PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu masalah penting
dalam setiap proses operasional baik di sektor tradisional maupun sektor
modern. Khususnya dalam masyarakat yang sedang beralih dari satu
kebiasaan kepada kebiasaan lain, perubahan-perubahan ini pada umumnya
menimbulkan beberapa permasalahan yang jika tidak ditanggulangi secara
cermat dapat membawa berbagai akibat buruk bahkan fatal (Yovita, 2009)
Analisis potensi bahaya dapat digunakan untuk upaya pencegahan
terhadap kecelakaan kerja, karena setiap proses kegiatannya melibatkan
mesin dan alat-alat berat yang dapat menjadikan potensi bahaya bagi para
pekerja. Potensi-potensi bahaya ini sangat memungkinkan untuk memicu
terjadinya kecelakaan kerja yang akan merugikan pekerja dan perusahaan.
Proses industrialisasi masyarakat Indonesia berkembang pesat dengan
berdirinya perusahaan dan tempat kerja yang beraneka ragam. Perkembangan
industri yang pesat ini diiringi pula oleh adanya risiko bahaya yang lebih
besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana penggunaan
mesin dan peralatan kerja yang semakin kompleks untuk mendukung
berjalannya proses produksi. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan
dan keselamatan kerja.
Industri pertambangan batubara mempunyai hubungan erat dengan
aktivitas pekerjanya, namun terdapat salah satu masalah yang selalu melekat
dengan pekerjaan penambangan dimana setiap jenis pekerjaannya memiliki
potensi bahaya dan risiko yang mungkin terjadi, seperti kerugian bagi orang
yang dikenal (luka, cedera ringan atau berat bahkan juga kematian) dan bagi
perusahaan itu sendiri (kerugian tenaga kerja, biaya, jam kerja dan lain-lain)
(Jannah, 2015)
Oleh sebab itu dalam laporan ini akan dibahas mengenai penilaian
risiko potensi bahaya di pertambangan batubara.
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi dan melakukan penilaian potensi bahaya dari setiap
tahapan pekerjaan di tambang batubara.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tahapan proses pertambangan batubara;
b) Menganalisis dan menilai potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada
tiap tahapan proses pertambangan batubara;
c) Memberikan rekomendasi perbaikan dari potensi bahaya dan
kecelakaan kerja pada tahapan proses pertambangan batubara.
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui tahapan proses pertambangan batubara;
2. Dapat menganalisis dan menilai potensi bahaya dan kecelakaan kerja
pada tiap tahapan proses pertambangan batubara;
3. Dapat memberikan rekomendasi perbaikan dari dari potensi bahaya dan
kecelakaan kerja pada tahapan proses pertambangan batubara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
dilakukan oleh alat excavator yang telah dilengkapi dengan cutting blade
pada sisi luar kuku bucket. Hal ini menjadikan ujung bucket bukan
berupa kuku tajam, melainkan berupa ujung bucket yang datar rata.
Unsur pengotor yang berada di atas lapisan batubara dapat dihilangkan
hingga sebersih mungkin.
6. Penambangan Batubara (coal getting)
Setelah melakukan proses coal cleaning, selanjutnya melakukan
proses Coal Getting. Coal getting merupakan proses pengambilan batu
bara dari pembersihan (cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke
alat angkut untuk kemudian diangkut ke tempat penampungan
(stockpile).
7. Pengangkutan Batubara ke (coal hauling)
Setelah dilakukan kegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah
pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit) menuju
stockpile atau langsung ke unit pengolahan. (Siahaan, 2017)
C. Bahaya Kerja
Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat
kerja (OHSAS 18001, 2007). Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian
sebuah kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian.
Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak
akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di
lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah
kontak atau eksposur (Tranter, 1999).
Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya
diklasifikasikan menjadi 2 (Ratnasari, 2009) yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulnya
kecelakaan yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta
6
D. Pengendalian
Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan
yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan
peluang positif (AS/NZS 4360:2004). Hierarki pengendalian merupakan
7
B. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan pada praktik ini yaitu untuk menilai PAK dan KAK
pada industri pertambangan.
D. Uraian Kegiatan
1. Membagi anggota kelompok
2. Melakukan pemeriksaan lapangan
3. Menganalisa PAK dan KAK disetiap proses di industry pertambangan
4. Melakukan penilaian PAK dan KAK disetiap proses di industry
pertambangan
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, didapatkan hasil analisis
risiko proses penambangan Batubara pada tebel berikut ini.
Tabel 4.1 Analisis Risiko Proses Penambangan Batubara
Risiko
Akibat Kecelakaan
Pokok Potensi Rating
No dan Penyakit Akibat Kendali Kon Skala
Kegiatan Bahaya Pelu Risiko
Kerja seku
ang
en
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kecelakaan(K1:2 ;
Konsentrasi
Mobil K2:3 ; K3:4 ; K4:0 ; 2 10 20 B
Dan Fokus
K5:1)
Keahlian
1 Persiapan
Tertimbun(K1:4 ; Dalam
Buldoz
K2:4 ; K3:4 ; K4:4 ; Mengendali 2 20 40 C
er
K5:4) kan Alat
Berat
Keahlian
Buldoz Tertimpa Pohon
Dalam
er (K1:4 ; K2:4 ; K3:4 ; 2 20 40 C
Mengendara
Ripper K4:4 ; K5:4)
i Alat Berat
Alat
Mesin Kecacatan (K1:4 ;
Pelindung
Chainsa K2:4 ; K3:4 ; K4:4 ; 2 20 40 C
Diri
w K5:4)
Lengkap
Pembersih Kebisin Ketulian (K1:3 ; K2:0 Pemakaian
2 4 14 56 C
an Lahan gan ; K3:5 ; K4:2 ; K5:4) Ear Plug
Bissinosis/ Gangguan
Saluran Pernapasan Pemakaian
Debu 4 6 24 B
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1 ; Masker
K4:2 ; K5:1)
Gangguan
Paparan Keseimbangan Tubuh Penggunaan
5 6 30 B
Getaran (K1:2 ; K2:0 ; K3:1 ; APD
K4:2 ; K5:1)
11
12
Gangguan Saluran
Pernapasan (ISPA) Pemakaian
Debu 5 6 30 B
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1 ; Masker
K4:2 ; K5:1)
Penggunaan
Panas Dehidrasi (K1:1
Helm Safety
Mataha ;K2:0 ; K3:1 ;K4:2 ; 5 5 25 B
Dan Banyak
ri K5:1)
Minum
Menjauhi
Gangguan
Sumber
Paparan Keseimbangan Tubuh
Pengupasa Getaran Dan 3 6 18 A
Getaran (K1:2 ; K2:0 ; K3:1;
n Tanah Penggunaan
3 K4:2 ; K5:1)
Pucuk APD
(Top Soil)
Ketulian (K1:3 ; K2:0 Pemakaian
Bising 3 14 42 C
; K3:2 ; K4:5 ; K5:4) Earplug
Ketentuan
Terguling (K1:4 ;
Overloa Batas
K2:4 ; K3:4 ; K4:4; 2 20 40 C
d Maksimum
K5:4)
Muatan
Infeksi Saluran
Pernafasan (ISPA) Memakai
Debu 5 5 25 B
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1 ; Masker
K4:1 ; K5:1)
Pengupasa Whole Body
4 n Tanah Menjauhi
Paparan Vibration (K1:2 ;
Penutup Sumber 5 6 30 B
Getaran K2:0 ; K3:1 ; K4:2 ;
Getar
K5:1)
Mengadakan
Psikolo Stress (K1:2 ; K2:0 ; Family
5 4 20 B
gi K3:0 ; K4:1 ; K5:1) Gathering,
Shift Kerja
Menentukan
Terguling (K1:4 ;
Overloa Batas
K2:4 ; K3:4 ; K4:5 ; 2 22 44 C
d Maksimum
K5:5)
Muatan
Memasan
Dump Truck
Tanah Line
Tergenlincir (K1:4 ;
Longso Pembatas Di 2 22 44 C
K2:4 ; K3:4 ; K4:5 ;
r Sepanjang
K5:5)
Jalan Rawan
Pembagian
Kecelak Terperosok (K1:5 ;
Shift Kerja
aan K2:5 ; K3:5 ; K4:5 ; 4 25 100 E
Dan Waktu
Unit K5:5)
Istirahat
K5:5) Istirahat
Ketentuan
Terguling (K1:4 ;
Overloa Batas
K2:4 ; K3:4 ; K4:4; 2 20 40 C
d Maksimum
K5:4)
Muatan
Gangguan Saluran
Pernapasan (ISPA) Pemakaian
Debu 5 6 30 B
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1; Masker
K4:2 ; K5:1)
Luka Kecil, Luka Jangan
Tanah
Parah, Kematian Menggali
Longso 2 18 36 B
(K1:5; K2:0 ; K3:5 ; Terlalu
r
K4:3 ; K5:5) Dalam
Menjauhi
Penamban Gangguan
Sumber
6 gan Batu Paparan Keseimbangan Tubuh
Getaran Dan 3 6 18 A
Bara Getaran (K1:2 ; K2:0 ; K3:1;
Penggunaan
K4:2 ; K5:1)
APD
Gangguan Saluran
Pernapasan (ISPA) Pemakaian
Debu 5 6 30 B
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1; Masker
K4:2 ; K5:1)
Gangguan Menjauhi
Paparan Keseimbangan Tubuh Sumber 3 6 18 A
Getaran (K1:2 ; K2:0 ; K3:1; Getaran Dan
Penggunaan
15
Gangguan Saluran
Pernapasan (ISPA) Pemakaian
Debu 3 6 18 A
K1:2 ; K2:0 ; K3:0 ; masker
K4:3 ; K5:1)
Jangan
Terlalu
Pengupasa Gangguan
8 Sering
n Parting Paparan Keseimbangan Tubuh
Terpapar 3 5 15 A
Getaran (K1:3 ; K2:0 ; K3:1;
Getaran Dan
K4:0 ; K5:1)
Penggunaan
APD
Ketulian
Pemakaian
Bising (K1:2 ; K2:0 ; K3:2 ; 3 10 30 B
earplug
K4:3 ; K5:3)
Terperosok Berhati-hati,
Backfillin Kelelah
(K1:5 ; K2:5 ; K3:5 ; konsentrasi, 4 25 100 E
9 an
g K4:5 ; K5:5) beristirahat
Gangguan saluran
Pemakaian
pernapasan
Debu APD 5 6 30 B
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1 ;
(masker)
K4:2 ; K5:1)
Gangguan Saluran
Perataan
Pernapasan (ISPA) Pemakaian
Dan Debu 5 6 30 B
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1; Masker
Rehabilita
10 K4:2 ; K5:1)
si Tanah
(Spreadin Gangguan Menjauhi
g) Getaran Keseimbangan Tubuh Sumber 3 6 18 A
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1; Getaran Dan
16
Gangguan Saluran
Pernapasan (ISPA) Pemakaian
Debu 5 6 30 B
(K1:2 ; K2:0 ; K3:1; Masker
K4:2 ; K5:1)
Melakukan
Sakit pinggang dan
peregangan
Ergono kelelahan (K1:1 ;
otot, 5 6 30 B
mi K2:1 ; K3:1 ; K4:2 ;
pembagian
K5:1)
shift kerja
Gangguan
APD
Pernapasan Dan
(Masker
Debu Iritasi Pada Mata 4 8 32 B
Dan
(K1:2 ; K2:1; K3:1 ;
Kacamata)
K4:2 ; K5:2)
Kontrol Dehidrasi/Head Pakaian
Panas
12 (Monitorin Stress, Kelelahan Kerja Dan
Mataha 5 6 30 B
g) (K1:1 ; K2:1 ; K3:1 ; Banyak
ri
K4:2 ; K5:1) Minum Air
Gangguan
Pendengaran/ Tuli APD
Bising 2 12 24 B
(K1:3 ; K2:2 ; K3:1 ; (Earplug)
K4:3 ; K5:3)
17
B. Pembahasan
Dalam proses penambangan batubara ada banyak proses yang perlu
dilakukan. dalam penambangan batubara juga tidak boleh ditinggalkan aspek
lingkungan, agar setelah penambangan selesai dilakukan, lingkungan dapat
dikembalikan ke keadaan yang baik. Namun, dalam proses penambangan
batubara terdapat potensi bahaya dan kecelakaan kerja pada setiap prosesnya,
antara lain:
1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap
penambangan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan
penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang (acces road),
stockpile, dll.
Pada proses persiapan ini menggunakan mobil dan buldozer, dengan
bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin terjadi adalah
kecelakaan dan tertimbun. Proses persiapan pada penggunaan mobil
mendapatkan rating risiko B (risiko belum dapat diterima, perlu tindakan
pengendalian) dan pada penggunaan buldozer mendapat rating risiko C
(risiko tidak dapat diterima, harus tindakan pengendalian).
2. Pembersihan Lahan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan
daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan
yang berukuran besar. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer ripper
dan dengan menggunakan bantuan mesin potong chainsaw untuk
menebang pohon dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
Proses ini menggunakan alat-alat berat seperti buldozer ripper dan
mesin chainsaw. Bahaya potensi untuk kesehatan kerja yang mungkin
terjadi adalah Bissinosis (gangguan pernapasan), tertimpa pohon dan
kecacatan pada pengemudi alat berat, paparan getaran yang
mengakibatkan gangguan keseimbangan tubuh pada pekerja, terserang
binatang-binatang berbisa, terinfeksi cacing dan terserang mikroorganisme
seperti jamur dan bakteri pada saat melakukan pembersihan lahan. Rating
18
risiko pada tahapan ini yaitu B (risiko belum dapat diterima, perlu tindakan
pengendalian) dan C (risiko tidak dapat diterima, harus tindakan
pengendalian).
3. Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan
tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah
yang masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami
kembali untuk kegiatan reklamasi.
Tanah pucuk yang dikupas tersebut akan dipindahkan ke tempat
penyimpanan sementara atau langsung di pindahkan ke timbunan. Hal
tersebut bergantung pada perencanaan dari perusahaan.
Potensi bahaya pada tahapan ini gangguan saluran pernapasan
(ISPA) akibat terpapar debu, dehidrasi akibat terpapar panas matahari
gangguan keseimbangan tubuh akibat paparan getaran, ketulian akibat
bising, tabrakan antar unit maupun terperosok akibat pekerja yang
kelelahan serta terguling akibat muatan yang berlebihan (overload).
Pada tahapan ini didapatkan rating risiko A (risiko dapat diterima,
langkah pengendalian dinilai efektif), B (risiko belum dapat diterima, perlu
tindakan pengendalian), C (risiko tidak dapat diterima, harus tindakan
pengendalian), dan E (risiko amat sangat tidak dapat diterima, harus
dilakukan tindakan pengendalian segera).
4. Pengupasan Tanah Penutup
Bila material tanah penutup merupakan material lunak (soft rock)
maka tanah penutup tersebut akan dilakukan penggalian bebas. Namun
bila materialnya merupakan material kuat, maka terlebih dahulu dilakukan
pembongkaran dengan peledakan (blasting) kemudian dilakukan kegiatan
penggalian. Peledakan yang akan dilakukan perlu dirancang sedemikian
rupa hingga sesuai dengan produksi yang diinginkan.
Potensi bahaya dari tahapan ini yaitu infeksi saluran pernapasan,
whole body vibration akibat paparan getaran, ketulian, stress, panas
matahari yang mengakibatkan dehidrasi, overload (muatan yang
19
9. Backfilling
Tanah penutup maupun tanah pucuk yang sebelumnya disimpan di
tempat penyimpanan sementara akan diangkut kembali ke daerah yang
telah tertambang (mined out). Kegiatan ini dimaksudkan agar pit bekas
tambang tidak meninggalkan lubang yang besar dan digunakan untuk
rehabilitasi lahan pasca tambang.
Potensi bahaya yang dapat terjadi yaitu kebisingan yang
mengakibatkan ketulian, terperosok akibat kelelahan serta debu yang
mengakibat gangguan saluran pernapasan.
Dengan rating risiko B (risiko belum dapat diterima, perlu tindakan
pengendalian) dan E (risiko amat sangat tidak dapat diterima, harus
dilakukan tindakan pengendalian segera).
10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (Spreading)
Terdiri dari pekerjaan penimbunan, perataan, pembentukan, dan
penebaran tanah pucuk diatas disposal overburden yang telah di
backfilling, agar daerah bekas tambang dapat ditanami kembali untuk
pemulihan lingkungan hidup (reclamation).
Dengan potensi bahaya seperti debu yang mengakibatkan gangguan
saluran pernapasan, gangguan keseimbangan tubuh, bising yang dapat
mengakibatkan ketulian, terperosok serta tabrakan antar unit.
Rating risiko yang didapatkan A (risiko dapat diterima, langkah
pengendalian dinilai efektif), B (risiko belum dapat diterima, perlu
tindakan pengendalian), C (risiko tidak dapat diterima, harus tindakan
pengendalian), dan E (risiko amat sangat tidak dapat diterima, harus
dilakukan tindakan pengendalian segera).
11. Penghijauan
Merupakan proses untuk penanaman kembali lahan bekas tambang,
dengan tanaman yang sesuai atau hampir sama seperti pada saat tambang
belum dibuka. Potensi bahaya yang dapat terjadi seperti gangguan
saluran pernapasan, dehidrasi, sakit pinggang dan kelelahan.
22
9. Backfilling
Pada tahapan backfilling pengendalian bahaya kecelakaan kerja
seperti penggunaan APD (pemakaian masket dan ear plug), berhati-hati
dan berkonsentrasi pada saat mengoperasikan alat berat, serta istirahat
yang cukup.
10. Perataan dan Rehabilitasi Tanah (Spreading)
Pengendalian bahaya kecelakaan kerja pada tahapan ini yaitu
penggunaan APD (pemakaian masker dan ear plug), menjauhi sumber
getaran serta pembagian shift kerja dan waktu istirahat.
11. Penghijauan
Pada tahapan ini pengendalian bahaya kecelakaan kerja yaitu
penggunaan masker untuk mencegah gangguan saluran pernapasan,
perbanyak minum agar mencegah dehidrasi, melakukan peregangan otot
untuk mencegah terjadinya sakit pinggang serta pembagian shift kerja.
12. Kontrol (Monitoring)
Pengendalian bahaya kecelakaan kerja pada tahapan kontrol ini yaitu
penggunaan APD (pakaian kerja, pemakaian masker dan ear plug),
perbanyak minum air untuk mencegahnya dehidrasi akibat terpapar panas
matahari.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tahapan proses pada pertambangan batubara terdiri dari 12 tahap,
meliputi persiapan lahan, pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk
(Top Soil), pengupasan tanah penutup, penimbunan tanah penutup,
penambangan batubara, pengangkutan batu bara, pengupasan parting,
backfilling, perataan dan rehabilitasi (spreading), penghijauan, dan
kontrol (monitoring).
2. Potensi bahaya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja pada
pertambangan batubara terdapat pada semua tahapan proses. Potensi
bahaya terbanyak berada pada rating risiko B sebanyak 21 risiko yaitu
risiko belum dapat diterima, perlu tindakan pengendalian. Sedangkan
potensi bahaya paling sedikit berada pada rating D sebanyak 1 risiko
yaitu risiko sangat tidak dapat diterima, harus tindakan pengendalian
segera.
3. Memperbaiki potensi bahaya yang terjadi di pertambangan batubara
dapat dilakukan dengan pelatihan/kursus dalam mengendarai alat berat,
menggunakan APD lengkap sesuai risiko masing-masing tahapan,
mengkaji ulang tentang ketentuan muatan maksimum angkutan,
mengadakan/memberikan kesempatan pekerja untuk liburan, mengatur
sedemikian rupa shift kerja, minum air yang cukup, dan memasang
rambu-rambu peringatan khusus.
B. Saran
1. Perusahaan menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja secara berkelanjutan;
2. Perusahaan lebih sering melakukan atau memberi pelatihan-
pelatihan kepada pekerja yang bekerja di bagian yang mempunyai resiko
tinggi terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
25