Anda di halaman 1dari 11

PERLUKAH UJI KOMPETENSI BAGI PERAWAT ?

Menurut hasil Lokakarya Keperawatan Nasional Tahun 1983, perawat


adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu pelayanan biopsiko-sosio-spiritual
yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses hidup manusia.1

Rasio kecukupan perawat di Indonesia telah memenuhi standar WHO yaitu


220.575 orang perawat.2 Namun kecukupan itu masih menimbulkan permasalahan
pelayanan keperawatan karena pendistribusiannya serta kualitas sumber daya
manusia yang berbeda-beda.2,3 Dalam hal ini kemampuan dan kompetensi perawat
sangat perlu di tingkatkan guna meningkatkan dan meratakan pelayanan kesehatan
yang profesional di Indonesia

Perawat sebagai salah satu tenaga medis yang berperan dalam pelayanan
kesehatan perlu memiliki standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh PPNI.
Standar diartikan sebagai patokan yang disepakati bersama, sedangkan kompetensi
merupakan kemampuan sesorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam melaksanakan pekerjaan maupun tugas berdasarkan standar yang telah
ditetapkan. Standar kompetensi mereflesksikan kompetensi yang harus dimiliki
oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang profesional.

Untuk mengatasi permasalahan kualifikasi tenaga kesehatan pemerintah


mengeluarkan Undang – Undang Tenaga Kesehatan Nomor 36 Tahun 2014 Pasal
21 yang berisi tentang kewajiban mahasiswa bidang kesehatan profesi untuk
mengikuti uji kompetensi secara nasional diakhir masa pendidikan diploma maupun
sarjana dalam upaya standardisasi dan penjaminan mutu lulusan pendidikan tinggi
bidang kesehatan.4 Uji Kompetensi merupakan syarat yang wajib diikuti oleh
mahasiswa yang telah menempuh pendidikan program vokasi maupun program
profesi sebagai syarat untuk mendapatkan Sertifikat kompetensi yang kemudian
nantinya akan ditukarkan dengan Surat Tanda Registrasi (STR). Uji Kompetensi ini
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang bekerja sama dengan Organisasi
Profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi.5

Uji kompetensi ini masih menjadi perdebatan di Indonesia. Meskipun sudah


berjalan 6 tahun, dalam pelaksanaanya banyak pihak yang tidak menyetujui adanya
pelaksanaan uji kompetensi di Indonesia dengan alasan uji kompetensi akan
menyulitkan lulusan tenaga kesehatan khususnya perawat dan menambah waktu
lebih lama lagi untuk dapat bekerja mengingat untuk pendidikan saja sudah
memerlukan waktu yang cukup lama. Namun ada juga yang berpendapat bahwa,uji
kompetensi ini sangat perlu bagi tenaga kesehatan salah satunya yaitu perawat

Di era globalisasi seperti saat ini, uji kompetensi sangat diperlukan bagi
perawat untuk meningkatkan kualifikasi keperawatan di Indonesia. Selain itu untuk
melahirkan perawat-perawat yang profesional dan mampu bersaing dengan perawat
negara lain.Banyak alasan yang mendukung bahwa Indonesia perlu melaksanakan
uji kompetensi bagi perawat.

Uji kompetensi perawat ini mampu menegakan akuntabilitas profesi


keperawatan. Sebelum melakukan aktivitas pelayanan kesehatan, perawat harus
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) terlebih dahulu dengan syarat lulus uji
kompetensi. Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat
kompetensi.6 Pasal 46 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/menkes/per/viii/2011 menjelaskan bahwa Setiap tenaga kesehatan termasuk
perawat yang menjalankan melakukan aktivitas pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin berupa Surat Tanda Registrasi (STR)6,4. Dengan adanya Surat Tanda
Registrasi (STR) membuktikan bahwa perawat telah lolos uji kompetensi dan
mampu menjawab soal-soal pada saat uji kompetensi dimana materi uji kompetensi
disusun berdasarkan standar kompetensi yang tercantum dalam standar profesi.

Perawat Indonesia mampu memiliki standar kompetensi yang setara dengan


standar perawat negara lain dengan dilakanakannya uji kompetensi. Pemerintah
Mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/Menkes/Per/Viii/2011 Pasal 11 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan Warga
Negara Asing atau Tenaga Kesehatan Warga Negara Indonesia lulusan luar negeri
untuk dapat melakukan pekerjaan/praktik di Indonesia harus memenuhi ketentuan
mengenai sertifikat kompetensi dan STR. Untuk memperoleh STR tersebut perlu
adanya sertifikat kompetensi yang didapat ketika lolos uji kompetensi yang
dilakukan oleh Indonesia.4 Dengan demikian Perawat Indonesia mendapatkan
pengakuan yang sama dengan perawat dari negara lain.6 Oleh karena itu uji
kompetensi sangat penting bagi calon perawat agar dapat menjadi perawat yang
berkualitas.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa pada tahun 2012, tenaga


kesehatan warga negara asing di Indonesia berjumlah 147 orang. Dari jumlah
tersebut, 92 orang tercatat bekerja di rumah sakit swasta, klinik, dan kantor
kesehatan lainnya, 9 orang sebagai tenaga pendidik di politeknik kesehatan, 12
orang berstatus sebagai peserta pendidikan dan pelatihan, dan 34 orang dalam
rangka kegiatan bakti sosial. Sedangkan, sampai bulan Mei 2013, tercatat ada 50
rekomendasi yang diberikan kepada TK-WNA, terdiri dari 10 orang yang bekerja
di rumah sakit swasta dan sisanya sebanyak 40 orang melakukan kegiatan bakti
sosial7.Oleh karena untuk menanggulangi semakin banyaknya tenaga kerja
kesehatan yang berasal dari luar negeri tersebut pemerintah melakukan standarisasi
kompetensi perawat melalui uji kompetensi agar nantinya tenaga Indonesia tidak
kalah saing dengan tenaga kesehatan asing dan citra perawat Indonesia akan
semakin baik di mata dunia.

Pada tahun 2020 Indonesia sendiri akan terlibat dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) dimana masyarakat Asia Tenggara bebas menanam saham maupun
bekerja tanpa adanya visa. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki potensi
yang cukup menggiurkan orang asing untuk bekerja di Indonesia. Pertama, karena
penduduk Indonesia yang besar yaitu 200 juta penduduk sehingga memiliki peluang
pasar yang besar. Kedua, kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini cukup
menjanjikan.7 Dengan potensi pasar yang besar tidak mengherankan jika kelak
banyak tenaga kesehatan asing yang ingin bekerja di Indonesia.
Pada suatu media massa dimuat berita bahwa ada sebanyak 2500 perawat
Filipina berniat mendaftarkan diri untuk dapat bekerja di rumah sakit-rumah sakit
yang ada di Indonesia. Selain itu, tenaga medis tersebut umumnya berpendikan
setingkat sarjana, dengan status Registered Nurse (RNS) dan mampu berbicara
bahasa Indonesia.7 Dapat dilihat bahwa masalah ketenagakerjaan Indonesia
sekarang ini memiliki tantangan yang luar biasa. Apabila dilihat dari sisi
pendidikan dan produktivitas Indonesia masih tertinggal dengan negara lain. Maka
dari itu pemerintah berupaya menerapkan uji kompetensi ini sebagai penyetaraan
standar kompetensi perawat di Indoensia agar nantinya tidak kalah saing dengan
perawat dari negara lain.8

Banyak rumah sakit luar negeri yang membutuhkan perawat profesional


namun perawat Indonesia tidak mampu merebut peluang kerja itu. Salah satu
dampak dari relatif rendahnya standar kompetensi perawat Indonesia, ketika Arab
Saudi meminta 120 orang tenaga perawat Indonesia untuk dipekerjakan di Mekkah
Medical Center, Indonesia hanya dapat memenuhi 26 orang. Padahal, mereka yang
bekerja di Timur Tengah dijanjikan gaji Rp 23 juta per bulan, dengan fasilitas
tempat tinggal yang hanya satu kilometer dari rumah sakit.9Itu menunjukkan,
sebenarnya peluang kerja bagi tenaga perawat terbuka sangat luas namun semua itu
terhalang dengan kompetensi yang dimiliki oleh perawat Indonesia. Kualifikasi
perawat Indonesia masih kalah dengan perawat Fhiliphina

Uji kompetensi digunakan sebagai alat untuk melaksanakan Cross


check terhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan.5 Tujuannya agar
tidak ada disparitas antara perawat di Indonesia. Institusi pendidikan tenaga
kesehatan yang ada saat ini masih belum memenuhi standar kualitas pendidikan.
Berdasarkan data yang ada, masih ada 67% institusi pendidikan tenaga kesehatan
belum terakreditasi. Bahkan institusi pendidikan untuk perawat mencapai 82%
institusi yang belum terakreditasi.10 Pendirian institusi pendidikan tenaga kesehatan
yang belum terencana sesuai dengan standar mutu dapat berdampak terhadap tidak
terpenuhinya kompetensi tenaga kesehatan.Uji kompetensi ini dilaksanakan oleh
seluruh mahasiswa bidang kesehatan lulusan diploma maupun profesi dari berbagai
macam institusi pendidikan tenaga kesehatan dengan kualitas pendidikan yang
beranekaragam. Dengan dilakasanakannya uji kompetensi ini mampu menyaring
lulusan diploma maupun profesi perawat yang kompeten dan dapat bekerja secara
profesional sehingga pelayanan kesehatan di Indonesia akan semakain baik dan
dapat setara dengan negara lain yang memiliki pelayanan kesehatan jauh lebih
unggul dari pada Indonesia.

Uji Kompetensi akan menumbuhkan semangat setiap institusi pendidikan


untuk melaksanakan perbaikan kurikulum dan pendidikan.4 Adanya uji kompetensi
ini maka setiap institusi pendidikan terutama bidang kesehatan berkeinginan
meluluskan tenaga kesehatan yang profesional sehingga tumbulah semangat
memperbaiki kurikulum dan metode pembelajaran agar mahasiswa lulusan institusi
tersebut berkualitas dan profesional dalam bekerja nanti sehinggapandangan
masayarakat mengenai institusi akan baik dan bernilai dimata masyarakat. Manfaat
dari hal tersebut adalah adanya pemerataan pendidikan di Indonesia . Sudah tidak
ada lagi si paling unggul dan si paling tertinggal namun semua merupakan institusi
yang unggulan dan mampu menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional.

Bagi tenaga kesehatan uji kompetensi ini akan memberikan kepastian dan
perlindungan hukum salah satunya yaitu perawat. Melalui uji kompetensi ini
peserta yang lolos akan memperoleh Surat Keterangan Registrasi (STR) dimana
itu merupakan tanda diakuinya sesorang calon tenaga kesehatan oleh pemerintah
(Kemkes) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI).4Perawat yang sudah
diakui keberadaannya oleh pemerintah dan MKTI maka dalam melakukan aktivitas
pelayanan kesehatan akan dilindungi secara hukum oleh pemerintah yang diatur
dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.11Jika suatu
saat perawat dituntut oleh klien mengenai pelayanan kesehatan yang Ia laksanakan
dan dalam melaksanakannya sudah sesuai dengan Standar Operasional Pekerjaan
(SOP) maka perawat tersebut akan dilindungi haknya oleh pemerintah.

Tidak hanya memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi perawat


tetapi juga akan memberikan perlindungan hak bagi penerima pelayanan kesehatan
serta dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.12Ketika tenaga
kesehatan seperti halnya perawat lolos dalam uji kompetensi dan mendapatkan STR
maka calon perawat tersebut telah diakui oleh pemerintah dan dapat melakukan
praktik keperawatan. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 28
ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, praktik
keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi,
dan standar prosedur operasional.13 Dengan adanya peraturan yang mengatur kode
etik tersebut maka hak klien dapat dilindungi. Jika perawat melakukan pelanggaran
kode etik dan melanggar hak asasi klien maka perawat dapat dikenai hokum pidana.

Sikap tidak profesional dan tidak kompeten perawat akan memperkuat


paradigma masyarakat Indonesia mengenai perawat sebagai pembantu dokter yang
hanya bekerja setelah mendapatkan instruksi dari dokter.Hal ini membuat citra
perawat akan menurun di mata masyarakat Indonesia.Oleh karena itu,diperlukan uji
kompetensi sebagai upaya pemerataan kualifikasi perawat di Indonesia.

Perawat Indonesia memiliki dua kelemahan yang menjadi penyebab


kalah bersaing di dunia internasional. Dunia internasional memilih perawat dari
Filipina untuk memenuhi kebutuhan di negaranya, yang dinilai memiliki
kualitas lebih baik. Keunggulan kualitas juga menyebabkan perawat Filipina
menjadi registered nurse, yang diakui di negara lain. Pertama yaitu terkait
dengan kompetensi yang dimiliki oleh perawat.Kedua adalah penguasaan
bahasa asing pada perawat Indonesia. Hal ini berbeda dengan perawat asal
Filipina yang memiliki kemampuan bahasa asing lebih baik, salah satunya
bahasa Inggris. Kompetensi bahasa memudahkan perawat mengomunikasikan
kondisi pasien pada keluarganya. 14 Sebagai solusi terhadap masalah tersebut
pemerintah perlu meningkatkan kemampuan bahasa Inggris perawat Indonesia agar
nantinya dapat bersaing dengan perawat luar negeri. Dalam uji kompetensi ini
pemerintah dapat menambahkan bahasa Inggris sebagai standar kompetensi
perawat Indonesia.

Berdasarkan data pendukung yang telah dipaparkan diatas dapat


disimpulkan bahwa negara Iindonesia saat ini memerlukan adanya peningkatan
layanan kesehatan karena pelayanan kesehatan di negara Indonesia sendiri saat ini
masih tergolong kurang baik dan tidak merata yang diakibatkan oleh salah satu
faktor yaitu kurang meratanya kualitas sumber daya tenaga kesehatan yang ada di
Indonesia. Pemerintah memberikan solusi berupa adanya peningkatan kualifikasi
sumber daya tenaga kesehatan melalui uji kompetensi.

Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa uji kompetensi perawat sangat
perlu dilaksanakan agar kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia semakin baik
dengan sumber daya manusia yang profesional dan mampu bersaing dengan
perawat negara lain. Sehingga perawat Indonesia mampu menjadi registered nurse,
yang diakui di negara lain seperti Fhiliphina.
DAFTAR PUSTAKA

1. Komalawati V. Kesehatan, A Pelayanan Kesehatan, Defenisi Pelayanan.


Portal Garuda. 2009;9(1):8–40.
2. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Perawat 2017.Pdf [Internet]. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2017. 1-12 p. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
perawat 2017.pdf
3. Shekelle PG. Nurse-Patient Ratios as Safety Strategy. 2014;158(5):4.
4. Kemkes. Uji kompetensi tenaga kesehatan [Internet]. bppsdmk kemkes.
Jakarta: bppsdmk kemkes; 2017. Available from:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/04/Ukom-Tenaga-Kesehatan.pdf
5. Kemenristek Dikti. Pelakasanaan Uji Kompetensi Bidang Kesehatan
[Internet]. belmawa ristekdikti. 2018 [cited 2018 Nov 27]. Available from:
http://belmawa.ristekdikti.go.id/2018/08/27/pelaksanaan-uji-kompetensi-
nasional-bidang-kesehatan-tahun-2018/
6. PPNI. Draft Standar Kompetensi Perawat. In: Standar Kompetensi Perawat
Indonesia [Internet]. Jakarta: hpeq dikti; 2012. p. 18–9. Available from:
http://ppnitangsel.com/downlot.php?file=KompetensiPerawat_Ners_Mercu
re_Finaldraf_PPNI-1.pdf
7. Halifia Z. Tenaga Kesehatan Indonesia vs Tenaga Kesehatan Asing di Era
Globalisasi. Kompasiana [Internet]. 2015; Available from:
https://www.kompasiana.com/halifiazukhrina/54f91868a3331
8. Kariasa IM, Masfuri, Iriana P, Supartini Y, Herawati T, Aulawi K, et al.
Blueprint uji kompetensi perawat Indonesia [Internet]. Jakarta; 2014. 27-39
p. Available from: https://aipdiki5.files.wordpress.com/2014/03/blue-print-
uji-kompetensi-perawat-indonesia-copy.pdf
9. Rakyat P. Standar Kompetensi Perawat Indonesia Kalah dari Filipina.
Prikiran rakyat [Internet]. 2014; Available from: http://www.pikiran-
rakyat.com/pendidikan/2014/06/20/286185/standar-kompetensi-perawat-
indonesia-kalah-dari-filipina
10. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan
Tahun 2011 – 2025 [Internet]. Jakarta; 2015. p. 344–53. Available from:
http://www.who.int/workforcealliance/countries/inidonesia_hrhplan_2011_
2025.pdf
11. Solehuddin. Perlindungan Hukum Terhadap Perawat Dalam Menghadapi
Asean Economic Community (Aec). Perlindungan Hak Terhadap Perawat
Dalam Menghadapi Asean Econ Community [Internet]. 1931;1–25.
Available from:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=346615&val=6466&ti
tle=Perlindungan Hukum Terhadap Perawat Dalam Menghadapi ASEAN
Economic Community
12. Diy M. Registrasi & Sertifikasi Tenaga Kesehatan [Internet]. 2018 [cited
2018 Nov 28]. Available from: http://masyarakatsehat.id/wp-
content/uploads/2018/03/Materi-4.1_dr.-Suhardiah_Sertfikasi-registrasi-
nakes.pdf
13. Kementerian Kesehatan RI. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2014 tentang Keperawatan. In Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2014. Available from:
https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/file
14. Roshma W. Poin Lemah Kualitas Perawat Indonesia. Harian Nasional
[Internet]. 2017; Available from: http://harnas.co/2017/08/25/berikut-poin-
lemah-kualitas-perawat-indonesia
ESSAY ARGUMENTATIF

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA


Dosen Pembimbing : Ns. Nana Rochana, S.Kep,MN

OLEH
DIANA KRISNAWATI (22020118140108)

DEPRTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

Anda mungkin juga menyukai