Anda di halaman 1dari 7

Generasi Y, Generasi Z dan

Bonus Demografi Indonesia 2025


Leonard Merari – NIM 122140085 I Ketut Suyasa- NIM 122140073
Magister Manajemen - Fakultas Ekonomi Trisakti Magister Manajemen - Fakultas Ekonomi Trisakti
Kampus A, Gedung D, Lantai 6 Kampus A, Gedung D, Lantai 6
Jl.Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta Barat Jl.Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta Barat
leonard.merari@gmail.com iksuyasa@gmail.com

Abstrak — Paper ini membahas mengenai karakteristik antar Pengelompokan usia antar generasi menurut Acar (2014) dan
generasi, khususnya gen Y dan gen Z yang akan mendominasi juga dituliskan oleh Asril dan Hudrasyah (2013) adalah sebagai
(sekitar 77%) struktur angkatan kerja saat Indonesia berada berikut :
pada bonus demografi 2025. Diperkirakan tahun 2025 Kelahiran Generasi
dependency ratio mencapai 0,44 yang berarti 100 angkatan usia 1928 - 1945 Traditionalist
produktif menanggung 44 angkatan non produktif. Pemaparan 1946 - 1964 Baby Boomers
pada paper ini lebih menitikberatkan mengenai deskripsi serta 1965 - 1976 Generasi X
memahami karakteristik generasi, sehingga diharapkan sebagai 1977 - 1998 Generasi Y
angkatan kerja nantinya lebih siap untuk menghadapi 1999 - 2012 Gen Next
perbedaan-perbedaan karakteristik antar generasi yang ada dan Tabel 1. Pembagian usia Baby Boomers,
pada akhirnya tentu mampu mengelola perbedaan tersebut Gen X, Gen Y dan Gen Next
menjadi hal yang produktif.

Kata Kunci — Gen Y, gen Z, bonus demografi, dependency ratio Gen next pada tabel 1 di atas telah diidentifikasi sebagai
gen Z, suatu generasi lanjutan dari gen Y yang saat ini belum
1. LATAR BELAKANG terlalu banyak masuk menjadi angkatan kerja dan study
mengenai gen Z saat ini masih sebatas tren tipe konsumsi di
Pada tahun 2025 struktur usia angkatan kerja di Indonesia
market.
menikmati apa yang dinamakan bonus demografi. Bonus
Diperkirakan struktur usia penduduk Indonesia pada saat
demografi adalah suatu wilayah yang usia produktifnya lebih
bonus demografi di Indonesia di Indonesia adalah sebagai
banyak dibandingkan dengan usia non produktif. Dikatakan
berikut (BPS, 2013) :
bonus karena tidak terjadi terus menerus melainkan hanya
terjadi sekali dalam beratus-ratus tahun. “Sekali dan tidak jumlah penduduk dalam 000
Umur 2025
bertahan lama” (Azhari, 2013) 0-4 22,711.0
Usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada tahun 2025 adalah 5-9 23,378.5
angkatan kerja kelahiran antara 1961-2010. Tingginya Proporsi 10-14 23,907.0
usia produktif dapat memiliki potensi sebagai berikut (Azhari, 15-19 23,214.9
20-24 22,293.2
2013) :
25-29 21,868.2
 Jumlah pengangguran berkurang 30-34 21,195.2
 Meningkatnya daya saing bangsa 35-39 20,520.2
 Bertumbuhkembangnya karya kreatif dan inovatif oleh 40-44 20,068.5
pemuda sebagai kontribusi pembangunan Negara 45-49 19,273.0
50-54 17,516.2
 Pertumbuhan ekonomi jauh lebih baik 55-59 15,187.3
 Indonesia menjadi negara maju 60-64 12,347.7
Angkatan kerja kelahiran 1961-2010 dapat dikelompokkan 65-69 9,219.5
menjadi beberapa generasi berbeda. Menurut Acar (2014) teori 70-74 5,995.4
75+ 6,133.2
mengenai generasi adalah teori mengenai aspek socio history
Total 284,829
yang menggambarkan dan menjelaskan perubahan dari
Tabel 2. Struktur usia penduduk Indonesia tahun 2025
perilaku publik seiring dengan bertambahnya waktu.
Dengan demikian struktur usia produktif dibandingkan non 2035), Indonesia dihadapkan pada besarnya jumlah angkatan
produktif adalah sebagai berikut : kerja dibandingkan dengan usia non produktif. Proporsi besar
dari angkatan kerja tersebut adalah Gen Y dan Gen Z (77%)
Usia Produktif 15-64 193,484.4 67.9% yang merupakan generasi yang lahir antara 1977 – 2012.
0-14 69,996.5 24.6% Pemaparan teori generasi mulai dari traditionalist , baby
Non Produktif
64+ 21,348.1 7.5% boomers, gen X, serta khususnya gen Y dan gen Z dibutuhkan
Tabel 3. Perbandingan usia non produtif dan produktif tahun 2025 tidak saja sekedar untuk pehamaman bagi angkatan kerja yang
nantinya akan berinteraksi pada saat bonus demografi, akan
Total usia 0-14 tahun dan 64+ adalah sekitar 91 juta tetapi diharapkan mampu mempengaruhi pola perilaku antar
penduduk (32,1%) dan angka itu kurang dari setengah jumlah generasi nantinya.
usia produktif yaitu 193 juta (67,9%). Dari 193 juta usia Pada akhir pemaparan diharapkan paper ini mampu
produktif tersebut terbagi atas usia kelahiran 1961-2010 yang menjelaskan beberapa hal berikut :
kemudian dapat dikelompokkan menjadi Baby Boomers, gen 1. Karakteristik gen Y di lingkungan kerja serta sedikit
X, gen Y dan gen Z dengan proporsi jumlah penduduk sebagai review mengenai gen Z.
berikut : 2. Beberapa potensi konflik antara generasi
3. Posisi gen Y dan gen Z pada bonus demografi Indonesia
Generasi Usia Jumlah (000) Persentase 2025
Baby Boomers 61-64 12,347.7 6.38%
Generasi X 50-59 32,703.50 16.90%
Generasi Y 30-49 81,056.90 41.89% 3. KAJIAN LITERATUR
Generasi Z 15-29 67,376.30 34.82% Bonus demografi 2025 dan potensi untuk Indonesia
Tabel 4. Perbandingan proporsi antar generasi tahun 2025 Profesor Sri Moertiningsih dalam artikel nya Transisis
Demografi, Bonus Demografi dan the Window of Opportunity
Proporsi dominan dengan jumlah 148 juta (77%) adalah gen menyebutkan dampak sukses pembangunan kependudukan dan
Y dan gen Z. kesehatan adalah perubahan struktur penduduk yang
Paper ini akan membahas proporsi gen Y dan gen Z pada dipengaruhi oleh beberapa hal berikut :
saat bonus demografi 2025 serta membahas karakteristik antar  Penurunan kelahiran menurunkan proporsi jumlah anak <
generasi khususnya gen Y dan gen Z. Diharapkan pemaparan 15 tahun
pada paper ini mampu memberi gambaran mengenai teori  Penurunan kematian bayi meningkatkan jumlah bayi
generasi, bonuss demografi Indonesia 2025, serta pada yang tetap hidup keusia dewasa
akhirnya dapat menyiapkan diri dengan baik menghadapi  Ledakan penduduk usia kerja
bonus demografi 2025.  Age dependency ratio - Proporsi penduduk muda
terhadap penduduk usia kerja- menurun
Perubahan struktur kependudukan dan menurunnya beban
2. MASALAH
ketergantungan memberikan peluang yang disebut bonus
Dalam interaksi generasi saat ini (Baby boomers, gen X, Y demografi atau demographic dividend. Bonus demografi ini
dan sebagian kecil Tradisionalist) kurangnya studi empiris seringkali dikaitkan dengan the window of opportunity atau
mengenai strategi praktis untuk meminimalisir antar generasi jendela peluang yang dapat diartikan sebagai munculnya suatu
membuat beberapa perusahaan tidak secara spesifik siap kesempatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
menghadapi potensi konflik antar generasi tersebut, seperti masyarakat.
yang terjadi di Central Texas (Amerika Serikat) dalam journal Menurut Moertiningsih (2012) the window of opportunity
of behavioural studies yang dipublikasikan oleh Deyoe (2011). terjadi tahun 2020-2030 dimana dependency ratio (tingkat
Foo (2012) merujuk beberapa potensi konflik antar generasi ketergantungan usia non produktif terhadap usia produktif)
adalah : perbedaan kebiasaan, perbedaan perilaku, perbedaan mencapai titik terendah, yaitu 44 per 100 orang. Dependency
prinsip serta perbedaan pengalaman. Kegagalan memahami ini ratio tersebut meningkat lagi tahun 2030 dikarenakan
dapat disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai meningkatnya proporsi penduduk lansia. Kejadian ini menurut
karakteristik antar generasi serta pada akhirnya tentu akan Moertiningsih hanya terjadi satu kali dalam sejarah suatu
menyebabkan konflik dan ketidakproduktifan dalam interaksi penduduk.
yang terjadi. Bonus demografi menjadi topik pembahasan yang cukup
Sedangkan dalam situasi bonus demografi Indonesia 2025 menarik dan seringkali dikait-kaitkan dengan pertumbuhan
(pada beberapa literatur bonus demografi dimulai 2010 –
ekonomis bangsa Indonesia dikarenakan beberapa hal berikut maka sangat disarankan untuk fokus kepada pendekatan
(Moertiningsih, 2012) : personal serta memberikan penghormatan dikarenakan usia
 Suplai tenaga kerja yang besar meningkatkan yang cukup senior (Bursch, 2014).
pendapatan per kapita apabila mendapat kesempatan Baby Boomers (kelahiran antara 1946-1964) merupakan
kerja yang produktif nama yang diberikan kepada generasi ini dikarenakan mereka
 Peranan perempuan: jumlah anak sedikit adalah bagian dari baby boom setelah perang dunia kedua.
memungkinkan perempuan memasuki pasar kerja, Generasi ini menjadi tumpuan orang tua mereka (generasi
membantu peningkatan pendapatan traditionalist) yang memiliki harapan besar mengenai hal-hal
 Tabungan masyarakat yang diinvestasikan secara yang akan mereka capai (Mujtaba, 2010).
produktif Seperti Traditionalist, generasi ini memiliki nilai-nilai
 Modal manusia yang besar apabila ada investasi untuk loyalitas, disiplin serta work ethic yang kuat. Namun kesamaan
itu. nilai-nilai tersebut memiliki perbedaan latar belakang, ketika
The window of opportunity dapat saja berubah menjadi The traditionalist banyak dipengaruhi oleh masa kecil dan
door to disaster apabila bangsa Indonesia tidak bersiap bagaimana mereka tumbuh, baby boomers lebih dipengaruhi
menghadapi ledakan jumlah angkatan kerja pada tahun 2025, oleh prestise, kesejahteraan dan jabatan.
karena ledakan jumlah tenaga kerja tentu menuntut kualitas Generasi X (kelahiran antara 1965-1976) dikenal juga
SDM yang memadai dan kesempatan kerja yang sebanding dengan nama gen Xers. GenXers di tempat kerja banyak
dengan jumlah angkatan kerja dipengaruhi oleh persepsi dari pencapaian orang tua mereka
(Baby Boomers) yang bekerja keras untuk mencapai
Teori generasi kesejahteraan dan menyekolahkan gen X. GenXers mulai
Teori mengenai generasi di angkatan kerja dipopulerkan mempertimbangkan apa yang dinamakan work life balance
oleh William Strauss dan Neil Howe yang mengidentifikasi sebagai dampak mereka menyaksikan cara bekerja dan
mengenai siklus generasi di sejarah Amerika Serikat. Strauss kompensasi yang diterima oleh baby boomers tidaklah
dan Howe banyak dicuplik menjadi landasan bagi riset serta membawa kebahagiaan untuk mereka, bahkan salah satu studi
penelitian mengenai perilaku generasi, misalkan oleh Mujtaba dari Mujtaba (2010) mengatakan tingkat perceraian yang tinggi
(2010) yang mendasarkan studi yang dilakukan oleh nya dari orangtua genXers sangat mempengaruhi cara pandang
mengenai perbedaan kultur antara gen X dan gen Y di Thailand mereka terhadap kebahagiaan keluarga.
memakai batasan generasi yang dipakai oleh Strauss dan Howe GenXers menjadi saksi atas kelahiran internet dan teknologi
(1997,2000). yang kelak mengubah cara interaksi dalam pekerjaan, sehingga
Menurut situs Wikipedia, Strauss dan Howe menuliskan secara teknis GenXers cukup baik sebagai user (Bursh, 2014).
teori mengenai generasi ini dalam buku yang berjudul GenXers cenderung berbeda pendapat terhadap prosedur ,
Generations (1991), yang menceritakan mengenai sejarah kebijakan dan struktur organisasi sehingga dapat dikatakan
suksesi generasi anglo-American serta mengidentifikasi penghormatan mereka terhadap otoritas sedikit berbeda dengan
munculnya siklus generasi di sejarah Amerika Serikat. Buku generasi traditionalist dan baby boomers.
kedua Staruss dan Howe tahun 1993 yang berjudul 13th Gen : Generasi Y (kelahiran 1977-1998) dikenal juga dengan
Abort, Retry, Ignore, Fail? menjelaskan generasi kelahiran nama Millenials yang disadur dari istilah pada buku Strauss
1961-1981 sebagai Gen-Xers (disebut generasi ke-13 terhitung dan Howe Millenials rising : The Next Generation. Millenials
sejak Amerika Serikat resmi menjadi sebuah negara). Tahun percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk sukses dan
2000 Strauss dan Howe mengeluarkan sebuah buku dengan mereka siap untuk menjadi pembelajar seumur hidup (Mujtaba,
judul Millenials Rising : The Next Generation yang meneliti 2010).
mengenai kepribadian mengenai Gen Y. Gen Y memiliki tingkat harga diri dan narsisme
(menganggap diri baik) lebih besar daripada generasi
Traditionalist, Baby boomers, Gen X, Gen Y dan Gen Z sebelumnya, hal ini tentu berdampak terhadap ekspektasi besar
Tradisionalist (kelahiran antara 1920-1945), menurut Clark mereka di tempat kerja (terkait dengan penghargaan serta
(2009) dan McDonald (2008) yang dituliskan kembali oleh kondisi kerja). Bursch (2014) mengatakan bahwa Gen Y
Mujtaba (2010) adalah generasi yang memiliki nilai-nilai diidentifikasikan sebagai generasi yang paling beragam (sifat,
loyalitas, disiplin, menghormati otoritas serta menempatkan perilaku dan kultur) dan gen Y akan sangat mewarnai
tugas (pekerjaan) di atas kesenangan pribadi. Generasi ini keragaman di tempat kerja.
tumbuh di tengah perang dunia kedua dan saat ini sudah tidak Gen Y tumbuh pada dunia yang selalu terhubung selama 24
terlalu banyak yang masih bekerja, jika saat ini organisasi jam dan 7 hari sehingga informasi bagi generasi Y, informasi
mempertimbangkan untuk menggunakan jasa Traditionalist adalah hal yang cenderung mudah dan cepat didapatkan. Hal
tersebut mempengaruhi cara mereka mencari informasi, membanjiri pasar dunia kerja. Dalam jurnal yang dituliskan
memecahkan masalah, hubungan dengan orang lain dan oleh nya Rothman menganalogikan gen Z akan membanjiri
berkomunikasi. Gen Y cenderung berpindah pekerjaan jika pasar dunia kerja seperti layaknya ‘tsunami’. Ketika kita ada
merasa ekspektasi mereka terhadap pekerjaan tidak dipenuhi, pada usia produktif saat gen Z memasuki dunia kerja maka kita
hal ini dipengaruhi oleh harga diri dan narsisme mereka yang disarankan mempelajari karakteristik gen Z ini.
begitu tinggi. Menurut Singh (2014), generasi Z dibesarkan oleh generasi
X di tengah-tengah tantangan dunia seperti terorisme (peristiwa
Karakteristik Gen Y di tempat kerja 9 September di Amerika Serikat) dan perhatian kepada
Bursch (2014) menuliskan bahwa gen Y adalah generasi lingkungan disebarluaskan melalui jaringan sosial media. Saat
yang paling tinggi tingkat pendidikannya. Gen Y kita belum begitu banyak memahami mengenai karakteristik
mendambakan pekerjaan dimana mereka turut ambil bagian gen Z, kita paham dan mengenal dengan seksama lingkungan
dalam misi organisasi. Nilai pekerjaan yang berarti serta bagaimana mereka tumbuh.
membantu orang lain adalah hal yang lebih berarti Gen Z dikatakan oleh Singh (2014) memiliki sedikit
dibandingkan dengan mendapatkan uang dalam jumlah besar. saudara kandung dibandingkan dengan generasi sebelumnya,
Menurut Fernades (2012), Generasi Y lebih menghargai indikasi nya gen Z kemungkinan akan sedikit lebih
waktu luang dibandingkan dengan generasi X. Perusahaan individualistis. Gen Z juga diprediksi akan lebih memiliki jiwa
terkemuka seperti Google, Ebay, KPMG saat ini menawarkan kewirausahaan dibandingkan gen Y.
waktu luang tersebut lebih banyak kepada karyawan mereka Gen Z memiliki beberapa perbedaan nyata dengan gen Y
dengan cara memberi beberapa fasilitas tambahan pada dalam beberapa hal berikut :
karyawan mereka di tempat bekerja.  Akses terhadap pengetahuan mengenai sumber daya
Gen Y memilih atasan yang memiliki pendekatan secara (melalui jaringan internet) yang lebih dibandingkan
pendidikan (empiris) serta memberi perhatian terhadap tujuan gen Y pada usia yang sama.
personal dari Gen Y. Nilai seorang gen Y terhadap atasannya  Gen Z yang kebanyakan memiliki orang tua seorang
adalah orang yang melatih mereka, bersikap positif, mampu gen X akan mendapatkan lebih banyak tekanan dalam
memotivasi, berorientasi terhadap pencapaian. Untuk tetap kehidupan mereka, baik dari sisi pencapaian akademis
membuat seorang Gen Y nyaman dan tidak meninggalkan maupun dalam berperilaku.
pekerjaan, perusahaan harus memastikan bahwa gen Y merasa  Gen Z memiliki waktu lebih banyak semasa muda nya
berarti dalam pekerjaan serta mengkomunikasikan kontribusi untuk mendapatkan semacam ‘mentor’ yang akan
gen Y terhadap misi organisasi. Gen Y juga akan selalu mempengaruhi cara berpikir mereka. Misalkan dengan
mencari kesempatan untuk terliabt dalam aktifitas filantropis mudah mereka mempelajari mengenai Steve Jobs dan
serta relawan (Bursch, 2014). membaca nya di saat mereka masih muda.
Kerakteristik dari gen Y di tempat pekerjaan adalah : Beberapa nama lain dari generasi Z adalah : Internet
Generation (IGen), Digital natives, Screensters dan Zeds.
Gen Y Banyak sumber mengatakan bahwa gen Z baik dalam
Fokus kepada karir pribadi
Optimistik
multitasking ataupun task switch meskipun perkembangan otak
Berpihak pada keragaman gen Z ini juga memiliki efek buruk berupa AADD (Acquired
Team Player Attention Deficit Disorder) yaitu perubahan pada otak karena
Cerdas teknologi pemakaian teknologi yang begitu besar oleh gen Z yang
Menyukai busana casual (non formal)
berdampak kesulitan untuk fokus dan menganalisa informasi
Menyenangkan
Work life balance yang beragam, hal ini sangat dipengaruhi kebiasaan otak
Pengakuan terhadap nilai pekerjaan mendapatkan informasi yang pendek dan cepat melalui sosial
Tabel 5. Karakteristik Gen Y (Acar, 2014) media Rothman (2014).
Gen Z di dunia kerja menurut Rothman (2014) akan
Gen Y selalu mencari lingkungan yang sempurna dimana berpindah-pindah kerja dengan cepat serta mampu
mereka dapat mempelajari kemampuan dan pengalaman untuk menghasilkan dampak dalam waktu singkat dibandingkan
masa depan mereka selain itu Gen Y membutuhkan iklim kerja generasi sebelumnya. Generasi Z akan memandang kariri
yang positif dari rekan kerja mereka (Fernandes, 2012). seperti beberapa hal berikut Singh (2014) : Kebebasan,
Materialistis, Global, Eksperimental , Teknologi tinggi,
Next Generation : Gen Z Komitmen profesional . Generasi Z merepresentasikan
Rothman (2014) memprediksi bahwa tahun 2020 generasi Z perubahan generasi yang signifikan pada dunia kerja dan akan
(didefinisikan Rothaman dengan kelahiran 1995-2010) akan
sangat penting untuk memahami darimana mereka datang serta generasi yang menjadi atasan langsung (atau paling tidak
tentunya memiliki strategi kunci untuk menyambut mereka. senior) dari generasi Z.
Jika lebih jauh lagi ditarik bahwa usia angkatan kerja 22-24
tahun dikategorikan sebagai fresh graduated lulusan s1 serta
4. METODOLOGI PENELITIAN 24-26 tahun untuk fresh graduated lulusan s2 , maka angkatan
Paper ini banyak membahas mengenai generasi Y, generasi kerja s1 dan s2 pada masa bonus demografi ini adalah anak-
Z dan bonus demografi dengan melakukan beberapa hal anak kelahiran antara 1999-2003.
berikut : Anak kelahiran tahun 1999-2003 adalah gen Z yang pada
A. Review dokumen usia mereka 5-15 tahun, Indonesia dipenuhi oleh booming
Jurnal yang telah dipublish gadget dan teknologi, hal tersebut mengakibatkan mereka
Laporan memiliki kehidupan yang erat sekali dengan teknologi dan
Artikel gadget. Perbedaan dengan gen Z yang mayoritas mulai
Dokumen yang dipublikasikan pemerintah menyentuh gadget dan dikatakan ‘melek’ teknologi pada usia >
B. Data Biro Pusat Statisik (BPS) 15 tahun. Dengan demikian teknologi lebih erat ‘mengikat’
Melakukan pengolahan data sederhana berdasarkan data- kepada gen Z atau istilah yang dipakai oleh Bursch (2014)
data yang didapatkan dari biro pusat statistik adalah gen Y secara teknologi lebih ‘plugged-in” dibandingkan
dnegan gen Y (Millenia). Dampaknya gen Z tentu akan sedikit
berbeda dalam preferensi cara mereka bekerja, berkomunikasi
5. PENGUMPULAN DATA dan menyampaikan informasi ketimbang gen Y.
Pengumpulan data untuk paper ini dilakukan dengan data- Perbedaan tersebut dapat saja menjadi pemicu konflik,
data sekunder yang dikumpulkan dari Internet dan/atau mengingat gen Y adalah generasi yang pada umumnya bersifat
melakukan pengolahan data atas data-data yang didapat dari narsistik dan memiliki harga diri tinggi seolah-olah mendapat
Internet tersebut. ‘lawan tanding’ sepadan yaitu gen Z yang secara nature
memiliki kesamaan dari penguasaan teknologi.
Beberapa potensi konflik yang muncul pada interaksi antar
6. ANALISA DAN KESIMPULAN generasi sebelumnya adalah Bursch (2014) :
Pada tabel 4 (bagian pendahuluan) telah dipaparkan 1. Baby boomers memandang gen X dan gen Y kurang
bagaimana jumlah generasi Y dan Z pada tahun 2025, yaitu disiplin dan kurang fokus.
sejumlah 148 juta (77%) dari 193 juta usia angkatan kerja. 2. Gen X dan gen Y melihat baby boomers resisten
Untuk itu menarik untuk secara mengamati bagaimana detail terhadap perubahan, memiliki keyakinan benar
struktur usia kerja sehingga dapat lebih memahami situasi terhadap pengalaman, serta kurang kreatif.
dunia kerja pada bonus demografi 2025 sebagai berikut : 3. Gen X melihat gen Y sebagai generasi arogan.
4. Gen Y melihat gen X lamban mengambil keputusan
Generasi Usia Jumlah (000) Persentase dan tidak memiliki cukup kemampuan mengambil
Generasi Y 30-34 21,195.2 26.1% keputusan.
35-39 20,520.2 25.3% Potensi konflik dan cara pandang di atas sangat mungkin
40-44 20,068.5 24.8% juga terjadi pada interaksi antara gen Y dan gen Z. Pola
45-49 19,273.0 23.8% tersebut saat ini belum muncul, karena sebagian besar gen Y
Total Generasi Y 30-49 81,056.90 100.00%
(khususnya yang memiliki gelar s1) belum masuk ke angkatan
Generasi Z 15-19 23,214.9 34.46%
kerja, namun dalam pemaparan mengenai karakteristik antar
20-24 22,293.2 33.09% generasi tentu potens-potensi konflik dapat dihindari atau
25-29 21,868.2 32.46% justru dikelola menjadi sebuah interaksi yang produktif untuk
Total Generasi Z 15-29 67,376.30 100.00% dunia kerja.
Tabel 6. Struktur usia gen Y dan gen Z tahun 2025 Dominasi gen Y dan gen Z pada bonus demografi
(diolah dari data BAPPENAS – BPS 2013) Indonesia tahun 2025 merupakan suatu modal besar. Generasi
Y dan Z memiliki otoritas dan mengisi posisi-posisi penting
Dominasi gen Y dan gen Z dibandingkan baby boomers 12 pada level tactical maupun strategical , sekalipun tentunya
juta (6,38%) dan gen X 32 juta (16,9%) pada struktur dunia sebagian gen X masih mendominasi pada level pucuk-pucuk
kerja tahun 2025 menegaskan pentingnya angkatan kerja pimpinan perusahaan karena mereka berada pada usia 50-59
mempelajari mengenai gen Y dan gen Z lebih dalam lagi. tahun.
Dalam struktur usia di secara umum bahwa gen Y merupakan
Generasi Y yang telah menunggu-nunggu transisi peningkatan kemampuan karena merasa fokus utama nya
kekuasaan dari gen X tentunya telah memiliki sejumlah list adalah pekerjaan (hidup untuk bekerja). Gen Y disarankan oleh
rencana untuk mengelola perusahaan, divisi, departemen atau Rothman pada poin 2 di atas untuk rajin mengupgrade diri dan
bagian apapun yang sebelumnya dipegang oleh gen X untuk menjadi mentor kepada gen Z, sehingga muncul trust dan
kemudian diubah secara signifikan karena gen Y telah lama interaksi positif antara kedua generasi tersebut.
memperhatikan cara-cara lamban dari gen X yang kurang Bonus demografi Indonesia 2025 seperti dikatakan oleh
agresif. Pada saat itu gen Y akan mulai menerima karyawan Profesor Moertiningsih (2012) merupakan the window of
fresh graduate atau level penyelia yang berasal dari gen Z. opportunity (jendela peluang) dan hanya terjadi sekali dalam
Sebagai pemimpin gen Y tentu menempatkan diri sebagai sejarah suatu penduduk dikarenakan rasio ketergantungan
pribadi yang lebih matang dan menunjukkan kedewasaannya (dependency ratio) mencapai titik terendah yaitu 0,44 (44 usia
untuk membimbing gen Z, untuk itu gen Y perlu banyak non produktif ditanggung oleh 100 usia produktif).
mempelajari mengenai karakteristik gen Z di dunia kerja Moertiningsih (2012) menggarisbawahi istilah the window of
nantinya. opportunity jangan sampai bergeser menjadi the door of
disaster karena pengelolaan bonus demografi yang kurang
Implikasi Manajerial Gen Y tepat.
Gen Y atau dapat dikatakan generasi kerja yang menjadi Pemahaman mengenai karakteristik generasi, khususnya
pemimpin pada saat bonus demografi Indonesia 2025 gen Y dan gen Z yang dominan pada waktu bonus demografi
setidaknya harus mampu mengantisipasi dan mengelola konflik 2025 merupakan salah satu cara bagaimana menciptakan
perbedaan generasi menjadi hal yang produktif, salah satu nya interaksi yang produktif di tempat kerja sehingga mendukung
adalah mempelajari bagaimana tips praktis untuk berhadapan produktifitas dan profitabilitas perusahaan.
dengan gen Z seperti 2 (dua) hal yang disarankan oleh
Rothman (2014) pada akhir jurnal penelitian nya sebagai
berikut :
7. DAFTAR PUSTAKA
1. Tantangan untuk atasan dari gen Z untuk tetap membuat
gen Z tertarik dan termotivasi mengurus hal-hal kecil Azhari, (2013). Ancaman vs Peluang bonus demografi. Dari :
yang mendetail. http://www.slideshare.net/rizalaz/ancaman-vs-pluang-
2. Pemimpin diharapkan untuk meningkatkan kemampuan bonus-demografi , 23 Januari 2015.
diri serta menyediakan kesempatan bimbingan kepada Acar, Ash Beyhan. Dr, April 2014. “Do Intrinsic and Extrinsic
gen Z. Motivation Factors”. Volume 5, No. 5.
Karena berada pada era informasi yang cepat dan singkat http://ijbssnet.com/journals/Vol_5_No_5_April_2014/3.p
(flash news dan artikel google), gen Z cenderung tidak punya df, 22 Januari 2015.
kedalaman dalam mengerjakan sesuatu. Hal yang dalam dan Asril, Abar dan Hudrasyah, Herry, 2013, “Media Indonesia
mendetail tidak menjadi kebiasaan bagi mereka seperti masa- Marketing Strategy To Increased Their Gen Y Readers.
masa kecil sampai kuliah gen Y yang banyak berkecimpung Volume 2, No 8,
dengan buku literature di perpustakaan. Saran dari Rothman http://journal.sbm.itb.ac.id/index.php/IJBA/article/viewFil
pada poin 1 di atas adalah bagaimana membuat gen Z tetap e/649/519, 22 Januari 2015
dapat fokus untuk menyelesaikan detail pekerjaan dengan Biro Pusat Statistik, 2013. “Proyeksi Penduduk Indonesia
mengukur performa penyelesaian pekerjaan sampai hal 2010-2035”. 23 Januari 2015
terkecil, sehingga gen Z akan memiliki arahan jelas dan Deyoe, H. Rodney, MBA. 2011. “Identifying strategies to
termotivasi terhadap itu. Hal ini membuat gen Z mengerti minimize workplace conflict due to generational
bahwa detail dan hal kecil dalam pekerjaan juga penting dan differences”. Volume 4, No. 1.
menjadi perhatian bagi perusahaan. http://www.aabri.com/SA12Manuscripts/SA12102.pdf.
Kemampuan gen Y dalam menjadi seorang pembelajar 22 Januari 2015.
seumur hidup (long life learner) ditandai dengan masuknya era Foo, Stefan. 2011. “The Issues of Generational Conflicts in
teknologi internet pada masa-masa akhir study gen Y di Workplace and Solutions for it”.
universitas. Kecepatan dan ketersediaan informasi di internet http://www.researchgate.net/publication/253787990_The_
dipakai oleh gen Y untuk meningkatkan kemampuan diri. Gen Issues_of_Generational_Conflicts_in_Workplace_and_So
Y yang menganggap bahwa penguasaan terhadap suatu ilmu lutions_for_it. 24 Januari 2015
akan linier dengan kualitas hidup tentu merupakan generasi Moertiningsih, Adioetomo, Sri. Prof. 2012. Transisi
yang upgradable dan berbeda dengan baby boomers dan Demografi, Bonus Demografi dan the Window of
sebagian gen X yang kurang memperhatikan mengenai
Opportunity. Dari : http://www.demografi.bps.go.id , 22 DISKUSI REVIEW
Januari 2015. 1. Review redaksional
Strauss and Howe. Strauss and Howe Generational Theory. a. Review redaksional sudah diperiksa ulang sesuai saran
Dari : reviewer.
http://en.wikipedia.org/wiki/Strauss%E2%80%93Howe_g b. Header tabel 3 tidak diperlukan karena yang dijelaskan
enerational_theory. 24 Januari 2015. kolom ke,2 dan seterusnya adalah kolom pertama.
Bursch, Dan. 2014. “Managing the Multigenerational 2. Review konten dan konteks
Workplace”. Dari : http://www.kenan-flagler.unc.edu/. 23
a. Halaman 3 alinea 1 adalah literature dari presentasi
Januari 2014.
Moertiningsih, literatur pembanding belum ditambahkan.
Fernandes, et.al. 2014. “A Comparative Study of Work Values
Topik peranan perempuan bekerja dengan jumlah anak
between Generation X and Generation Y”. Dari :
sedikit tidak terlalu mempengaruhi hasil dan alur paper.
http://seanlyons.ca/wp-
b. Perceraian tinggi dari orang tua gen X ada di beberapa
content/uploads/2012/01/Fernandes-et-al-2012.pdf , 23
studi, salah satunya oleh Mujtaba (2010) dan sudah
Januari 2014.
ditambahkan pada paragraph.
Mujtaba, 2010. “Cross-Cultural Value Differences of Working
c. Implikasi manajerial pada paper ini adalah suatu studi
Adult Gen X and Gen Y Respondents in Thailand”,
dengan deskripsi karakteristik gen Y dan gen Z. Klasifikasi
Volume 1, No.1. 22 Januari 2014.
lebih mendetail perlu lebih dijelaskan, khususnya untuk
Rotham, 2014. “A Tsunami of Learners Called Generation Z”.
literature gen Y dan gen Z di Indonesia yang memang
Dari :
belum banyak dipakai sebagai literature pada paper ini.
http://www.mdle.net/Journal/A_Tsunami_of_Learners_C
3. Review literature mengenai perbedaan karakteristik gen Y
alled_Generation_Z.pdf. 23 Januari 2014.
dan gen Z dapat disebabkan beberapa hal berikut :
Singh, Anjali. 2014. “Challenges and Issues of Generation Z”.
a. Penarikan kesimpulan mengenai karakteristik generasi
Volume 16, Ver. 1. http://iosrjournals.org/iosr-
menggunakan metode dan pendekatan berbeda.
jbm/papers/Vol16-issue7/Version-1/H016715963.pdf. 22
b. Perbedaan terjadinya booming suatu fase (misalkan
Januari 2015.
internet) antar negara satu dengan yang lainnya.
Anonim, 2014. Gen Y dan Gen Z Global Workplace
Namun dari karakteristik gen Y yang dipaparkan seperti :
Expectations Study. Dari :
narsistik, harga diri tinggi, online 24/7/365 , serta melihat
http://millennialbranding.com/2014/geny-genz-global-
beberapa karakteristik X yang lamban dan kurang mampu
workplace-expectations-study/ , 22 Januari 2015.
mengambil keputusan didukung oleh beberapa literatur
seperti jurnal, artikel dari HR konsultan dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai