Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STANDARISASI FARMASI

“STANDARISASI SEDIAAN EMULSI”

Disusun oleh :
Fikri Ridhani Az Zharif NIM. 1701011310012
Huriadi Rizani NIM. 1701011310017
Lenny Meirina NIM. 1701011320022
Nurlianingsih NIM. 1701011320035
Putri Kholifah Novita Sari NIM. 1701011320038
Wido Triewati NIM. 1701011320052

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
anugerah dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatan-Nya yang telah diberikan
sehingga dapat menyelesaikan tugas ini sebagaimana mestinya. Makalah ini
merupakan salah satu persyaratan untuk tugas Standarisasi Farmasi. Makalah ini
tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membantu membuatnya, oleh karena itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada, dosen pengampu mata
kuliah Standarisasi Farmasi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan dan
kekurangan karena kita sama-sama belajar. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
dipergunakan sesuai dengan manfaatnya, dan yang melihat serta membaca dapat
menambah ilmu dan wawasan.

Banjarbaru, November 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................
1.4 Manfaat..............................................................................................
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian.........................................................................................
2.2 Formula Dasar Emulsi..............................................................................
2.3 Prosedur Pengujian Emulsi......................................................................
2.4 Parameter Pengujian Emulsi....................................................................
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Emulsi menurut Farmakope Indonesia edisi III hal 9, emulsi adalah
sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Emulsi menurut Farmakope Indonesia edisi IV hal 6, emulsi adalah sistem dua
fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk
tetesan kecil. Emulsi menurut Formularium Nasional edisi 2, emulsi adalah
sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam sistem disperse, fase
cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya,
umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi. Emulsi berasal dari kata emulgeo
yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya
dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi
semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai
protein yang terdapat dalam biji tersebut. Pada pertengahan abad ke XVIII, ahli
farmasi Perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari olium olivarum, oleum
anisi dan eugenol oil dengan menambahkan penggunaan gom arab, tragacanth,
kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar
disebut emulsi spuria atau emulsi buatan.
Cara Membedakan Tipe Emulsi Dikenal beberapa cara untuk membedakan
tipe emulsi :
 Dengan Pengenceran Fase Setiap emulsi dapat diencerkan dengan fase
externalnya. Dengan prinsip tersebut, emulsi tipe o/w dapat diencerkan
dengan air sedangkan tipe w/o dapat diencerkan dengan minyak.
 Dengan Pengenceran atau Pemberian Warna, Zat warna akan tersebar merata
dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase eksternal dari emulsi
tersebut. Misalnya : Emulsi + larutan sudan III dapat memberi warna merah
pada emulsi tipe w/o, karena sudan III larut dalam minyak, Emulsi + larutan
metilen blue dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w, karena metilen
blue larut dalam air.
 Dengan Kertas Saring Bila emulsi diteteskan pada kertas saring, kertas saring
menjadi basah maka tipe emulsi o/w dan bila timbul noda minyak pada kertas
berarti emulsi tipe w/o.
 Dengan Konduktivitas Listrik Alat yang dipakai adalah kawat dan stop
kontak, kawat dengan K ½ watt lampu neon ¼ watt semua dihubungkan
secara seri. Lampu neon akan menyala bila elektroda dicelupkan dalam cairan
emulsi tipe o/w dan akan mati bila dicelupkan pada tipe emulsi w/o.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Emulsi ?
1.2.2 Apa saja Formula Dasar Emulsi?
1.2.3 Bagaimanakah Prosedur Pengujian Emulsi?
1.2.4 Apa saja Parameter Pengujian Emulsi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1.3.1 Mahasiswa Dapat Mengetahui pengertian Dari Emulsi.
1.3.2 Mahasiswa Dapat Mengetahui Formula Dasar Emulsi.
1.3.3 Mahasiswa Dapat Mengetahui Prosedur Pengujian Emulsi.
1.3.4 Mahasiswa Dapat Mengetahui Parameter Pengujian Emulsi .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Emulsi


Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas
emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut
dengan emulgator (emulsifying agent). Emulsi merupakan sediaan yang
mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan
sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya mengandung
air dan minyak, dimana cairan yang saat terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan yang lain. Untuk menstabilkan emulsi diperlukan emulgator yang
cocok, tanpa adanya emulgator emulsi akan segera pecah dan terpisah. Emulgator
sendiri harus memenuhi kualitas tertentu salah satunya emulsi harus dapat
dicampurkan dengan bahan formulatif lainnya. Salah satu emulgator yang dapat
digunakan dalam pembuatan emulsi adalah golongan derivat selulosa.
Emulsi berasal dari kata “emulgeo” artinya menyerupai susu dan warna
emulsi memang putih seperti susu. Emulsi dapat didefinisikan sebagai sediaan
yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, yang terdispersikan dalam
cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Klasifikasi tipe emulsi berdasarkan fase terdispersinya digolongkan menjadi dua
tipe yaitu tipe O/W (Oil On Water) atau M/A (Minyak dalam Air) dan emulsi tipe
W/O (Water On Oil) atau A/M (Air dalam Minyak). Emulsi tipe O/W atau M/A
adalah emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi
dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Untuk
emulsi tipe W/O atau A/M adalah emulsi yang terdiri atas butiran air yang
terdispersi ke dalam minyak.
Emulgator atau zat pengemulsi merupakan komponen penting dalam
kestabilan emulsi. Emulgator dapat mencegah terjadinya koalesensi yaitu
penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase
tunggal yang memisah. Emulgator juga dapat mengurangi tegangan permukaan
antar fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga akan dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkannya sehingga antara zat yang
terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan
terpisah. Emulgator dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti emulgator alam
dari tumbuh-tumbuhan (Gom Arab, Tragakan, Agar, Chondrus), dari hewan
(Kuning Telur, dan Adeps lanae), dari tanah mineral (Veegum dan Bentonit) dan
emulgator buatan (sabun, tween 20, span 20, dan Benzalkonium klorid).

2.2 Formula Dasar Emulsi


Komponen dari emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen Dasar, adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat
dalam emulsi. Terdiri atas :
 Fase dispers/fase internal/fase discontinue, yaitu zat cair yang terbagi-bagi
menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
 Fase continue/fase external/fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
 Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
2. Komponen Tambahan, merupakan bahan tambahan yang sering
ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Misalnya corrigen saporis, corrigen odoris, corrigen colouris,
preservative (pengawet) dan anti oksidan (Syamsuni, 2006).

2.3 Prosedur Pengujian Emulsi


1. Evaluasi Ph
Evaluasi pH menggunakan kertas pH indikator dengan perbandingan 60
g:200 ml air yang digunakan untuk mengencerkan , kemudian aduk hingga
homogen dan diamkan agar mengendap, dan airnya yang diukur dengan
kertas pH indikator dengan mencelupkan ujung kertasnya. Lalu lihat
perubahan warnanya, sesuaikan dengan warna pada kemasan kertas pH
indikator. Emulsi yang telah jadi masing-masing dituangkan dalam gelas
piala 20 ml. Lakukan pengukuran ph menggunakan ph meter dengan
mencelupkannya kedalam emulsi.
2. Evaluasi organoleptis
Evaluasi organoleptis merupakan pengujian sediaan dengan menggunakan
pancaindra untuk mendeskripsikan bentuk atau konsistensi (misalnya
padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya kuning, coklat) dan bau
(misalnya aromatic, tidak berbau). Pemberian dikatakan baik jika warna
sediaan tidak berubah dan bau tidak hilang.
3. Evaluasi Densitas (bobot jenis).
Ditimbang piknometer kosong (W pikno). Piknometer kosong diisi air
suling hingga penuh, kemudian ditimbang. Dihitung selisih antara W
pikno + air dan W pikno didapat W air. Selanjutnya W air dibagi oleh
massa jenis air sehingga didapat volume air (V air). Emulsi dari masing-
masing formula dimasukan kedalam piknometer kosong, kemudian
ditimbang (W pikno + emulsi). Dihitung selisih antarsa W pikno + emulsi
W pikno didapat W emulsi. Selanjutnya W emulsi dibagi oleh W air,
sehingga diperoleh massa jenis emulsi. Massa jenis emulsi selanjutnya
dibagi oleh massa jenis air, sehingga diperoleh berat badan emulsi.
4. Evaluasi Viskositas
Viskositas adalah gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara
berkesinambungan melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi
mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan
yang akan ditentukan kekentalannya. Mengukur viskositas emulsi
menggunakan viscometer Brookfield: Masukan emulsi kedalam beaker
glass, Pasang alat Brookfield dan masukan spindle dalam emulsi. Pilih
pengatur kecepatan; amati jarum penunjuk pada saat konstan. Catat angka
yang ditunjuk jarum; hitung viskositasnya. Cara menentukan viskositas
suatu zat menggunakan alat viscometer antara lain :
1) Viscometer kapiler
2) Viscometer hoppler
3) Viscometer cup dan plate
4) Viscometer cone dan plate
Prosedur : Diisi tabung Ostwald dengan sampel, dengan bantuan tekanan
atau penghisapan alur mundur cairan dalam tabung kapiler hingga garis
graduasi teratas. Buka kedua tabung pengisi dan tabung kapiler agar cairan
dapat mengalir beban kedalam wadah melawan tekanan atmosfir. Catat
waktu dalam detik yang diperlukan cairan untuk mengalir dari batas atas
hingga batas bawah dalam tabung kapiler (FI IV hal 1038).
5. Uji Homogenitas
Cara pengujiannya adalah dengan meletakkan sediaan diatas kaca arloji
kemudian diratakan agar terlihat homogenitasnya.
6. Tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan menambahkan salah satu fase
yaitu fase air atau fase minyak pada sediaan. Jika salah satu fase telah
ditambahkan misalnya fase air lalu diaduk dan sediaan tidak memisah atau
tidak pecah berarti sediaan itu berupa emulsi minyak dalam air.
7. Volume Sedimentasi
Volume sedimentasi (F) adalah perbandingan dari volume endapan yang
terjadi (Vu) terhadap volume awal dari suspensi sebelum mengendap (Vo)
setelah suspensi didiamkan. Diamati perubahan volume yang terjadi pada
sediaan emulsi setelah hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5.

2.5 Parameter Pengujian Emulsi


No. Pengujian Emulsi Parameter Sumber

1. Pemeriksaan Organoleptis:

Warna Tidak mengalami (Tomagola,


perubahan 2013)

Konsistensi Tidak mengalami (Tomagola,


perubahan 2013)

Bau Tidak mengalami (Tomagola,


perubahan 2013)

2. Tipe Emulsi:

Metode Hantaran Listrik Jarum Bergerak = (Tomagola,


(Voltmeter) m/a 2013)
Jarum tidak
bergerak = a/m
Metode Pengenceran Bercampur = m/a (Nabiela,
(Penambahan air) Tidak bercampur 2013)
= a/m
3. Stabilitas

Volume Kriming Perubahan tinggi (Nabiela,


globul/endapan 2013)

Cycling test Tidak terjadi (Nabiela,


pemisahan fase 2013)

sentrifugasi Tidak terjadi (Nabiela,


pemisahan fase 2013)

4. Viskositas Semakin tinggi = (Nabiela,


semakin baik 2013)

5. Tipe Aliran Emulsi Nilai yield tidak (Tomagola,


berubah / bentuk 2013)
reogram
6. Ukuran Tetes Semaki kecil = (Aryanti et al.,
semakin stabil 2013)

7. Diameter Partikel Rata-rata 0,1-50 μm (Nabiela,


2013)

8. pH Sesuaikan dengan -
daerah pH kulit
tertentu
BAB III
PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah emulsi dibuat dengan maksud untuk
menyatukan dua fase yang tidak dapat bercampur yaitu fase minyak dan fase air.
Emulsi dapat digunakan untuk pemakaian luar maupun untuk pemakaian dalam.
Untuk menjaga kestabilan emulsi, digunakan emulgator yang bekerja untuk
mengurangi tegangan antar muka fase minyak dan fase air. Menurut Farmakope
Indonesia edisi III, emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV,
emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi terdiri dua fase cairan, yaitu cairan
terdispersi yang disebut fase dalam, dan fase cairan pembawa yang disebut fase
luar. Jika fase dalam larutan berupa minyak atau larutan dalam minyak dan fase
luarnya berupa air atau larutan, maka emulsi tersebut adalah emulsi tipe m/a.
sedangkan jika fase dalam berupa air atau larutan dan fase luarnya berupa minyak
atau larutan minyak, maka emulsi tersebut adalah emulsi tipe a/m.
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, N., I. Prihantiningsih, D. Ikhsan & D. H. Wardhani. 2013. Kinerja


Membran Ultrafiltrasi untuk Pengolahan Limbah Emulsi Minyak-Air
Sintetis. Reaktor. 14:277-283.

Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Nabiela, W. 2013. Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella
sativa). Skripsi Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Purwatiningrum, H. Formulasi dan Uji Sifat Fisik Emulsi Minyak Jarak Dengan
Perbedaan Emulgator Derivat Selulosa. JPHB. 3: 1-3.

Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tomagola, M. I. 2013.Formulasi Oral Minyak Jintah Hitam Dengan Bahan


Pengental. As-Syifaa, 5: 192-203.

Anda mungkin juga menyukai