Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Dosen pengampu: Fadlilaturrahmah, S.Farm., M.Sc., Apt.

Disusun Oleh:
Kelompok 13

Anggota:
Hanna Nurindah Pandiangan (1811015320021)
Jariyah Amilia (1811015220017)
Maulida Amaliya (1811015120002)
Nahdiya Rahmah (1811015320016)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid
Chromatografy (HPLC) adalah jenis kromatografi yang dapat memisahkan
campuran senyawa dan digunakan dalam biokimia dan kimia analitik untuk
identifikasi, mengukur dan memurnikan masing-masing campuran. KCKT
biasanya menggunakan berbagai jenis fasa diam, sebuah pompa yang bergerak
fase mobile dan analit melalui kolom, dan detektor yang menyediakan waktu
retensi karakteristik untuk analit (Sopiawati & Kurnia, 2015).

B. Kegunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


KCKT paling sering digunakan untuk: menetapkan kadar senyawa-
senyawa tertentu seperti asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein
dalam cairan fisiologis, menetapkan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk
hasil sampingan proses sintesis atau produk-produk degradasi dalam sediaan
farmasi. Keterbatasan KCKT adalah untuk identifikasi senyawa, kecuali jika
KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (MS). Keterbatasan lainnya
adalah jika sampelnya sangat kompleks, maka resolusi yang baik sulit diperoleh
(Gandjar & Rohman, 2007).

C. Komponen-Komponen Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Komponen- komponen dari KCKT antara lain :

1. Wadah fase gerak

2. Sistem penghantaran fase gerak

3. Alat untuk memasukkan sampel

4. Kolom

5. Detektor

6. Wadah penampung buangan fase gerak

7. Tabung penghubung
8. Suatu komputer atau integrator atau perekam

(Gandjar & Rohman, 2007).

D. Obat Amipisilin

D.1 Struktur Amipisilin

(Kemenkes RI, 2014).

D.2 Berat Molekul


Berat molekul ampisilin adalah 349,41 (Kemenkes RI, 2014).

D.3 Kadar
Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat. Mengandung tidak kurang dari
900 µg dan tidak lebih dari 1050 µg per mg, C16H19N3O4S, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan (Kemenkes RI, 2014).

D.4 Pemerian
Serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau (Kemenkes RI, 2014)
D.5 Kelarutan

Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak larut dalam benzen, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform (Kemenkes RI, 2014).

E. Pembahasan Jurnal
E.1 Judul Jurnal
Perbandingan Kadar Ampisilin dalam Sediaan Tablet dengan Nama
Generik dan Nama Dagang Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
E.2 Tujuan
Bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar ampisilin dalam sediaan
tablet dengan nama generik dan nama dagang secara kromatografi cair kinerja
tinggi.
E.3 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi satu unit alat
KCKT Shimadzu UHPLC yang terdiri dari vacum degasser, pompa, detektor UV-
VIS, kolom Selectosphere C18, komputer (Pengolah Data), labu ukur 10 ml, 50
ml, dan 1000 ml, pipet ukur 5 ml, pipet ukur 10 ml, pipet volume, syringe, serta
mortir dan stemper.
E.4 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi tablet
ampisilin, KH2PO4, asam asetat 1 N, asam asetat glasial, aquadest, air bebas CO2,
asetonitril, dan baku ampisilin.
E.5 Cara Kerja
E.5.1 Pembuatan Pereaksi
E.5.1.1 Pembuatan Pereaksi Larutan KH2PO4 1 M
Dilarutkan sebanyak 136,09 gram KH2PO4 dalam air bebas CO2, sampai 1000 ml.
E.5.1.2 Pembuatan Pereaksi Larutan Asam Asetat 1 N
Dibuat dari 60 ml asam asetat glasial diencerkan dengan air sampai 1000 ml.
E.5.1.3 Pembuatan Pereaksi Larutan Pengencer
Dibuat dari 10 ml KH2PO4 1M dicampur dengan 1 ml asam asetat 1 N,
kemudian diencerkan dengan air sampai 1000 ml.
E.5.2 Pembuatan Fase Gerak
Dicampurkan sebanyak 909 ml air, 80 ml asetonitril, 10 ml KH2PO4 1 M
dan 1 ml asam asetat 1 M dimasukkan dalam labu ukur 1000 ml. Komposisi fase
gerak (air : asetonitril : KH2PO4 1M : asam asetat 1M = 909 : 80 : 10 :1).
E.5.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ampisilin
Pembuatan larutan induk ditimbang seksama 50 mg ampisilin lalu
dimasukkan dalam labu ukur 50 ml dilarutkan dengan pengencer sampai garis
tanda. Dari larutan induk dipipet sebanyak 1,0 ml: 2,0 ml: 3,0 ml: 4,0 ml: 5,0 ml:
6,0 ml: 7,0 ml dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml.
Kemudian ditambahkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda sehingga
diperoleh konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700 μg/ml. Kemudian
masing-masing konsentrasi diinjeksikan ke sistem KCKT pada panjang
gelombang 254 nm dengan laju alir fase gerak 1 ml/menit. Catat luas puncaknya
yang ditunjukkan pada kromatogram. Dibuat kurva kalibrasi serta persamaan
regresinya.
E.5.4 Pengujian Keseragaman Bobot
Timbang tablet satu persatu kemudian ditimbang 20 tablet secara
bersamaan. Hitung bobot rata-rata. Hitung penyimpangan bobot yang terjadi.
E.5.5 Penetapan Kadar Tablet Ampisillin
Ditimbang 20 tablet ampisilin dan digerus. Ditimbang dengan seksama
sejumlah serbuk ampisilin setara dengan 50 mg ampisilin anhidrat. Masukkan
dalam labu ukur 50 ml, dilarutkan dengan pengencer sampai larut sempurna.
Tambahkan pengencer sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 1000 μg/ml, disaring dan filtratnya digunakan sebagai larutan uji.
Kemudian dari larutan tersebut, dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur
10 ml, ditambahkan pengencer sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan
dengan konsentrasi 500 μg/ml. Larutan ini diinjeksikan ke sistem KCKT pada
panjang gelombang 254 nm dengan laju alir 1 ml/ menit. Hitung kadar ampisilin
menggunakan kurva kalibrasi.
E.6 Hasil

E.6.1 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Ampisilin


E.6.2 Penetapan Kadar Ampisilin Generik

E.6.3 Perbandingan Uji t

E.7 Pembahasan
Pada penelitian telah dilakukan perbandingan kadar tablet ampisilin
sediaan 500 mg nama generik dan nama dagang secara KCKT. Sampel diambil di
salah satu Apotek di Bandar Lampung. Pertama, analisa data statistik dengan
menggunakan uji t dengan cara menghitung keseragaman bobot tablet ampisilin
untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet dan memiliki kandungan bahan
obat serta efek terapi yang sama. Tahap selanjutnya, pengujian kualitatif yaitu
untuk identifikasi dengan melihat waktu retensi yang konstan dalam setiap kondisi
yang sama dari sampel dan dibandingkan dengan bakunya. Pengujian kuantitatif
yaitu penetapan kadar tablet ampisilin generik dan nama dagang dengan
menggunakan fase gerak air : asetonitril : KH2PO4 : asam asetat dengan
perbandingan 909 : 80 : 10 : 1 dengan kecepatan alir fase gerak 1,0 ml/ menit.
Kolom yang digunakan oktadesil silika (ODS) atau C18.
Perhitungan penetapan kadar KCKT menggunakan persamaan kurva
kalibrasi, sumbu y adalah luas puncak zat dan sumbu x adalah variasi konsentrasi
dengan volume penyuntikan yang bervariasi. Cara menghitung kadar zat yaitu
pembuatan kurva kalibrasi dengan menyuntikan larutan baku ampisilin dengan
berbagai variasi volume dan didapatkan luas puncak dari larutan tersebut yang
digunakan untuk mendapatkan persamaan regresinya. Fungsi dari pembuatan
kurva kalibrasi adalah untuk melihat hubungan antara konsentrasi dengan luas
puncak. Hasil menggunakan kurva kalibrasi yaitu konsentrasi terhadap area
didapatkan persamaan garis Y= 277,1707 X ̶ 2238,44 dengan nilai r (korelasi
pearson) yaitu 0,9954. Setelah nilai r didapat maka akan diperoleh nilai R2
(koefisien determinasi) dimana nilai R2 yang didapat dari kurva kalibrasi artinya
nilai R2 menunjukan tingkat hubungan linear yang kuat antara x (konsentrasi baku
ampisilin) dan y (luas puncak). Sedangkan pada penetapan kadar tablet ampisilin
generik dan nama dagang didapatkan kadar rata-rata ampisilin generik dan nama
dagang yang diperoleh dari pehitungan kadar masing- masing adalah 107,7431%
dan 107,6156%. Kadar yang diperoleh semuanya memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari
120,0% seperti pada etiket.
Tahapan selanjutnya, analisa data dengan menggunakan uji statistik yaitu
dengan menggunakan uji t. Sebelumnya, hitung nilai varians, standar deviasi dan
korelasi (r). Korelasi (r) adalah pengukuran statistik asosiasi atau hubungan antara
dua variabel. Nilai korelasi antara 1 sampai -1 lalu masukkan ke uji t. Hasil dari
perhitungan uji t didapatkan kadar sebesar 0,04090 sebagai nilai tpercobaan. Nilai
tpercobaan dibandingkan dengan ttabel dengan menghitung nilai derajat kebebasan
(dk) dengan rumus n1 + n2 – 2 = 2 + 2 – 2 = 2 dan didapatkan tabel yaitu 2,920
dengan taraf kepercayaan 95%. Hasi dari perbandingan tpercobaan dan ttabel. Jika
tpercobaan < ttabel maka Ho diterima dan Ho ditolak. Jika tpercobaan adalah 0,04090 dan
ttabel adalah 2,920. Kesimpulannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak karena
tpercobaan < ttabel yaitu 0,04090 < 2,920. Jadi tidak terdapat perbedaan secara
signifikan antara kadar tablet ampisilin dan nama dagang dan memiliki kadar yang
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV, sehinggga tablet ampisilin
generik memberikan efek terapi yang sama dengan ampisilin nama dagang yang
digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan, saluran cerna, dan
saluran kemih.
E.8 Kesimpulan
8.1 Dari hasil penelitian diperoleh kadar rata-rata dari sampel ampisilin
sediaan tablet generik dan nama dagang masing-masing adalah 107,7431 % dan
107,6156 %. Kadar ini memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV
yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket.
8.2 Dari hasil perhitungan uji t diperoleh data tpercobaan 0,04090 dan ttabel 2,920
sehingga tpercobaan < ttabel. Jadi dari data tersebut diperoleh hipotesa bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan kadar secara signifikan
antara tablet ampisilin generik dan nama dagang.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I.G. & A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Sopiawati, O & D. Kurnia. 2015. Ekuivalensi Sampel Uji Mutu Produk Obat
dibanding Produk Kompetitor yang Memenuhi Standart dengan Teknik
Benchmarking di PT. Pratapa Nirmala Fahrenheit. Jurnal Ilmiah dan
Teknologi. XI : 13-29.

Anda mungkin juga menyukai