Revisi - 4 - Progsus C - Hotel Goodway Revisi Jogja
Revisi - 4 - Progsus C - Hotel Goodway Revisi Jogja
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma pendidikan khusus saat ini terus berkembang menuju arah
yang lebih positif yang berlandaskan pada hak-hak dasar anak untuk
memperoleh pendidikan yang layak. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
(Children with Special Needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas
dibandingkan dengan konsep Anak Luar Biasa (Exceptional Children). Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memerlukan layanan yang
secara spesifik berbeda karena adanya hambatan belajar dan hambatan
perkembangan.
1
tunagrahita dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan kehidupan
dirinya sendiri sehingga mereka tidak membebani orang lain.
B. Landasan
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Satuan Pendidikan;
8. Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 01 Tahun 2008 tentang
Standar Proses Pendidikan Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita,
Tunadaksa, dan Tunalaras;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus;
10. Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 33 Tahun 2008 tentang
Standar Sarana dan Prasarana SDLB, SMPLB, dan SMALB;
2
11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan
Dasar dan Menengah;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 40 Tahun 2014
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMALB;
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 57 Tahun 2014
tentang Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 59 Tahun 2014
tentang Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 60 Tahun 2014
tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Menengah;
3
24. Peraturan Menteri Pendidian dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014
Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
25. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
26. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 64 Tahun 2014 Tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah;
27. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 2014 Tentang Peran Guru Teknologi Informasi dan
Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013;
28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013;
29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014
Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
30. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014
Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah;
31. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 105 Tahun 2014
Tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
32. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014
Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
33. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 144 Tahun 2014
Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik Dari Satuan Pendidikan dan
Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan
Ujian Nasional;
4
34. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 157 Tahun 2014
Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus;
35. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
36. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 Tahun 2014
Tentang Evaluasi Kurikulum;
37. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014
tentang Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun
2006 dan KTSP 2013;
C. Tujuan
Tujuan penulisan buku program pengembangan diri adalah untuk
menyediakan bahan acuan bagi guru dalam melaksanakan program
pengembangan diri pada satuan pendidikan khusus dan satuan pendidikan
reguler penyelenggara pendidikan inklusif.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang, landasan, tujuan dan
ruang lingkup penulisan.
Bab II Program Pengembangan Diri, menguraikan mengenai komponen
program pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita, meliputi
keterampilan merawat diri, keterampilan menolong diri, keterampilan
bekomunikasi, keterampilan bersosialisasi, keterampilan hidup dan
keterampilan menggunakan waktu luang. Selain itu juga menguraikan tentang
kompetensi dan indikator program pengembangan diri serta sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
Bab III Pelaksanaan Pengembangan Diri menguraikan prinsip
pelaksanaan, rambu-rambu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan dan program
pelaksanaan pengembangan diri.
5
Bab IV Penilaian dan Tindak Lanjut menguraikan penilaian dalam
program pengembangan diri prosedur dan pelaporan penilaian serta tindak
lanjut dari hasil penilaian.
Bab V Penutup, menguraikan kata-kata penutup buku program
pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita.
6
BAB II
PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI
7
B. Keterampilan Menjaga Keselamatan dan Kesehatan
Keterampilan menjaga keselamatan dan kesehatan dibutuhkan untuk
menjaga dan melindungi individu yang bersangkutan dari penyakit dan
bahaya. Keterampilan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan mencakup
kemampuan mengikuti petunjuk atau prosedur keselamatan, penggunaan atau
pemakaian obat dan kemampuan mengikuti peringatan akan bahaya.
Termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat-alat elektronika,
keterampilan dalam menggunakan benda tajam seperti pisau, gunting, sabit
dan lain-lain, dan keterampilan mengikuti rambu lalu lintas, misalnya saat
menyeberang jalan.
C. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi bagi peserta didik tunagrahita merujuk pada
keterampilan berbahasa baik secara verbal maupun tertulis dalam konteks
komunikasi. Termasuk di dalamnya keterampilan dalam menyampaikan
pesan, keinginan atau perasaan baik secara verbal maupun menggunakan alat
bantu komunikasi misalnya Picture Ecchange Communication System
(PECS).
D. Keterampilan Bersosialisasi
Keterampilan bersosialisasi merujuk pada keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan peserta didik tunagrahita dalam menjalin interaksi dengan
orang lain. Termasuk di dalamnya keterampilan menjalin pertemanan,
mengungkapkan emosi atau perasaan, mengenali atau membaca emosi orang
lain, keterampilan membantu orang lain, dan mentaati norma sosial.
E. Keterampilan Kerja
Keterampilan kerja berbeda dengan keterampilan vokasional.
Keterampilan bekerja merujuk pada keterampilan yang mendukung
kesuksesan peserta didik tunagrahita dalam pekerjaannya. Sedangkan
8
keterampilan vokasional merujuk pada penguasaan individu pada satu jenis
pekerjaan, misalnya keterampilan untuk pekerjaan mencuci sepeda motor.
Keterampilan kerja dibutuhkan bagi peserta didik tunagrahita pada
jenjang pendidikan menengah. Termasuk di dalam keterampilan bekerja
adalah keterampilan mencari pekerjaan yang sesuai, memilih dan
merencanakan pekerjaan, menunjukkan perilaku yang sesuai di lingkungan
pekerjaan, dan kemampuan mempertahankan pekerjaan. Termasuk di
dalamnya kemampuan mengikuti jadwal kerja, keterampilan bekerja sama
dengan supervisi atau atasan, komitmen dalam menyelesaikan tugas dan
kerjasama dengan teman sejawat.
9
Kemampuan, dan indikator pengembangan diri untuk peserta didik
tunagrahita sebagai berikut.
Tabel 2.1 Tabel Kompetensi dan Indikator Program Pengembangan Diri
KOMPETENSI INDIKATOR
A. Merawat Diri Mengenal alat makan dan minum
1. Mampu makan dan Menggunakan alat makan dan minum
minum dalam Makan menggunakan tangan
kehidupan sehari-hari Makan menggunakan alat (sendok, dan garpu)
dengan cara yang benar Makan makanan berkuah
Makan makanan kemasan
Minum menggunakan gelas atau cangkir
Minum menggunakan sedotan
Minum minuman dalam kemasan
Makan di restoran atau resepsi
Melakukan tatacara makan dan minum dengan
sopan
2. Mampu membersihkan Memelihara kebersihan tangan dan kaki
dan menjaga kesehatan Menggunakan toilet
badan dengan cara Membersihkan diri setelah buang air kecil dan
yang benar besar
Mencuci wajah
Melakukan kegiatan mandi
Menggosok gigi
Melakukan cuci rambut
Memelihara kebersihan telinga dan hidung
Menggunakan pembalut wanita(wanita)
Memelihara kuku
Mencukur kumis dan jenggot
3. Mampu menanggalkan Menanggalkan pakaian dalam
dan mengenakan Mengenakan pakaian dalam
pakaian dengan cara Menanggalkan pakaian luar
yang benar Mengenakan pakaian luar
Melepas sepatu dan kaus kaki
Memakai sepatu dan kaus kaki
Mengenakan asesoris pakaian
Memilih pakaian sesuai kebutuhan
Mengenakan pakaian sesuai kebutuhan
4. Mampu merias diri Menyisir rambut
dengan cara yang Menata rambut
benar Merias wajah
Mengenakan asesoris
10
KOMPETENSI INDIKATOR
B. Menjaga Keselamatan Mengenal benda-benda berbahaya
dan Kesehatan Mengenal binatang buas dan jinak
1. Mampu menjaga Menghindarkan diri dari benda-benda berbahaya
keselamatan diri (tajam,runcing,licin,panas)
dengan baik Menghindarkan diri dari binatang berbahaya
Menghindarkan diri dari bencana alam
Menjaga keselamatan dari dalam penggunaan
ruangan, naik turun tangga atau eskalator,
menggunakan lift
2. Mampu mengobati luka Mengobati luka dari benda-benda berbahaya
dengan cara yang benar Mengobati luka dari binatang berbahaya
C. Berkomunikasi Berkomunikasi secara verbal atau lisan (tatap
1. Mampu muka)
berkomunikasi Berkomunikasi secara audio-visual (dengan
dengan orang lain media)
secara verbal, dan Menggunakan bahasa sesuai etika
tulisan dengan cara
yang benar
D. Bersosialisasi Beradaptasi dengan teman
1. Mampu beradaptasi Melakukan orientasi dan adaptasi dengan
di lingkungan lingkungan
keluarga, sekolah, dan Melakukan kerjasama di lingkungan keluarga,
masyarakat dengan sekolah dan masyarakat
baik
E. Keterampilan Kerja Mengenal alat masak
1. Mampu Membuat minuman dingin
melaksanakan Membuat minuman panas
kesibukan, dan Memasak masakan sederhana
keterampilan Merapikan tempat tidur
sederhana dalam Menjaga kebersihan sekolah dan rumah
kehidupan sehari-hari
Menjaga kebersihan pakaian
Menjaga kerapihan pakaian
Memelihara pakaian (memasang kancing, dll)
Memelihara kebersihan perabot rumah tangga
Menghemat penggunaan energi (listrik, air
bersih)
2. Mampu mengenal Mengenal nilai uang
uang dengan baik Mengenal fungsi uang
3. Mampu berbelanja Membelanjakan uang sesuai dengan harga
dengan cara yang barang
benar
11
KOMPETENSI INDIKATOR
F. Menggunakan Waktu Menggunakan waktu istirahat
Luang Menggunakan waktu libur
1. Mampu Berpartisipasi dalam pekerjaan di rumah
menggunakan waktu
luang dengan baik
12
BAB III
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DIRI
A. Prinsip Pelaksanaan
1. Berdasarkan asesmen
Program pengembangan diri dikembangkan berdasarkan hasil dari
asesmen. Dalam konteks program pengembangan diri asesmen merupakan
suatu usaha yang bertujuan mengumpulkan berbagai informasi tentang
perkembangan peserta didik tunagrahita dalam aspek perilaku adaptif.
Adapun tujuan mengadakan asesmen adalah: (1) untuk menemukan
hal-hal yang sudah dimiliki (kekuatan) dan yang belum dimiliki
(kelemahan) peserta didik; (2) untuk menemukan kebutuhan peserta didik;
(3) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik (baseline); (4) untuk
menyiapkan Program Pendidikan Individual (PPI); dan (5) untuk
menentukan strategi, lingkungan belajar, penilaian dan evaluasi, waktu dan
alat yang cocok atau sesuai digunakan.
13
binatang berbahaya, menghindarkan diri dari bencana alam dan menjaga
keselamatan diri dalam penggunaan ruangan, naik turun tangga atau
eskalator, dan menggunakan lift. Misalnya dalam proses mengenalkan
benda-benda dan binatang berbahaya serta latihan menggunakan eskalator,
lift, atau naik turun tangga, guru perlu membimbing mereka dengan
segenap perhatian yang penuh agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
3. Kehati-hatian (poise)
Prinsip kehati-hatian perlu dimiliki oleh setiap guru. Kehati-hatian
atau kewaspadaan sebagai sikap hati-hati guru untuk memenuhi tanggung
jawab profesional dengan kompetensi, dan ketekunan, khususnya dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan diri peserta didik tunagrahita. Hal
ini berarti bahwa guru mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuan atau kompetensinya demi kepentingan
peserta didik tunagrahita secara konsisten, dan sesuai dengan tanggung
jawab profesinya. Kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan
kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita sangat dituntut
untuk dimiliki oleh guru yang mengajar di setiap satuan pendidikan khusus
atau Sekolah Luar Biasa (SLB) dan satuan pendidikan (sekolah)
penyelenggara pendidikan inklusif.
4. Kemandirian (independent)
Menumbuhkan kemandirian peserta didik tunagrahita sangatlah
penting karena dengan memiliki kemandirian peserta didik tunagrahita
akan terbiasa mengerjakan kebutuhannya sendiri. Secara naluriah, peserta
didik tunagrahita mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi
ketergantungan (dependent) ke posisi bersifat mandiri (independent).
peserta didik tunagrahita yang mandiri akan bertindak dengan penuh rasa
percaya diri, dan tidak selalu mengandalkan bantuan orang lain atau orang
14
dewasa dalam bertindak. Kemandirian diartikan sebagai suatu sikap yang
ditandai dengan adanya kepercayaan diri dan terlepas dari
kebergantungan.Peserta didik tunagrahita yang mandiri akan mampu
melakukan aktivitasnya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang
lain. Kemandirian berkembang selain dipengaruhi oleh faktor intrinsik
(pertumbuhan dan kematangan individu itu sendiri) juga oleh faktor
ekstrinsik (melalui proses sosialisasi di lingkungan tempat inidividu
berada). Faktor intrinsik seperti kematangan individu, tingkat kecerdasan
dan faktor ekstrinsik adalah hal-hal yang berasal dari luar diri peserta didik
seperti perlakuan orang tua, guru, dan masyarakat.
Dalam proses menumbuhkan kemandirian tersebut kemampuan
peserta didik tunagrahita berbeda dengan kemampuan peserta didik pada
umumnya, mengingat keterbatasan yang dimilikinya. Untuk
mengembangkan kemandirian peserta didik tunagrahita tersebut maka
perlu adanya kegiatan pengembangan diri yang berupaya untuk membantu
kemandirian peserta didik tunagrahita. Untuk terwujudnya kemandirian
tersebut maka guru perlu berupaya secara maksimal dalam melaksanakan
serangkaian kegiatan yang mendukung kemandirian peserta didik
tunagrahita. Peserta didik tunagrahita mengalami hambatan dalam
kercerdasan maka target pengembangan kemandiriannya tentu harus
dirumuskan sesuai dengan potensi yang mereka miliki, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemandirian bagi peserta didik tunagrahita adalah adanya
kesesuaian antara kemampuan yang aktual dengan potensi yang mereka
miliki. Jadi pencapaian kemandirian bagi peserta didik tunagrahita
tidakdapat diartikan sama dengan pencapaian kemandirian peserta
didikpada umumnya.
15
dalam adaptasi tingkah laku danberlangsung dalam masa perkembangan.
Dengan kondisi ini peserta didik tunagrahita tidak atau kurang dapat
bersosialisasi dengan teman-teman seusianya, dan masyarakat sekitarnya.
Di lingkungan atau tempat tinggal peserta didik tunagrahita, mereka harus
dapat bergaul atau bersosialisasi dengan baik. Setiap lingkungan atau
tempat tinggal memiliki tata tertib atau aturan dan tradisi yang perlu
dikenal, dipahami, dan dilaksanakan oleh semua warganya termasuk
peserta didik tunagrahita. Karena kemampuan peserta didik tunagrahita
yang berbeda, mereka terkadang dipandang aneh oleh anak-anak
seusianya, dan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Peserta
didik tunagrahita sering menjadi tontonan, dan menjadi bahan ejekan.
Untuk itulah maka kegiatan pengembangan diri peserta didik tunagrahita
perlu disesuaikan dengan keadaan lingkungan atau tradisi yang berlaku di
sekitar peserta didik sehingga mereka dapat beradaptasi secara optimal,
dan dapat dipahami serta diterima dengan baik oleh peserta didik
seusianya, serta masyarakat di lingkungannya.
16
pada umumnya, namun keberfungsian fisik kurang dari peserta didik pada
umumnya. Sementara bagi peserta didik tunagrahita berat hampir-hampir
tidak mampu untuk menghindari bahaya, dan mempertahankan diri.
Sehubungan dengan hambatan yang dimiliki atau disandangnya,
kemampuan usia mental (mental age) peserta didik tunagrahita tidak
seiring dengan kemampuan usia kalendernya (cronogical age).
Perkembangan kemampuan peserta didik tunagrahita berbeda dengan
perkembangan kemampuan peserta didik pada umumnya.
Permasalahan bagi peserta didik tunagrahita, diantaranya kesulitan
dalamkehidupan sehari-hari seperti dalam melakukan kegiatan
pengembangan diri. Masalah lainnya yaitu penyesuaian diri. Peserta didik
tunagrahita mengalami kesulitan dalam hubungan dengan kelompok
maupun dengan individu di sekitarnya. Peserta didik tunagrahita
cenderung dijauhi oleh lingkungannya dan tidak diakui secara penuh
sebagai individu. Hal ini berakibat pada pembentukan kepribadiannya.
Karena itu mereka membutuhkan latihan pengembangan kemampuan
adaptasi dengan lingkungan, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Untuk itulah maka peserta didik tunagrahita perlu mendapat
kegiatan pengembangan atau latihan yang rinci, dan rutin mengenai
kegiatan pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan
perlu disesuaikan dengan hasil asesmen peserta didik tunagrahita, karena
mereka seyogyanya dapat bersosialisasi secara optimal dengan teman-
teman seusianya.
17
a. Modifikasi alat pengembangan diri
Modifikasi alat dalam pelaksanaan pengembangan diri akan berfungsi
sebagai alat untuk latihan pengembangan diri, dan alat untuk kegiatan
asesmen. Oleh sebab itu dalam pengadaan alat pengembangan diri
tidak secara langsung untuk pengembangan secara khusus tetapi harus
berkaitan dengan alat-alat untuk mengembangkan kemampuan
sensorimotor dan persepsi sebagai kemampuan dasar.
Alat-alat yang dibutuhkan yaitu:
1) alat-alat yang berkaitan dengan kemampuan prasyarat antara lain
alat latihan motorik kasar, alat latihan motorik halus, alat
koordinasi mata-tangan, dan alat latihan kemampuan persepsi; dan
2) alat-alat pengembangan diri antara lain alat-alat makan dan minum,
menghidangkan makanan, berpakaian, kebersihan, dan alat latihan
sosialisasi.
b. Modifikasi cara
Modifikasi cara pengembangan diri peserta didik tunagrahita adalah
keseluruhan usaha termasuk perencanaan, dan taktik dalam
pengembangan diri untuk mencapai tujuan pengembangan atau
kompetensi yang diharapkan.
Modifikasi cara dalam pengembangan diri peserta didik tunagrahita
antara lain kegiatan pengembangan diri yang diindividualisasikan.
Peserta didik tunagrahita dapat belajar bersama-sama dalam satu kelas
atau kelompok tetapi dalam kegiatan pengembangan diri dapat
dilakukan oleh guru khusus, dan didukung oleh guru mata pelajaran.
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengembangan diri antara lain
metode demonstrasi, tanya jawab, penugasan, dan latihan. Beberapa
teknik pengembangan diri yang digunakan antara lain dengan
menyuruh peserta didik tunagrahita melakukan tingkah laku yang
dimaksud melalui kata-kata, mimik, dan bantuan tangan (promting).
Guru dapat melakukan teknik dengan menyuruh peserta didik
tunagrahita melakukan sesuatu dengan mencontoh tingkah laku yang
18
diperagakan atau didemonstrasikan guru (modeling). Guru menyuruh
peserta didik tunagrahita untuk melakukan sesuatu sesuai dengan peran
yang ditugaskannya (roleplaying). Teknik lainnya yaitu guru dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan tugas-tugasnya yang ada pada pojok
atau sudut belajar.
Dalam melaksanakan pengembangan diri bagi peserta didik
tunagrahita, guru memberikan pujian atau hadiah (reinforcement).
19
2) Membagi tugas menjadi tugas yang kecil-kecil (aspek yang
dianalisis).
B. Rambu-rambu Pelaksanaan
Rambu-rambu pelaksanaan program pengembangan diri bagi peserta
didik tunagrahita sebagai berikut.
1. Pengembangan diri dibuat tidak berdasarkan jenjang, satuan pendidikan,
dan tingkatan kelas. Program pengembangan diri disusun berdasarkan
hasil asesmen.
2. Metode, alat pengembangan atau pembelajaran, dan evaluasi diserahkan
sepenuhnya kepada guru.
3. Proses pengembangan dilaksanakan dengan mengutamakan aspek motorik
dan psikomotor.
4. Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara
berurutan, tetapi guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik.
B. Prosedur Pelaksanaan
20
pengembangan diri adalah pembuatan laporan. Lebih lanjut dapat dilihat pada
gambar alur berikut ini.
PESERTA Asesmen
DIDIK
ASESMEN
Kompetensi PROFIL
PERKEMBANGAN
KOMPETENSI
MERENCANAKAN
KEGIATAN
PENGEMBANGAN DIRI
PELAKSANAAN
KEGIATAN
PENGEMBANGAN DIRI
PENILAIAN DAN
EVALUASI KEGIATAN
PENGEMBANGAN DIRI
LAPORAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN
21
Contoh Program Pengembangan Diri
Satuan Pendidikan : SDLB-C
Bidang Pengembangan : Merawat diri
Waktu : 4 JPL setiap minggu
1. Kompetensi
Mampu makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang
benar
2. Indikator
a. Mengenal alat makan dan minum
b. Menggunakan alat makan dan minum
c. Memilih alat dan bahan untuk makan-minum yangbiasa digunakan
d. Melakukan kegiatan makan dengan menggunakan tangan
e. Melakukan kegiatan makan dengan menggunakan alat sendok, dan
garpu
f. Melakukan kegiatan makan makanan berkuah
g. Melakukan kegiatan makan dari makanan kemasan
h. Melakukan kegiatan minum dengan menggunakan gelas atau cangkir
i. Melakukan kegiatan minum dengan menggunakan sedotan
j. Melakukan kegiatan minum minuman kemasan
k. Melakukan makan-minum diberbagai tempat makan (restoran atau
resepsi)
l. Melayani sendiri makan-minum di meja makan
m. Menata makanan dan minuman sendiri dan orang lain
n. Menyajikan makanan-minuman sendiri dan orang lain
o. Melakukan tatacara makan dan minum dengan sopan
3. Tujuan
a. Peserta didik mampu mengenal alat makan dan minum dengan benar
b. Peserta didik mampu menggunakan alat makan dan minum dengan
benar
22
c. Peserta didik mampu memilih alat dan bahan makan-minum yang
digunakan sehari-hari dengan tepat
d. Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan dengan menggunakan
tangan
e. Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan dengan menggunakan
alat sendok, dan garpu
f. Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan makanan berkuah
dengan tertib
g. Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan dari makanan
kemasan
h. Peserta didik mampu melakukan kegiatan minum dengan menggunakan
gelas atau cangkir
i. Peserta didik mampu melakukan kegiatan minum dengan menggunakan
sedotan
j. Peserta didik mampu melakukan kegiatan minum minuman kemasan
k. Peserta didik mampu melakukan makan-minum diberbagai tempat
makan (restoran atau resepsi)
l. Peserta didik mampu melayani sendiri makan-minum di meja makan
m. Peserta didik mampu menata makanan dan minuman di meja makan
n. Peserta didik mampu menyajikan makanan-minuman sendiri dan orang
lain
o. Melakukan tata cara makan dan minum dengan sopan
4. Pendekatan, Strategi, Metode
a. Pendekatan : individual
b. Strategi : starategi pembelajaran langsung
c. Metode : demonstrasi, tanya jawab, tugas, latihan dan praktik
langsung
5. Materi
a. mengenal alat makan dan minum
b. menggunakan alat makan dan minum
c. bahan-bahan makanan dan minuman
23
d. tata cara makan menggunakan tangan
e. tata cara makan makanan berkuah
f. makanan dan minuman kemasan
g. menata meja makan
h. menyajikan makanan
i. cara makan yang sopan
j. makan-minum di restoran atau tempat resepsi
Gambar 1
Alat makan dan minum
24
(3) Peserta didik memilih peralatan makan dan minum serta bahan
makanan dan minuman yang biasa digunakan sehari-hari.
(4) Guru memperagakan cara memegang sendok dan garpu, yaitu
sendok dipegang oleh tangan kanan dan garpu dipegang oleh
tangan kiri, cara memegangnya seperti memegang pensil atau
pulpen pada waktu menulis, dan setelah selesai menggunakan
sendok dan garpu disimpan secara menyilang dengan posisi
telungkup
(5) Peserta didik praktik memegang sendok dan garpu sesuai dengan
bimbingan guru
(6) Guru memperagakan cara memegang gelas dan cangkir dengan
tangan kanan, untuk gelas yang mempunyai kaki dipegang pada
bagianatas kakinya dan gelas yang tanpa kaki dipegang pada
bagian bawah, menggunakan 5 jari. Sedangkan cara memegang
cangkir dipegang pada tangkainya.
(7) Peserta didik praktik memegang alat minum gelas dan cangkir.
Gambar 2
Cara menggunakan alat makan dan minum
(8) Peserta didik melakukan praktik makan menggunakan tangan
dengan bimbingan guru dengan tahapan kegiatan:
- cuci tangan ke dalam mangkuk;
- membaca do’a sebelum makan;
- mengambil nasi dari tempat nasi ke piring;
- mengambil lauk dari yang terdekat ke piring;
25
- mengambil nasi dan lauk dengan tangan dan memasukkannya
ke dalam mulut;
- makan harus habis dan piring harus bersih;
- membaca doa setelah selesai makan;
- mencuci tangan;
- mengelap tangan dan mulut dengan serbet;
- peserta didik mencuci peralatan makan-minum yang telah
digunakan dan menyimpan kembali pada tempatnya dengan
- rapi.
Gambar 3
Peserta Didik Makan Menggunakan Tangan
26
- setelah selesai makan sendok, dan garpu disimpan bersilang
dengan posisi telungkup;
- membaca doa setelah selesai makan;
- mencuci tangan;
- mengelap tangan dengan serbet;
- mencuci peralatan makan yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.
Gambar 4
Makan menggunakan sendok dan garpu
27
Gambar 5
Cara makan makanan berkuah
(11) Guru mengenalkan macam-macam makanan kemasan, masa
kadaluarsa pada makanan kemasan, dan memberitahukan
makanan kemasan yang tidak boleh dimakan apabila makanan
sudah habis masa kadaluarsanya.
(12) Guru memperagakan cara membuka makanan kemasan.
(13) Peserta didik latihan membuka makanan kemasan dengan
bimbingan guru.
(14) Memperagakan atau mendemonstrasikan cara makan makanan
dalam kemasan dengan tangan atau sendok.
(15) Setelah selesai makan, peserta didik membuang kemasan
makanan ke tempat sampah.
Gambar 6
Makan makanan kemasan
28
(16) Peserta didik melakukan kegiatan minum menggunakan gelas
atau cangkir, dengan tahapan:
- pegang badan gelas (untuk gelas tanpa kaki) dengan kelima
jari, sedangkan untuk memegang cangkir pegang bagian
tangkainya.
- dekatkan ke mulut lalu teguk perlahan-lahan, dan tidak
tergesa-gesa.
- simpan kembali gelas atau cangkir dengan rapi.
- mencuci peralatan minum yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.
Gambar 7
Cara minum dengan menggunakan gelas, dan cangkir
29
- mencuci peralatan minum yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.
(18) Guru mengenalkan minuman dalam kemasan, mengenalkan masa
kadaluarsa pada minuman kemasan, dan memberitahukan
minuman kemasan yang tidak boleh dikonsumsi apabila sudah
habis masa kadaluarsanya.
(19) Memperagakan cara membuka minuman kemasan kemasan botol
plastik, dengan tahapan:
- buka segel kemasan, kemudian putar tutup botol menggunakan
kedua tangan (satu tangan memegang badan botol, satu tangan
memegang tutup botol) lalu putar secara berlawanan;
- pegang badan botol dengan kelima jari tangan lalu teguk air
minum kemasan;
- remas kemasan botol plastik yang sudah kosong lalu buang ke
tempat sampah.
(20) Memperagakan cara membuka minuman kemasan kaleng, dengan
tahapan:
- lap terlebih dahulu kemasan minuman sampai bersih.
- tarik bagian tutup kemasan kaleng ke atas.
- teguk minuman dari dalam kemasan atau tuangkan minuman ke
dalam gelas kemudian minum seperti biasa.
- remas kemasan kaleng yang sudah kosong lalu buang ke tempat
sampah.
Gambar 8
Cara membuka minumankemasan kaleng
30
(21) Menjelaskan tata cara makan di restoran atau resepsi
a) Sebelum jamuan
(1) Hindari bicara dengan satu orang saja.
(2) Kendalikanintonasi suara saat berbicara dan saat tertawa.
Jangan berbicara terlalu keras atau terbahak-bahak
sehingga mengundang perhatian oranglain.
(3) Duduklah di tempat yang telah disediakan.
b) Tata cara duduk
(1) Posisi badan tegap.
(2) Kursi jangan terlalu dekat dengan meja makan.
(3) Tangan tidak boleh dilipat di atas meja, tetapi letakkan di
pangkuan.
(4) Kaki tidak boleh menyilang, dilipat atau dijulurkan
kedepan.
(5) Ketika duduk, tidak boleh melirik-lirik ke kiri dan ke
kanan.
(6) Saat duduk tidak boleh memainkan peralatan makan yang
ada.
c) Tata cara menggunakan serbet
(1) Apabila tidak ada petugas maka lakukan sendiri membuka
serbet, lalu letakkan di atas pangkuan.
(2) Serbet dipergunakan hanya untuk membersihkan bagian
mulut atau bibir yang kotor dengan menggunakan tangan
kanan atau kedua tangan.
(3) Serbet tidak boleh digunakan untuk menyeka keringat,
mengelap ingus ataupun membersihkan peralatan makan
yang kotor. Apabila menemukan hal demikian, maka
minta tolonglah kepada petugas untuk mengganti.
31
d) Tata cara makan di restoran atau resepsi
(1) Makanlah makanan sesuai ukuran yang dapat dikunyah
(bite size), jangan memakan makanan yang ukurannya
terlalu besar tanpa dipotong terlebih dahulu.
(2) Telanlah makanan yang ada di mulut sebelum mulai
memakan makanan berikutnya.
(3) Bila menggunakan sauce yang terpisah, pastikan anda
mencelupkan makanan kedalam sauce boat/dish.
(4) Untuk makanan yang memang menggunakan tangan
secara langsung seperti bruchetta atau chicken drummets,
maka habiskan makanan yang dipegang sebelum
mengambil yang berikutnya.
(5) Mulailah menyantap hidangan bila semua orang telah
mendapat makanan mereka masing-masing.
(6) Hindarimeninggalkan meja makan saat jamuan telah
dimulai.
Gambar 9
Makan di restoran atau resepsi
32
(22) Melakukan tatacara makan dan minum dengan sopan
Setiap daerah memiliki aturan tata cara makan yang berbeda-beda.
Namun, ada beberapa aturan dasar yang terdapat di setiap tata cara
makan dan minum.
a) Tata cara makan
(1) Makan dengan mulut yang tertutup saat mengunyah
makanan.
(2) Berbicara dengan volume suara yang rendah.
(3) Tutupi mulut saat batuk atau bersin.
(4) Tidak boleh menyandarkan punggung di sandaran kursi.
(5) Tidak boleh menimbulkan suara saat mengunyah
makanan.
(6) Tidak boleh memainkan makanan dengan peralatan
makan.
(7) Tidak boleh mengejek cara makan orang lain.
(8) Jangan bersedekap di meja makan.
(9) Meminta ijin apabila akan meninggalkan meja makan.
(10) Tidak boleh menatap mata orang lain saat dia sedang
makan.
(11) Meminta ijinlah saat anda benar akan menjawab telepon,
dan meminta maaflah saat kembali.
(12) Letakkan garpu di sebelah kiri dan sendok di disebelah
kanan bersama-samadi arah jam 5 di atas piring dengan
bagian pisau yang tajam menghadap kedalam untuk
menandakan bahwa selesai makan.
(13) Tidak boleh mengambil makanan dari piring orang lain
dan tidak boleh memintanya juga.
(14) Telan semua makanan yang ada di mulut sebelum
minum.
(15) Tidak boleh menggunakan tangan saat mengambil
makanan yang tersisa didalam mulut, gunakan tusuk gigi.
33
b) Tata cara minum
(1) Sebelum minum bersihkan mulut dari sisa-sisa makanan.
(2) pastikan tidak ada makanan di dalam mulut.
(3) Waktu minum, tidak sedang makan sesuatu.
(4) Jangan berkumur menggunakan air minum.
(5) Air minum yang sudah masuk ke mulut tidak boleh
dituangkan lagi ke dalam gelas.
(6) Minumlah secukupnya pada waktu makan, agar perut
tidak terasa penuh.
(7) Mencuci peralatan minum yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.
Gambar 10
Cara minum yang sopan
c. Penutup
Melakukan refleksi seluruh aktivitas pembelajaran yang telah
dilakukan
Guru mengakhiri pelajaran
34
d. Penilaian
Guru mencatat hasil pengamatan atas respon yang diberikan peserta
didik untuk setiap indikator yang diajarkan. Berikut contoh lembar
penilaian untuk satu indikator.
35
BAB V
PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
A. Prosedur Penilaian
Penilaian yang paling sesuai untuk program pengembangan diri bagi
peserta didik tunagrahita adalah penilaian kinerja. Memalui penilaian kinerja
peserta didik tunagrahita dinilai keterampilannya dalam berperilaku adaptif
pada situasi yang sealamiah mungkin dalam kehidupan sehari-hari.
Prosedur penilaian kinerja terdiri dari tiga tahapan, yaitu penetapan tugas,
penyusunan rubrik dan penetapan level kinerja.
1. Penetapan Tugas
Tugas secara khusus diberikan kepada peserta didik tunagrahita sesuai
kompetensi dan indikator yang ditargetkan. Tugas yang diberikan dilakukan
pada keadaan yang sesungguhnya, bukan simulasi. Sebagai contoh untuk
indikator mencuci kaki maka tugas yang diberikan kepada peserta didik
tunagrahita adalah mencuci kaki di kamar mandi. Dengan demikian tugas
yang diberikan kepada peserta didik tunagrahita harus khusus, jelas dan
langsung dalam kehidupan sehari-hari.
36
Tabel 5.1 Rubrik Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri
Skor Kategori Indikator Perilaku
4 Mandiri Melakukan tugas yang diberikan atau
diperintahkan secara mandiri tanpa
bantuan dari guru atau orang lain.
Melakukan tugas yang diberikan atau
diperintahkan secara lancar.
37
3. Penetapan Level Kinerja
Penetapan level kinerja menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang hendak dicapai dari setiap indikator dalam kegiatan pengembangan diri.
Misalnya kriteria ketuntasan ditetapkan 3 (75%) berarti skor perolehan setiap
indikator dikatakan tuntas apabila mencapai skor 3 (75%) atau lebih.
Penghitungan skor untuk setiap indikator dapat dihitung dengan
membagi skor perolehan dengan skor maksimal dikalikan 4 (100%)
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑥 4 (100%)
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
B. Laporan Penilaian
Hasil pembelajaran pengembangan diri kemudian disimpulkan secara
keseluruhan.Kesimpulan tersebut dilaporkan kepada orang tua sebagai bentuk
informasi hasil pengembangan diri selama 6 bulan. Hasilnya kemudian akan
digunakan untuk pengembangan program pengembangan diri pada periode
selanjutnya.
38
Teknis penulisan laporan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Artinya bahwa hasil kegiatan pengembangan diri dilaporkan secara diskriptif
dan dilengkapi dengan angka berupa persentase keberhasilan. Adapun format
pelaporan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.
39
BAB V
PENUTUP
40
GLOSARIUM
1. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang secara pendidikan
memerlukan layanan yang spesifik berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
2. Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan di
bawah rata-rata.
3. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki PDBK sebagai baseline sebelum
merencanakan pembelajaran. Pengertian lainnya asesmen merupakan suatu
usaha yang bertujuan mengumpulkan berbagai informasitentang
perkembangan peserta didik, baik perkembangan dalam berbagai tugas
perkembangan maupun perkembangan dibidang akademik.
4. Augmentative komunikasi augmentative dan alternative adalah suatu strategi
untuk membantu peserta didik yang memiliki kelainan komunikasi yang berat
untuk dapat berpartisipasi penuh dalam peran sosial termasuk di dalamnya
interaksi interpersonal, belajar, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
5. Baseline adalah standard awal yang digunakan dalam menentukan awal
kegiatan pembelajaran.
6. Compensatory skill adalah keterampilan khusus yang diperuntukkan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan menguasai keterampilan ini
peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin.
7. Cronogical age adalah usia kalender
8. Identifikasi adalah proses menemukan dan menegnali peserta didik yang
diindikasikan memerlukan layanan pendidikan khusus.
9. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yangberisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahanpeserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
10. Mental age adalah usia mental
11. Pendidikan Inklusif adalah pendidikan bagi semua anak atau peserta didik
tanpa terkecuali, termasuk PDBK.
12. Pendidikan Khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kalaian phisik,
emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa
13. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) adalah peserta didik yang
memiliki kelaianan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa
14. Peserta didik tunagrahita adalah individu-individu yang memiliki kemampuan
intelektual di bawah rata-rata (rendah) disertai dengan hambatan dalam
penyesuaian perilaku yang terjadi selama masa perkembangannya yang
41
bersekolah di satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa (SLB), dan
yang bersekolah di satuan pendidikan (sekolah) penyelenggara pendidikan
inklusif.
15. Perilaku adaptif adalah perilaku yang berhubungan dengan kemampuan
berperilaku secara tepat sesuai usia dalam konteks sosial dan budaya tertentu.
16. Personal living skills adalah keterampilan melakukan aktifitas dalam
kehidupan sehari-hari seperti keterampilan makan, minum, berpakaian dan
kebersihan diri
17. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)
pembelajaran.
18. Program pengembangan diri merupakan kegiatan pembelajaran bagi peserta
didik tunagrahita dalam hal merawat diri, mengurus diri, menolong diri,
berkomunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup dan mengisi waktu luang.
Hal tersebut merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar.
19. Social living skills adalah ketrampilan sosial seperti keterampilan
menggunakan uang, bepergian ke tempat-tempat yang sudah dikenal dan
berinteraksi dengan orang lain.
42
DAFTAR PUSTAKA
Astati. (2010). Bina Diri untuk Anak Tunagrahita. Bandung: CV Catur Karya
mandiri.
Euis Nani, dkk. (2011). Bahan Ajar Tematik Bagi Anak Tunagrahita. Bandung :
Amanah Offset.
43