Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan penyampaian informasi yang berisi ide, perasaan,
perhatian, makna, dan pikiranan, yang diberikan pada penerimaan pesan dengan
harapan penerima pesan menggunakan informasi tersebut dalam rangka mengubah
sikap dan perilakunya menjadi lebih baik.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi dasar dalam asuhan keperawatan
karena merupakan metode utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan keahlian
khusus dan kepedulaian sosial yang terdiri dari keterampilan intelektual, teknikal,
interpersonal dan perilaku caring. Mengkomunikasikan keinginan atau kebutuhan
seseorang agar dapat dituruti oleh orang lain dan menggunakan pendekatan
influensial dalam hal ini merupakan komunikasi antara perawat dan klien.Pelayanan
keperawatan sulit untuk diaplikasikan apabila tidak adanya komunikasi yang efektif.1
Komunikasi terapeutik merupakan keterampilan yang wajib dimiliki perawat
untuk memperoleh informasi yang benar dan dapat menjalin hubungan saling
percaya dengan klien dan keluarga. Komunikasi teraupetik berguna sebagai
penunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan
membantu klien melalui pemenuhan dasar yang holistic. Perawat memandang klien
sebagai makhluk yang unik sebagai makhluk biologis, psikologis, sosial, kultural,
spiritual, dan kognitif secara holistic.2,3
Buruknya sikap dan keterampilan perawat dalam berkomunikasi menjadi sumber
ketidakpuasan klien terhadap pelayanan kesehatan. Rendahnya kualitas komunikasi
tersebut dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan psikologis klien. Menurut
laporan data Sensus Nasional 2010 pelayanan kesehatan rawat inap yang banyak
dimanfaatkan adalah rumah sakit pemerintah yaitu (37,1%) dan rumah sakit swasta
(34,3%) sisanya adalah rumah sakit bersalin dan puskesmas, sedangkan untuk
pelayanan komunikasi terapeutik disimpulkan bahwa ketidakpuasan dari pelayanan
komunikasi terapeutik pemerintah dan swasta untuk rawat jalan dan rawat inap

1
semakin meningkat. Kepuasan pelayanan komunikasi terapeutik di rumah sakit
pemerintah secara umum lebih rendah dibandingkan dengan rumah sakit swasta.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan 60% pasien dan
keluarganya merasa puas dengan komunikasi yang diberikan oleh perawat namun ada
beberapa pasien dan keluarga 27% yang mengeluh bahwa perawat tidak melakukan
komunikasi terapeutik saat berinteraksi dengan keluarga dan pasien.4
Pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan keperawatan dikarenakan
kebutuhan mereka yang kurang terpenuhiakibat dari komunikasi yang tidak sesuai
dan efektif . Oleh karena itu perawat dalam holistic care menekankan pada konsultasi
antara perawat-klien dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan. Sehingga
kebutuhan klien akan terpenuhi.
Oleh karena itu makalah ini dibuat untuk memberikan informasi kepada
mahasiswa keperawatan mengenai cara berkomunikasi dengan pasien menggunakan
komunikasi teraupetik dalam melakukan asuhan keperawatan yang holistic melalui
konseling anatara perawat dan klien sehingga dapat memenuhi kebutuhan klien dan
akan menimbukan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan khususnya keperawatan.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Mengetahui Pengertian Komunikais terauprtik
1.2.2 Mengetahui tujuan komunikasi teraupetik pada keperawatan holistik
1.2.3 Mengetahui tahapan komunikasi teraupetik pada keperawatan holisitik
1.2.4 Mengetahui pengaruh konseling pada Komunikasi teraupetik
keperawatan holsitik.
1.2.5 Mengetahui tahapan konseling pada komunikasi teraupetik keperawatan
holistic

1.3 Ruang Lingkup Penulisan

Makalah ini berisi mengenai komunikasi teraupetik, penulis memfokuskan


kepada tahapan-tahapan komunikasi teraupetik pada holistic care melalui konseling
antara perawat dan klien.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pegertian Komunikasi Traupetik


Theraupeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan. Komunikasi teraupetik merupakan suatu cara yang sistematik
untuk meningkatkan penyembuhan diri sendiri dan menjaga diri klien
menggunakan kemampuan komunikasi yang mendukung kemampuan klien
menggali diri dan memberikan timbal balik kepada klien.5 Komunikasi teraupetik
pada keperawatan holistic berbeda dengan komunikasi teraupetik pada biasanya.
Komunikasi teraupetik pada keperwatan holistik menggabungkan tiga tahapan
teraupetik yang memfasilitasi komunikasi yang jelas dan penemuan diri, dan
mendorong perubahan melalui penyelesaian masalah yang konstruktif.4
2.2 Tujuan Komunikasi Teraupetik

Tujuan komunikasi teraupetik dalam Holistic care adalah mencapai


perubahan pada kepribadian diri yang lebih baik dengan menggunakan potensi
yang dimilikinya. Tujuan komunikasi teraupetik adalah sebagai berikut1, yaitu :

2.2.1 Kesadaran diri, penerimaan diri dan meningkatkan kehormatan diri

Komuikasi terapeutik diharapkan dapat mengubah sikap dan


perilaku klien. Klien yang merasa rendah diri, setelah berkomunikasi
terapeutik dengan perawat (konselor) akan mampu menerima dirinya.

2.2.2 Identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi

Manusia dalam konteks diri pribadi membutuhkan pengakuan


untuk menampakan perwujudan diri. Pengakuan inilah yang akan
mendorong manusia untuk mewujudkan identitas pribadi dan status
peran yang jelas, sehingga munculah peningkatan harga diri. Komunikais
teraupetik antara perawat dan klien mendorong keduanya saling
memahami, menghargai, dan mengetahui keperluan masing-masing.
Perawat berusaha membantu meningkatkan harga diri dan martabat

3
klien dan klien mengakui dan menghargai perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan.

2.2.3 Kemampuan untuk membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan,


hubungan interpersonal dengan kapasitas memberi dan menerima

Berkomunikasi secara terbuka, jujur, serta menerima klien apa


adanya, perawat (konselor) akan dapat meningkatkan kemampuan klien
dalam membina hubungan saling percaya. Hubungan terapeutik dalam
proses interaksi antara perawat dan klien sebagai sarana untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah, dan meningkatkan
kemampuan koping klien sehingga perawat mampu mengkaji kebutuhan
klien secara holistic.

2.2.4 Mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan terhadap kebutuhan


yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang realitas

Prinsip dalam pelayanan keperawatn dengan memperhatikan


semua aspek yang dimiliki mempunyai pelayanan yang cepat, tepat,
tegas, dengan suasana yang tenang dan humanistic. Komunikasi terauetik
ini mendorong klien menceritakan keluh dan kesahnya dengan harapan
klien memperoleh asuhan keperawatan yang sesuai. Harapan klien harus
disesuaikan dengan kondisi sakitnya sehingga klien dapat menerima
harapan yang realistis dan dapat bekerja sama dalam pelaksanaan
tindakan. Klien terkadang menetapkan standar diri terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya sehingga ketika tujuannya tidak tercapai klien
akan menarik diri an mewujudkan hubungan yang renggang.

2.3 Tahapan Komunikasi Teraupetik

Komunikasi terapeutik dalam pelaksanaannya memiliki beberapa


tahapan, yaitu5 :

2.3.1 Tahap Persiapan/Pra-interaksi


Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan diri perawat. Pada tahap ini

4
juga perawat mencari informasi data mengenai klien. Setelah itu perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien.
Tugas perawat dalam tahapan ini, yaitu :
1. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan
mengidentifikasi kecemasan.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri.
3. Mengumpulkan data tentang klien.
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2.3.2 Tahap Perkenalan/Orientasi


Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi kebenaran data dan
rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu.
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:

1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan


komunikasi terbuka.
2. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik
pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan
atau mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati
bersama.
3. Mengeksplori pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi
masalah klien
4. Menentukan tujuan interaksi dengan klien.

2.3.3 Tahap Kerja

Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi


terapeutik. Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam
komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk
membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan
pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan

5
komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam
tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh
perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan
masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah
dan mengevaluasinya. Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan
mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien dan memahami
kebutuhan yang diperlukan klien.

2.3.4 Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien.


Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi
akhir.Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan
klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu
kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang
telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.

Tugas perawat dalam tahap ini adalah:

1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah


dilaksanakan (evaluasi objektif)
2. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan
perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan.

2.4 Prinsip Komunikasi Teraupetik

Prinsip dalam melaksanakan teraupetik adalah sebagai berikut :

2.4.1 Komunikasi berorientasi pada proses percepatan penyembuhan

6
Orietasi dalam berkomunikasi dengan klien adalah pada
penyembuhan, Klien dijadikan sebagai mitra dalam menentukan sikap dan
tindakan asuhan keperawatan . Klien yang diajak berkomunikasi akan
merasa senang dan dapat menurunkan kecemasannya sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan.

2.4.2 Komunikasi terstruktur dan direncanakan

Perawat yang akan berkomunikasi dengan klien sudah


merencanakan cara-cara yang akan dilakukan atau hal-hal yang ingin
dibicarakan kepada klien .

2.4.3 Komunikasi terjadi dalam konteks topik, ruang, dan waktu

Saat berkomunikasi perawat harus memilih topik yang tepat yang


dibutuhkan klien sesuai dengan keluhan yang dirasakan atau masalah
klien serta perawat melakukan kontrak pertemuan kepada klien baik
ruang maupun waktu.

2.4.4 Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman klien

Sebelum berkomunikasi perawat harus memperhatikan latar


belakang budaya pasien, agama, Pendidikan, kemampuan kognitif, dan
kondisi psikologis klie. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan
kebutuhan akan pesan dengan demikian memberikan tolak ukur
kapasitas pesan yang akan diampaika.

2.4.5 Komunikasi memerlukan keterlibatan maksimal dari klien dan keluarga

Sebelum berkomunikasi perawat harus memperhatikan latar


belakang budaya pasien, agama, Pendidikan, kemampuan kognitif, dan
kondisi psikologis klien. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan
kebutuhan akan pesan dengan demikian memberikan tolak ukur
kapasitas pesan yang akan diampaika. 5

2.4.6 Keluhan pertama sebagai pijakan dalam berkomunikasi

7
Kebenaran perawat dalam menentukan sikap dan tindakan pada
klien, tergantung pada pernyataan klien atas keluhan yang disampaikan
dengan harapan perawat dapat menyelesaikan keluhan utama tersebut.
Keluhan tersebut didapatkan ketika proses komunikasi. Oleh karena itu
diperlukan komunikasi teraupetik yang terbuka antara perawat dan klien.

2.5 Aplikasi Konseling Pada Komunikasi Teraupetik Keperawatan Holistik

Perawat perlu memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik


dalam menjalankan perannya sehingga dapat menentukan keberhasilan
pelayanan atau asuhan keperawatan yang profesional dengan memperhatikan
kebutuhan holistik klien.6

Tujuan komunikasi teraupetik dalam keperawatan holistik adalah


mencapai perubahan pada kepribadian diri yang lebih baik dengan menggunakan
potensi yang dimilikinya. Komunikasi teraupetik dapat dilakukukan melalui
pendekatan konseling. Client centered sebagai focus utama penyembuhan,
membangun positif, dukungan yang membantu pasien mengeksplore
pengalamannya serta merubah control patient empowermen klien.7

Rogers (1942), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-


rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya
memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.8 Oleh karena itu
dalam mengkaji kebutuhan klien secara holistic perawat perlu melakukan
konseling antara perawat-klien agar tujuan holistic care dapat tercapai.

Tujuan umum dari bimbingan dan konseling untuk memenuhi kebutuhan


klien adalah terciptanya layananan bimbingan dan konseling yang terintegrasi
kedalam keperawatan secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-
sosiospiritual demi kemaslahatan dunia maupun akhirat bagi pasien.9

Konseling dapat meningkatkan sikap klien karena perawat dan klien


berpikir untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien secara bersama-sama.
Hal ini mengandung unsur kognitif dan afektif yang menimbulkan perubahan
pada sikap dalam diri klien. Sikap ini merupakan bentuk respon batin yang

8
diperoleh akibat penerusan stimulus (materi konseling) setelah adanya
10
pemahaman. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa pasien
merasakan adanya perubahan dalam hidupnya, pasien merasakan lebih optimis
dan lebih semangat dalam menjalani hidup, pasien selalu menyemangati dirinya
sendiri bahwa sekarang adalah kehidupan baru pasien, dan pasien akan diterima
oleh masyarakat dengan begitu pasien tidak takut lagi berbaur dengan lingkungan
sekitar. Serta adanya dukungan dari keluarga pasien, baik orangtua maupun istri
pasien untuk menjadi individu yang lebih baik lagi

Studi yang dilakukan oleh Vogel, dkk. (2007), mengatakan bahwa


konseling yang dilakuakan antar perawat-klien dapat memengaruhi evaluasi diri
dan keinginan untuk berubah dari dalam diri seseorang menuju kearah yang lebih
positif secara terbuka.Klien akan menggunakan potensi yang ada pada dirinya
untuk melakukan proses penyembuhan.9

Berdasarkan penelitian yang dilakukakan oleh Nadya Puspita Andrian di


Puskesmas Manahan Solo. Pengobatan dan dukungan layanan seperti konseling
telah terbukti menjadi bagian pengobatan yang penting untuk hasil yang
dikatakan berhasil menurunkan kecemasan klien. Hal tersebut dapat dilihat dari
pengkajian yang dilakukan perawat meliputi aspek holistic yaitu psikologis klien.11
Klien merasa lebih tenang dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam
mengahadapi masalahnya.

2.5.1 Fungsi Konseling

Konseling memiliki fungsi tersendiri bagi satiap aspek kehidupan


seseorang12,yaitu :

1. Fungsi Pencegahan
Konseling dilakukan untuk mencegah munculnya
masalah atau gangguan - gangguan psikologis pada diri klien
kembali.
2. Fungsi Penyesuaian
Berfungsi untuk membantu seseorang dalam beraptasi
terhadap perubahan lingkungannya yang disebabkan oleh

9
perubahan biologis klien, perubahan psikologis klien, dan pe
rubahan sosial yangterjadi pada diri klien.
3. Fungsi Perbaikan
Konseling yang dilakukan seseorang berfungsi untuk
memperbaiki perilaku-perilaku klien yang menyimpang dan
merugikan dirinya sendiri dan orang di sekitarnya
4. Fungsi Pengembangan
Konseling berfungsi untuk membantu klien dalam
mengembangkan pengetahuan dan potensj klien dalam
menghadapi dan mengatasi masalah.
2.5.2 Proses Konseling
Konseling pada holistic care memusatkan pada kemampuan atau
potensi klien bukan kepada kelemahan untuk proses penyembuhan
klien.1
1. Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
2. Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan
memaksimalkan dan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan
perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai
pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat
tilikan perasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
3. Melalui penerimaan terhadap klien, perawat membantu untuk
menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman
sebelumnya ke dalam konsep diri.
4. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri
dan menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang
penuh.7
2.5.3 Tahapan Konseling
Tiga tahapan konseling Client centered yaitu tahap awal, tahap
pertengahan (kerja) dan tahap akhir .7
1. Tahap awal konseling
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
b. Membangun kepercayaan pasien dan perawat

10
c. Mendukung klien self disvovery dan self exploration
d. Memperjelas dan mendefinisikan masalah Jika hubungan
konseling telah terjalin dengan baik dimana klien telah
melibatkan diri, berarti kerjasama antara perawat dengan klien
akan dapat mengangkat isu, kepedulian, atau masalah yang ada
pada klien.
e. Membuat penafsiran dan penjajakan perawat berusaha menjajaki
atau menaksir kemunkinan mengembangkan isu atau masalah,
dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan dia prosemenentukan
berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah
d. Menegosiasikan kontrak pertemuan7

2. Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)

Tahap kerja dilakukan untuk mengeksplore lebih dalam


masalah klien baik biologis, psikologis, sosial, budaya , spiritual, dan
kognitif klien.

a. penjelajahan masalah klien


b. Mengidentifikasi pola disfungsional dan fungsional
c. bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian
kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang msalah klien.
d. Perawat mendengarkan dengan empati tentang
pengalaman klien
3. Tahap Akhir Konseling ( Tahap Tindakan atau Implementasi)
a. Fokus pada tujuan yang disepakati bersama
b. Renaca dalam mencapai tujuan

Tujuan-tujuan tahap akhir adalah sebagai berikut :

a. Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadahi


Klien
b. Terjadinya transfer of learning pada diri klien.

11
Klien belajar dari proses konseling mengenai perilakunya
dan hal-hal yang membuatnya terbuka untuk mengubah
perilakunya diluar proses konseling
c. Melaksanakan perubahan perilaku.
d. Mengakhiri hubungan konseling.
Mengakhiri konseling harus atas persetujuan klien.
Sebelum ditutup ada beberapa tugas klien, yaitu: pertama,
membuat kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil proses
konseling; kedua, mengevaluasi jalanya proses konseling;
ketiga, membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

12
BAB III

PENUTUP

2.6 Kesimpulan

Komunikasi terapeutik merupakan keterampilan yang wajib dimiliki


perawat untuk memperoleh informasi yang benar dan dapat menjalin hubungan
saling percaya dengan klien dan keluarga. Komunikasi teraupetik berguna sebagai
penunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang komprehensif dengan
membantu klien melalui pemenuhan dasar yang holistik.

Tujuan komunikasi teraupetik dalam Holistic care adalah mencapai


perubahan pada kepribadian diri yang lebih baik dengan menggunakan potensi
yang dimilikinya. Komunikasi teraupetik dapat dilakukukan melalui pendekatan
konseling. Client centered sebagai focus utama penyembuhan, membangun
positif, dukungan yang membantu pasien mengeksplore pengalamannya serta
merubah control patient empowermen.Tahapan dalam komunikasi teraupetik
pada pemberian konseling yaitu terdiri dari tahap awal, tahap kerja, dan tahap
evaluasi atau akhir.

konseling dapat memengaruhi evaluasi diri dan keinginan untuk berubah


dari dalam diri seseorang yang belum diwujudkan secara terbuka serta dapat

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Riauan MARI, Shasrini T. Therapeutic Communications Impact On The Image Of


Health Care ( Study At Regional Public Hospital Of Arifin Achmad Pekanbaru ).
9:31–43.
2. Hilwa A. Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terauprtik Perawat Pelaksana denga
Kepuasan Pasien di Ruang Perawatan Rumah Sakit Umum Daerah Haji Makkasar
Tahun 2012 [Internet]. Universitas Negeri Islam Alauudin; 2012. Available from:
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3069/1/ANDI HILWA
%2870300108002%29_opt.pdf
3. Gusni S. Pelayanan Spiritual.Pdf. 2012;1(2):181.
4. Rohmah M. Komunikasi Teraupetik Perawat Menurunkan Kecemasan Keluarga
Pasien Kritis. 2017;08(November):144–51.
5. Muhith A. Aplikasi Komunikasi Teraupetik Nursing & Healt. Utami R, editor.
Surabaya: Andi; 2010. 59-62 p.
6. Hamid AYS. Hubungan antara kemampuan komunikasi terapeutik perawat
dengan kepuasan pasien yang di rawat di rsud dr. rasidin padang. 2009;
7. Rosyada DU. Model Pendekatan Konseling Client Centered Dan Penerapannya
Dalam Praktik. J Exp Psychol Gen. 2007;136(1):23–42.
8. Mulawarman. Buku Ajar Pengantar Keterampilan Dasar Konseling bagi Konselor
Pendidikan. 2017.
9. Arifin IZ. Bimbingan dan Konseling Islam untuk Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit.
J Ilmu Dakwah [Internet]. 2014;6(1):170. Available from:
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jid/article/view/332
10. Muniroh MFA dan L. Pengaruh Konseling terhadap Pengetahuan dan Sikap
Pemberian Mp-Asi. Media Gizi Indones. 2015;10(Konseling terhadap
Pengetahuan dan Sikap):20–5.
11. Adriana NP. Pengaruh Konseling Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien
Progrom Terapi Rumatan Metadon Di Puskesmas Manahan Solo. Pengaruh
Konseling Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Progrom Ter Rumatan
Metadon Di Puskesmas Manahan Solo. 2014;
12. Agam J. Peran Konseling Dalam Keperawatan. Mark Sci. 2004;23(3):419–28.

14

Anda mungkin juga menyukai