Anda di halaman 1dari 29

Referat Anatomi Fisiologi

dan Kelainan Pada Tiroid

Pembimbing:
Dr. Andri Suhandi, Sp.BU
Nama: Helga Valentine Kapissa
11-2016-080

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah


Fakultas Kedokteran UKRIDA
Rumah Sakit Umum Daerah Koja
KELENJAR TIROID

PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin yang paling besar
p a d a t u b u h manusia. Pada kelenjar tiroid cukup sering ditemukan nodul didalamnya.
Sekitar 4-8% nodul tiroid bisa ditemukan saat pemeriksaan fisik (palpasi daerah leher) dan
sekitar 13-67% bisa ditemukan saat pemeriksaan ultrasonografi, umumnya lebih banyak
ditemukan pada wanita. Nodul tiroid pada orang dewasa umumnya adalah nodul
jinak dan hanya sekitar 5% yang ganas. Nodul tiroid yang ditemukan pada
anak-anak dan dewasa muda,insidensnya hanya sekitar 1,5%. Nodul pada anak-
anak dan dewasa muda lebih sering ditemukan ganas sekitar 26%.
Secara klinis, antara nodul tiroid yang ganas dengan yang jinak
sering sulit dibedakan, bahkan baru dapat dibedakan setelah
d i d a p a t k a n h a s i l e v a l u a s i s i t o l o g i preparat biopsi jarum halus atau histopatologi
dari jaringan kelenjar tiroid yang diambilsaat operasi. Karsinoma tiroid merupakan
neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak d i d e p a n l e h e r y a n g
secara normal memproduksi hormon tiroid yang penting
untuk metabolisme tubuh. Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari
s e p u l u h k e g a n a s a n tersering di Indonesia. Lebih banyak pada wanita dari
pada laki-laki dengan distribusi berkisar antara 2:1 sampai 3:1. Insidennnya
berkisar antara 5,4-30%. Berdasarkan jenis histopatologi, sebarannya adalah
kanker tiroid jenis papilar (71,4%); kanker tiroid jenis folikular (16,7%);
kanker tiroid jenis anaplastik (8,4%); dan kanker tiroid jenis medular (1,4%).
Berdasarkan usia kanker tiroid jenis papilar biasanya pada pasien yang berusia
kurang dari 40 tahun, berbeda dengan kanker tiroid folikular yang banyak pada
usia diatas itu.sedangkan kanker jenis medular sering ditemukan pada usia tua (50-60
tahun).
American Cancer Society memperkirakan bahwa kurang lebih sekitar 17.000
kasus baru muncul setiap tahunnya di Amerika Serikat dan mengakibatkan
kematian d i a n t a r a n y a s e k i t a r 1 . 3 0 0 . Te t a p i d e n g a n p e n g o b a t a n y a n g
a d e k u a t , s e k i t a r 1 9 0 . 0 0 0 penderita tetap dapat hidup normal dan beberapa
dapat bertahan lebih dari 40 tahun.Diantara kelenjar endokrin pada tubuh,
karsinoma tiroid merupakan keganasan kelenjar endokrin yang paling sering
ditemukan.
Kelenjar Tiroid

ANATOMI KELENJAR TIROID


Kelenjar tiroid mulai terlihat terbentuk pada janin berukuran 3,4 cm - 4 cm, yaitu pada akhir
bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara branchial pouch
pertama dan kedua. Dari bagian tersebut timbul divertikulum, yang kemudian membesar,
tumbuh ke arah bawah mengalami decencus dan akhirnya melepaskan diri dari faring.
Sebelum lepas, berbentuk sebagai duktus tiroglosus, yang berawal dari foramen sekum di
basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan menghilang setelah dewasa, tetapi pada beberapa
keadaan masih menetap, atau terjadi kelenjar disepanjang jalan ini, yaitu antara letak kelenjar
yang seharusnya dengan basis lidah. Dengan demikian sebagai kegagalan desensus atau
menutupnya duktus akan ada kemungkinan terbentuk kelenjar tiroid yang abnormal ,
persistensi duktus tiroglosus, tiroid lingual, tiroid servikal, sedangkan desensus yang terlalu
jauh akan memberikan tiroid substernal. Branchial pouch keempat pun ikut membentuk
bagian kelenjar tiroid dan merupakan asal sel-sel parafolikuler atau sel C yang memproduksi
kalsitonin.

Gambar 1 : anatomi kelenjar tiroid


Kelenjar tiroid terletak di bagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang dihubungkan oleh
ismus sehingga bentuknya menyerupai kupu-kupu atau huruf H, dan menutupi cincin trakea 2
dan 3. Pada usia dewasa berat kelenjar ini kira-kira 20 gram. Kapsul fibrosa menggantungkan
kelenjar ini pada fasia pretrakea sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan
gerakan terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat inilah yang digunakan di klinik untuk
menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak.

3
Pengaliran darah ke kelenjar berasal dari a. Tiroidea superior dan a. Tiroidea inferior.
Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler, dan jala-jala limfatik,
sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular. Pembuluh getah bening kelenjar
tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah
nodus prefaring yang tepat berada diatas ismus serta ke kelenjar getah bening pretrakealis,
sebagian lagi bermuara di kelenjar getah bening brakiosefalikus. Hubungan getah bening ini
penting untuk menduga penyebaran keganasan yang berasal dari tiroid.

Glandula tiroidea:
Berbentuk buah alpukat
Puncak ® sampai ke linea obliqua cartilaginis thyroidea
Basis ® setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5
Organ yang sangat vaskular
Dibungkus oleh selubung dari lamina pretrachealis ® melekatkan kelenjar dengan larynx &
trachea
Terdiri dari 2-3 lobus
Lobus kiri dan kanan dihubungkan oleh isthmus
Isthmus meluas lebih dari garis tengah di depan cincin trachea ke 2-4.
Kadang terdapat Lobus pyramidalis ® ke atas isthmus, biasanya ke kiri garis tengah.
Pita fibrosa / muskular yang menghubungkan lob.pyramidalis & os.hyoideum ® bl muskular
®m.levator glandulae thyroidea.

Perdarahan :
A.thyroidea superior
® cabang a.carotis externa
A.thyroidea inferior
® cabang truncus thyrocervicalis
A.thyroidea ima
® cabang a.brachiocephalica atau arcus aorta
V. thyroidea superior dan vv.thyroidea mediae mencurahkan isinya ke v.jugularis
interna

V.thyroidea inferior
Kelenjar Tiroid

• A. menampung cabang2 dari isthmus &


polus bawah kelenjar
• B. Kedua sisi akan beranastomose saat
berjalan turun di depan trachea
• C. Bermuara ke v.brachiocephalica
sinistra

FISIOLOGIS KELENJAR TIROID


Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme
tubuh. Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara :
Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein.
Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat. Untuk
menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan iodium yaitu elemen yang terdapat
di dalam makanan dan air. Iodium diserap oleh usus halus bagian atas dan lambung, dan kira-
kira sepertiga hingga setengahnya ditangkap oleh kelenjar tiroid, sedangkan sisanya
dikeluarkan lewat air kemih. Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan satu atau dua
molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin yang dibuat di
kelenjar tiroid dan mengandung asam amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini
disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis hormon
tiroid dalam darah yaitu :
Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek
yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu triiodotironin
(T3).
T3 dan T4 berbeda dalam jumlah total molekul iodium yang terkandung (tiga untuk T3 dan
empat untuk T4 ). Sebagian besar (90%) hormon tiroid yang dilepaskan ke dalam darah
adalah T4, tetapi T3 secara fisiologis lebih bermakna. Baik T3 maupun T4 dibawa ke sel-sel
sasaran mereka oleh suatu protein plasma.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid


Ada 7 tahap, yaitu:
5
Trapping
Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel folikel.
Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K tetapi belum dalam
keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan membutuhkan ATP. Daya
pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat mencapai 20-100 kali kadar dalam serum
darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh
TSH.
Oksidasi
Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus dioksidasi
terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk aktif ini adalah
iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin membentuk
monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin (proses iodinasi).
Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam plasma. Sehingga makin tinggi
kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula iodium yang terikat sebaliknya makin
sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat akan berkurang sehingga pembentukan T3
akan lebih banyak daripada T4.
Coupling
Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk
dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan membentuk
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta tirosin dan iodium ini
disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul tirosin yang terikat pada
ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-sel tiroid dan dikeluarkan ke
dalam koloid melalui proses eksositosis granula.

Penimbunan (storage)
Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan di
dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru akan
dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.
Deiodinasi
Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian akan
mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida. Deiodinasi ini
dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.
Kelenjar Tiroid

Proteolisis
TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel yang di
dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan mendekati tetes
koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan T3 dan T4 serta
deiodinasi MIT dan DIT.

Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)


Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian
ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid Binding
Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4 total dan
0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan TBP kurang kuat
daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan T4 total menggambarkan
kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah protein pengikat bisa berubah.
Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid untuk terapi suatu penyakit kronik
cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4 bebas karena jumlah protein pembawa
yang meningkat. Sebaliknya pada seorang lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati
yang kronik maka kadar protein binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas
akan meningkat.

Gambar 2 : fisiologi hormon tiroid


Efek Primer Hormon Tiroid
Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek
primer hormon tiroid adalah:
7
Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme protein,
lemak, dan karbohidrat.
Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran. Kedua fungsi bertujuan untuk
meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan laju metabolisme basal,
pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh setiap sel.
Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga meningkatkan
frekuensi jantung.
meningkatkan responsivitas emosi.
Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontraksi
otot rangka.
Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel tubuh dan
dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Pengaturan Faal Tiroid

Gambar 3 : pengaturan faal tiroid

Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :


TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)
Kelenjar Tiroid

Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di hipotalamus.
TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga Follicle Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)
TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-
Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan
iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon meningkat.
Umpan balik sekresi hormon
Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain berefek pada
hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis
terhadap rangsangan TRH.

Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar
hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon
tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam
jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar
hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH.

EVALUASI KELENJAR TIROID


Pada pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter), pemeriksaan
kelenjar sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes fungsi tiroid yang
optimal, seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang sistematis untuk melakukan
pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah besar, konsistensi,
penampang, perlengketan pada trakea dari kelenjar tiroid, serta melakukan palpasi pada KGB
daerah servikal.
Serum T3, T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay, T4 juga
dapat diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes sensitive TSH dapat
digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan hipertiroid atau hipotiroid, Pengukuran
T3RU secara in vitro dapat secara langsung mengetahui konsentrasi dari tiroksin binding
globulin di dalam serum.
Pengukuran serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH merupakan
cara terbaik dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya di barengi dengan
pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan protein. Sebagai contoh pada pasien
9
yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen yang tinggi terdapat peningkatan T4 tetapi
T3Runya menurun, jadi nilai tiroid indexnya normal (T4 x T3RU). Pengukuran kadar T3
dilakukan pada pasien dengan kecurigaan hipertiroidism.

PENYAKIT KELENJAR TIROID


Di luar kelainan bawaan, kelainan kelenjar tiroid dapat digolongkan menjadi dua kelompok
besar, yaitu penyakit yang menyebabkan perubahan fungsi, seperti hipertiroidisme dan
penyakit yang menyebabkan perubahan jaringan dan bentuk kelenjar, seperti struma noduler.
Fungsi tiroid dapat berkurang, normal atau bertambah. Pengurangan fungsi atau
hipotiroidisme dapat disebabkan oleh penyakit hipotalamus, kerusakan kelenjar hipofisis,
defisiensi yodium, obat antitiroid, dan tiroiditis. Juga terdapat keadaan yang dikenal dengan
hipotiroidisme iatrogenik, yang terjadi sesudah tiroidektomi atau setelah terapi dengan
yodium radioaktif. Hipertiroid dapat terjadi pada struma toksik difus (penyakit Graves),
struma nodosa toksik, pengobatan berlebihan dengan tiroksin, tiroiditis, struma ovarium
(jarang), dan metastasis luas karsinoma tiroid terdeferensiasi. Gangguan autoimun dengan
atau tanpa reaksi radang dapat menyebabkan struma Graves yang bergejala hipertiroid dan
struma Hashimoto yang akhirnya mengakibatkan hipotiroid. Contoh kelainan hiperplasia
ialah struma koloid dan struma endemik. Keganasan terutama disebabkan oleh
adeniokarsinoma. Tumor ganas kelenjar tiroid dapat dibagi sesuai tingkat keganasannya

HIPERTIROID (TIROTOKSIKOSIS)
Diagnosa utama :
- BB menurun - kelemahan otot
- nafsu makan menurun - poliuri
- berkeringat - siklus menstruasi terganggu
- suhu tubuh meningkat - infertilitas
- gelisah - murmur
- gynecomastia - exophthalmus, berkunang-kunang
- iodine uptake, T3,T4, T3RU ↑ - TSH tidak ada
- T3 suppression test abnormal - goiter
Hipertiroid biasanya disebabkan oleh hipersekresi goiter (Graves disease) atau oleh
multi nodular toxic goiter (Plummer’s disease). Amat jarang hipertiroidism disebabkan oleh
akut tiroiditis, mengkonsumsi hormon tiroid, kehamilan, tumor hipofisis, struma ovarium,
dan kelainan lainnya.
Kelenjar Tiroid

Gejala hipertiroid dapat di tegakan dengan peningkatan kadar hormon tiroid dalam
darah. Manifestasi klinik dapat ditandai oleh periode eksaserbasi dan remisi. Pada pasien
dapat dijumpai keadaan hipotiroid sebagai hasil dari pengobatan hipertiroid.
Grave’s disease adalah penyakit autoimmune, pada banyak kasus diagnosa dapat
mudah di tegakkan hanya dilihat dari gejala yang timbul. Kebanyakan pada pasien dengan
tirotoksikosis terdapat peningkatan kadar T3 dan T4, dan penurunan kadar TSH.
Tirotoksikosis dapat juga dijumpai kadar T4 yang normal sedangkan kadar T3 yang
meningkat (T3 toksikosis).
Pada T4 pseudotoksikosis ditemukan kadar T4 yang tinggi sedangkan kadar T3 yang
rendah, hal ini disebabkan gangguan perubahan T4 menjadi T3. tirotoksikosis dapat
menyebabkan gangguan katabolisme yang progesif, kerusakan jantung, sehingga dapat
menyebabkan kematian karena gagal jantung.

Gejala dan tanda :


Pada penderita hipertiroidism dapat ditemukan gejala-gejala takikardia, gelisah, suhu
tubuh meningkat, BB menurun, kelelahan, pandangan berkunang-kunang, dan muka yang
memerah, kulit terasa hangat, berkeringat banyak.
Pada grave’s disease dapat ditemukan exophthalmus, pretibial mixedema, vitiligo.
Biasanya tanda tersebut tidak terlihat pada single atau multinodular toxic goiter. Reflek
achiles akan memanjang pada hipotiroid dan memendek pada hipertiroid.
Pada pasien dengan hipertiroid yang hebat biasanya dijumpai gejala hiperpireksia,
takikardi, gagal jantung, eksitasi neuromuscular, delirium dan ikterik.

Pemeriksaan laboratorium :
Disini dilakukan pengukuran konsentrasi T3, T4, T3RU dan TSH RIA. Sejarah
pengobatan pada pasien sangat penting untuk diketahui karena banyak obat dan campuran
bahan organic lainnya yang dapat memberikan efek pada serangkaian tes fungsi tiroid.
Pada pemeriksaan lab penderita hipertiroid ringan terdapat kelainan yang sedikit,
karena itu dapat menyulitkan dalam mendiagnosanya, pada keadaan ini ada 2 pemeriksaan
yang dapat membantu yaitu T3 suppression test dan TRH test, pada T3 suppression test
pasien dengan hipertiroid mengalami kegagalan dalam penekanan ambilan tiroid dari
radioiodin pada waktu diberikan T3 exogen. Pada tes TRH, serum TSH tidak meningkat
sebagai respon pemberian TSH pada pasien hipertiroid.

11
Pada hipertiroidism ditemukan juga keadaan rendahnya colesterol serum, limfositosis,
dan biasanya hiperkalsemia, dan glukosuria.

Pemeriksaan penunjang :
Anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan penilaian klinik mempunyai peran yang
penting dalam menentukan diagnosis penyakit tiroid. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari
pemeriksaan biokimia untuk menetapkan fungsi kelenjar tiroid, penginderaan visual untuk
menetapkan kelainan morfologi kelenjar tiroid, dan pemeriksaan sitologi atau histologi untuk
menetapkan perubahan patologis. Pemeriksaan biokimia secara radioimunoasay yang dapat
memberi gambaran fungsi tiroid, yaitu dengan mengukur kadar T4, T3, TBG, dan TSH dalam
plasma. Kadar T4 total di dalam serum adalah refleksi tepat fungsi kelenjar tiroid. Kadar T3
total di dalam serum selalu tinggi pada penderita tirotoksikosis. Penentuan kadar TBG
diperlukan untuk interpretasi kadar T4 dan sampai tingkat tertentu berlaku untuk kadar T3.
Kadar TBG dapat berubah pada kehamilan atau pengobatan dengan sediaan estrogen. Kadar
TSH di dalam serum merupakan pemeriksaan penyaring yang peka untuk hipotiroidisme,
oleh karena kadar ini meningkat sebelum ada pengurangan kadar T4. Antibodi mikrosom dan
antibodi tiroglobulin umumnya meningkat pada penderita dengan tiroiditis autoimun.
Imunoglobulin perangsang tiroid (thyroid stimulating immunoglobulins, TSI) dapat
ditemukan pada penderita penyakit Graves. TSI juga berperan pada patogenesis penyakit ini.
Tiroglobulin dapat dideteksi di dalam serum orang normal, dan penetapan kadarnya dapat
digunakan untuk mengetahui kekambuhan karsinoma tiroid sesudah tireoidektomi total.
Sidik radioaktif menggunakan unsur teknetium (Tc99m) atau yodium (I 131) dapat
memperlihatkan gambaran jaringan tiroid yang berfungsi. Cara ini berguna untuk menetapkan
apakah nodul dalam kelenjar tiroid bersifat hiperfungsi, hipofungsi, atau normal yang
umumnya disebut berturut-turut nodul panas, nodul dingin, atau nodul normal. Kemungkinan
keganasan ternyata lebih besar pada nodul yang menunjukkan hipofungsi, meskipun
karsinoma tiroid dapat juga ditemukan pada nodul yang berfungsi normal.

Pemeriksaan kelenjar tiroid :


Morfologi
Besar, bentuk, batasnya
Konsistensi, hubungan dengan struktur sekitarnya
USG, foto Rontgen
Fungsi
Kelenjar Tiroid

Uji metabolisme
Uji fungsi tiroid, kadar hormon
Antibodi tiroid
Lokasi (dan fungsi)
Sidik radioaktif/tes yodium radioaktif
Diagnostik patologik
Fungsi jarum halus untuk pemeriksaan sitologi
Biopsi insisi/eksisi untuk pemeriksaan histologi
Teknik ultrasonografi digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid yang teraba pada
palpasi adalah nodul tunggal atau multipel, dan berkonsistensi padat atau kistik. Pemeriksaan
ultrasonografi ini terbatas nilainya dalam menyingkirkan kemungkinan keganasan dan hanya
dapat mengenal kelainan di atas penampang setengah sentimeter.
Pemeriksaan sitologi :
Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Cara
pemeriksaan ini berguna untuk menetapkan diagnosis karsinoma tiroid, tiroiditis, atau
limfoma. Cara ini cara baik untuk menduga kemungkinan keganasan dalam nodul tiroid, dan
mulai menggeser kegunaan pemeriksaan radioaktif atau ultrasonografi sebagai pemeriksaan
penunjang diagnosis.
Diagnosa banding :
Ansietas neurosis, gangguan jantung, anemia, penyakit saluran pencernaan,
tuberculosis, myasthenia, kelainan muscular, sindroma menopause, pheocromositoma,
primary ophthalmophaty sangatlah sulit dibadakan dengan penyakit hipertiroid, apalagi pada
pasien dengan pembesaran kelenjar tiroid yang minimal, pasien dapat merasakan nyeri pada
saat tiroid melepaskan hormon tiroid. Pada kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya atau
dengan obat anti tiroid, pengobatan dengan tindakan bedah dan radio aktif iodine tidaklah
diperlukan.
Ansietas neurosis merupakan gejala yang sulit dibedakan dengan hipertiroid. Pada
ansietas biasanya fatique tidak hilang pada istirahat, telapak tangan berkeringat, denyut
jantung pada waktu tidur normal, dan tes lab fungsi tiroid normal.
Jika pada pendeita hipertiroid fatique dapat hilang pada saat istirahat, telapak tangan
hangat dan berkeringat, takikardia pada waktu tidur, dan tes fungsi tiroid abnormal.
Penyakit organic nontiroid juga sulit dibedakan dengan hipertiroidism, harus
dibedakan secara garis besar dari kejadian-kejadian yang spesifik pada system organ yang
terlibat, dan juga dengan tes fungsi tiroid.
13
Gejala-gejala seperti exophthalmus atau ophthalmoplegia harus diperiksa oleh
ophthalmologic, USG, CT scan, MRI scan, dan pemeriksaan neurologis.

Penatalaksanaan :
Pada hipertiroid dapat diterapi secara aktif dengan obat anti tiroid, radioaktif iodine, dan
tiroidektomi. Terapi tergantung dari umur, keadaan umum, besarnya kelenjar, beratnya
keadaan patologis, dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan yang optimal.

1. Obat anti tiroid.


Propylthiouracil (PTU) 300 – 1000mg/hari peroral
Methimazol 30 – 100mg/hari peroral
Obat ini menginterfensi ikatan iodine dan mencegah penggabungannya dengan iodotirosin di
dalam kelenjar tiroid. Salah satu keuntungan dari terapi ini dari pada dengan terapi radio
iodine dan tiroidektomi adalah dapat mengobati tanpa harus merusak jaringan, dan jarang
terjadi keadaan hipotiroidism setelah terapi.
Obat anti tiroid juga dapat digunakan sebagai terapi definitive atau sebagai terapi persiapan
menuju operasi atau terapi radio aktif iodine. Hasil akhir yang diharapkan adalah membuat
penderita sampai pada keadaan eutiroid state dan hilangnya gejala remisi. Pasien dengan
kelenjar tiroid yang kecil mempunyai prognosis yang baik, gejala remisi yang memanjang
sampai 18 bulan dari pengobatan dapat sembuh pada 30% dari pasien yang ada. Beberapa
pasien dapat terjadi hipotiroidism karena terapi ini. Efek samping yang dapat terjadi adalah
rashes, demam dan agranulositosis. Pengobatan harus dihentikan jika terjadi sakit
tenggorokan dan demam.

2. Radiologi Iodin (I131).


Dapat digunakan secara aman pada pasien yang sudah diterapi sebelumnya dengan obat anti
tiroid dan sudah pada keadaan eutiroid. Indikasi terapi ini adalah untuk orang-orang yang
sudah berusia 40 tahun keatas yang mempunyai resiko pembedahan, dan pada pasien dengan
recurrent hipertiroidism. Terapi ini lebih murah dibandingkan dengan terapi dengan
pembedahan. Terapi ini tidak boleh dilakukan pada pasien dengan leukemia, kanker tiroid,
kelainan congenital, tetapi dapat disarankan untuk terapi tumor jinak tiroid.
Kelenjar Tiroid

Pada pasien yang masih muda bahaya radiasi harus diperhatikan dan dapat menjadi keadaan
hipotiroid. Anak-anak dan wanita hamil tidak boleh diterapi dengan radio iodine.

3. Pembedahan Tiroid
Jenis:
Biopsi insisi, contoh indikasi: struma difus pradiagnosis
Biopsi eksisi, contoh indikasi: tumor (nodul) terbatas pradiagnosis
Tiroidektomi subtotal, contoh indikasi: hipertiroidi (Graves), struma nodosa benigna
Hemitiroidektomi (istmolobektomi), contoh indikasi: kelainan unilteral (adenoma)
Tiroidektomi total, contoh indikasi: keganasan terbatas tanpa kelainan kelenjar limfe
Tiroidektomi radikal, contoh indikasi: keganasan tiroid dengan kemungkinan metastasis ke
kelenjar limfe regional

Subtotal tiroidektomi
Keuntungan dilakukan tiroidektomi adalah dapat menghilangkan keluhan, dan menurunkan
insiden terjadinya hipotiroidism yang bisa didapat oleh terapi radio iodine. Dilakukan
tindakan subtotal tiroidektomi apa bila :
pada kelenjar tiroid yang sudah membesar.
Keganasan.
Terapi untuk anak dan wanita hamil.
Untuk pasien yang tidak dapat melakukan terapi jangka panjang.
Kelenjar tiroid yang diangkat 3-8 g tanpa mengangkat kelenjar paratiroid dan N. laryngeal.
Angka kematian dari prosedur ini amatlah rendah, kurang dari 0,1%. Subtotal tiroidektomi
adalah cara teraman dan tercepat dalam mengkoreksi keadaan tirotoksikosis, frekuensi
timbulnya kembali hipertiroidism dan hipotiroidism tergantung dari jumlah tiroid yang
diambil. Pada pembedahan yang berhasil dan persiapan preoperasi yang baik, cidera pada
nervus laryngeal dan kel paratiroid didapatkan kurang dari 2% kasus
Persiapan operasi
Resiko dari tindakan tiroidektomi untuk toxic goiter menjadi tidak berarti,sejak ditemukan
kombinasi praoperasi menggunakan kombinasi dari iodides dan obat anti tiroid. PTU atau
obat anti tiroid lainnya dapat digunakan untuk menekan kadar hormon sehingga dalam
keadaan eutiroid keadaan ini dipertahankan sampai dilakukannya operasi. 2-5 potassium
iodide atau lugol’s iodine dapat diberikan 10-15 hari sebelum pembedahan yang di
gabungkan dengan PTU untuk menurunkan vaskularisasi dari kelenjar tiroid.
15
Thyroid Storm atau krisis hipertiroid memerlukan penanganan yang segera pada kasus
trauma dan tindakan bedah. Maka jika terjadi keadaan ini adalah ; mencegah keluarnya
hormon tiroid dengan memberikan lugol iodine, atau ipodate sodium. Berikan juga obat
penghambat β adrenergik (propanolol) untuk melawan keadaan yang diakibatkan oleh
tirotoksikosis, atau menurunkan produksi hormon tiroid dan perubahan extratiroid T3 dan T4
dengan memberikan PTU. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengkoreksi tanda-tanda
vital, dengan pemberian oksigen, sedatif, cairan IV, kortikosteroid, dan penghilang panas,
tergantung dari gejala yang timbul. Reserpin dapat diberikan pada pasien yang mengalami
kegelisahan yang hebat.

HIPOTIROID
Definisi Hipotiroid :
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang
abnormal rendahnya. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berakibat pada hipotiroid.
Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.
Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses
sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekwensi-konsekwensi yang meluas
untuk tubuh.
Etiologi :
Hashimoto's thyroiditis
Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
Penyakit pituitari atau hipothalamus
Obat-obatan : methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil (PTU), lithium (Eskalith,
Lithobid), amiodarone (Cordarone), potassium iodide (SSKI, Pima), dan Lugol's solution
Kekurangan yodium yang berat
Gejala Hipotiroid :
Gejala-gejala hipotiroid seringkali tak kentara, dan tidak spesifik (yang berarti mereka
dapat meniru gejala-gejala dari banyak kondisi-kondisi lain) dan seringkali dihubungkan
pada penuaan. Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak mempunyai tanda
atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih nyata ketika kondisinya memburuk
dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini berhubungan dengan suatu perlambatan
metabolisme tubuh. Gejala-gejala umum didaftar dibawah:
Kelelahan
Kelenjar Tiroid

Depresi
Kenaikkan berat badan yang sedang
Ketidaktoleranan dingin
Ngantuk yang berlebihan
Rambut yang kering dan kasar
Sembelit
Kulit kering
Kejang-kejang otot
Tingkat-tingkat kolesterol yang meningkat
Konsentrasi menurun
Sakit dan nyeri yang samar-samar
Udem pada kaki
Diagnosis hipotiroid yang dapat dengan mudah dilakukan dan sepenuhnya dirawat dengan
penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang tidak dirawat dapat menjurus pada
suatu pembesaran jantung (cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu
akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion).
Diagnosis Hipotiroid :
Suatu diagnosis hipotiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan kelelahan,
tidak toleran terhadap dingin, sembelit, dan kulit yang kering dan mengeripik. Suatu tes
darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Pemeriksaan laboratorium :
TSH
TRH : dapat membantu membedakan apakah penyakitnya disebabkan oleh suatu kerusakkan
di pituitari atau di hipothalamus. Tes ini memerlukan suntikan hormon TRH dan dilakukan
oleh seorang endocrinologist (spesialis hormon).
Thyroid scan dapat membantu mendiagnosis persoalan yang mendasari tiroid yang lebih
jelas.

Terapi Hipotiroid :
Dengan pengecualian dari kondisi-kondisi tertentu, perawatan hipotiroid memerlukan terapi
seumur hidup. Sebelum synthetic levothyroxine (T4) tersedia, tablet-tablet tiroid yang
17
dikeringkan dipakai. Tiroid yang dikeringkan didapat dari kelenjar tiroid hewan. Sekarang
ini, suatu sintetik T4 yang murni tersedia secara luas. Oleh karenanya, tidak ada alasan untuk
menggunakan ekstrak tiroid yang dikeringkan. Dengan ketentuan sebagai berikut :
Dosis rata-rata T4 pada orang-orang dewasa adalah kira-kira 1.6 mikrogram per kilogram per
hari. Ini kira-kira 100 sampai 150 mickograms per hari.
Anak-anak memerlukan dosis-dosis yang lebih besar.
Pd pasien yang muda dan sehat, pemakaian hormon pengganti T4 secara penuh dimulai dari
awal terapi.
Pada pasien dengan penyakit jantung yang sebelumnya, metode pengganti hormon ini
mungkin dapat memperburuk kondisi jantung
Pada pasien yang lebih tua tanpa penyakit jantung, memulai dengan dosis penuh pengganti
tiroid mungkin berakibat pada nyeri dada atau serangan jantung. Untuk hal ini, pasien
dengan sejarah penyakit jantung atau mereka yang dicurigai beresiko tinggi, terapi hormon
dimulai dengan 25 mikogram atau kurang, dengan kenaikkan dosis yg berangsur-angsur
dalam 6 minggu.
Idealnya, pengganti T4 sintetik hrs dikonsumsi pada pagi hari, 30 menit sebelum makan.
Obat-obat yang mengandung zat besi atau antasid harus dihindari, karena dapat mengganggu
penyerapan.

NODULUS DAN GOITER TIROID

Tiroid nodulus
Masalah yang dihadapi jika menemui pasien dengan tiroid nodular adalah apakah lesi
tersebut simptomatik ataukah merupakan suatu tumor baik jinak ataupun ganas. Diagnosis
bandingnya adalah goiter jinak, intrathyroideal cysts, tiroiditis, atau tumor jinak dan ganas.
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal, riwayat keluarga pasien harus jelas, riwayat terapi
radiasi daerah leher juga harus ditanyakan karena pada bayi dan anak-anak kejadian ca tiroid
insidennya tinggi yang terjadi sebagai akibat radiasi. Tiroid nodul ini lebih menyerupai ca
pada pria dari pada wanita, dan pada usia muda dari pada usia tua.
Pemeriksaan perabaan tiroid harus dilakukan secara sistematis, untuk mengetahui
apakah terdapat soliter atau multi nodular tiroid, soliter nodul lebih cenderung dapat menjadi
keganasan dari pada multi noduler. Pada sebagian besar pasien suatu keganasan sulit untuk
ditentukan tanpa dilakukan pemeriksaan mikroskopik, biopsy percutan yang dilakukan oleh
ahli endokrin sitologi sangatlah membantu dalam menegakan diagnosa.
Kelenjar Tiroid

False positive jarang sekali dilaporkan, tetapi pada 20% hasil biopsy yang didiagnosa
sebagai undetermined dan 5% yang terdiagnosa sebagai benigna ternyata adalah suatu
keganasan (malignant). Jika hasil diagnosanya adalah inadekuat maka pemeriksaan harus
diulang kembali. Needle biopsy tidak boleh dilakukan pada pasien yang mempunyai riwayat
terkena radiasi pada leher, karena radiasi seringkali menimbulkan tumor yang multifokal.
Jangan terlalu cepat percaya bila hasilnya negatif, jika ahli sitologi yang berpengalaman tidak
ada maka pemeriksaan radio nuklir dan ultra sound sangatlah membantu.
Pemeriksaan radioiodin dapat digunakan untuk menentukan apakah lesinya single
atau multiple, dan apakah aktif (hot or warm) atau tidak aktif (cold). Pada hot solitary tiroid
nodul dapat menyebabkan hipertiroidsm tetapi jarang terjadi malignant, tetapi pada cold
solitary tiroid nodul 20% dari kejadian yang ada dapat menjadi malignant dan harus diangkat.
Pada pasien bayi dan anak-anak yang menderita tiroid nodul karena terpapar radiasi
pada daerah leher 40% dapat menjadi malignant, Ca tiroid terjadi hampir 50% pada anak
yang menderita cold tiroid nodul, dan tiroidektomi di indikasikan pada pasien ini.
Prinsip-prinsip dasar untuk dilakukan pengangkatan nodular tiroid :
curiga keganasan
gejala yang berat
hipertiroidism
terjadi substernal ekstensi
alasan kosmetik
pada solitary nodul tiroid yang terdiagnosa cold pada radioiodin, solid dengan ultrasound atau
dicurigai sebagai keganasan maka biopsy sitologi tidak diperlukan lagi. Pengobatan
nonoperasi diindikasikan pada pasien dengan multinoduler goiter dan hashimoto tiroiditis
kecuali terdapat kecurigaan pada pasien yang rentan terkena radiasi dan pada pasien yang
mempunyai riwayat keluarga yang pernah menderita medullary carcinoma.

Simple atau Nontoxic goiter


Simple goiter dapat terjadi karena factor psikologis, dapat terjadi pada saat pubertas,
menstruasi, hamil, atau pada pasien yang tinggal pada daerah endemic (poor iodine), pada
orang-orang yang sering terekspose dengan goiter food and drug juga dapat terjadi siple
goiter. Goiter dapat terjadi karena congenital defek pada produksi hormon tiroid.
19
Ada beberapa asumsi bahwa nontoxic goiter timbul akibat kompensasi dari produksi
hormon tiroid yang inadekuat, nontoxic diffuse goiter biasanya merespon administrasi
hormon tiroid, jika tidak di obati maka dapat berubah menjadi multi nodular goiter dengan
atau tidak bersifat racun (toxic) pada beberapa tahun kemudian.
Gejala yang timbul biasanya terdapatnya massa pada leher, dsypnea, dysphagia, atau
gejala yang dapat menghalangi aliran balik vena. Pada diffuse goiter, tiroid membesar
simetris, permukaannya halus. Banyak pasien sudah menjadi multinodular gland baru
berkeinginan untuk berobat.
T4, T3, T3RU dan TSH biasanya dalam jumlah yang normal, sedangkan radioiodin
uptake meningkat, tindakan bedah di indikasikan bila terjadi tekanan yang berlebihan pada
daerah sekitar karena pembesaran tiroid, pemeriksaan biopsy sangat dianjurkan untuk
mengetahui terjadi atau tidaknya keganasan.

Diagnosis Klinis: Indeks wayne


Kelenjar Tiroid

Nilai : ≥19 : toksik, 11-19 : Equivocal, <11 : non toksik

Struma Nodosa
Struma nodosa atau struma adenomatosa, terutama ditemukan di daerah pergunungan karena
defisiensi yodium. Struma endemik ini dapat dicegah dengan substitusi yodium. Di luar
daerah endemik, struma nodosa karena insufisien yodium struma nodosa ditemukan secara
insidental atau pada keluarga tertentu. Etiologinya umumnya multifaktor. Biasanya tiroid
sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat
dewasa.

Struma multinodosa biasanya terjadi pada wanita berusia lanjut, dan perubahan yang terdapat
pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk involusi. Kebanyakan struma multinodosa
dapat dihambat oleh tiroksin.

21
Gambar 4 : Struma
Biasanya penderita struma nodosa tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipo atau
hipertiroidisme. Nodul mungkin tunggal tetapi kebanyakan berkembang menjadi
multinoduler yang tidak berfungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau adenoma.
Karena pertumbuhannya sering berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala
kecuali benjolan di leher. Sebagian penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan
strumanya tanpa keluhan. Walaupun sebagian struma nodosa tidak mengganggu pernapasan
karena menonjol ke depan, sebagian lain dapat menyebabkan penyempitan trakea jika
pembesarannya bilateral. Pendorongan bilateral demikian dapat dicitrakan dengan foto
Roentgen polos (trakea pedang). Struma nodosa unilateral dapat menyebabkan pendorongan
sampai jauh ke arah kontralateral. Pendorongan demikian mungkin tidak mengakibatkan
gangguan pernapasan. Penyempitan yang berarti menyebabkan gangguan pernapasan sampai
akhirnya terjadi dispnea dengan stridor inspiratoar. Biasanya struma adenomatosa benigna
walaupun besar tidak menyebabkan gangguan neurologik, muskuloskeletal, vaskuler, atau
menelan karena tekanan atau dorongan. Keluhan yang ada ialah rasa berat di leher. Sewaktu
menelan trakea naik untuk menutup laring dan epiglotis sehingga tiroid terasa berat karena
terfiksasi pada trakea. Hipertiroidi jarang ditemukan pada struma adenomatosa. Sekitar 5%
dari struma nodosa mengalami keganasan. Tanda keganasan ialah setiap perubahan bentuk,
perdarahan lokal, dan tanda penyusupan di kulit, n.rekurens, trakea, atau esofagus. Benjolan
tunggal dapat berupa nodul koloid, kista tunggal, adenoma tiroid jinak, atau karsinoma tiroid.
Nodul ganas lebih sering ditemukan pada laki muda. Struma nodosa lama biasanya tidak
dapat dipengaruhi dengan supresi hormon tiroid (TH) atau pemberian hormon tiroid.
Penanganan struma lama yaitu dengan tiroidektomi subtotal. Tiroid mungkin ditemukan
sampai ke mediastinum anterior terutama pada bentuk modulus yang disebut struma
retrosternum. Umumnya struma retrosternum ini tidak turut naik pada gerakan menelan
Kelenjar Tiroid

karena apertura toraks terlalu sempit dan mungkin asimtomatik. Mungkin ditemukan gejala
dan tanda tekanan pada trakea atau esofagus. Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan
yodium radioaktif. Biasanya pengeluaran struma dapat dilakukan melalui bedah leher,
sehingga tidak dibutuhkan torakotomi. Jika letak di dorsal a.subklavia, harus dilakukan
pendekatan melalui torakotomi. Diagnosis banding ialah tumor lain di mediastinum anterior
seperti timoma, limfoma, tumor dermoid, dan keganasan paru.
Pembedahan pada struma :
Pembedahan struma dapat dibagi menjadi bedah diagnostik dan terapeutik.
Bedah diagnostik berupa :
Biopsi insisi
Biopsi eksisi
Bedah terapeutik bersifat ablatif berupa :
Lobektomi
Istmolobektomi
Tiroidektomi subtotal atau total.
Tindak bedah total dilakukan dengan atau tanpa diseksi leher radikal. Untuk struma nontoksik
dan nonmaligna digunakan enukleasi nodulus yaitu eksisi lokal, (istmo-)lobektomi, atau
tiroidektomi subtotal. Pembedahan total dilakukan untuk karsinoma terbatas, dan
pembedahan radikal dilakukan bila ada kemungkinan penyebaran ke kelenjar limfe regional.
Hemitiroidektomi atau (istmo-)lobektomi dapat dilakukan pada kelainan unilateral.

Indikasi tindak bedah struma nontoksik


Kosmetik (tiroidektomi subtotal)
Eksisi nodulus tunggal (yang mungkin ganas)
Struma multinoduler yang berat
Struma yang menyebabkan kompresi laringatau struktur leher lain
Struma retrosternal yang menyebabkan kompresi trakea atau struktur lain

PENYAKIT INFLAMASI TIROID


Acute Suppurative thyroiditis. Jarang sekali
terjadi, mempunyai gejala sakit leher sebagian dengan onset yang tiba-tiba, diikuti dengan
disfagia, demam, menggigil, dan biasanya diikuti dengan ISPA yang diterapi dengan drainase,

23
mikro organisme yang sering ditemukan adalah streptococcus, staphylococcus,
pneumococcus, coliform.

Subacute Thyroiditis.
Merupakan noninfection disorder, ditandai dengan pembengkakan tiroid, sakit pada kepala
dan dada, demam, lemas, malaise, hilangnya BB, pada beberapa pasien tidak ada nyeri. Harus
dibedakan dengan graves disease. Pada subakut tiroiditis LED dan serum gamma globulin
meningkat. Radioiodin uptake sangat rendah dan bisa tidak ada, dengan peningkatan kadar
hormon tiroid. Nyeri biasanya hilang sendiri, aspirin dan kortikosteroid diberikan tergantung
pada keluhan.
Hashimoto’s thyroiditis.
Merupakan jenis tiroiditis yang paling sering terjadi, biasanya ditandai dengan pembesaran
tiroid tidak atau dengan nyeri dan nyeri lepas. Pada umunya lebih sering terjadi pada wanita
dan terkadang menyebabkan disfagia. Tiroiditis
hashimoto dipercaya sebagai penyakit autoimun, pada beberapa pasien sensitive terhadap
jaringan tiroidnya sendiri dan antibody antitiroidnya, titer serum antimikrosomal,
antitiroglobulin antibody yang tinggi sangat membantu dalam menentukan diagnosa.
Diberikan hormon tiroid dengan dosis yang rendah sebagai terapi, operasi diindikasikan pada
keadaan dimana terjadi penekanan organ Karena pembesaran yang terjadi, curiga malignancy,
dan untuk alasan kosmetik. Untuk pasien dengan choking symptoms pembedahan pada ismus
dapat memberikan rasa lega. Jika tiroid membesar tidak simetris dan gagal untuk mengecil
pada pemberian hormon tiroid eksogen, atau mengandung nodul discrete , maka tiroidektomi
dapat di rekomendasika, needle biopsy dapat juga membantu dalam menegakan diagnosa.

Kiedel’s thyroiditis.
Kondisi yang jarang sekali terjadi, tiroid mengeras seprti kayu dengan fibrosis, dan inflamasi
yang kronik di dalam dan disekitar kelenjar. Proses inflamasi menginfiltrasi otot dan
menyebabkan gejala kompresi pada trachea, hipotiroidism biasanya timbul dan tindakan
bedah diperlukan untuk mengurangi obstruksi pada trachea atau esophagus.

Tumor jinak tiroid. Tumor


jinak tiroid adalah adenomas, involutionary nodules, cysts atau localized tiroiditis. Hampir
semua adenomas adalah type follicular. Adenomas biasanya solitary dan encapsulated. Alasan
Kelenjar Tiroid

utama dilakukannya pengangkatan jika dicurigai malignancy, over aktifitas fungsional dari
produksi hipertiroid dan alasan kosmetik.

Tumor ganas tiroid.


Papillary adenokarsinoma.
Papillary adenokarsinoma terjadi 85% dari seluruh Ca tiroid, tumor ini timbul pada awal
masa remaja sebagai solitary nodul, kemudian menyebar melalui kelenjar limfa dari kelenjar
tiroid menuju ke subscapular dan periscapular limfonodulus, 80% anak-anak dan 20% orang
dewasa didapat pembesaran limfonodulus.
Tumor dapat bermetatase secara mikroskopik ke paru dan tulang, psammoma bodies tampak
pada 60% kasus, mixed papillary-follicular atau papillary, follicular karsinoma terkadang
ditemukan. Tumor ini tumbuh karena stimulasi dari TSH.

Follicular adenokarsinoma.
Follicular adenokarsinoma terjadi 10% dari seluruh Ca tiroid, timbul lebih lebih lama dari
papillary form, pada palpasi teraba masa yang elastik, kenyal, dan lembut. terdapat dalam
bentuk encapsulated yang mengandung koloid. Secara mikroskopik follicular karsinoma
susah dibedakan dengan jaringan tiroid. Kapsul dan vaskularisasi invasi dapat digunakan
untuk membedakan follicular adenoma dengan follicular karsinoma. Meskipun dapat
menyabar melalui kelenjar limfa, tetapi cenderung menyebar lebih hebat melalui darah dapat
menyebar ke paru, hati, dan tulang. Metastase ke tulang dapat timbul 10-20 tahun setelah lesi
primer terjadi. Tumor ini mempunyai prognosis yang buruk sama dengan papillary form.

Medullary karsinoma.
Medullary karsinoma mempunyai angka kejadian 2-5% dari Ca tiroid. Mengandung amiloid,
solid, dan keras. Dapat mensekresi kalsitonin. riwayat medullary karsinoma pada keluarga
dengan pheochromocytoma bilateral dan hiperparatiroid dikenal dengan Sipple sindrom atau
type II multiple endokrin adenomatosus. Pada sipple sindrom, hiperplasi parafollicular cell
dan medullary cancer yang kecil daqpat di diagnosa dengan menemukan serum kalsitonin
setelah distimulasi dengan pentagastrin dan kalsium.
25
Undifferentiated Karsinoma.
Tumor yang dapat cepat tumbuh ini sering terjadi pada wanita dengan usia muda dan angka
kejadiannya 3% dari semua Ca tiroid. Lesi ini terjadi dari papillary atau follicular neoplasm.
Mempunyai sifat solid, sepat membesar, keras, masa yang difus irregular melibatkan kelenjar
dan menginfasi trachea, otot, dan neurovaskular. dapat menyebabkan laringeal atau
esophageal obstruksi.
Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat 3 jenis sel yang khas yaitu; giant cell, spindle cell,
dan small cell. Mitosis sering terjadi pada metastase di paru-paru dan cervical
lymphadenopathy, dapat timbul kembali pasca operasi. Terapi eksternal radiasi dan
kemoterapi bisa dijadikan terapi palliatif pada beberapa pasien, radioiodin tidak effektif untuk
dijadikan terapi, prognosisnya buruk.

Pembedahan pada tumor tiroid :


Terapi pada ca differentiated tiroid adalah pengangkatan melalui tindakan operasi, untuk
papillary ca total lobektomy, atau total lobektomi dengan isthmectomy, dan total tiroidektomi
dapat dilakukan. Subtotal tiroidektomi dijadikan kontraindikasi karena dapat rekurent
sedangkan angka kehidupan menurun. Total tiroidektomi disarankan pada papillary form (≥
1,5cm), follicular dan medullary ca.
Pada tumor yang sudah bermetastase dapat diterapi dengan iodine 131 setelah dilakukan
tiroidektomi atau trioid ablasi dengan radioaktif, untuk follow up dapat dilakukan
pemeriksaan kadar tiroglobulin. Untuk mencegah terjadinya residu tumor maka total
tiroidektomi pada undifferentiated ca, malignant lhympoma, atau sarcoma tumor harus di
eksisi komplit dan diberikan terapi tambahan dengan radioterapi dan kemoterapi.
Doxorubin (adriamicin), vincristin, cloramburasil merupakan obat yang efektiv, ca ginjal,
payudara, paru, biasanya dapat bermetastase ke tiroid, tetapi jarang terjadi bentuk solitary
nodule.
Penanganan Kanker Tiroid :
Operasi. Pada Kanker Tiroid yang masih berdeferensiasi baik, tindakan tiroidektomi (operasi
pengambilan tiroid) total merupakan pilihan untuk mengangkat sebasnyak mungkin jaringan
tumor. Pertimbangan dari tindakan ini antara lain 60-85% pasien dengan kanker jenis papilare
ditemukan di kedua lobus. 5-10% kekambuhan terjadi pada lobus kontralateral, sesudah
operasi unilateral. Terapi ablasi iodium radioaktif menjadi lebih efektif.
Kelenjar Tiroid

Terapi Ablasi Iodium Radioaktif. Radiasi internal yang disebut sebagai radioiodablatio
menggunakan I131 yang diberikan peroral. Isotop ini diserap oleh usus halus dan masuk ke
sirkulasi darah, kemudian sebagian isotop akan terikat pada folikel tiroid dan sisanya akan
keluar bersama urin. Didalam folikel, isotop tersebut akan memancarkan radiasi beta yang
akan merusak kelenjar tiroid. Radiasi eksternal diberikan pada karsinoma tiroid dengan residu
besar dan tidak mungkin dilakukan operasi lagi. Radiasi eksternal ini menggunakan Cobalt-
60 sebagai terapi paliatif khususnya pada metatasis tulang. Terapi ini diberikan pada pasien
yang sudah menjalani tiroidektomi total dengan maksud mematikan sisa sel kanker post
operasi dan meningkatkan spesifisitas sidik tiroid untuk deteksi kekambuhan atau penyebaran
kanker. Terapi ablasi tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor soliter berdiameter kurang
1mm, kecuali ditemukan adanya penyebaran.
Terapi Supresi L-Tiroksin. Supresi terhadap TSH pada kanker tiroid pascaoperasi
dipertimbangkan. Karena adanya reseptor TSH di sel kanker tiroid bila tidak ditekan akan
merangsang pertumbuhan sel-sel ganas yang tertinggal. Harus juga dipertimbangkan segi
untung ruginya dengan terapi ini. Karena pada jangka panjang (7-15 tahun) bisa
menyebabkan gangguan metabolisme tulang dan bisa meningkatkan risiko patah tulang.
Evaluasi. Keberhasilan terapi yang dilakukan memerlukan evaluasi secara berkala, agar dapat
segera diketahui adanya kekambuhan atau penyebaran. Monitor standar untuk hal ini adalah
sintigrafi seluruh tubuh dan pemeriksaan tiroglobulin serum. Pemeriksaan USG dan
pencitraan lain seperti CT scan, rontgen dada dan MRI tidak secara rutin
diindikasikan.Sintigrafi seluruh tubuh dilakukan 6-12 bulan setelah terapi ablasi pertama.
Bila tidak ditemukan abnormalitas, angka bebas kekambuhan dalam 10 tahun sebesar 90%.
Sensitifitas pemeriksaan tiroglobulin untuk mendeteksi kekambuhan atau penyebaran sebesar
85-95%.
Penyulit bedah tiroid :
Saat kejadian Penyulit
Langsung sewaktu pembedahan Perdarahan
Cedera n.rekurens uni atau bilateral
Cedera pada trakea, esofagus, atau saraf di
leher
Kolaps trakea karena malakia trakea
Terangkatnya seluruh kelenjar paratiroid
Terpotongnya duktus torasikus di leher
kanan

27
Segera pascabedah Perdarahan di leher
Perdarahan di mediastinum
Udem laring
Kolaps trakea
Krisis tirotoksik
Beberapa jam sampai Hematom
Beberapa hari pascabedah Infeksi luka
Udem laring
Paralisis n.rekurens
Cedera n.laringeus superior
Hipokalsemia
Lama sekali pascabedah Hipotiroid
Hipoparatiroidi / hipokalsemia
Paralisis n.rekurens
Cedera n.laringeus superior
Nekrosis kulit
Kebocoran duktus torasikus

Krisis tirotoksikosis disebabkan pendarahan berlebihan hormon tiroid ke dalam darah karena
pembedahan dan manipulasi kelenjar tiroid pada penderita bedah yang tidak diduga
hipertiroidi. Karena itu setiap penderita struma harus menjalani pemeriksaan yang seksama
prabedah untuk menentukan terdapat hipertiroidi yang tidak nyata secara klinik. Sebaiknya
pembedahan baru dilakukan setelah hipertiroid diobati sehingga penderita sewaktu
pembedahan berada dalam keadaan eutiroidi.
Penyulit hipoparatiroidi terjadi karena kelenjar paratiroid turut terangkat pada strumektomi .
Cedera n.laringeus superior dan atau n.laringeus inferior juga dapat terjadi.
Kelenjar Tiroid

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. 1999, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta.


Sherwood, L, 2001, Fisiologi Manusia dari sel ke system, ECG, Jakarta.
Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam, InternaPublishing, Jakarta, Edisi 5, Jilid III
Hazzard, R.W. 1990, Principles of Geriatric Medicine and Gerontology, 2nd ed.
McGraw-Hill, New York.
Sjamsuhidayat R, Wim de Jong : 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, Edisi Revisi,
926-935
MD.Lawrence W Way : Current Surgical Diagnosis & Treatment, Edisi 9, 267-272
Struma. Dalam http://www.schilddruesen-praxis.at/Data/uploads/.
Anatomi Thyroid. Dalam http://www.thaiclinic.com/images.

29

Anda mungkin juga menyukai