PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam semesta ini dihuni oleh berbagai jenis makhluk baik yang kasat mata
maupun yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra manusia. Kata ghaib adalah
bentuk mashdar atau bisa dikatakan kata dasar. Kata ini sering digunakan untuk
mengungkapkan sesuatu yang abstrak yakni tidak dapat diketahui melalui
pancaindra (ekstrasensor) namun sudah ada dalil yang menjelaskan keberadaannya
seperti contoh keberadaan setan, jin, dan malaikat, semua yang disebutkan tadi
tidak dapat dijangkau oleh indera manusia kecuali dengan izin sang maha pencipta
yaitu Allah SWT. Sebagai seorang mukmin kita harus mengimani hal-hal gaib
sebagaimana yang tertuang dalam surah Al-Baqarah (2):3 yakni:
“yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka."
Dalam Bahasa Arab, iman merupakan inti dari ajaran agama. Dari teologi
islam tentang iman yang ditemukan pada ajaran ushul al-din, kata yang digunakan
dalam Bahasa Arab secara leksikal berartikan “percaya”. Setiap umat islam wajib
mengimani bahwa Allah memiliki makhluk bernama malaikat, di mana dalam iman
kepada malaikat merupakan salah satu pilar dari rukun iman.
Karena alam gaib merupakan alam yang sulit dijangkau oleh nalar manusia
maka kita hanya diperintahkan berpikir sejauh kemampuan kita untuk bernalar
secara rasional. Sisanya yang tidak dapat kita jangkau pengetahuannya, kita
serahkan kepada Allah Yang Mahakuasa atas segala pengetahuan. Makalah ini
mencoba menguraikan beberapa pengetahuan mengenai makhluk gaib, yaitu
malaikat, jin, syaitan dan iblis.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka
rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Siapakah malaikat itu?
2. Apa saja nama dan tugas-tugas yang dinisbatkan kepada para malaikat?
3. Apakah manusia lebih mulia dari malaikat?
4. Apa saja hikmah beriman kepada malaikat?
5. Bagaimana eksistensi jin, syaitan, dan iblis?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui mengenai keberadaan malaikat
2. Untuk mengetahui berbagai nama dan tugas dari malaikat
3. Untuk mengetahui derajat manusia atas malaikat
4. Untuk mengetahui hikmah beriman kepada malaikat
5. Untuk mengetahui eksistensi jin, syaitan dan iblis.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Kahar, “Eksistensi dan Keistimewaan Malaikat Jibril Dalam Al-Qur’an” Jurnal
Pemikiran dan Ilmu Keislaman. Vol.1 No.2 September 2018, h. 288
2
Ibid, h.289
3
Ibid, h. 290
3
4
Dari ayat di atas, perlu dicatat bahwa walaupun malaikat mentaati perintah
Allah mereka juga memiliki kemampuan untuk meraih pengetahuan, bernalar, dan
mempertanyakan sesuatu yang mereka ingin ketahui, akan tetapi malaikat tidak
mampu menyelidiki namun sebatas menerima dan melaksanakan apa-apa yang
diajarkan oleh Allah saja. Ketakwaan malaikat sangatlah baik dalam menjalankan
tugas yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk membantu utusan Allah SWT,
yaitu para Rasul dan Nabi dalam membimbing umat manusia. 4
َيَس َأَْبَٰى َوٱ ْسَت َ ْكَبَ َر َو َكانَ ِمن َٰٓ ِس َجد َُٰٓو ۟ا إ
َ ٓاَّل إِ ْْب ِل ۟ َو ِإ ْذ قُ ْلنَا ِل ْل َم َٰٓلَئِ َك ِة ٱ ْس ُجد
َ َُوا ِل َءادَ َم ف
َْٱل َك ِف ِرين
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu
kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan
menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir. (QS Al-Baqarah:34)
4
Husnel Anwar Matondang, “Konsep Al-Iman dan Al-Islam Analisis Terhadap Pemikiran
Al- ‘Izz Ibn ‘Abd As-Salam (557-660H atau 1181-1262M)”, Analytica Islamica 4, no.1 (2015), h.
54
5
س ْلنَا َٰٓ إِلَ ْي َها ُرو َحنَا فََت َ َمث َل لَ َها ْبَش ًَرا
َ ت ِمن دُونِ ِه ْم ِح َجاْبًا فَأ َ ْر
ْ َفَٱت َخذ
س ِويًّا
َ
"lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus
roh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam
bentuk manusia yang sempurna." (QS. Maryam:17)
Malaikat adalah makhluk Allah dengan jumlah yang sangat banyak dan tidak
ada yang mengetahui dengan pasti jumlah mereka, kecuali Allah yang telah
menciptakan mereka. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Muddatstsir (74):31
a. Memikul 'Arsy
b. Menjaga Surga
5
Muhammad bin A.W. Al- ‘Aqil, Menyelisik Alam Malaikat. (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2010), h. 215
7
Allah menyatakan soal para penjaga itu dalam Kitab-Nya, yakni dalam
firman-Nya dalam QS. Az-Zumar (39):73
َو ِسيقَ ٱلذِينَ ٱتقَ ْو ۟ا َرْب ُه ْم ِإلَٰى ْٱل َجن ِة ُز َم ًر ۖا َحَت َٰٰٓى ِإذَا َجا َٰٓ ُءوهَا
َ ت َأَْب َْوْبُ َها َوقَا َل لَ ُه ْم خَزَ نََت ُ َها
سلَ ٌم َعلَ ْي ُك ْم ِط َْبَت ُ ْم فَٱ ْد ُخلُو َها ْ َوفَُتِ َح
ََخ ِلدِين
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam
surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya
(surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata
kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah
kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.”
c. Menjaga Neraka
6
Ibnul Qayyim, Haadil Arwaah ilaa Bilaadil Arwaah, h. 87.
8
d. Meniup Sangkakala
e. Menjaga Gunung
f. Menjaga Syam
7
Ahmad Sandi M.M dan Moh. Rizki Abdullah, Makalah Pendidikan Agama Islam (PAI)
Iman Kepada Malaikat, (Gresik: SMA Negeri 1 Sidayu, 2015), h. 12
8
Amin bin Abdullah Asy-Syaqawi, “Dunia Malaikat”. Translated by Abu Umamah Arif
Hidayatullah, (t.t.: t.p., 2014), h. 9-10
9
Begitu banyak tugas yang diemban oleh malaikat yang berkaitan dengan
manusia. Ibnul Qayyim berkata: "Malaikat yang ditugaskan kepada manusia
sejak manusia masih menjadi nutbfdh (air mani) sampai akhir kejadiannya,bagi
mereka (para Malaikat) dan manusia mempunyai urusan yang lain. Mereka
ditugaskan untuk membentuknya; memindahkannya dari satu tahap
(penumbuhan) ke tahap lainnya; membentuk dan menjaganya ketika berada
dalam tiga kegelapan; mencatat rizki, amal perbuatan, ajal, celaka atau
bahagianya, dan selalu menyertainya dalam setiap kondisinya; mencatat
ucapan dan perbuatannya, menjaganya ketika hidup, mengambil ruhnya ketika
meninggal, kemudian membawa kembali dan memberikannya kepada
Penciptanya.10
Di antara tugas penting para Malaikat yang berkaitan dengan manusia adalah
sebagai berikut:
َٰٓ
س ًَل َأ ُ ۟و ِل َٰٰٓى
ُ ض َجا ِع ِل ْٱل َملَ ِئ َك ِة ُر ِ ت َو ْٱْل َ ْر ِ اط ِر ٱلس َم َو ِ َْٱل َح ْمدُ َِّللِ ف
شا َٰٓ َۚ ُء ِإن ٱَّللَ َعلَٰى ُك ِل َ َق َما ي ِ ث َو ُر َْب َۚ َع َي ِزيد ُ فِٰى ٱ ْلخ َْل
َ ََأ َ ْجنِ َح ٍة مثْنَٰى َوثُل
ٌ َٰىءٍ قَد
ِير ْ ش
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat
sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang
9
Muhammad bin A.W. Al- ‘Aqil, Menyelisik Alam Malaikat. (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2010), h. 237-238
10
Muhammad bin A.W. Al- ‘Aqil, Menyelisik Alam Malaikat. (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2010), h. 238-239
10
mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah
menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.
Hal itu telah ditunjukkan oleh al-Qur-an dan as-Sunnah. Dalildalil dari al-
Qur-an adalah firman Allah SWT berikut ini:
ُ سَبُونَ َأَنا َٓاَّل نَ ْس َم ُع ِسر ُه ْم َون َْج َوى ُه َۚم َْبلَٰى َو ُر
سلُنَا لَدَ ْي ِه ْم َ َأ َُ ْم َي ْح
َيَ ْكَتَُبُون
“Ataukah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan
bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan
Kami (malaikat) selalu mencatat di sisi mereka.”
c. Menjaga manusia
Al-Hafazhah dan Al-Mu'aqqibah adalah Malaikat yang ditugaskan kepada
manusia untuk menjaga dan menghalangi mereka dari hal-hal yang akan
mendatangkan mudharat, baik dari musuh yang nyata maupun yang tidak
11
nyata. Jika ada sesuatu yang dikuasakan kepada mereka, maka mereka
menyerahkannya kepada takdir Allah sesuai dengan perintah-Nya.
Para Malaikat itu, sebagaimana yang ditunjukkan oleh nash-nash, bukanlah
pencatat (amal). Malaikat pencatat amal memiliki tugas khusus, yaitu
menulis, sedangkan al-Hafazhah memiliki tugas khusus, yaitu menjaga.
Mereka tidak sepeni para Malaik at yang senantiasa mendampingi manusia,
sebagaimana Malaikat pencatat selalu menyertainya. Akan tetapi, mereka
bergiliran dan bergantian (mendatangi manusia) sebagian mereka dengan
sebagian yang lainnya.11
Banyak nash dari Al-Qur'an dan As-Sunnah yang menunjukkan hal ini, di
antaranya yaitu:
ِۗ ظونَهۥُ ِم ْن َأ َ ْم ِر
ٱَّللِ ِإن ٱَّللَ َٓاَّل ُ َت ِم ۢن ْبَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ِم ْن خ َْل ِفِۦه يَ ْحف
ٌ َلَ ۥهُ ُم َع ِقَب
۟ يُغَيِ ُر َما ْبِقَ ْو ٍم َحَتٰى يُغَيِ ُر
ُ وا َما ْبِأَنفُ ِس ِه ِۗ ْم َوإِذَآَٰ َأ َ َرادَ ٱَّللُ ْبِقَ ْو ٍم
س َٰٓو ًءا فَ ََل
َم َرد لَ َۚۥهُ َو َما لَ ُهم ِمن دُو ِنِۦه ِمن َوا ٍل
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Hadist Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
11
Muhammad bin A.W. Al- ‘Aqil, Menyelisik Alam Malaikat. (Jakarta: Pustaka Imam Asy-
Syafi’I, 2010), h. 272
12
1. Nama-Nama Umum:
a. Ar-rusul (utusan)
Allah menamai para Malaikat dengan Ar-rusul (utusan) dalam banyak
ayat, di antararrya firman-Nya dalam QS. Al-Hajj (22):75
َٰٓ
ير
ٌ صِ س ِمي ۢ ٌع َْب
َ َاُس ِإن ٱَّلل ُ ط ِفٰى ِمنَ ْٱل َملَ ِئ َك ِة ُر
َۚ ِ س ًَل َو ِمنَ ٱلن َ ص
ْ ٱَّللُ َي
“Allah memilih para utusan(-Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesung-
guhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”
b. Al-tunuud (pasukan)
Di antara nama Malaikat yang shahih adalah al-junuud (pasukan),
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya dalam QS. At-Taubah (9):26
12
Al- Bukhari (II/33, no. 555), Kitab “Mawaaqiitus Shalah”
13
سو ِلِۦه َو َعلَٰى ْٱل ُمؤْ ِمنِينَ َوَأَنزَ َل ُجنُودًا ل ْم َ ُثُم َأَنزَ َل ٱَّلل
ُ س ِكينََت َ ۥهُ َعلَٰى َر
۟ ب ٱلذِينَ َكفَ ُر
َوا َُۚ َوذَ ِل َك َجزَ آَٰ ُء ْٱل َك ِف ِرين َ ت َ َر ْوهَا َو َعذ
“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para
malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab kepada
orang-orang kafir. Itulah balasan bagi orang-orang kafir.”
Al-Asyhaad (saksi)
Di antara nama umum lain bagi Malaikat yang disebutkan di dalam al-Qur-
an adalah al-asyhaad, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ghafir (40):51
Pertama. Malaikat Jibril, secara syar'i Malaikat Jibril adalah sosok Malaikat yang
diciptakan oleh Allah Swt. dengan tugas menyampaikan wahyu kepada para utusan
Allah Swt. yaitu terhitung sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Demikian
ini sesuai dengan firman Allah Swt. pada surat An-Nahl:102, dan Asy-Syuara:193.
Kedua. Malaikat Mikail, secara syar‟i Malaikat Mikail adalah sosok yang telah
diciptakan-Nya untuk menyampaikan rizki kepada para makhluk Allah Swt., baik
rizki dalam bentuk kesehatan jasmani dan rohani, ataupun rizki yang menjadi
kebutuhan pokok sehari-hari.
Ketiga. Malaikat Isrofil, ia bertugas meniup sangkakala pada hari kiamat dan hari
kebangkitan13 sebagaimana dijelaskan pada QS. Al-Haqqah:13-16, Q.S. Az-
Zumar:68, dan Q.S. Ibrahim:48
Keempat. Malaikat Izrail, merupakan sosok Malaikat yang bertugas mencabut
nyawa manusia dan seluruh mahluk hidup lainnya.
Kelima. Malaikat Raqib dan Atid, kedua Malaikat ini bertugas mencatat seluruh
tingkah laku, perbuatan manusia. Raqib untuk yang baik, dan Atid untuk yang jahat,
sebagaimana dalam firman Allah surat Qaf: 16-18.
Keenam. Malaikat Munkar dan Nakir, mereka berdua bertugas memberikan
pertanyaan-pertanyaan pada setiap manusia, di alam kubur.
Ketujuh. Ialah Malaikat Malik, ia diberi amanah menjaga neraka dan memimpin
para malaikat menyiksa penghuni neraka, sebagaimana dalam firman Allah surat
At-Tahrim:6, dan Al-Zukhruf: 77.
Delapan. Ialah Malaikat Ridwan yang bertugas sebagai penjaga surga sebagaimana
firman Allah dalam surat Ar-Ra‟d:23-24.
13
Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Iman Kepada Malaikat (Yogyakarta: Ibnu Majjah,
2015) h. 13
15
manusia adalah makhluk yang dibekali dengan akal dan hawa nafsu yang harus
dikontrol.
1. Bentuk fisik
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling mulia
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia diciptakan dengan bentuk
sebaik-baiknya, kekuatan pikiran yang tajam, dibekali perasaan yang halus, dan
manusis selalu mengalami perkembangan daru masa ke masa dalam berbagai
bidang, baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun peradaban
dan kebudayaan.
Allah tidak menciptakan suatu makhluk kecuali dengan tujuan dan fungsi
yang telah ditetapkan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada manusia yang hidup sia-
sia di muka bumi ini, setiap manusia mempunyai keunggulan dan kehebatan.
semua manusia diciptakan oleh Allah dengan ciptaan yang paling mulia, paling
baik dan sempurna. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. At-Tin
(95):4
Manusia diutus kedunia ini untuk menjadi khalifah, juga kerana kehebatan
dan kemuliaan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS.
Al-Isra' (17):70
16
ِ ََولَقَ ْد َكر ْمنَا ْبَنِ َٰٰٓى َءادَ َم َو َح َم ْلنَ ُه ْم فِٰى ْٱلَبَ ِر َو ْٱلَبَ ْح ِر َو َرزَ ْقنَ ُهم ِمنَ ٱلطيَِب
ت
ً ض
يَل ِ ير ِمم ْن َخلَ ْقنَا ت َ ْف ٍ َِوفَض ْلنَ ُه ْم َعلَٰى َكث
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna.”
Manusia akan berada pada titik kemuliaan tertinggi jika ia mampu berjihad
melawan nafsunya. Cara terbaik menaklukkan nafsu adalah dengan taat kepada-
Nya. Ketaatan bisa menjadi kebiasaan yang akan membenci kekufuran serta
berbagai bentuk kemaksiatan. Seseorang yang selalu beribadah kepada Allah,
melaksanakan shalat dengan tekun, dan menganggap itu sebagai kebutuhan telah
berhasil menaklukkan hawa nafsunya. Sedangkan para malaikat tidak dibekali
dengan hawa nafsu dan telah ditugaskan untuk beribadah kepada Allah tanpa
rasa lelah.
Namun, manusia bisa menjadi sangat hina bahkan lebih rendah dari
binatang jika ia tidak mampu melawan hawa nafsunya dan jatuh dalam tipu daya
setan. Oleh karena itu mulianya diri kita bergantung pada kemampuan kita untuk
melahan hawa nafsu dan godaan setan.
Jika kita beriman kepada malaikat, berarti kita harus bisa menerapkan
keimanan tersebut. Iman kepada malaikat mencakup perbuatan, ucapan, hati, dan
17
lisan. 14Orang-orang yang beriman selalu dapat mengambil pelajaran dari apa yang
diimani. Dalam hal beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt., pelajaran yang
dapat dipetik antara lain seperti berikut.
1. Sebagai bukti keimanan seseorang, karena tidak sah iman seseorang tanpa
beriman kepada malaikat.
2. Menyadarkan kita akan kebesaran, keagungan dan kekuasaan Allah
subhanahu wataala, karena kebesaran makhluk adalah sebagai bukti
kebesaran penciptanya.
3. Dengan mengetahui sifat-sifat, keadaan dan tugas-tugas malaikat akan
menambah keimanan dalam hati seorang muslim.
4. Akan timbul rasa tenang dan aman pada diri orang mukmin, karena Allah
telah menetapkan untuk setiap mereka malaikat yang senantiasa menyertai
mereka.
5. Akan menambah rasa cinta kepada mereka, karena mereka melaksanaan
ibadah secara sempurna, dan mereka mendo’akan ampunan untuk orang-
orang mukmin.
6. Membangkitkan rasa benci terhadap perbuatan-perbuatan maksiat.
7. Membuahkan rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, atas
perhatian-Nya terhadap hamba-Nya, dengan menugaskan malaikat untuk
menjaga manusia dan mencatat semua amalan mereka serta kemaslahatan-
kemaslahatan mereka yang lain.
1. Jin
Dari segi bahasa, Al Jinn adalah lawan kata Al-Ins (manusia). Kosa kata
dalam bahasa Arab yang terdiri dari huruf Jim dan Nun, dengan berbagai
bentukannya, memiliki pengertian "benda" atau "makhluk" yang
tersembunyi. Kata jiniy yang diucapkan orang-orang Arab dahulu dan juga
dipergunakan oleh Alquran, adalah makhluk berakal yang tersembunyi (tidak
14
Suyanto, “Dasar-Dasar Normatif dan Penalaran Filosofis tentang Hakikat Keimanan”,
Universium 10, no. 1 (Januari 2016), h. 107
18
Muhammad Isa Daud, “Dialog Dengan Jin Muslim”, Tanslated by: Afif Muhammad dan Abdul
15
نَس َيعُوذُونَ ِْب ِر َجا ٍل ِمنَ ْٱل ِج ِن فَزَ ادُو ُه ْم ِ ْ ََوَأَن ۥهُ َكانَ ِر َجا ٌل ِمن
ِ ٱْل
َر َهقًا
“Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin)
menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.”
Dan jin sama sekali tidak mengetahui perkara gaib dan tidak termasuk
makhluk yang mempunywi hubungan dengan langit,18 sebagaimana yang
ditegaskan dalam firman Allah QS Al Jin:8-10.
2. Iblis
Istilah “Iblis” muncul ketika Allah SWT sedang berada dalam puncak
kemarahan. Sebab, makhluk ini tidak mau menuruti perintah-Nya untuk
bersujud kepada Adam. Namun demikian, kedua ayat di ini (al-Baqarah: 34
dan al-Isra’: 61) belum menunjukkan status “Iblis” secara konkrit.
Oleh sebab itu, perlu digunakan munasabah ayat yang lain agar status “Iblis”
menjadi konkrit. Dalam hal ini, surat al-Kahfi ayat 50 dapat dijadikan
landasan berpijak.19
17
Ibid
18
Sayyid Quthb, “Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 12”, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 50
19
Nurul Hakim, “Ontologi Iblis Dalam Al-Qur’an”, Dialogia, Vol. 15, No. 1 (Juni, 2017), h.
157
20
Dari ayat ini, tampak jelaslah status “Iblis”. Bahwa yang disebut “Iblis”
adalah golongan jin. Hal ini juga mengindikasikan bahwa yang diperintahkan
oleh Allah SWT. untuk bersujud kepada Adam adalah malaikat dan jin.
Kedua makhluk inilah yang mendapat perintah untuk bersujud. Dengan
demikian, berarti tidak ada makhluk yang bernama Iblis, sebagaimana
makhluk manusia, malaikat, hewan dan lain-lain. Yang ada adalah makhluk
jin. 20
3. Syaitan
Skripsi Saiful Fajar yang berjudul Konsep Syaitan dalam al-Qur’an:
Kajian Semantik Toshihiko Izutsu,22 dalam skripsi ini Fajar menjelaskan
20
Nurul Hakim, “Ontologi Iblis Dalam Al-Qur’an”, Dialogia, Vol. 15, No. 1 (Juni, 2017), h.
158
21
Munawar Rahmat, “Implementasi Metode Tematik Al-Qur’an untuk Memahami Makna
Beriman Kepada Para Malaikat”, Jurnal Pendidikan Agama Islam 13, no. 1 (2015), h. 87
22
Saiful Fajar, “Konsep Syaitan dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko Izutsu”
(Skripsi S1 Fakultas Usluhuddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 48
21
makna kata syaitan. Kata syaitan berasal dari kata syathana yang artinya Jauh
karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Setan adalah
sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, membangkang, tidak taat,
suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Setan itu sendiri berarti segala sesuatu yang
menyimpang dari tabiatnya berupa kejahatan, baik dari jenis manusia maupun
jin.
Menurut Hamka, setan adalah yang menyuruh hanya kepada hal yang
jahat dan keji. Yang jahat ialah semacam maksiat, pelanggaran dan
kedurhakaan, yang keji ialah segala perbuatan yang membawa kepada
kehinaan dan kenistaan. Dalam pengertian ini, setan tidak dipahami sebagai
person, melainkan sebagai sifat dari keburukan dan kejahatan yang dapat
melekat pada jenis jin dan juga manusia.23
23
Heryadi “Tinjauan al- Qur’an Terhadap Godaan Iblis dan Setan Menurut Hamka dalam
Tafsir al-Azhar” Medina-te, Vol. 16, No. 1 (Juni 2017): h. 96
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Malaikat merupakan hamba Allah SWT yang senantiasa beribadah,
tunduk, dan patuh kepada-Nya, tidak pernah melanggar perintah-Nya,
yang memiliki tugas dan kedudukan tertentu di sisi Allah SWT.
2. Malaikat adalah makhluk Allah dengan jumlah yang sangat banyak dan
tidak ada yang mengetahui dengan pasti jumlah mereka, kecuali Allah
yang telah menciptakan mereka. Malaikat memiliki nama dan tugas yang
beragam, namun terdapat beberapa nama malaikat beserta tugasnya yang
wajib diketahui oleh manusia karena berkenaan dengan kehidupan
manusia.
3. Manusia merupakan makhluk dengan bentuk paling sempurna. Manusia
akan lebih mulia daripada malaikat ketika mereka bisa mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan segala cobaan dan godaan syaitan yang
menyertainya.
4. Terdapat beberapa hikmah dari beriman kepada malaikat, di mana
hikmah yang paling utama yaitu sebagai bukti keimanan seseorang
karena iman kepada malaikat merupakan salah satu pilar dari rukun iman.
5. Jin, syaitan, dan iblis merupakan makhluk gaib yang diciptakan Allah
SWT. Mereka tidak kasat mata sehingga eksistensinya terkadang
diragukan. Jin merupakan makhluk yang diciptakan dari api, jin ada yang
beriman dan ada yang tidak, sedangkan syaitan diartikan sebagai sifat
dari keburukan dan kejahatan yang dapat melekat pada jenis jin dan juga
manusia. Adapun iblis adalah makhluk durhaka yang jenisnya adalah jin,
bukan manusia.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata cukup apalagi sempurna. Oleh
karena itu, dalam makalah ini tentu terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk
makalah yang lebih baik kedepannya, penulis menyarankan agar menggunakan
22
23
Al- ‘Aqil, Muhammad bin A.W. 2010. Menyelisik Alam Malaikat. Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi’I
Daud, Muhammad Isa. 1997. Dialog Dengan Jin Muslim. Terjemahan oleh Afif
Muhammad dan Abdul Adhiem. Bandung: Pustaka Hidayah
Fajar, Saiful. 2018. Konsep Syaitan dalam al-Qur’an: Kajian Semantik Toshihiko
Izutsu. Skripsi S1 Fakultas Usluhuddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hakim, Nurul. 2017. Ontologi Iblis Dalam Al-Qur’an. Dialogia, Vol. 15, No. 1
(Juni, 2017): h. 151-171.
Heryadi. 2017. Tinjauan al- Qur’an Terhadap Godaan Iblis dan Setan Menurut
Hamka dalam Tafsir al-Azhar. Medina-te, Vol. 16, No. 1 (Juni 2017): h.
91-104
Kahar, Abdul. 2018. Eksistensi dan Keistimewaan Malaikat Jibril Dalam Al-
Qur’an. Jurnal Pemikiran dan Ilmu Keislaman. Vol.1 No.2 September 2018,
h. 283-324
Matondang. Husnel Anwar. 2015. Konsep Al-Iman dan Al-Islam Analisis Terhadap
Pemikiran Al- ‘Izz Ibn ‘Abd As-Salam (557-660H atau 1181-1262M).
Analytica Islamica 4, no.1.
Quthb, Sayyid. 2001. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jilid 12. Jakarta: Gema Insani
Sandi, Ahmad dan Moh. Rizki Abdullah. 2015. Makalah Pendidikan Agama Islam
(PAI) Iman Kepada Malaikat. Gresik: SMA Negeri 1 Sidayu,