Oleh:
NI PUTU DIAH SETYAWATI
NIM. 199012259
2. ETIOLOGI
Dalam persalinan ada dua hormon yang mempengaruhi dan dominan, yaitu:
a. Hormon estrogen: berperan dalam meningkatkan sensitifitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, prostaglandin, dan
rangsangan mekanisme.
b. Hormon progesteron: berperan dalam menurunkan sensitifitas otot rahim,
menghambat rangsangan dari luar menyebabkan relaksasi otot, termasuk otot polos.
Teori yang menimbulkan adanya persalinan (Manuaba, 2010)
a. Teori keregangan : Keregangan otot rahim mempunyai batas tertentu oleh karena itu
setelah melewati batas tertentu akan terjadi kontraksi.
b. Teori penurunan progesteron : Proses penuaan plasenta, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, penyempitan pembuluh darah, sehingga terjadi kebuntuan menyebabkan
produksi progesteron mengalami penurunan.
c. Teori oksitosin internal : Keseimbangan progesteron dan estrogen, meningkatkan
pengeluaran oksitosin dan mengakibatkan peningkatan aktivitas kontraksi rahim.
d. Teori prostaglandin : Peningkatan prostaglandin sejak hamil 15 minggu dikeluarkan
dedidua dan prostaglandin sebagai pemicu terjadinya persalinan.
e. Tekanan kepala bayi pada ganglion servikalis dan fleksus franken house dapat
menimbulkan kontraksi rahim dan reflek mengejan.
3. MEKANISME PERSALINAN
a. Engagement
Diameter biparietal melewati PAP.
Pada nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan.
Pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
Kebanyakan kepala masuk panggul dengan sutura sagitalis melintang pada PAP-flexi
ringan.
b. Descent (turunnya kepala)
Merupakan turunnya presentasi pada inlet.
Turunnya kepala disebabkan oleh 4 hal :
1) Tekanan cairan ketuban.
2) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong.
3) Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II).
4) Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
Synclitismus : sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir, tepat
antara symphisis dan promontroium. Os parietal depan dan belakang sama tinggi.
Asynclitismus : jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis/agak
ke belakang mendekati promontorium
- Asynclitismus posterior : sutura sagitalis mendekati symphisis, os
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan
- Asynclitismus anterior : sutura sagitalis mendekati promontorium
c. Fleksi
Dengan majunya kepala maka kepala mendapat tahanan dari cervix, dinding panggul atau
dasar panggul sehingga terjadi fleksi. Keuntungan : ukuran kepala yang lebih kecil
melalui jalan lahir : diameter suboccipito bregmatica (9.5) menggantikan diameter
suboccipito frontalis (11 cm).
Ukuran-ukuran diameter kepala bayi yang menentukan di antaranya :
1) suboksipito-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi belakang kepala.
2) oksipito-frontalis (+ 11.75 cm) : pada persalinan presentasi puncak kepala.
3) oksipito-mentalis (+ 13.50 cm) : pada persalinan presentasi dahi.
4) submento-bregmatikus (+ 9.50 cm) : pada persalinan presentasi muka.
5) bi-parietalis (-+ 9.50 cm) : ukuran terbesar melintang dari kepala.
6) bi-temporalis (+ 8.00 cm) : ukuran antara os temporalis kiri dan kanan.
d. Putaran Paksi Dalam
Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis.
Merupakan usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dgn bentuk jalan lahir (bidang
tengah dan PBP) meletakkan pada ukuran muka belakang PBP.
Terjadi bersamaan dengan majunya kepala.
Rotasi muka-belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam
Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala
Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah
depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara m. levator ani kiri dan kanan
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.
e. Ekstensi
Defleksi kepala.
Karena sumbu PBP mengarah ke depan ke atas.
Kekuatan pada kepala : mendesak ke bawah dan tahanan dasar panggul
sehingga terjadi kekuatan ke arah depan atas.
Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis sebagai
hypomoclion maka lahir lewat perineum : occiput, muka, dagu.
4. KLASIFIKASI
a. Persalinan spontan : bila persalinan seluruhnya dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan : bila persalinan dengan bantuan tenaga dari luar yaitu alat forceps,
vacum, dan sectio caesarea
c. Persalinan anjuran : bila kekuatan untuk persalinan diambilkan dari luar dengan jalan
rangsangan yaitu dengan induksi, amniotomi, dan lain-lain (Manuaba, 2010).
5. MANIFESTASI KLINIS
Penipisan dan pembukaan serviks.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit).
Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina (Depkes RI, 2008).
6. TAHAP-TAHAP PERSALINAN
a. KALA I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan (Manuaba, 2010). Kala I persalinan terdiri
dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten dalam kala I persalinan :
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif dalam kala I persalinan :
Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan terus meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi
dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
cm hingga 2 cm.
Terjadi penurunan bagian terbawah janin
Fase aktif terbagi atas (Mochtar, 1998):
Fase akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 3-4 cm.
Fase dilatasi maksimal (steady) berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung
cepat sampai 9 cm.
Fase deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 9 cm
sampai lengkap (+ 10 cm).
b. KALA II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi (Kurniawati dkk, 2009).
Tanda dan gejala kala II persalinan, yaitu:
Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.
Perineum terlihat menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung 50 menit
untuk primigravida dan 30 menit pada multigravida, tetapi hal ini dapat sangat bervariasi
(Manuaba, 2010). Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya dan posisi
bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II .
Beberapa proses kala II persalinan yaitu:
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala I ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan
karena tertekannya pleksus Frankenhauser.
4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi
kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir
ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala
terhadap punggung.
6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:
kepala dipegang pada os oksiput dan di bawah dagu, ditarik curam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang, setelah
kedua bahu lahir ketika dikait untuk melahirkan sisa badan, bayi lahir diikuti oleh sisa
air ketuban (Manuaba, 2010).
Gangguan yang mungkin terjadi
1) Distosia Bahu; kesulitan melahirkan bahu setelah kepala lahir.
2) Ruptura Uteri; robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau persalinan dimana
umur kehamilan >28 minggu.
3) Atonia Uteri; kegagalan miometrium untuk berkontraksi sehingga uterus dalam
keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek, tidak mampu menjalankan fungsi, oklusi
pembuluh darah.
4) Laserasi Jalan Lahir; diskontinuitas jaringan tubuh (dengan segala akibatnya) yang
disebabkan oleh trauma proses persalinan atau tindakan yang diterapkan, yang terjadi
pada serviks, vagina, vulva dan perineum.
5) Terjadinya syok; tanda dan gejala yaitu nadi cepat, lemah (110 kali/menit atau lebih),
tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg), pucat pasi, berkeringat atau
dingin, kulit lembab, napas cepat (lebih dari 30 kali/menit), cemas, bingung atau tidak
sadar, produksi urine sedikit (kurang dari 30 ml/jam).
6) Dehidrasi; tanda dan gejala yaitu perubahan nadi (100 kali/menit atau lebih), urine
pekat, produksi urine sedikit( < 30 ml/jam).
7) Adanya infeksi; tanda dan gejala yaitu nadi cepat (110x/menit/lebih), temperature
tubuh lebih dari 380C, menggigil, air ketuban atau cairan vagina yang berbau.
8) Pre eklamsia ringan; tanda dan gejala yaitu tekanan darah diastolik 90-110 mmHg,
proteinuria 2+.
9) Pre eklamsia berat/eklamsia; tanda dan gejala yaitu tekanan darah diastolik 110
mmHg atau lebih, tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih dengan kejang, nyeri
kepala, gangguan penglihatan, kejang setiap saat.
10) Inersia uteri; tanda dan gejala yaitu kurang dari 3 kontraksi dalam 10 menit masing-
masing kontraksi berlangsung kurang dari 40 detik.
11) Adanya gawat janin; tanda dan gejala yaitu DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160
x/menit, mulai waspada tanda awal gawat janin, DJJ kurang dari 100 atau lebih dan
180 x/menit.
12) Distorsia; tanda dan gejala yaitu kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar,
kepala bayi tersangkut di perineum (kepala kura-kura), bahu bayi tidak lahir.
13) Cairan ketuban bercampur mekonium; tanda dan gejala yaitu cairan ketuban berwarna
hijau (mengandung mekonium).
14) Tali pusat menumbung; tanda dan gejala yaitu tali pusat teraba atau terlihat saat
pemeriksaan dalam.
15) Lilitan tali pusat; tanda dan gejala yaitu tali pusat melilit leher bayi (Kurniawati,
Desy, dkk. 2009)
c. KALA III
Kala III adalah Periode waktu yang dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat
plasenta seluruhnya sudah dilahirkan. Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan
menjadi semakin kecil sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka pasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau ke dalam vagina.
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran ini cukup penting, karena kelalaian
dapat menyebabkan risiko perdarahan yang dapat membawa kematian. Kala ini berlangsung
mulai dari bayi lahir sampai uri keluar lengkap. Kala III terdiri dari 2 fase yaiu fase pelepasan
uri dan fase pengeluaran uri. Dalam waktu 1-5 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc.
Gangguan yang mungkin terjadi adalah perdarahan post partum. Hal-hal yang
menyebabkan perdarahan post partum ialah:
- Atonia uteri, yang merupakan penyebab terpenting pada perdarahan post partum.
- Retensio plasenta.
- Inversio Plasenta.
d. KALA IV
Kala IV (observasi) dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya syok hipovolemia pada ibu yang dapat mengancam jiwa. Persalinan kala empat
dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu. Observasi dilakukan untuk
menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran ibu, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi
uterus dan terjadinya pendarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400-500 cc. 7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
1) Kontraksi uterus harus baik.
2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain.
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
4) Kandung kencing harus kosong.
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma.
6) Resume keadaan umum bayi meliputi Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration
(warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan).
7) Resume keadaan umum ibu.
Gangguan-gangguan yang mungkin muncul
- Laserasi jalan lahir.
- Robekan serviks.
- Perdarahan post partum.
7. PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi; pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.
a. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
- Menentukan tinggi fundus uterus
- Memantau kontraksi usus
- Memantau denyut jantung janin
- Menentukan presentasi
- Menentukan penurunan bagian terbawah janin
b. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam diperlukan untuk menilai :
- Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit, keadaan serta
pembukaan serviks
- Kapasitas panggul
- Ada atau tidak adanya penghalang (misalnya tumor) pada jalan lahir
- Pecah tidaknya ketuban
- Presentasi kepala janin
- Turunnya kepala dalam ruang panggul
- Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
- Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung
(Prawirohardjo, 2006).
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan
pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2) Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari
janin, plasenta dan uterus.
3) Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah
tersebut disebut pungtum maksimum.
4) Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung
janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya
direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan
kontraksi uterus pada saat yang sama.
tentang keselamatan NOC Label >> Fetal Status : Intrapartum posisi ‘hand and knee’
Tenangkan ibu dan berikan dukungan personal
Cairan amnion berwarna bening atau agak Konsultasi dengan ahli kandungan untuk sampel darah jika
kekuningan. diperlukan
Jumlah cairan amnion dbn
NIC Label >> Newborn Care
Posisi janin belakang kepala
Darah pada kulit kepala janin Catat berat dan ukuran bayi
NOC Label >> Respiratory Status: Airway Tentukan umur kehamilan
Bandingkan umur kehamilan dan berat bayi
Patency Monitor suhu tubuh bayi
RR dbn (120-160x/menit) NIC Label >> Newborn Monitoring
Irama pernapasan dbn
Kedalaman pernapasan dbn Lakukan evaluasi APGAR dalam waktu 1-5 menit setelah
lahir
Monitor heart rate bayi
Monitor warna bayi
Monitor tanda dan gejala hiperbilirubinemia
Monitor tali pusar
4. EVALUASI
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 Risiko defisit volume Pasien tidak mengalami kekurangan volume cairan,
cairan berhubungan dengan kriteria hasil:
NOC Label >> Blood loss severity
dengan perdarahan,
Perdarahan yang nampak berkurang (skala 4)
dehidrasi
Perdarahan vagina berkurang (skala 4)
NOC Label >> Hydration
Turgor kulit pasien tidak kering (skala 4)
Intake cairan adekuat (skala 4)
Membran mukosa lembab (skala 4)
NOC Label >> Fluid Balance
Tekanan darah pasien normal (skala 4)
2 Risiko asfiksia Tidak terjadi asfiksia dengan kriteria hasil :
berhubungan dengan NOC Label >> Fetal status : intrapartum
kurangnya pendidikan Cairan amnion berwarna bening atau agak
tentang keselamatan kekuningan
Jumlah cairan amnion dbn
Posisi janin belakang kepala
Darah kulit kepala janin
NOC Label >> Respiratory Status: Airway Patency
RR dbn (120-160x/menit)
Irama dan kedalaman pernapasan dbn
KALA III
1. PENGKAJIAN
Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian kembali ke tingkat
normal dengan cepat.
- Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
- Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
Makanan/cairan
Kehilangan darah normal 200-300ml.
Nyeri/ketidaknyamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan adanya robekan atau laserasi.
Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada.
Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometrium,
biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat memanjang pada muara
vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk globular.
g. Nyeri/Ketidaknyamanan
Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma
jaringan/perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin/otot tremor
dengan “menggigil”
h. Keamanan
Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
i. Seksualitas
Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus
Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap dengan hanya beberapa
bekuan kecil
Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
Payudara lunak dengan puting tegang
j. Penyuluhan/Pembelajaran
Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah
k. Pemeriksaan Diagnostik
Hemoglobin/Hematokrit (Hb/Ht), jumlah darah lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain
mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.
Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta:
EGC.
Carpenito, Linda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal (APN), Asuhan Esensial, Pencegahan dan
Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi.
Dochterman, Joanne McCloskey & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Intervention
Classification. USA: Mosby.
Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid Satu Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification. USA: Mosby
NANDA. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:
EGC
Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. dan Bare, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Kedua Cetakan Keempat. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.