Anda di halaman 1dari 13

KONSEP MANAJEMEN

INFEKSI NASOKOMIAL

Dosen : Ns. Septiyanti, S.Kep,. M.Pd

Disusun oleh :
1. Niken Dewi Murti
2. Nurmala Deska Apriliani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN DIII KEPERAWATAN II A
TAHUN 2018
A. Infeksi Nosokomial

1. Pengertian

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama masa


perawatan atau pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda tanda infeksi
sebelumnya dan minimal terjadi 48 jam sesudah masuknya kuman (Depkes,
2003).
Ciri-ciri infeksi nosokomial antara lain : Saat masuk rumah sakit

tidak ada tanda gejala atau tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut,

Infeksi terjadi minimal 3 x 24 jam setelah pasien di rumah sakit. Dan

Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme

yang berbeda (Sabarguna, 2007).

2. Bakteri Penyebab Infeksi Nosokomial

Penyebab utama yang menyebabkan infeksi nosokomial adalah

Streptococcus alpha herniolyticus dan Staphylococcus epidermidis. Dalam

beberapa dekade terakhir ini infeksi nosokomial yang disebabkan oleh

Staphylococcus epidermidis makin sering terjadi, terutama pada pasien

yang diberi terapi kortikosteroida, bakteri ini bersifat oportunitis

(Reksodipuro, et.al, 1996). Bakteri escherichia coli paling banyak

dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih. sekitar setengah dari


semua infeksi di rumah sakit kebanyakan disebabkan oleh gram negatif.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang menjadi

parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,

jantung dan infeksi pembuluh darah serta resisten terhadap antibiotika

(Utama, 2006).

3. Jenis Infeksi Nosokomial

Muhlis (2006) dan Isselbacher, et.at (1999) dalam bukunya

menyebutkan infeksi nosokomial yang sering ditemukan antara lain :

a. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih adalah merupakan infeksi nosokomial yang

paling sering, sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya

dihubungkan dengan penggunaan kateter urin. bakteri yang

menginfeksi biasanya E. Coli.

b. Infeksi pada saluran operasi

Infeksi luka operasi menyebabkan sekitar 25-30% infeksi nosokomial

tetap berperan pada sampai 57% hari perawatan tambahan di rumah

sakit dan 42% biaya tambahan. Infeksi ini biasanya disebabkan karena

flora mukosa dan kulit yang didapatkan dari rumah sakit atau endogen

dan kadang-kadang dengan penyebaran sisik kulit lewat udara yang

mungkin dilepaskan ke luka dari anggota tim ruang operasi.

c. Bakteriemia

Infeksi ini hanya mewakili sekitar 5% dari total infeksi nosokomial.

Tetapi dengan resiko kematian yang sangat tinggi, terutama


disebabkan oleh bakteri yang resisten antibiotika seperti

Staphylococcus dan Candida.

d. Infeksi saluran nafas bagian bawah atau pneumonia

Pneumonia menyebabkan 15 hingga 20% infeksi nosokomial tetapi

menyebabkan 24% hari-hari tambahan perawatan dirumah sakit dan

39% biaya tambahan. Hampir semua pneumonia nosokomial bakterial

disebabkan karena aspirasi flora lambung dan orofaring yang

didapatkan dari rumah sakit atau endogen. Pneumonia nosokomial

menyebabkan angka kematian sampai 50% di Unit Perawatan Intensif.

4. Faktor yang dapat mempermudah terjadinya infeksi nosokomial

Utji (1996) menyebutkan untuk pelaksanaan pengendalian dan

pencegahan perlu diketahui epidemiologi infeksi nosokomial, terdapat 3

faktor yang menentukan terjadinya infeksi nosokomial.

a. Sumber Infeksi Nosokomial

Sumber infeksi dapat berupa kuman, virus, protozoa dan parasit

yang terdapat di alam. Bahkan manusia sehat juga penuh dengan

kuman yang dianggap normal. Untuk penderita yang imunokompromi,

kuman normal pun dapat menjadi patogen karena daya tahan tubuh

yang berkurang. Lingkungan kita terkenal dengan sumber kuman

patogen yang paling besar. Bila Panitia Pengendalian Infeksi

Nosokomial akan mengawasi semua sumber kuman dengan jalan

memantau secara rutin, biayanya akan sangat besar dan tidak praktis.
Hidayat (2006) menyebutkan terdapat beberapa sumber infeksi

nosokomial, antara lain :

1) Pasien

Pasien merupakan unsur utama terjadinya infeksi nosokomial yang

dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas

kesehatan, pengunjung atau benda dan alat kesehatan lainnya.

2) Petugas kesehatan

Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak

langsung, yang dapat menularkan berbagai kuman ke tempat lain.

3) Pengunjung

Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke

dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya yang didapat dari

dalam rumah sakit ke luar rumah sakit.

4) Sumber lain

Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit

yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah

sakit, atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh

pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.

5) Penderita

Penderita selalu menjadi sasaran bibit penyakit karena biasanya

keadaan tubuh yang lemah. Langkah pertolongan yang diberikan

rumah sakit dalam perawatan penderita serba sulit karena

perawatan yang kurang akan melemahkan daya tahan penderita.


Dalam pengendalian infeksi nosokomial, penderita harus menjadi

objek yang paling utama : to do the patient no harm. Kita harus

cepat dalam menanggulangi atau mencegah infeksi dari luar

maupun dari dalam. Keadaan yang paling optimal adalah kalau

penderita dirawat secara khusus seperti di isolasi atau dilayani

khusus oleh perawat tertentu.

b. Cara Penularan

Cara penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai

penyebab yang paling utama infeksi nosokomial. Penularan melalui

tangan perawat dapat secara langsung melalui peralatan yang invasif.

Dengan tindakan mencuci tangan secara benar saja, infeksi nosokomial

dapat dikurangi 50%. Peralatan yang kurang steril, air yang

terkontaminasi kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman,

sering meningkatkan resiko infeksi nosokomial.

c. Pencegahan Infeksi nosokomial


Menurut Hidayat (2006) tindakan pencegahan infeksi nosokomial

dapat dilakukan beberapa cara antara lain :

a. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan.

Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan

untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang

kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya

adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikoorganisme, baik

pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat

kesehatan dapat dengan aman digunakan.

b. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh


atau menghambat pertumbuhan mikoorganisme pada kulit dan jaringan

tubuh lainnya.

c. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat

ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas

pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan, caranya dibersihkan

dengan cairan Lysol.

d. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh

atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran

e. Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan mikroorganime (bakteri,

jamur, virus) termasuk bakteri endospora dari benda mati dengan cara

pembakaran alat dengan menggunakan alcohol, menggunakan alat

sterilisator.

f. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak

semua) mikoorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi

tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan laturan

kimia
B. Peran Perawat Dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial

1. Pengertian Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang

lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan

bersifat stabil. Sedangkan perawat adalah tenaga professional yang

mempunyai pendidikan dalam sistem pelayanan kesehatan. Kedudukannya

dalam sistem ini adalah anggota tim kesehatan yang mempunyai

wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan

(Kozier, Barbara, 1995).

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat

dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang

diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas

dan tanggung jawab keperawatan secara professional sebagai ciri terpisah

demi untuk kejelasan. Kedudukannya dalam sistem ini adalah anggota tim

kesehatan yang mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan

keperawatan.

2. Unsur - Unsur Peran

Setiap peran memiliki 3 elemen, yaitu (Blais, 2006) :

a. Peran Ideal

Peran ideal mengacu pada hak dan tanggung jawab terkait peran yang

secara sosial dianjurkan atau disepakati.

b. Peran yang dipersepsikan

Peran yang mengacu pada bagaimana penerima peran (orang yang

menerima peran) percaya dirinya harus berperilaku dalam peran


tersebut.

c. Peran yang ditampilkan

Peran yang mengacu pada apa yang sebenarnya dilakukan oleh

penerima peran.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Peran Perawat

Menurut Hendrawati (2008) ada 2 faktor yang mempengaruhi peran

perawat antara lain:

a. Faktor lingkungan kerja yang meliputi motivasi kerja, proses

manajemen, penghargaan profesi, tekhnik komunikasi, kepekaan hati

nurani, rasa percaya diri, dan kreativitas perawat sangat mempengaruhi

perawat dalam melaksanakan perannya.

b. Faktor lingkungan keluarga yang meliputi kemampuan orang tua,

tanggung jawab keluarga dan beban hidup biaya keluarga, semua itu

turut serta mempengaruhi pekerjaan perawat sehari-hari di rumah sakit.

4. Peran Perawat Dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial

Menurut Roeshadi (1996) peran perawat dalam pengendalian infeksi

nosokomial ada 3 yang harus dilaksanakan antara lain :

a. Sebagai pelaksana lapangan dalam melaksanakan pengendalian infeksi

nosokomial mempunyai tugas melakukan proses keperawatan mulai

dari pengkajian sampai evaluasi pada kasus infeksi nosokomial yang

terjadi di ruang perawatan. Sebagai pelaksana lapangan perawat harus

mendokumentasikan secara tertulis hasil proses keperawatan ke bagian

rekam medis. Di samping itu perawat harus melakukan konsultasi

kepada kepala Tim serta melaporkan hasil pelaksanaan ke kepala ruang

mengenai kasus infeksi nosokomial. Serta melakukan perawatan


kepada pasien sesuai dengan protap yang ada di rumah sakit

melakukan pencegahan dengan cara membatasi transmisi organism

dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan

sarung tangan, tindakan septik dan aseptik; sterilisasi dan desinfektan,

melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat;

nutrisi yang cukup dan vaksinasi. Melakukan dekontaminasi tangan,

melakukan pencegahan penularan dari lingkungan rumah sakit dengan

cara pembersihan yang rutin dari debu, minyak dan kotoran. Serta

melakukan pencegahan dengan membuat suatu pemisahan pasien

terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara yang

menyebabkan kontaminasi berat, memakai alat pelindung selama

melakukan tindakan keperawatan. Melakukan evaluasi melalui

dokumentasi terhadap setiap tindakan perawatan kepada pasien yang

terinfeksi nosokomial serta melakukan evaluasi tentang respon pasien

setelah dilakukan tindakan keperawatan.

b. Sebagai Tim kontrol infeksi dalam pengendalian infeksi nosokomial,

perawat mempunyai tugas yaitu melakukan surveilan suatu penyakit

secara sistematik dan dilakukan terus menerus terhadap penyakit yang

terjadi pada pasien atau penderita yang terkena infeksi sehingga

dengan adanya tindakan pengamatan resiko terjadinya infeksi akan

menurun. Dan ikut serta dalam koordinasi atau rapat pengendalian

infeksi nosokomial. Perawat sebagai tim kontrol infeksi juga membuat

laporan kegiatan dan hasil dalam pengendalian infeksi nosokomial,

mengumpulkan data yang diperlukan dalam pengendalian infeksi

nosokomial sesuai prosedur tetap dan juga mengumpulkan beberapa


data untuk mengklasifikasikan jenis infeksi nosokomial serta

melakukan identifikasi pasien yang mempunyai penyakit infeksi

dengan pasien yang tidak mempunyai penyakit infeksi dengan cara

melakukan isolasi setiap pasien di ruangan khusus. Melaporkan

kejadian infeksi nosokomial secara menyeluruh.

c. Sebagai pendidik dalam pengendalian infeksi nosokomial dimana

tugasnya memberikan bimbingan dan pengajaran tentang cara

pencegahan ataupun pengendalian infeksi nosokomial yang ada di

rumah sakit kepada tenaga keperawatan lain yang di nilai bahwa

perawat tersebut mengenai pengetahuan infeksi nosokomial masih

kurang, dengan tujuan mengembalikan sikap mental yang benar dalam

merawat penderita. Sebagai pendidik perawat harus memberikan

bimbingan dan pengajaran tentang pengendalian infeksi nosokomial

pula kepada mahasiswa perawat dalam rangka praktek lapangan.

Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang pencegahan

infeksi nosokomial serta memberikan informasi kepada keluarga

pasien bila berkunjung untuk mentaati peraturan berkunjung yang

dibuat oleh rumah sakit untuk mencegah penularan infeksi

nosokomial.
C. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

Penyebab Infeksi Faktor yang


Nosokomial: mempengaruhi peran
- Bakteri perawat:
- Virus - Faktor lingkungan
- Fungi dan jamur kerja
- Faktor lingkungan
keluarga

Infeksi Nosokomial
Faktor yang Peran perawat dalam
mempengaruhi kejadian pengendalian infeksi
infeksi nosokomial : nosokomial :
- Pasien - Sebagai pelaksana
- Petugas kesehatan lapangan
- Pengunjung Akibat Infeksi - Sebagai tim kontrol
- Lingkungan rumah Nosokomial: infeksi
sakit - Penderitaan - Sebagai pendidik
- Alat-alat medis bertambah
- Biaya meningkat
- Lama hari
perawatan
bertambah panjang
- Kecacatan
- Kematian

Gambar 2.1

(Hidayat, 2006; Spiritia 2006)


D. Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mempunyai

variabel tunggal / mandiri yaitu peran perawat dalam pengendalian infeksi

nosokomial. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap

variabel mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan

dengan variabel lain (Sugiyono, 2000).

E. Hipotesa

Pada penelitian jenis ini, tidak perlu adanya suatu hipotesis karena

fenomena yang disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti

tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa

terjadi serta tidak membuat perbandingan atau menghubungkan dengan

variabel lain.

Anda mungkin juga menyukai