. Manusia menjalankan jihad fii sabilillah


Salah satu tugas manusia di dunia adalah untuk berjihad terutama berjihad
melawan hawa nafsunya sendiri. Perlawanan dan perjuangan yang
sesungguhnya terjadi di sepanjang hidup kita bukanlah terhadap setan secara
langsung. Akan tetapi, terhadap apa yang leibh berbahaya daripada setan, yaitu
nafsu. Nafsu yang selalu mengajak manusia ke jalan yang buruk dan
menyesatkan, digerakkan oleh keinginan, syahwat, serta hasrat.

Manusia akan berada pada titik kemuliaan tertinggi jika ia mampu berjihad
melawan nafsunya. Cara terbaik menaklukkan nafsu adalah dengan taat kepada-
Nya. Ketaatan bisa menjadi kebiasaan yang akan membenci kekufuran serta
berbagai bentuk kemaksiatan. Seseorang yang selalu beribadah kepada Allah,
melaksanakan shalat dengan tekun, dan menganggap itu sebagai kebutuhan telah
berhasil menaklukkan hawa nafsunya. Sedangkan para malaikat tidak dibekali
dengan hawa nafsu dan telah ditugaskan untuk beribadah kepada Allah tanpa
rasa lelah.

Namun, manusia bisa menjadi sangat hina bahkan lebih rendah dari
binatang jika ia tidak mampu melawan hawa nafsunya dan jatuh dalam tipu daya
setan. Oleh karena itu mulianya diri kita bergantung pada kemampuan kita untuk
melahan hawa nafsu dan godaan setan.

D. Hikmah Beriman Kepada Malaikat

Jika kita beriman kepada malaikat, berarti kita harus bisa menerapkan
keimanan tersebut. Iman kepada malaikat mencakup perbuatan, ucapan, hati, dan
17

lisan. 14Orang-orang yang beriman selalu dapat mengambil pelajaran dari apa yang
diimani. Dalam hal beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt., pelajaran yang
dapat dipetik antara lain seperti berikut.
1. Sebagai bukti keimanan seseorang, karena tidak sah iman seseorang tanpa
beriman kepada malaikat.
2. Menyadarkan kita akan kebesaran, keagungan dan kekuasaan Allah
subhanahu wataala, karena kebesaran makhluk adalah sebagai bukti
kebesaran penciptanya.
3. Dengan mengetahui sifat-sifat, keadaan dan tugas-tugas malaikat akan
menambah keimanan dalam hati seorang muslim.
4. Akan timbul rasa tenang dan aman pada diri orang mukmin, karena Allah
telah menetapkan untuk setiap mereka malaikat yang senantiasa menyertai
mereka.
5. Akan menambah rasa cinta kepada mereka, karena mereka melaksanaan
ibadah secara sempurna, dan mereka mendo’akan ampunan untuk orang-
orang mukmin.
6. Membangkitkan rasa benci terhadap perbuatan-perbuatan maksiat.
7. Membuahkan rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, atas
perhatian-Nya terhadap hamba-Nya, dengan menugaskan malaikat untuk
menjaga manusia dan mencatat semua amalan mereka serta kemaslahatan-
kemaslahatan mereka yang lain.

E. Jin, Iblis dan Syaitan

1. Jin
Dari segi bahasa, Al Jinn adalah lawan kata Al-Ins (manusia). Kosa kata
dalam bahasa Arab yang terdiri dari huruf Jim dan Nun, dengan berbagai
bentukannya, memiliki pengertian "benda" atau "makhluk" yang
tersembunyi. Kata jiniy yang diucapkan orang-orang Arab dahulu dan juga
dipergunakan oleh Alquran, adalah makhluk berakal yang tersembunyi (tidak

14
Suyanto, “Dasar-Dasar Normatif dan Penalaran Filosofis tentang Hakikat Keimanan”,
Universium 10, no. 1 (Januari 2016), h. 107
18

terlihat mata), yang hidup bersama-sama dengan kita. Bahasa-bahasa Eropa


mengadopsinya dari bahasa Arab, lalu melafalkannya dengan genie (Inggris).
Sekalipun kamus-kamus mereka memaksud-kannya dengan "roh setan",
namun dalam film-film modern istilah ini mereka maksudkan dengan
makhluk berakal, khususnya, yang berbuat baik atau membantu manusia
dalam melakukan kebaikan.15

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hijr (15):27

‫وم‬ ِ ‫َو ْٱل َجآَٰن َخلَ ْقنَهُ ِمن قَ َْب ُل ِمن ن‬


ِ ‫ار ٱلس ُم‬
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat
panas.”

Bangsa Arab pada zaman jahiliah memiliki kepercayaan bahwa bangsa


jin itu memiliki kekuasaan terhadap bumi, jin mengetahui perkara gaib
sehingga banyak diantara bangsa Arab yang menyembah jin. Oleh karena itu,
islam menetapkan hakikat jin yang sebenarnya, meluruskan pandangan
masyarakat umum terhadapnya, serta membebaskan hati dari perasaan takut
terhadapnya dan tunduk kepada kekuasaannya yang tidak tepat. 16

Jin pada hakikatnya ada eksistensinya. Mereka adalah sebagaimana yang


mereka indentifikasi sendiri di sini,

QS. Al-Jinn (72):11

َ ‫َوَأَنا ِمنا ٱلص ِل ُحونَ َو ِمنا دُونَ ذَ ِل ۖ َك ُكنا‬


‫ط َرآَٰئِقَ قِدَدًا‬
“Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada yang shalih dan ada (pula)
kebalikannya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda.”

Muhammad Isa Daud, “Dialog Dengan Jin Muslim”, Tanslated by: Afif Muhammad dan Abdul
15

Adhiem, (Cet.XII, Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), h. 20-21


16
Sayyid Quthb, “Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 12”, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 50
19

Mereka tidak dapat memberi manfaat kepada manusia ketika manusia


meminta perlindungan kepada mereka. Bahkan sebaliknya mereka
menambah dosa dan kesalahan bagi manusia itu,17

QS. Al-Jinn (72):6

‫نَس َيعُوذُونَ ِْب ِر َجا ٍل ِمنَ ْٱل ِج ِن فَزَ ادُو ُه ْم‬ ِ ْ َ‫َوَأَن ۥهُ َكانَ ِر َجا ٌل ِمن‬
ِ ‫ٱْل‬
‫َر َهقًا‬
“Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin)
menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.”

Dan jin sama sekali tidak mengetahui perkara gaib dan tidak termasuk
makhluk yang mempunywi hubungan dengan langit,18 sebagaimana yang
ditegaskan dalam firman Allah QS Al Jin:8-10.

2. Iblis
Istilah “Iblis” muncul ketika Allah SWT sedang berada dalam puncak
kemarahan. Sebab, makhluk ini tidak mau menuruti perintah-Nya untuk
bersujud kepada Adam. Namun demikian, kedua ayat di ini (al-Baqarah: 34
dan al-Isra’: 61) belum menunjukkan status “Iblis” secara konkrit.
Oleh sebab itu, perlu digunakan munasabah ayat yang lain agar status “Iblis”
menjadi konkrit. Dalam hal ini, surat al-Kahfi ayat 50 dapat dijadikan
landasan berpijak.19

QS. Al-Kahfi (18):50

17
Ibid
18
Sayyid Quthb, “Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 12”, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 50
19
Nurul Hakim, “Ontologi Iblis Dalam Al-Qur’an”, Dialogia, Vol. 15, No. 1 (Juni, 2017), h.
157
20

‫يَس َكانَ ِمنَ ْٱل ِج ِن‬ َٰٓ ِ‫س َجدُ َٰٓو ۟ا إ‬


َ ‫ٓاَّل إِ ْْب ِل‬ ۟ ‫َو ِإ ْذ قُ ْلنَا ِل ْل َم َٰٓلَئِ َك ِة ٱ ْس ُجد‬
َ َ‫ُوا ِل َءادَ َم ف‬
‫سقَ َع ْن َأ َ ْم ِر َرْبِ ِۗ ِ َٰٓۦه َأَفََتََت ِخذُونَ ۥهُ َوذُ ِريَت َ َٰٓۥهُ َأ َ ْو ِليَا َٰٓ َء ِمن دُونِٰى َوهُ ْم لَ ُك ْم‬
َ َ‫فَف‬
َ ْ‫َعد ُۢو َُۚ ْبِئ‬
‫َس ِللظ ِل ِمينَ ْبَدَ ًٓاَّل‬
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah
kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari
(golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu
menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal
mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (Iblis itu) sebagai pengganti
(Allah) bagi orang yang zhalim.”

Dari ayat ini, tampak jelaslah status “Iblis”. Bahwa yang disebut “Iblis”
adalah golongan jin. Hal ini juga mengindikasikan bahwa yang diperintahkan
oleh Allah SWT. untuk bersujud kepada Adam adalah malaikat dan jin.
Kedua makhluk inilah yang mendapat perintah untuk bersujud. Dengan
demikian, berarti tidak ada makhluk yang bernama Iblis, sebagaimana
makhluk manusia, malaikat, hewan dan lain-lain. Yang ada adalah makhluk
jin. 20

Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 31-34 tampaknya merupakan ayat


utama yang dapat menjelaskan karakter iblis. Bertolak belakang dengan
malaikat yang rela sujud kepada Adam, iblis justru menolak dengan penuh
kesombongan karena merasa dirinya lebih baik dari pada Nabi Adam AS.21

3. Syaitan
Skripsi Saiful Fajar yang berjudul Konsep Syaitan dalam al-Qur’an:
Kajian Semantik Toshihiko Izutsu,22 dalam skripsi ini Fajar menjelaskan

20
Nurul Hakim, “Ontologi Iblis Dalam Al-Qur’an”, Dialogia, Vol. 15, No. 1 (Juni, 2017), h.
158
21
Munawar Rahmat, “Implementasi Metode Tematik Al-Qur’an untuk Memahami Makna
Beriman Kepada Para Malaikat”, Jurnal Pendidikan Agama Islam 13, no. 1 (2015), h. 87
22
Saiful Fajar, “Konsep Syaitan dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko Izutsu”
(Skripsi S1 Fakultas Usluhuddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 48
21

makna kata syaitan. Kata syaitan berasal dari kata syathana yang artinya Jauh
karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Setan adalah
sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, membangkang, tidak taat,
suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Setan itu sendiri berarti segala sesuatu yang
menyimpang dari tabiatnya berupa kejahatan, baik dari jenis manusia maupun
jin.

Menurut Hamka, setan adalah yang menyuruh hanya kepada hal yang
jahat dan keji. Yang jahat ialah semacam maksiat, pelanggaran dan
kedurhakaan, yang keji ialah segala perbuatan yang membawa kepada
kehinaan dan kenistaan. Dalam pengertian ini, setan tidak dipahami sebagai
person, melainkan sebagai sifat dari keburukan dan kejahatan yang dapat
melekat pada jenis jin dan juga manusia.23

23
Heryadi “Tinjauan al- Qur’an Terhadap Godaan Iblis dan Setan Menurut Hamka dalam
Tafsir al-Azhar” Medina-te, Vol. 16, No. 1 (Juni 2017): h. 96
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Malaikat merupakan hamba Allah SWT yang senantiasa beribadah,
tunduk, dan patuh kepada-Nya, tidak pernah melanggar perintah-Nya,
yang memiliki tugas dan kedudukan tertentu di sisi Allah SWT.
2. Malaikat adalah makhluk Allah dengan jumlah yang sangat banyak dan
tidak ada yang mengetahui dengan pasti jumlah mereka, kecuali Allah
yang telah menciptakan mereka. Malaikat memiliki nama dan tugas yang
beragam, namun terdapat beberapa nama malaikat beserta tugasnya yang
wajib diketahui oleh manusia karena berkenaan dengan kehidupan
manusia.
3. Manusia merupakan makhluk dengan bentuk paling sempurna. Manusia
akan lebih mulia daripada malaikat ketika mereka bisa mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan segala cobaan dan godaan syaitan yang
menyertainya.
4. Terdapat beberapa hikmah dari beriman kepada malaikat, di mana
hikmah yang paling utama yaitu sebagai bukti keimanan seseorang
karena iman kepada malaikat merupakan salah satu pilar dari rukun iman.
5. Jin, syaitan, dan iblis merupakan makhluk gaib yang diciptakan Allah
SWT. Mereka tidak kasat mata sehingga eksistensinya terkadang
diragukan. Jin merupakan makhluk yang diciptakan dari api, jin ada yang
beriman dan ada yang tidak, sedangkan syaitan diartikan sebagai sifat
dari keburukan dan kejahatan yang dapat melekat pada jenis jin dan juga
manusia. Adapun iblis adalah makhluk durhaka yang jenisnya adalah jin,
bukan manusia.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata cukup apalagi sempurna. Oleh
karena itu, dalam makalah ini tentu terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk
makalah yang lebih baik kedepannya, penulis menyarankan agar menggunakan

22
23

literatur-literatur yang lebih banyak mengingat literatur yang digunakan penulis


pada makalah ini sangat terbatas karena keterbatasan penulis dalam memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Al- ‘Aqil, Muhammad bin A.W. 2010. Menyelisik Alam Malaikat. Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi’I

Al- Bukhari (II/33, no. 555). Kitab Mawaaqiitus Shalah

Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2015. Iman Kepada Malaikat. Yogyakarta:


Ibnu Majjah

Asy-Syaqawi, Amin bin Abdullah. Dunia Malaikat. Terjemahan oleh Abu


Umamah Arif Hidayatullah, (t.t.: t.p.)

Daud, Muhammad Isa. 1997. Dialog Dengan Jin Muslim. Terjemahan oleh Afif
Muhammad dan Abdul Adhiem. Bandung: Pustaka Hidayah

Fajar, Saiful. 2018. Konsep Syaitan dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko
Izutsu. Skripsi S1 Fakultas Usluhuddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hakim, Nurul. 2017. Ontologi Iblis Dalam Al-Qur’an. Dialogia, Vol. 15, No. 1
(Juni, 2017): h. 151-171.

Heryadi. 2017. Tinjauan al- Qur’an Terhadap Godaan Iblis dan Setan Menurut
Hamka dalam Tafsir al-Azhar. Medina-te, Vol. 16, No. 1 (Juni 2017): h.
91-104

Kahar, Abdul. 2018. Eksistensi dan Keistimewaan Malaikat Jibril Dalam Al-
Qur’an. Jurnal Pemikiran dan Ilmu Keislaman. Vol.1 No.2 September 2018,
h. 283-324

Matondang. Husnel Anwar. 2015. Konsep Al-Iman dan Al-Islam Analisis Terhadap
Pemikiran Al- ‘Izz Ibn ‘Abd As-Salam (557-660H atau 1181-1262M).
Analytica Islamica 4, no.1.

Quthb, Sayyid. 2001. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 12. Jakarta: Gema Insani

Sandi, Ahmad dan Moh. Rizki Abdullah. 2015. Makalah Pendidikan Agama Islam
(PAI) Iman Kepada Malaikat. Gresik: SMA Negeri 1 Sidayu,

Suyanto. 2016. Dasar-Dasar Normatif dan Penalaran Filosofis tentang Hakikat


Keimanan. Universium 10, no. 1 Januari 2016.

Anda mungkin juga menyukai