Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
semua orang. Untuk dapat berfungsi secara normal, maka setiap orang
memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh
melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada
dalam kondisi yang optimal.
Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda.
Pola istirahat dan tidur yang baik dan teratur memberikan efek yang bagus
terhadap kesehatan. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasnya
terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk membantu pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur klien. Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu
yang sakit sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Oleh
karena itu, perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan
kebutuhan istirahat dan tidur.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun makalah yang berjudul “Istirahat dan Tidur” adalah untuk
mendeskripsikan tentang:
1. Apa yang dimaksud dengan istirahat dan tidur?
2. Bagaimana konsep fisiologis tidur?
3. Apa fungsi istirahat dan tidur?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi tidur?
5. Bagaimana kebutuhan tidur pada setiap usia?
6. Apa saja gangguan-gangguan dalam pemenuhan istirahat dan tidur?
7. Bagaimana proses pengkajian istirahat tidur?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun karya tulis yang berjudul “Istirahat dan Tidur” adalah
untuk menjelaskan tentang:
1. Pengertian istirahat dan tidur
2. Konsep fisiologis istirahat dan tidur
3. Fungsi istirahat dan tidur
4. Faktor yang mempengaruhi tidur
5. Kebutuhan tidur pada setiap usia
6. Gangguan dalam pemenuhan istirahat dan tidur
7. Pengkajian Istirahat tidur

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Istirahat dan Tidur


Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan
hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan
ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah,
bersantai untuk menyegarkan diri atau melepaskan diri dari segala hal yang
membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2008).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan
aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan
proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar
(Asmadi, 2008).
2.2 Konsep Fisologis Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan
mekanisme serebral yang secara bergantian agar mengaktifkan pusat otak untuk
dapat tidur dan bangun. Salah satu aktifitas oleh sistem pengaktivasi retikularis
yang merupakan sistem yang rnengatur tingkatan kegiatan susunan saraf pusat
termasuk tidur (Bascom, 2009).
Menurut Gunawan (2001), pola tidur terbagi atas dua, yakni :
a. Pola tidur biasa (Non REM) Pola tidur biasa Non – REM (Non Rapid Eye
Morement).
Pada keadaan ini, sebagian besar organ tubuh berangsur – angsur menjadi
kurang aktif, pernapasan teratur, otot mulai berlelaksasi, mata dan muka
diam tanpa gerak. Fase Non – REM berlangsung ± 1 jam, dan pada fase ini
biasanya orang masih bias mendengarkan suara disekitarnya, sehingga
akan mudah terbangun dari tidurnya.
b. Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye
Morement).
Pada fase ini, akan terjadi gerakan – gerakan mata secara cepat, denyut
jantung dan pernapasan yang naik turun, sedangkan otot – otot mengalami

3
pengendoran (relaksasi total). Proses relaksasi total ini sangat berguna bagi
pemulihan tenaga dan penghilangan semua rasa lelah. Fase tidur REM
(fase tidur nyenyak) berlangsung selama ± 20 menit. Pada fase ini, sering
timbul mimpi – mimpi, mengigau, atau bahkan mendengkur. Dalam tidur
malam yang berlangsung selama ± 6-8 jam, kedua pola tidur tersebut
(REM dan Non - REM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 – 6 siklus.
(Gunawan, 2001).
Ketika seorang tertidur biasanya melewati 4 hingga 6 siklus tidur
yang penuh, tiap siklus terdiri dari 4 tahap dari tidur Non Rapid Eye
Movement (NREM) dan satu periode dari tidur Rapid Eye Movement
(REM). Pola siklus biasanya berkembang dari tahap 1 menuju tahap 4 Non
Rapid Eye Movement (NREM), di ikuti kebalikan tahap 4 ke-3, lalu ke-2,
diakhiri dengan periode dari tidur Rapid Eye Movement (REM) (Potter &
Perry, 2005).
Dalam artikel penyakit susah tidur / insomnia dan fungsi / manfaat
tidur istirahat jiwa raga untuk kesehatan tahap dari tidur adalah :1.) Awal ,
2.) Non Rapid eyes movement (non-rem), 3.) Rapid eyes movement (rem),
4.) Dream sleep, (Organisasi, komunitas & perpustakaan online Indonesia,
2008). Sedangakan menurut Potter& Perry (2005), tahap-tahap tidur
adalah :

4
2.3 Fungsi Istirahat dan Tidur
1. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru
2. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik
3. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh
4. Memelihara fungsi jantung
5. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian
6. Menyimpan energi
7. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit
8. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik
2.4 Faktor yang mempengaruhi tidur
Faktor yang Mempengaruhi Tidur Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
antara lain :
1. Stress
Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu
tidur. Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan
sering kali mengarah frustasi apabila tidur. Stress merusak
keseimbangan alamiah dalam diri manusia. Mengalami keadaan tidak
normal secara terus-menerus akan merusak kesehatan tubuh dan
berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh. Salah satu
dampaknya adalah kesulitan tidur (mimpi buruk). Stress juga
menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering
terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang
berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur buruk (Potter & Perry,
2005).
2. Lingkungan
Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah
esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan, posisi tempat
tidur mempengaruhi kualitas tidur dan suara juga mempengaruhi tidur.
Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur
tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap
tidur 3 atau 4 (Potter & Perry, 2005). Kebisingan merupakan suara

5
atau bunyi yang mengganggu tidur. Bising dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti gangguan fiologis dan gangguan psikologis.
Pada umumnya bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau datangnya tiba-tiba. Bising dengan intensitas yang
tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan
bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga yang
akan menimbulkan efek pusing/vertigo, perasaan mual, susah tidur,
dan sesak nafas. Hal ini karena adanya rangsangan bising terhadap
sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah,
sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit (Frizzy, 2009).
Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel
otak selama tidur. Aktivitas tersebut dapat direkam dalam alat EEG.
Untuk merekam tidur, cara yang dipakai adalah dengan EEG
Polygraphy. Dengan cara ini kita tidak saja merekam gambaran
aktivitas 8 sel otak (EEG), tetapi juga merekam gerak bola mata
(EOG) dan tonus otot (EMG). Untuk EEG, elektroda hanya
ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah fronto-sentral dan
oksipital, Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah frontal
(Musadik, 1988).
3. Diet
Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan
makan yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur
(Hairi dan Linde, 1990). Makan besar, berat dan/atau berbumbu pada
makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna dan
mengganggu tidur. Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam
hari mempunyai efek produksi insomnia sehingga mengurangi atau
menghindari zat tersebut secara drastik adalah strategi penting yang
digunakan untuk meningkatkan tidur. Alergi makanan menyebabkan
insomnia. Selain susu, makanan lain yang sering menyebabkan alergi
penghasil insomnia di antara anak-anak dan orang dewasa meliputi
jagung, gandum, kacang-kacangan, coklat, telur, ikan laut, pewarna
makanan warna merah dan kuning, dan ragi (Potter & Perry, 2005).

6
Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai 2 minggu jika
makanan tertentu yang menyebabkan masalah telah dihilang dari diet.
Kehilangan atau peningkatan berat badan mempengaruhi pola tidur.
Ketika seseorang bertambah berat badanya, maka periode tidur akan
menjadi lebih panjang dengan lebih sedikit interupsi. Kehilangan berat
badan menyebabkan tidur pendek dan terputus-putus. Gangguan tidur
tertentu dapat dihasilkan dari diet semi puasa (semistarvation) yang
popular di dalam kelompok masyarakat yang sadar berat badan (Potter
& Perry, 2005).
4. Obat-obatan dan Substansi Lain
Dari daftar obat resep atau obat bebas menuliskan mengantuk sebagai
satu efek samping, 486 menulis insomnia, dan 281 menyebabkan
kelelahan (Buysse, 1991). Mengantuk dan defrivasi tidur adalah efek
samping mediksi yang umum (Potter & Perry, 2005). Berikut daftar
obat-obatan yang dapat mengganggu tidur, yaitu : Hipnotik;
mengganggu dengan mencapai tahap tidur yang lebih dalam, hanya
memberikan peningkatan kualitas sementara, seringkali menyebabkan
“rasa mengembang” sepanjang siang hari perasaan mengantuk yang
berlebihan, bingung, penurunan energi, memperburuk apnea tidur pada
lanjut usia. Diurerik; menyebabkan nokturia (terbangun dari tidur pada
malam hari untuk buang air kecil. Anti depresan dan stimulant;
menekan tidur Rapid Eye Movement (REM), menurunkan total waktu
tidur. Alkohol; mempercepat mulanya tidur, mengganggu 9 tidur
Rapid Eye Movement (REM), membangunkan seseorang pada malam
hari dan menyebabkan kesulitan untuk kembali tidur. Kafein;
mencegah seseorang tertidur, dapat menyebabkan seseorang terbangun
di malam hari. Penyekat-beta; menyebabkan mimpi buruk, insomnia,
dan terbangun dari tidur. Benzodiazepine; meningkatkan waktu tidur,
meningkatkan kantuk di siang hari. Narkotika; menekan tidur Rapid
Eye Movement (REM) menyebabkan peningkatan perasaan kantuk
pada siang hari.

7
5. Latihan Fisik
Seseorang yang kelelahan menengah (moderate) biasanya memperoleh
tidur yang mengistirahatka, khususnya kelelahan adalah hasil dari
kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan 2 jam atau lebih
sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan
suatu kelelahan yang meningkatkan relaksasi. Akan tetapi, kelelahan
yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja yang meletihkan atau penuh
stress membuat sulit tidur (Potter & Perry, 2005).
6. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidak nyamanan fisik
(misal: kesulitan bernafas), atau suasana hati (seperti: kecemasan atau
depresi) dapat menyebabkan masalah tidur. Penyakit pernafasan
seperti emfisema, asma, bronchitis, rhinitis alergi mengubah irama
pernafasan dan mengganggu tidur. Penyakit jantung koroner sering
dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut
jantung yang tidak teratur dapat mengalami frekuensi terbangun yang
sering dan perubahan tahapan selama tidur (Potter & Perry, 2005).
7. Gaya Hidup
Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Individu yang
bekerja bergantian dan berputar (misal: 2 minggu siang diikuti oleh 1
minggu malam) sering mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan
jadwal tidur. Jam internal tubuh di atur pukul 22, tetapi sebaliknya
jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu
untuk tidur 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan bahwa
ini adalah waktu terbangun dan aktif. Kesulitan mempertahankan
kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan
penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu bekerja pada
malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat disesuaikan.
Perubahan lain dalam rutinitas yang menggangu pola tidur meliputi:
kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktifitas social pada
larut malam, dan perubahan waktu makan malam (Potter & Perry,
2005).

8
2.5 Kebutuhan tidur pada setiap usia
Tingkat
Pola Tidur Normal
Perkembangan/ Usia
Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak
Bayi baru lahir tubuh sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu
(0 – 1 bulan) tidurnya dilewatkan pada tahap III dan IV tidur
NREM. Setiap siklus sekitar 45-60 menit.
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur
Bayi
lebih lama pada malam hari dan punya pola
(1 – 18 bulan)
terbangun sebentar
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM,
Toddler banyak tidur pada malam hari, terbangun dini hari
(18 bulan – 3 tahun) berkurang, siklus bangun tidur normal sudah
menetap pada umur 2-3 tahun
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode
Pra Sekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada
(3 – 6 tahun) umur 5 tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan
tidur sore hari.
Usia Sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa
(6 – 12 tahun) waktu tidur relatif konstan.
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-
(12 – 18 tahun) IV.
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-
Dewasa Muda
10% tidur tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20%
(18 – 40 tahun)
tidur tahap III-IV.
Dewasa Pertengahan Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin
(40 – 60 tahun) mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur
Dewasa Tua tahap IV nyata berkurang kadang-kadang tidak ada.
(> 60 tahun) Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun
sewaktu tidur malam hari.

2.6 Gangguan dalam Pemenuhan Istirahat dan Tidur


1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor
mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:

9
a. Insomniainisial : Kesulitan untuk memulai tidur.
b. Insomnia intermiten : Kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
c. Insomnia terminal : Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi
insomniaanatara lain misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan tidur
jika benar-benar mengantuk.
1. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-
anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering
terjaga(misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan transisi
bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia yang terkait dengan
tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya (misalnya:
bruksisme).
2. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada
hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya:
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada
siang hari.
3. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga
sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum
diketahui. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang
menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM. Alternatif
pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti: amfetamin atau

10
metilpenidase, hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti
imipramin hidroklorida.
4. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau sleep abnea adalah kondisi terhentinya napas
secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang
yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia,
mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari,
iritabilitas, ataumengalami perubahan psikologis seperti hipertensi
atau aritmia jantung.
5. Deprivasi tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien akibat
disomnia. Penyebab dapat mencakup penyakit (misal: demam, sulit
bernafas atau nyeri), stress emosional, obat – obatan, gangguan
lingkungan (misal asuhan keperawtan yang dilakukan) dan
keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Dokter
dan perawat cenderung mengalai deprivasi tidur karena jadwal kerja
yang panjang dan rotasi jam dinas.
Deprivasi tidur menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas
tidur serta ketidak konsistenan waktu tidur. Respon orang terhadap
deprivasi sangat bervariasi, gejala fisiologis : ptosis, penglihatan
kabur, kekakuan motorik halus, penurunan reflek, waktu respon
melambat, penilaian menurun, aritmia jantung. Gejala psikologisnya:
bingung, peningkatan sensifitas nyeri, menarik diri, apatis, rasa kantuk
berlebihan, agitasi, hiperaktif, penurunan motivasi.
6. Enuresis
Enuresis adalah kencing/BAK yang tidak disengaja (mengompol).
Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-
laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder,
stres, dan toilet trainingyang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang

11
banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur.
7. Night terror
Night terror adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia
6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung
terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
8. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap aliran udara di
hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah
yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara
pernapasan.
2.7 Pengkajian Istirahat Tidur

1. Pengkajian
a. Riwayat tidur :
Kaji kebiasaan pola tidur klien, bed time klien, ritual (aktivitas untuk
meningkatkan tidur seperti membaca, minum susu dll), membaca, dll),
kuantitas dan kualitas tidur
b. Kaji dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah merasa
seharisegar setelah tidur, apa yang terjadi tidur, jika kurang tidur
c. Gangguan tidur / faktor-faktor faktor kontribusi : jenis gangguan tidur,
tidur, kapan masalah tidur mulai terjadi
2. Pemeriksaan Fisik
- Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata,
mata sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat
kusut dan lelah.
- Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara
lambat, postur tubuh tidak stabil.
- Kaji kelelahan fisik, fatigue, latergi
- Kaji dampak pola tidur terhadap fungsi sehari – hari : Apakah merasa
segar setelah tidur, apa yang terjadi jika kurang tidur

12
- Gangguan tidur atau faktor – faktor kontribusi: jenis gangguan tidur,
kapan masalah tidur mulai terjadi
3. Pemeriksaan Penunjang
- EEG, EOG, EMG
- Saturasi O2 dan ECG (untuk mengetahui adanya sleep apnoe)
4. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Pola tidur b/d
- Ketidaknyamanan fisik: nyeri
- Kondisi psikologis : cemas, kehilangan orang yang dicintai
- Perubahan lingkungan
- Penggunaan obat –obatan : alkohol dan kafein
b. Cemas b.d sulit tidur
c. Koping individu tidak efektif b/d menurunya jumlah jam tidur
d. Resiko injury b.d somnabulisme
e. Gangguan konsep diri b.d nocturnal eneuresis
f. Resiko gangguan pertukaran gas b.d sleep apnoe
5. Perencanaan Keperawatan
- Istirahat tidur merupakan komponen hidup yang esensial
- Perencanaan meliputi upaya – upaya yang mendorong memperoleh tidur
yang adekuat
- Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola bangun – tidur yang adekuat
dengan kriteria hasil :
a. Klien dapat tertidur 30 menit dari waktu pergi tidur
b. Klien dapat tidur selama 6 jam tanpa terbangun
c. Klien lebih segar setelah bangun tidur
d. Klien menunjukkan teknik relaksasi menjelang tidur

13
6. Intervensi Keperawatan
a. Reduce Enviromental Distraction
- Tutup pintu kamar
- Berikan musik yang lembut
- Kurangi pencahayaan / berikan lampu tidur
- Kurangi stimulus
- Tutup Korden
b. Safety Measure For Sleep
- Gunakan lampu tidur, posisikan tidur rendah
- Letakkan bel yang mudah dijangkau
- Bila klien memakai IV line (infus) gunakan selang yang panjang
c. Supporting bed time ritual
- Berikan makanan dan minumam yang dapat membantu tidur
- Beri kesempatan klien untuk melakukan rutinitas hygiene
- Beri kesempatan mendengarkan musik, fasilitas anak untuk
mendengarkan dongeng atau cerita/ mainan tertentu
d. Promoting comfort and Relaxation
- Berikan pakaian yang longgar, linen yang bersih dan lembut
- Beri kesempatan klien untuk BAB/BAK sebelum tidur
- Berikan posisi yang nyaman

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan dua komponen dalam kehidupan yang tdak
dapat dipisahkan. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari istirahat dan tidur sangat
dibutuhkan guna memberikan rasa rileks dan mengembalikan kondisi tubuh
menjadi bersemangat kembali setelah beraktivitas.
Istirahat dapat dimaknai sebagai keadaan rileks, dimana tubuh dan pikiran
merasa tenang. Istirahat sebagai kebutuhan yang mampu meningkatkan hormon
bahagia seperti melatonin serta mengembalikan energi yang telah digunakan
setelah beraktivitas.
Istirahat pada umumnya diawali dengan posisi santai, dimana otot – otot
yang ada dalam tubuh mengalami relaksasi. Posisi tersebut dapat dilakukan
dengan cara berbaring sejenak, duduk santai dan sebagainya. Sedangkan tidur
merupakan proses istirahat sepenuhnya yang terdiri dari beberapa tahap. Tidur
sendiri memiliki dua tipe yakni, NREM (Non Rapid Eye Movement) dan REM
(Rapid Eye Movement) . Proses tidur diawali dengan istirahat sambil
memejamkan mata.
Terdapat beberapa disorders yang memicu terganggunya proses tidur
seseorang, seperti insomnia, parasomnia, hipersomnia, sleep apnea, narkolepsi,
dan sebagainya. Namun banyak dari gangguan tersebut diakibatkan karena
kondisi emosi dan psikologis.Istirahat dan tidur sangat bermanfaat bagi tubuh
terutama terkait dengan imunitas tubuh.
3.2 Saran

Melalui makalah ini, penulis berharap pembaca mampu memahami konsep


istirahat dan tidur, siklus yang terjadi selama tidur , disorders terhadap tidur, serta
hal-hal yang mempengaruhi kualitas tidur seseorang.
Penulis berharap adanya kritik dan saran yang datang dari pembaca guna
memperbaiki kualitas makalah ini. Semoga mampu memberikan manfaat untuk
kita semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A, Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep dan Proses


Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika

Potter&Perry. (2005). Fundamental Keperawatan, Volume 1. EGC; Jakarta.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47744/Chapter%20II.pdf;j
sessionid=CC340FDBF5CF62CB8EEC42DD3C8DF328?sequence=4 diakses
tanggal, 8 Agustus 2019

16

Anda mungkin juga menyukai