Anda di halaman 1dari 7

PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA BANK KONVENSIONAL

A. PRINSIP KEHATI-HATIAN
Sedasarnya dengan itu perlunya penerapan prinsip kehati-hatian pada kegiatan usaha
perbankan ferry N. idroes menekankan perlunya regulasi perbankan dalam dunia perbankan hal
ini bertujuan untuk melindungi industri perbankan dalam menghadapi resiko yg pada gilirannya
melindungi nasabah dan perekonimian dari kegagalan proses dan prosedur yg akan berdampak
pada sistimkeuangan secara keseluruhan.
Operasi perbankan harus memiliki keseimbangan antara kewajiban yg harus dijalankan (
banking duty principles) dan pengelolaan bank ( banking management principles) dengan
mengacu dan berdasarkan diri pada etika perbankan ( banking ethic principles ).

Kewajiban –kewajiban perbankan yangb di kemukakan oleh Rimsky k. judisseno, antara lain :
1. Kewajiban umum, meliputi pemberian pelayanan yg baik , rasa aman.
2. Kewajiban khusus, meliputi kewajiban kepada pemerintah ,karyawan dan pemilik.

Menurut Munir fuady, bisnis bank adalah bisnis konservatif sifat konservatif tersebut
kemudian dikenal dengan nama prudent banking, terutama disebabkan karena:
1. Peranan bank yg cukup menentukan dalam perkembangan moneter dan ekonomi
secara makro.
2. Berhubungan dengan uang rakyat (depositi, giro, tabungan , dll ) dipertaruhkan dalam
suatu bank.
3. Karena karakteristik dari bisnis bank yg harus selalu melakukan match antara dana yg
diterima dan dana yg disalurkan, sehingga unsure-unsur spekulatif ditekan seminimal
mungkin.

Demikian juga di kemukakan oleh Permadi gundapraja bahwa konsep tentang prudential banking
supervision tidak muncul tiba-tiba tetapi sebagai proses pemikiran melalui serangkaian pengamatan atas
perkembangan kehidupan perbankan yg semakin dinamis dan kompleks. Prinsip utama yg digunakan
dalam melakukan pengawasan bank pada awalnya adalah asas perbankan yang sehat dan asas
perkreditan yang sehat, yaitu :

a. Asas perbankan yg sehat menekankan aspek likuiditas, solvabilitas, dan profabilitas. Aspek
resiko lainnya, seperti klasifikasi kredit, pencadangan resiko kerugian, konsentrasi kredit, dan
kualitas manajemen sebagai pendukung dari penilaian atas tiga aspek utama tetap
diperhatikan.
b. Prinsip lain yg menjadi criteria pengawasan bank adalah asas poerkreditan yg sehat . asas ini
berpedoman pada C5 dalam menilai kredit, yaiti : character, capacity, capital, collateral dan
condition.

Berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudential principal ) belum di atur secara jelas dan terperinci pada
undang-undang nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan , hanya peraturan minim
berkaitan tentang keharusan adanya jaminan bilamana bank umum memberikan kredit yg di atur dalam
pasal 24 ayat 1 dan kewajiban bank untuk melakukan neraca tahunan disertai perhitungan rugi laba
pasal 35.

Indikator krisis perbankan yg menyebabkan krisis perekonomian disebabkan, anatara lain:

1. Melemahnhya modal perbankan telah menyebabkan rendahnya daya tahan bank dalam
menghadapi krisis likuiditas jangka pendek.
2. Prinsip prudential banking tidak dijalankan sebagai mana mestinya oleh manajemen, akibatnya
banayak kredit yg disalurkan bukan pada tempatnya yg berakibat adanya kredit macet.
3. Pertumbuhan asset yg berkualitas rendah
4. Persaingan tidak sehat dalam memberikan suku bunga bank.

B. PERWUJUDAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA KEGIATAN USAHA PERBANKAN

Pada saat dikeluarkannya paket deregulasi perbankan pada 28 february 1991 prinsip kehati-hatian
pertama kali diperkenalkan. Prinsip kehati-hatian adalah suatu prinsip yg sangat penting sebagai
pedoman operasi perbankan yg berlaku bagi perbankan di seluruh dunia sebagaimana ditetapkan oleh
bank for intenational settlement (BIS).

Menurut Tan kumelo bahwa perlunya perlindungan bagi nasabah bank karena :

i. Secara filosofi , pelaku bisnis bank (pengurus) tidak menjunjung tinggi nilai dan prinsip-
prinsip kejujuran dalam mengelola bank.
ii. Secara yuridis, nasabah penyimpan memiliki kedudukan yg lemah sebagai konsumen
sehingga perlu mendapat perlindungan dari undang-undang perlindungan konsumen ,
undang-undang penjamin simpanan.
iii. Secara sosiologis, kenyataan menunjukkan bahwa pemberian kredit dilakukan kepada
kelompok bisnisnya tanpa ada jaminan yg cukip dan prilaku pengurus serta manajemen
dalam menjalankan usaha bank sehingga berdampak pada nasabah penyimpan .

Dalam undang-undang perbankan tidak disebutkan secara tegas mengenai pengertian prinsip dari
kehati-hatian, akan tetapi undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah pada
penjelasan pasal 2 dijelaskan bahwa yg dimaksud dengan prinsip kehati-hatian “prinsip kehati-hatian”
adalah pedoman pengelolaan bank yg wajib di anut guna mewujudkan perbankan yg sehat ,kuat , dan
efesien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Rambu-rambu kesehatan
Adapun rambu-rambu kesehatan tersebut dalam beberapa pasal dalam undang-undang
nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan juncto undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang
perubahan undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentanhg perbankan Indonesia dan peraturan
OJK. Rambu-rambu kesehatan tersebut dapat dijelaskan dalam jraian dibawah ini.
a. Pembatasan usaha bank

Pada suata bankl apabila dibenarkan melakukan kegiatan usaha tanpa ada pembatasan, maka dapat
memebahayakan eksistensi bank tersebut,yg giglirannya dapat merugikan nasabah penyimpan dana ,
oleh karna itu dalam pasal 6 dan 7 undang-undang perbankan menentukan bank bahwa bank hanya
boleh melakukan kegiatan usaha yg ditentukan.

b. Capital adequacy ratio (CAR)


Permodalan bagi bank sebagaimana perusahaan pada umumnya berfungsi sebagai
penyangga terhadap kemunhkinan terjadinya kerugian.
Bank harus memenuhi kecukupan modalnya sehingga mencapai kewajiban penyedian
modal minimum bank. Ketentuan atas minimum CAR dariwaktu ke wakru yg telah berubah ,
terakhir di atur peraturan bank Indonesia nomor 15/12/PBI /2013 tentang kewajiban
penyedian modal minimum bank umum. Pada pasal 12 peratutaran bank Indonesia nomor
15/12/PBI/2013 ditentukan bahwa:
1. Bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil resiko.
2. Penyediuan modal minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
menggunakan ratio kewajiban penyedia modal minimum (kpmm).
3. Penyedia modal minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di tetapkan paling
rendah sebagai berikut:
a. 8% (delapan persen) dari asset tertimbang menurut resiko (ATMR) untuk bank
dengan profil resiko peringkat 1 (satu)
b. 9% (Sembilan persen) sampai dengan 10% dari ATMR untuk bank dengan profil
resiko peringkat 2 (dua)
c. 10% ( sepuluh persen) sampai dengan 115 dari ATMR untuk profil resiko peringkat 3
( tiga) ; atau
d. 11% (sebelas persen) sampai dengan 15% dari ATMR untuk bank dengan profil
resiko peringkat 34 (empat)
c. Giro Wajib Minimum
Tentang giro wajib minimum bank umum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum
konvensional dan surat edaran bank Indonesia nomor 15/41/DKMP tanggal 1 oktober 2013
perihal perhitungan giro wajib minimum verdasarkan loan to deposito ratio dalam rupiah.

d. Loan to funding Ratio (LFR)


Semua penyebutan loan to deposito ratio atau LDR dalam peraturan bank Indonesia nomor
15/15/PBI/2013 tentang giro minimum bank umum dalam rupiah valuta asing bagi bank
umum konvensional beserta peraturan pelaksanaanya dan telah diubah dengan peraturan
bank Indonesia Nomor 17/11/PBI/2015 dibaca dengan loan funding ratio yg selanjutnya
disingkat LFR sejak tanggal 3 agustus 2015 loan to ratio selanjutnya adalah rasio kredit yg
diberikan pada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada
bank lain.
LFR target adalah adalah kisaran LFR yg dibatasi opleh batas bawah dan batas atas yg
ditetapkan oleh bank Indonesia dalam rangka perhitungan GWM LFR.

e. Analisi kredit
Kredit pada sisis aktiuva neraca bank merupakan bagiuan terbesar dana operasional di
setiap bank. Kenyataan ini menggambarkan bahwa kredit adalah sumber pendapat bank
(bunga) yg terbesar, namun sekaligus merupakan sumber resiko operasi bisnis yg terbesar.

Kredit yg diberikan oleh bank mengandung resiko, yaitu resiko kredit, yg dimaksud disini
adalah resiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan/
atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk memebayar kembali dana yang dipinjamkan
secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.

f. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BPMK)


Berdasarkan peraturan bank Indonesia nomor 15/11/PBI/2013 tentangb prinsip kehati-
jatian dalam kegiatan penyertaan modal yg dimaksud dengan Baras Maksimum Pemberian
Kredit yang selanjutnya disingkat BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana yg
diperkenankan terhadap modal bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan bank
Indonesia mengenai batas maksimum pemberian kredit bank.

Pada pasal 11 undang-undang perbankan, bank Indonesia menentukan mngenai batas


maksimum pemberian kredit ( legal lending limit) kepada peminjam atau sekelompok
peminjam terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan , adapun tujuan adanya batas
maksimum pemberian kredit yaitu :
a. Menetapkan perpencaran kredit sehingga kredit tidak bertumpuk pada satu pihak
tertentu
b. Mengurangi resiko kredit macet
c. Mencegah penggunaan dana masarakat hanya untuk kepentingan pemegang
saham/group perusahaan pemilik bank
d. Melindungi dana masarakat dengan menjaga kesehatan bank yg bersangkutan

g. Kewajiban Menggunakan Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi tahunan menurut, Sutan Remy
Sjahdeini salah satu dari asas perbankan adalah asas tranpransi yaitu sebagaimana
ditentukan pada pasal 35 undang-undang perbankan. Menurut pasal 35 undang-undang
perbankan, bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam waktu dan
bentuk yg di tetapkan oleh bank Indonesia.

Berdasarkan pertimbangan dari bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang tranparansi


dan publikasi laporan bank bahwa dalam rangka menciptakan disiplin pasar ( market
discipline) dan sejalan dengan perkembangan standar internasional diperlukan upaya
peningkatan tranparansi kondisi keuangan dan kinerja bank melalui publikasi laporan bank
untuk memudahkan penilaian oleh public dan pelaku pasar.

h. Kualifikasi bagi pemegang saham dan pengurus bank


Bank adalah suatu lembaga kepercayaan artinya eksistensi suatu bank sangat bergantung
kepada kepercayaan masarakat terhadap bank tersebut.
Pasal 16 sampai dengan 28 undang-undang perbankan yg berkaitan dengan mengatur
perizinan ,bentuk hokum dan kepemilikan bank, ditentukan bahwa pendirian bank harus
diatur secara tegas mengenai kepemilikan bank mengingat bisnis perbankan adalah prinsip
yg mengedepankan prinsip kepercayaan.
Pada peraturan bank Indonesia nomor 12/13PBI/2010 mengenai uji kemampuan dan
kepatutan (fit and proper test) .
Dalam pelaksanaa n uji kepatutan dan kelayakan pengurus dan pejabat eksekutif bank
ditentukan pada
1. Faktor integritas
Dari pengurus dan pejabat eksekutif,yaitu tidak pernah dilakukannya tindakan-tindakan
baik secara langsung maupun tidak langsung berupa perbuatan rekayasa atau praktik
perbankan yg menyimpang perbankan

2. Factor kompetensi
A. Pengetahuan dibidang perbankan yg memadai dan relevan dalam jabatannhya
B. Keahlian dan pengalaman di bidang perbankan dan/ atau bidangbkeuangan
C. Kemampuan melakukan pengeloaan strategis dalam pengembangan bank yg sehat

3. Factor reputasi keuangan


Bagi pengurus dan pejabat eksekutif bank yg dinilai meliputi:
A. Tidak tercantum dalam kredit macet; atau
B. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi direksi atau komisaris yg dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit.

i. Penugasan direktur kepatuhan (compliance director)


Bahwa dalam rangka menegakkan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan
bank diperlukan adanya anggota direksi yg ditugaskan sebagai compliance director guna
memantau dan memastikan pelaksanaan hal tersebut , dan dalam rangka menjaga dan
mengamankan kegiatan usaha bank, juga diperlukan adanya fungsi audit intern bank yg
efektif, oleh karna itu dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan tentang penugasan
compliance director sdan penerapan standar pelaksanaan fungsinaudit intern bank umum
dalam peraturan bank Indonesia Nomor 12/2/PBI/2011 tentang pelaksanaan fungsi
kepatuhan bank umum. Direktur kepatuhan bertugas dan bertanggung jawab sekurang-
kurangnyab juntuk :
A. Menetapkan langkah-langkah yg diperlukan untuk memastikan bank telah memenuhi
seluruh peraturan bank Indonesia , peraturan bank OJK dan peraturan perundang-
undangan lain yg berlaku dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian
B. Memantau dan menjaga agar kegiatan dan usaha bank tidak menyimpang dari
ketentuan yg berlaku ; dan
C. Memantau dan menjaga kepatuhan bank terhadap seluruh perjanjian dan komitmen jyg
dibuat oleh bank kepada OJK.

2. Tata kelola yang baik ( good corporate governance)


Kebutuhan untuk menerapkan prinsip –prinsip juga dirasakan sangat kuat dalam industry
perbankan situasi eksternal dan internal perbankan semakin kompleks.

Untuk melaksanakan prinsip GCG industry perbankan harus dikelola dan dimiliki oleh pihak-
pihaknyg berkompetensi dan integritas yg tinggi . bank adalah lembaga intermediasi yg dalam
menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masarakat dan kepercayaan baik dalam
maupun luar negeri . dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut bank menghadapi berbagai
resiko baik resiko kredit, resiko pasar, resiko operasional mauoun resiko reputasi banyaka
ketentuan yg mengatur sector perbankan dalam rangka melindungi kepentingan masarakat,
termasuk ketentuan yg mengatur kewajiban untuk memenuhi modal minimum sesuai dengan
kondisi masing-masing bank, menjadikan perbankan sebagai sector Yg “highly regulated”.

Dalam hubungan dengan prinsip tersebut bank perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tranprancy ( keterbukaan )
b. Accubtability (akuntabilitas )
i.bankharus menetapkan tanggung jawab yg jelas dari masing-masing organisasi yg selaras
dengan visi misi, sasaran usaha, strategi perusahaan.

c. Responsibility ( tanggung jawab)

d. independency
bank dalam mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun

e. Fairness ( kewajaran)
Bank harus memperhatikan kepentingan seluruh stake holder berdasarkan asas
kesetaraan dan kewajaran (equal treatment)

3. Pengelolaan resiko
4. Pada undang-undang perbankan pasal 29 ayat (4) mengatur untuk kepentingan nasabah bahwa
bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian
sehubungan dengan transaksi nasabah yg dilakukan melalui bank.

Pada peraturan bank Indonesia Nomor 11/25/pbi/2009 tentang perubahan atas peraturan bank
Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajement resiko bank umum bahwa de ngan
semakin kompleksnya produk dan aktivitas bank, maka resiko nyg dihadapi bank perlu diimbangi dengan
kwalitas penerapan manajemen resiko akan mendukung efektivitas kerangka pengawasan bank berbasis
resiko,yaitu resiko yg timbul dari seluruh kegiatan usaha bank mencakup :

a.resiko kredit;

b.resiko pasar;

c.resiko likuiditas ;

d.resiko operasional;

e.resiko hokum;

f.resiko reputasi;

g. resiko stratesik; dan

h. resiko kepatuhan.

Anda mungkin juga menyukai