Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan aspek nilai dan
norma, karena lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan
masyarakat yang kental dengan sosial budayanya. Oleh karena itu, selain
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat
bidan juga harus memiliki aspek nilai dan norma yang baik sebagai pedoman
bersikap atau bertindak dalam memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan
kebidanan.
Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga
membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu, keluarga dan masyarakat.
Bidan harus berpartisipasi dalam meberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling
pra konsepsi, skrining antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensif pada
neonatal dan postpartum serta mempersiapkan ibu dalam kondisi fisik dan
psikisnya. Sehingga bidan harus mampu mengetahui kewajiban yang harus
dimiliki bidan dalam melakukan pelayanannya.
Seorang profesi bidan harus mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat berdasarkan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi baik terhadap
masyakarat maupun terhadap negaranya dengan memperhatikan aspek nilai,
norma, dan sosial budaya yang ada di masyarakat.
Bidan juga selain harus memberikan pelayanan berdasarkan kewajiban-
kewajiban, harus memperhatikan nilai, norma dan aspek sosial budaya di
masyarakat. Agar budaya yang merugikan di masyarakat dapat di cegah dan
diatasi dengan melakukan pendekatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah tentang
“Kewajiban Bidan Sebagai Profesi Klinisi Terhadap Masyarakat dan Negara”.

C. Tujuan

1
Mahasiswa dapat mengetahui tentang “Kewajiban Bidan Sebagai Profesi Klinisi
Terhadap Masyarakat dan Negara”.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kewajiban Bidan Sebagai Profesi Klinisi Terhadap Masyarakat dan


Negara
1. Definisi Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus
dalam bidang ilmu, melaksanakan cara-cara dan peraturan yang telah
disepakati anggota profesi itu.

2
Profesi adalah aktivitas yang bersifat intelektual berdasarkan ilmu dan
pengetahuan digunakan untuk tujuan praktik pelayanan dapat dipelajari,
terorganisis secara internal dan altristik.
Profesi adalah yang berorientasi kepada pelayanan memiliki ilmu
pengetahuan teoritik dengan otonomi dari kelompok pelaksana.
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam Bahasa Inggris
“Profess”, yang bermakna : “janji untuk memenuhi kewajiban melakukan
suatu tugas khusus secara tetap/ permanen”.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk
bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum,
kedokteran, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik.
Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut professional.
Walaupun begitu, istilah professional juga digunakan untuk suatu aktivitas
yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir.
2. Bidan Sebagai Suatu Profesi
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus, sebagai
pelayan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik yaitu:
a. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-
anaknya.
b. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang
didapat melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu.
c. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
d. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan
tetap memegang teguh kode etik profesi.
3. Bidan Sebagai Suatu Profesi Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
Bidan sebagai suatu profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Disiapkan melalui pendidikan yang formal agar lulusannya dapat
melaksanakan atau mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya secara professional.
b. Dalam menjalankan tugasnya, bidan memiliki alat yang dinamakan
standar pelayanan kebidanan, kode etik dan etika kebidanan.

3
c. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam
menjalankan profesinya
d. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
e. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
f. Memiliki wadah organisasi profesi
g. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan
masyarakat
h. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama
kehidupan.
4. Karakteristik Profesi
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi.
Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan
lainnya. daftar karakteristik ini tidak memuat semua karakteristik yang pernah
diterapkan pada profesi, juga tidak semua ciri ini berlaku dalam setiap
profesi:
a. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis:
professional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif
dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan
bisa diterapkan dalam praktik
b. Asosiasi professional: profesi biasanya memiliki badan yang
diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk
meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut
biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
c. Pendidikan yang ekstensif: profesi yang prestisius biasanya
memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.
d. Ujian kompetensi: sebelum memasuki organisasi professional,
biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama
pengetahuan teoritis.
e. Pelatihan instutional: selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan
untuk mengikuti pelatihan instutional dimana calon professional
mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh
organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan professional
juga dipersyaratkan.

4
f. Lisensi: profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses
sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap
bisa dipercaya
g. Otonomi kerja: professional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar
h. Kode etik: organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para
anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar
aturan
i. Mengatur diri: organisasi profesi harus bisa mengatur
organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Professional
diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka
yang berkualifikasi paling tinggi.
j. Layanan publik dan altruism: diperolehnya penghasilan dari kerja
profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan
publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan
masyarakat.
k. Status dan imbalan yang tinggi: profesi yang paling sukses akan
meraih status yang tinggi, prestise dan imbalan yang layak bagi para
anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap
layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
5. Kewajiban Bidan Terhadap Masyarakat
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan
melindungi dan mengamalkan sumpah jawabatannya dalam
melaksanakan tugas dan pengabdiannya
1) Bahwa bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan
fungsi bidan yang telah ditetapkan sesuai dengan penuh kesungguhan
dan tanggung jawab
2) Bahwa bidan dalam melakukan tugasnya harus memberi pelayanan
yang optimal kepada siapa saja, dengan tidak membedakan pangkat
dan kedudukan, golongan, bangsa dan agama
3) Bahwa tidak akan menceritakan kepada orang lain dan
merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya
4) Bidan hanya boleh membuka rahasia pasien atau klien bila diminta
untuk keperluan kesaksian pengadilan

5
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra
bidan
1) Bahwa bidan pada hakikatnya manusia termasuk klien mebutuhkan
penghargaan dan pengakuan hakiki baik dari golongan maasyarakat
intelektual, menengah maupun kelompok masyarakat kurang mampu.
Oleh karena itu, bidan harus menunjukan sikap yang manusiawi
(sabar, lemah lembut dan ikhlas) dalam memberi pelayanan.
2) Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan maka bidan
harus memberi pelayanan professional yang memadai kepada setiap
kliennya
3) Professional artinya memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu
yang dimiliki dan manusiawi secara penuh, tanpa mementingkan
kepentingan diri sendiri tetapi mendahulukan kepentingan klien serta
menghargai klien sebagaimana bidan menghargai dirinya sendiri.
4) Bidan memberi pelayanan harus menjaga citra bidan arti bidan
sebagai profesi memiliki nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial,
yaitu jasa yang diberikan kepada kliennya adalah suatu kebajikan
sosial karena masyarakat akan merasa dirugikan atas ketidakhadiran
bidan. Pengabidan dan pelayanan bidan adalah dorongan hati nurani
yang tidak mendahulukan balas jasa.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman
pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat
1) Bidan dalam melaksanakan pelayanannya harus sesuai dengan
tugas dan kewajibannya yang telah digariskan dalam peraturan mentri
kesehatan No 900/Permenkes/IX/2010
a) Memberi penerangan dan penyuluhan baik di RS,
Puskesmas, RB, Posyandu, BPS dan masyarakat
b) Melaksanakan bimbingan kepada tenaga kesehatan yang
lebih rendahh termasuk pembinaan dukun-dukun bersalin
c) Melayani kasus ibu mulai dari pengawasan kehamilan,
pertolongan persalinan normal, termasuk persalinan letak

6
sungsang multipara, melakukan episiotomy, penjahitan luka
perineum tingkat I dan tingkat II
d) Perawatan nifas dan ibu menyusui termasuk pemberian
uterotonika
e) Memberi pelayanan kontrasepsi tertentu sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah/ program pemerintah yang sedang
dilaksanakan
2) Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi
sesuai dengan usia, melaksanakan perawatan bayi dan memberi
petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi termasuk cara menyusui
yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai dengan usia anak.
3) Memberi obat-obatan tertentu dalam kebidanan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi klien
4) Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam
kasus-kasus yang tidak diatasi sendiri
a) Kehamilan resiko tinggi, termasuk versi luar dan digital
pada kasus digital
b) Pertolongan persalinan sungsang primigravida dan
pertolongan vakum pada kepala dasar panggul
c) Pertolongan masa nifas dengan pemberian antibiotic pada
infeksi baik secara oral maupun suntikan
d) Memberi pertolongan kegawatdaruratan melalui pemberian
infus guna mencegah syok dan mengatasi perdasrahan pasca
persalinan termasuk pengeluaran urin dan manual
e) Mengatasi kedaruratan eklampsia dan mengatasi infeksi
bayi baru lahir
5) Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyarakat
a) Berperan sebagai penggerak peran serta masyarakat dengan
menggali dan membangkitkan peran aktif masyarakat
b) Berperan sebagai motivator yang dapat memotivasi
masyarakat untuk berubah dan berkembang kea rah perakal,
perasa dan perilaku yang lebih baik.
c) Berperan sebagai pendidik yang mampu mengubah
masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu

7
d) Berperan sebagai innovator atau pemburu yang membawa
hal-hal baru yang dapat mengubah keadaan kearah lebih baik, oleh
karena itu, bidan harus selalu siap menerima pembaharuan.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan
kepentingan klien, menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat
1) Kepentingan klien berada diatas kepentingan sendiri masupun
kelompok artinya bidan harus mampu menilai situasi saat ia
menghadapi kliennya. Utamakan pelayanan yang dibutuhkan klien
dan mereka tidak boleh ditinggalkan begitu saja
2) Bidan harus menghormati hak klien
a) Klien berhak memperoleh kesehatan yang memadai
b) Klien berhak memperoleh perawatan dan pengobatan
c) Klien berhak untuk dirujuk pada institusi atau bidang ilmu
yang lain sesuai dengan permasalahannya.
d) Klien mempunyai hak untuk menghadapi kematian dengan
tenang
3) Bidan menghormati nilai-nilai yang ada di masyarakat artinya:
a) Bidan harus mampu menganalisis nilai-nilai yang ada di
masyarakat tempat ia tugas
b) Bidan mampu menghargai nilai-nilai masyarakat setempat
c) Bidan mampu beradaptasi dengan nilai-nilai budaya
masyarakat tempat ia berada
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan
identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya
1) Ketika bidan sudah siap berangkat ke suatu pertemuan, mendadak
datang klien untuk berkonsultasi atau partus tentu saja kepentingan
klien yang diutamakan sekalipun pertemuan tersebut sangat penting
dengan catatan usahakan agar mengutus orang lain kepertemuan
tersebut untuk memberi kabar
2) Ketika bidan sudah siap ke kantor atau puskesmas atau ke tempat
kerja mendadak ada seorang anggota keluarga datang meminta
bantuan untuk menolong seorang bayi yang kejang tentu saja kita
mengutamakan permintaan untuk melihat anak kejang tersebut
terlebih dahulu

8
3) Bidan sudah merencanakan cuti keluar kota, namun sebelum
berangkat pamong meminta untuk memberi ceramah mengenai ASI
kepada masyarakat tentu hal ini di dahulukan.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
1) Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk
memberi penyuluhan serta memotivasi agar masyarakat membentuk
posyandu kepa ibu yang mempunyai balita, atau ibu hamil untuk
memeriksakan diri di posyandu
2) Bidan dimana saja berada baik di kantor, puskesmas, PMB,
maupun berada di tengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus
selalu memberi motivasi untuk senantiasa hidup sehat.
6. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan
khususnya dalam pelayanan KIA/ KB dan Kesehatan keluarga dan
masyarakat
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintahan untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga
7. Memperhatikan Aspek Nilai, Norma, dan Sosial Budaya Masyarakat
didalam Pelayanan Kebidanan
a. Nilai
1) Pengertian
Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap pribadi seseorang
tentang kebenaran, keindahan dan penghargaan dari suatu pemikiran,
objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian
arah serta makna pada kehidupan seseorang.
Nilai juga diartikan sebagai kebebasan pilihan dan kepercayaan atau
perilaku yang sangat berharga bagi seseorang, objek, ide atau
kegiatan. (Farelya, 2018)
2) Ciri-ciri nilai
Ciri-ciri nilai sebagai berikut:
a) Nilai membentuk dasar perilaku seseorang

9
b) Nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola
perilaku yang konsisten
c) Nilai menjadi kontrol internal bagi perilaku seseorang
d) Nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari
seseorang yang secara intelektual diyakinkan tentang suatu nilai
serta memegang teguh dan mempertahankannya.
3) Nilai-nilai essensi dalam profesi
a) Aesthetics (keindahan)
Kreatifitas, imajinasi, sensitifitas dan kepedulian
b) Alturism (mengutamakan orang lain)
c) Equality (kesetaraan)
Penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan
toleransi.
d) Freedom (kebebasan)
Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan, pengarahan diri.
e) Human dignity (martabat manusia)
Kemanusiaan, kebaikan, penghargaan dan penuh kepercayaan.
f) Justice (keadilan)
Menjungjung tinggi moral dan prinsip legal termasuk obyektifitas,
moralitas, integritas
g) Truth (kebenaran)
Menerima kenyataan dan realita, akuntabilitas, kejujuran dan
keunikan.
4) Nilai personal dalam kebidanan
Bidan adalah profesi yang mengabdi kepada kepentingan umum,
peduli terhadap peningkatan kesehatan perempuan yang berfokus
pada kesehatan reproduksi dan pemahaman sepanjang siklus
kehdupan perempuan dengan pendekatan bersifat holistik. Seorang
bidan memegang peranan penting bagi perempuan pada masa
kehamilan, persalinan serta pada masa bayi baru lahir dan anak-anak,
bahkan bagi perempuan yang kehilangan harapan hidup. Bidan
memberikan pelayanan yang dinilai oleh masyarakat sebagai suatu
yang bermanfaat.
Hubungan antara bidan dan pasien diwarnai oleh kepercayaan satu
terhadap yang lain. Sikap pasien yang demikian harus diimbangi oleh
perlakuan dari bidan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur etika
kebidanan.

10
Nilai personal dalam pelayanan kebidanan didasari pada 6 (enam)
kewajiban bidan sebagai berikut:
a) Kewajiban bidan kepada klien dan masyarakat
b) Kewajiban bidan kepada tugasnya
c) Kewajiban bidan kepada teman sejawat dan tenaga
kesehatan lain
d) Kewajiban bidan kepada profesi
e) Kewajiban bidan kepada diri sendiri
f) Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah
air. (Riyanti, 2018)
b. Sosial budaya masyarakat
1) Pengertian
Pengertian Budaya berasal dari kata sansekerta buddayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan
dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi
tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang
menulis dalam bukunya: “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan
adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-
istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Definisi lain menyebutkan bahwa kebudayaan adalah konfigurasi
dari tingkah laku yang dipelajari dari hasil tingkah laku, yang unsur-
unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota
masyarakat tertentu.
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan
manusia. Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan
yang begitu ekstrem menuntut semua manusia harus memperhatikan
aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak di kalangan
masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak
yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan
lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut
diyakini memerlukan pengetahuan aspek sosial budaya dalam

11
penerapannya kemudian melakukan pendekatan-pendekatan untuk
melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaan-kebiasaan yang
tidak mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak.
Budaya yang berbeda melahirkan standar masyarakat yang berbeda
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk juga dalam mengatur
hubungan perkawinan adat istiadat. Namun diantara berbagai bentuk
yang ada, perkawinan merupakan salah satu contoh yang dapat dilihat
secara adat istiadat suku setempat yang dapat diterima serta diakui
secara universal.
2) Aspek sosial budaya dalam perkawinan
Fase pertama: fase pertama pasangan masih menjalani hidup
dengan penuh kebahagiaan karena didasari rasa cinta. Pada fase
pengenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik dan
kebiasaan sebenarnya dari pasangan.
Fase kedua: pada fase kedua ini mulai terjadi krisis perkawinan,
proses penyesuaian akan adanya perbedaan yang terjadi. Apabila
sukses dalam menerima kenyataan maka akan dilanjutkan dengan
suksesnya fase menerima kenyataan.
3) Aspek sosial budaya selama masa kehamilan
Kehamilan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan
persalinan, di samping itu juga untuk menjaga pertumbuhan dan
kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan selama kehamilan
adalah penting untuk mengetahui kesehatan ibu dan bayi. Fakta dari
berbagai kalangan di Indonesia, masih banyak ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa dan kodrati. Sehingga mereka
merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan
maupun ke dokter. Masih banyak ibu yang kurang menyadari
pentingnya pemeriksaan kehamilan, itu menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor-faktor risiko tinggi yang mungkin dialami oleh
ibu hamil. Risiko ini baru diketahui pada masa persalinan yang sering
kali kasusnya sudah terlambat dan dapat membawa akibat yang fatal,
yaitu kematian. Hal ini mungkin disebabkan oleh rendahnya tingkat

12
pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya
pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-
permasalahan pada kehamilan dan persalinan juga dipengaruhi oleh
pernikahan di usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah
pedesaan. Di samping itu, dengan masih banyak preferensi terhadap
jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang
menyebabkan istri mengalami kehamilan berturut-turut dalam jangka
waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai risiko tinggi
pada saat persalinan. Permasalahan lain yang cukup besar
pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini disebabkan
karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan
beberapa makanan. Sementara kegiatan ibu hamil sehari-hari tidak
berkurang, ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita
hamil, yang tentunya akan berdampak negatif pada kesehatan ibu dan
janin. (Armen, 2019)
Berbagai kelompok masyarakat diberbagai tempat yang menitik
beratkan perhatian mereka pada aspek kultural dari kehamilan dan
menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-tahapan kehidupan yang
harus dijalani di dunia. Masa kehamilan dan persalinan dianggap
masa krisis yang berbahaya, baik bagi janin atau bayi maupun bagi
ibu karena itu sejak kehamilan sampai persalinan para kerabat dan
handai taulan mengadakan keselamatan bagi diri wanita hamil serta
bayinya, saat berada di dalam kandungan sampai bayi tersebut lahir.
Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang sering
menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa
kehamilan, sehingga di dalam adat istiadat mereka terdapat berbagai
upacara adat yang cukup rinci untuk menyambut kelahiran bayi.
Biasanya upacara dimulai sejak usia ke tujuh bulan kandungan ibu
sampai pada saat kelahirannya, walaupun ada pula sebagian kecil
warga masyarakat yang telah melakukannya sejak janin di kandungan
berusia tiga bulan. Upacara-upacara adat jawa yang bertujuan

13
mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi
hingga saat kelahirannya itu adalah upacara mitoni, procotan dan
brokohan.
Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir
pada usia tujuh bulan mempunyai peluang untuk hidup, bahkan lebih
kuat dari bayi yang lahir pada kehamilan yang sesuai. Kepercayaan
ini tampak terdapat pula pada sejumlah suku bangsa di Indonesia.
Karena itu orang jawa menganggap usia tujuh bulan kandungan
sebagai saat yang penting, sehingga perlu dilakukan upacara yang
disebut mitoni untuk menyambutnya dan menangkal bahaya yang
mungkin timbul pada masa itu. Upacara mitoni yang umumnya hanya
dilakukan pada kehamilan pertama dari seorang wanita, sebenarnya
dapat pula berfungsi untuk memberikan ketenangan jiwa bagi calon
ibu yang belum pernah mengalami peristiwa melahirkan.
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot
yakni bubur putih yang dicampur dengan irisan ubi. Upacara procotan
khusus bertujuan agar sang bayi mudah lahir dari rahim ibunya.
Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat
dengan membuat sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan
kepada sanak keluarga untuk memberitahukan kelahiran sang bayi.
(Yulianthi, 2019)
Terlepas dari sudut pandang masyarakat tentang masa kehamilan
dan persalinan yang kritis, terdapat berbagai pandangan budaya
(tuntutan budaya), serta faktor-faktor sosial lainnya dalam
kepentingan reproduksi. Hal tersebut meliputi:
a) Keinginan ideal perorangan untuk memiliki anak dengan
jenis kelamin tertentu.
b) Mengatur waktu kelahiran.
c) Sikap menerima tidaknya kehamilan.
d) Kondisi hubungan suami istri.
e) Kondisi ketersediaan sumber sosial.
f) Pengalaman perorangan mengatasi dan menghadapi
komplikasi persalinan dan lain-lain.
4) Aspek sosial budaya selama masa persalinan

14
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa
melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan
kebudayaan ibu bersalin yang berbeda dengan konsepsi kesehatan
modern. Beberapa hal yang dilakukan oleh masyarakat pada ibu
bersalin, yaitu:
a) Minum rendaman air rumput fatimah akan merangsang
mulas.
Memang, rumput fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil,
tapi kandungannya belum diketahui secara medis. Rumput
fatimah atau biasa disebut Labisia Pumila ini, berdasarkan kajian
atas obat-obatan tradisional di Sabar, Malaysia pada tahun 1998,
dikatakan mengandung hormon oksitosin yang dapat membantu
menimbulkan kontraksi. Tetapi kandungan dan takarannya belum
diteliti secara medis.
b) Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak
menjelang persalinan akan membantu melicinkan jalan lahir
hingga bayi mudah keluar. Keluarnya keputihan pada kehamilan
trimester III merupakan suatu hal yang normal, tetapi perlu
dilihat bagaimana warna, bau dan normal atau tidak. Bahwa yang
membuat persalinan lancar dan membantu licin jalan lahir yaitu
ketuban, bukan keputihan.
c) Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
Minyak kelapa memang konotasinya membuat lancar dan licin.
Namun di dalam dunia kesehatan, minyak tidak ada manfaatnya
dalam melancarkan persalinan.
d) Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk
persalinan
Selama konsumsinya tidak berlebih maka diperbolehkan untuk
dikonsumsi.
e) Makan durian, tape dan nanas bisa membahayakan
persalinan.
Durian mengandung alkohol yang dapat menimbulkan rasa panas
ke tubuh. Buah nanas juga bila dikonsumsi secara berlebihan
dapat merangsang kontraksi.

15
f) Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga
mempersulit persalinan.
Yang membuat ari-ari lengket atau menempel yaitu bukan
dengan memakan daun kemangi, biasanya terjadi pada ibu yang
telah mengalami kuret, grande mulltipara, dll.
5) Aspek sosial budaya selama masa nifas
Macam-macam mitos yang ada pada masyarakat mengenai ibu nifas,
diantaranya:
a) Tidak boleh bersenggama
Pada ibu nifas tidak dianjurkan bersenggama sampai 40 hari
setelah melahirkan. Karena dapat menghambat proses
penyembuhan jalan lahir dan dapat menghambat proses involusi
uterus. Selain karena fungsi hormonal tubuh yang belum kembali
stabil.
b) Kaki harus lurus
Baik saat berjalan maupun berbaring, dalam arti kaki tidak boleh
saling tumpang tindih ataupun ditekuk yaitu dimaksudkan agar
aliran darah tetap lancar. Secara medis, posisi kaki yang lurus
memang membuat aliran darah menjadi lancar, sedangkan
mobilisasi secara umum pada dasarnya boleh dan harus
dilakukan.
c) Tidak boleh tidur siang
Ibu nifas dianjurkan istirahat dikarenakan menyusui bayinya,
sehingga menyebabkan tidur pada malam hari berkurang. Maka
dapat tidur pada siang hari.
d) Tidak boleh keramas
Pantangan ini memberatkan ibu nifas, dikarenakan ibu nifas
harus menjaga personal hygiene.
e) Tidak boleh berpergian
Larangan ini bertujuan supaya ibu tidak terlalu letih dalam
beraktifitas. Jika ibu terlalu letih maka dapat mengakibatkan ASI
menjadi berkurang. Dan dikhawatirkan bayi menjadi rewel ketika
ditinggal ibu berpergian.
6) Pengaruh sosial budaya dalam kesehatan ibu dan anak:
a) Mengakibatkan masih tingginya angka kematian ibu

16
b) Adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak
khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan ibu
mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu
yang relatif pendek, menyebabkan ibu mengalami risiko tinggi
saat persalinan.
c) Kurangnya gizi ibu karena pantangan-pantangan
terhadap makanan yang dibutuhkan ibu selama hamil.
d) Tingginya anemia pada ibu hamil karena kurangnya
asupan nutrisi selama kehamilan.
e) Tindakan dukun beranak yang dapat membahayakan
ibu hamil, bersalin dan nifas.
f) Pembuangan kolostrum pada bayi baru lahir.
g) Memberikan ramuan/benda asing ke pusat bayi membuat
bayi rentan terkena infeksi.
h) Gangguan pencernaan pada bayi, karena diberi makan
sebelum usia 6 bulan.
7) Pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan
a) Pendekatan pada keluarga
b) Pendekatan langsung kepada individu
c) Melakukan penyuluhan kesehatan mengenai masalah
kesehatan dan cara menanggulanginya
d) Mengikuti arus sosial budaya yang ada di masyarakat,
jika sudah memahami, maka melakukan pendekatan.
e) Menciptakan asumsi baru kepada masyarakat mengenai
mitos/kepercayaan yang dapat membahayakan. (Yulianthi, 2019)

17
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan
khusus dalam bidang ilmu, melaksanakan cara-cara dan peraturan yang
telah disepakati anggota profesi itu. Profesi adalah yang berorientasi
kepada pelayanan memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari
kelompok pelaksana.
Kewajiban bidan terhadap masyarakat yaitu setiap bidan senantiasa
menjunjung tinggi, menghayati dan melindungi dan mengamalkan
sumpah jawabatannya dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya.
Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi
harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada
peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya,
mendahulukan kepentingan klien, menghormati nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan
identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang
serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara
optimal.
Kewajiban bidan terhadap negara Setiap bidan dalam menjalankan
tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah
dalam bidang kesehatan khususnya dalam pelayanan KIA/ KB dan
Kesehatan keluarga dan masyarakat. Setiap bidan melalui profesinya

18
berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintahan
untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun
penulisan makalah ini.

19
20

Anda mungkin juga menyukai