Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma pendidikan khusus saat ini terus berkembang menuju arah
yang lebih positif yang berlandaskan pada hak-hak dasar anak untuk
memperoleh pendidikan yang layak. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus
(Children with Special Needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas
dibandingkan dengan konsep Anak Luar Biasa (Exceptional Children). Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memerlukan layanan yang
secara spesifik berbeda karena adanya hambatan belajar dan hambatan
perkembangan.

Secara umum tujuan pendidikan bagi ABK adalah untuk


mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki oleh individu sehingga mampu
menampilkan eksistensi sebagai warga negara yang cakap dan mandiri. ABK
karena hambatan kecerdasan yang selanjutnya disebut “peserta didik
tunagrahita” adalah individu-individu yang secara signifikan memiliki
hambatan intelektual disertai dengan hambatan dalam penguasaan
keterampilan perilaku adaptif yang terjadi selama masa perkembangannya.
Hambatan keterampilan perilaku adaptif pada peserta didik tunagrahita dapat
dilihat pada dua areayaitu keterampilan menolong diri sendiri (personal living
skill) dan keterampilan dalam hubungan interpersonal dan keterampilan
dalam menggunakan fasilitas yang diperlukan setiap hari (social living skill).

Sebagai upaya mengatasi hambatan perilaku adaptif bagi peserta didik


tunagrahita dikembangkan Program Pengembangan Diri (PPD). Program
pengembangan diri bagi tunagrahita meliputi: keterampilan merawatdiri,
keterampilan menjaga keselamatan dan kesehatan, keterampilan
berkomunikasi, keterampilan bersosialisasi, keterampilan bekerja, dan
keterampilan menggunakan waktu luang di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. PPD diarahkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik

1
tunagrahita dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan kehidupan
dirinya sendiri sehingga mereka tidak membebani orang lain.

Dalam pelaksanaan program pengembangan diri perlu adanya standar


kemampuan untuk dapat mencapai kemampuan minimal yang
menggambarkan keterampilan yang dicapai, hal ini sebagai dasar untuk
mengetahui peningkatan, dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari atau
pengembangan diri peserta didik tunagrahita.

B. Landasan
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Satuan Pendidikan;
8. Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 01 Tahun 2008 tentang
Standar Proses Pendidikan Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita,
Tunadaksa, dan Tunalaras;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus;
10. Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 33 Tahun 2008 tentang
Standar Sarana dan Prasarana SDLB, SMPLB, dan SMALB;

2
11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya;
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan
Dasar dan Menengah;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 40 Tahun 2014
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMALB;
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 57 Tahun 2014
tentang Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 59 Tahun 2014
tentang Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 60 Tahun 2014
tentang Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Menengah;

3
24. Peraturan Menteri Pendidian dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014
Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
25. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
26. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 64 Tahun 2014 Tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah;
27. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 2014 Tentang Peran Guru Teknologi Informasi dan
Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013;
28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013;
29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014
Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
30. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014
Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah;
31. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 105 Tahun 2014
Tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
32. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014
Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
33. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 144 Tahun 2014
Tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik Dari Satuan Pendidikan dan
Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan
Ujian Nasional;

4
34. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 157 Tahun 2014
Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus;
35. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
36. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 159 Tahun 2014
Tentang Evaluasi Kurikulum;
37. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014
tentang Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun
2006 dan KTSP 2013;

C. Tujuan
Tujuan penulisan buku program pengembangan diri adalah untuk
menyediakan bahan acuan bagi guru dalam melaksanakan program
pengembangan diri pada satuan pendidikan khusus dan satuan pendidikan
reguler penyelenggara pendidikan inklusif.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang, landasan, tujuan dan
ruang lingkup penulisan.
Bab II Program Pengembangan Diri, menguraikan mengenai komponen
program pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita, meliputi
keterampilan merawat diri, keterampilan menolong diri, keterampilan
bekomunikasi, keterampilan bersosialisasi, keterampilan hidup dan
keterampilan menggunakan waktu luang. Selain itu juga menguraikan tentang
kompetensi dan indikator program pengembangan diri serta sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
Bab III Pelaksanaan Pengembangan Diri menguraikan prinsip
pelaksanaan, rambu-rambu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan dan program
pelaksanaan pengembangan diri.

5
Bab IV Penilaian dan Tindak Lanjut menguraikan penilaian dalam
program pengembangan diri prosedur dan pelaporan penilaian serta tindak
lanjut dari hasil penilaian.
Bab V Penutup, menguraikan kata-kata penutup buku program
pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita.

6
BAB II
PROGRAM PENGEMBANGAN DIRI

Program pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita dimaksudkan


untuk memberikan keterampilan perilaku adaptif. Melalui penguasaan
keterampilan perilaku adaptif diharapkan mereka dapat berperilaku sesuai dengan
usianya, pada konteks soial dan budaya dimana peserta didik tunagrahita tersebut
tinggal. Pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita mencakup keterampilan
merawat diri, keterampilan menjaga keselamatan dan kesehatan, keterampilan
bekomunikasi, keterampilan bersosialisasi, keterampilan bekerja dan keterampilan
menggunakan waktu luang.

A. Keterampilan Merawat Diri


Keterampilan merawat diri merupakan keterampilan dasar seseorang
dalam merawat dirinya sendiri. Contoh keterampilan merawat diri adalah
keterampilan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, membersihkan
telinga, dan lain-lain. Keterampilan merawat diri berkembang seiring
kematangan dan perkembangan anak. Pada perkembangan yang normal,
misalnya anak usia antara 3-4 tahun dapat menuang air ke dalam gelas,
mencuci tangan, melepas dan memakai baju.
Bagi peserta didik tunagrahita perkembangan keterampilan merawat
diri mengalami keterlambatan. Sehingga pada usia 5 atau 6 tahun peserta
didik tunagrahita misalnya belum mampu melepas dan memakai sepatu atau
memakai dan melepas baju. Keterlambatan dalam perkembangan
keterampilan merawat diri bagi peserta didik tunagrahita memerlukan
pendidikan dan pelatihan secara terprogram agar memiliki keterampilan
merawat diri sesuai usianya.

7
B. Keterampilan Menjaga Keselamatan dan Kesehatan
Keterampilan menjaga keselamatan dan kesehatan dibutuhkan untuk
menjaga dan melindungi individu yang bersangkutan dari penyakit dan
bahaya. Keterampilan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan mencakup
kemampuan mengikuti petunjuk atau prosedur keselamatan, penggunaan atau
pemakaian obat dan kemampuan mengikuti peringatan akan bahaya.
Termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan alat-alat elektronika,
keterampilan dalam menggunakan benda tajam seperti pisau, gunting, sabit
dan lain-lain, dan keterampilan mengikuti rambu lalu lintas, misalnya saat
menyeberang jalan.

C. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi bagi peserta didik tunagrahita merujuk pada
keterampilan berbahasa baik secara verbal maupun tertulis dalam konteks
komunikasi. Termasuk di dalamnya keterampilan dalam menyampaikan
pesan, keinginan atau perasaan baik secara verbal maupun menggunakan alat
bantu komunikasi misalnya Picture Ecchange Communication System
(PECS).

D. Keterampilan Bersosialisasi
Keterampilan bersosialisasi merujuk pada keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan peserta didik tunagrahita dalam menjalin interaksi dengan
orang lain. Termasuk di dalamnya keterampilan menjalin pertemanan,
mengungkapkan emosi atau perasaan, mengenali atau membaca emosi orang
lain, keterampilan membantu orang lain, dan mentaati norma sosial.

E. Keterampilan Kerja
Keterampilan kerja berbeda dengan keterampilan vokasional.
Keterampilan bekerja merujuk pada keterampilan yang mendukung
kesuksesan peserta didik tunagrahita dalam pekerjaannya. Sedangkan

8
keterampilan vokasional merujuk pada penguasaan individu pada satu jenis
pekerjaan, misalnya keterampilan untuk pekerjaan mencuci sepeda motor.
Keterampilan kerja dibutuhkan bagi peserta didik tunagrahita pada
jenjang pendidikan menengah. Termasuk di dalam keterampilan bekerja
adalah keterampilan mencari pekerjaan yang sesuai, memilih dan
merencanakan pekerjaan, menunjukkan perilaku yang sesuai di lingkungan
pekerjaan, dan kemampuan mempertahankan pekerjaan. Termasuk di
dalamnya kemampuan mengikuti jadwal kerja, keterampilan bekerja sama
dengan supervisi atau atasan, komitmen dalam menyelesaikan tugas dan
kerjasama dengan teman sejawat.

F. Keterampilan Menggunakan Waktu Luang


Keterampilan menggunakan waktu luang merujuk pada keterampilan
peserta didik menggunakan waktu luang untuk kegiatan rekreatif sesuai usia
perkembangan anak. Termasuk di dalamnya keterampilan bermain, baik
sendiri maupun bersama teman yang lain, di lingkungan sekolah dan di
lingkungan rumah.
Jenis permainan dan pilihan kegiatan pada waktu luang bagi peserta didik
tunagrahita mengikuti perkembangan usia anak. Pada usia di atau di kelas
awal sekolah dasar peserta didik tunagrahita memerlukan permainan dengan
aktivitas motorik, misalnya bermain puzel atau boneka. Pada usia sekolah
menengah pertama maka permainan dan aktivitas waktu luang berorientasi
pada permainan sosial dan bergabung dalam kelompok usia, misalnya
kelompok renang atau kelompok sepak bola.

G. Kompetensi dan Indikator


Untuk memberikan arah atau tujuan yang akan dicapai dalam
melaksanakan program pengembangan diri maka ditetapkan kemampuan, dan
indikator yang dapat dijadikan acuan oleh guru dalam merencanakan,
melaksanakan, dan menilai kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik
tunagrahita.

9
Kemampuan, dan indikator pengembangan diri untuk peserta didik
tunagrahita sebagai berikut.
Tabel 2.1 Tabel Kompetensi dan Indikator Program Pengembangan Diri

KOMPETENSI INDIKATOR
A. Merawat Diri  Mengenal alat makan dan minum
1. Mampu makan dan  Menggunakan alat makan dan minum
minum dalam  Makan menggunakan tangan
kehidupan sehari-hari  Makan menggunakan alat (sendok, dan garpu)
dengan cara yang benar  Makan makanan berkuah
 Makan makanan kemasan
 Minum menggunakan gelas atau cangkir
 Minum menggunakan sedotan
 Minum minuman dalam kemasan
 Makan di restoran atau resepsi
 Melakukan tatacara makan dan minum dengan
sopan
2. Mampu membersihkan  Memelihara kebersihan tangan dan kaki
dan menjaga kesehatan  Menggunakan toilet
badan dengan cara  Membersihkan diri setelah buang air kecil dan
yang benar besar
 Mencuci wajah
 Melakukan kegiatan mandi
 Menggosok gigi
 Melakukan cuci rambut
 Memelihara kebersihan telinga dan hidung
 Menggunakan pembalut wanita(wanita)
 Memelihara kuku
 Mencukur kumis dan jenggot
3. Mampu menanggalkan  Menanggalkan pakaian dalam
dan mengenakan  Mengenakan pakaian dalam
pakaian dengan cara  Menanggalkan pakaian luar
yang benar  Mengenakan pakaian luar
 Melepas sepatu dan kaus kaki
 Memakai sepatu dan kaus kaki
 Mengenakan asesoris pakaian
 Memilih pakaian sesuai kebutuhan
 Mengenakan pakaian sesuai kebutuhan
4. Mampu merias diri  Menyisir rambut
dengan cara yang  Menata rambut
benar  Merias wajah
 Mengenakan asesoris

10
KOMPETENSI INDIKATOR
B. Menjaga Keselamatan  Mengenal benda-benda berbahaya
dan Kesehatan  Mengenal binatang buas dan jinak
1. Mampu menjaga  Menghindarkan diri dari benda-benda berbahaya
keselamatan diri (tajam,runcing,licin,panas)
dengan baik  Menghindarkan diri dari binatang berbahaya
 Menghindarkan diri dari bencana alam
 Menjaga keselamatan dari dalam penggunaan
ruangan, naik turun tangga atau eskalator,
menggunakan lift
2. Mampu mengobati luka  Mengobati luka dari benda-benda berbahaya
dengan cara yang benar  Mengobati luka dari binatang berbahaya
C. Berkomunikasi  Berkomunikasi secara verbal atau lisan (tatap
1. Mampu muka)
berkomunikasi  Berkomunikasi secara audio-visual (dengan
dengan orang lain media)
secara verbal, dan  Menggunakan bahasa sesuai etika
tulisan dengan cara
yang benar
D. Bersosialisasi  Beradaptasi dengan teman
1. Mampu beradaptasi  Melakukan orientasi dan adaptasi dengan
di lingkungan lingkungan
keluarga, sekolah, dan  Melakukan kerjasama di lingkungan keluarga,
masyarakat dengan sekolah dan masyarakat
baik
E. Keterampilan Kerja  Mengenal alat masak
1. Mampu  Membuat minuman dingin
melaksanakan  Membuat minuman panas
kesibukan, dan  Memasak masakan sederhana
keterampilan  Merapikan tempat tidur
sederhana dalam  Menjaga kebersihan sekolah dan rumah
kehidupan sehari-hari
 Menjaga kebersihan pakaian
 Menjaga kerapihan pakaian
 Memelihara pakaian (memasang kancing, dll)
 Memelihara kebersihan perabot rumah tangga
 Menghemat penggunaan energi (listrik, air
bersih)
2. Mampu mengenal  Mengenal nilai uang
uang dengan baik  Mengenal fungsi uang
3. Mampu berbelanja  Membelanjakan uang sesuai dengan harga
dengan cara yang barang
benar

11
KOMPETENSI INDIKATOR
F. Menggunakan Waktu  Menggunakan waktu istirahat
Luang  Menggunakan waktu libur
1. Mampu  Berpartisipasi dalam pekerjaan di rumah
menggunakan waktu
luang dengan baik

H. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana program pengembangan diri bagi peserta didik
tunagrahita mengikuti kompetensi yang hendak diajarkan. Tabel berikut
memberi contoh kaitan antara kompetensi dan kebutuhan sarana dan
prasarana.

Tabel 2.2 Sarana dan Prasarana Program Pengembangan Diri


KOMPETENSI SARANA DAN PRASARANA
1. Mampu makan dan  Perangkat makan dan minum seperti piring,
minum dalam sendok, garpu, gelas, cangkir, mangkuk, dan
kehidupan sehari-hari lain-lain.
dengan cara yang benar  Ruang makan dan perabot pendukungnya seperti
meja dan kursi.
2. Mampu membersihkan  Perangkat mandi seperti handuk, sabun, sikat
dan menjaga kesehatan gigi, pasta gigi dan shampo.
badan dengan cara  Kamar mandi, toilet dan wastafel.
yang benar
3. Mampu menanggalkan  Pakaian dalam dan pakaian luar berbagai jenis,
dan mengenakan misalnya pakaian berkancing, beresleting, dan
pakaian dengan cara kaos, untuk laki-laki dan perempuan.
yang benar
4. Mampu merias diri  Seperangkat alat rias, seperti cermin, sisir,
dengan cara yang benar bedak, deodorant, krim pelembab dan lain-lain.

12
BAB III
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DIRI

A. Prinsip Pelaksanaan

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program


pengembangan diri adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan asesmen
Program pengembangan diri dikembangkan berdasarkan hasil dari
asesmen. Dalam konteks program pengembangan diri asesmen merupakan
suatu usaha yang bertujuan mengumpulkan berbagai informasi tentang
perkembangan peserta didik tunagrahita dalam aspek perilaku adaptif.
Adapun tujuan mengadakan asesmen adalah: (1) untuk menemukan
hal-hal yang sudah dimiliki (kekuatan) dan yang belum dimiliki
(kelemahan) peserta didik; (2) untuk menemukan kebutuhan peserta didik;
(3) untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik (baseline); (4) untuk
menyiapkan Program Pendidikan Individual (PPI); dan (5) untuk
menentukan strategi, lingkungan belajar, penilaian dan evaluasi, waktu dan
alat yang cocok atau sesuai digunakan.

2. Memperhatikan kesalamatan (safety)


Mengingat keterbatasan peserta didik tunagrahita dalam kehidupan
sehari-hari perlu ada bimbingan yang baik dalam pengembangan dirinya.
Dengan bimbingan yang baik dan terus menerus diharapkan kemampuan
pengembangan diri peserta didik tunagrahita akan meningkat. Dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan diri perlu diperhatikan keselamatan
peserta didik tunagrahita terutama dalam melaksanakan kegiatan
menolong diri.
Peserta didik tunagrahita perlu mengenal benda-benda berbahaya,
mengenal binatang buas dan jinak, menghindarkan diri dari benda-benda
berbahaya (tajam, runcing, licin, dan panas), menghindarkan diri dari

13
binatang berbahaya, menghindarkan diri dari bencana alam dan menjaga
keselamatan diri dalam penggunaan ruangan, naik turun tangga atau
eskalator, dan menggunakan lift. Misalnya dalam proses mengenalkan
benda-benda dan binatang berbahaya serta latihan menggunakan eskalator,
lift, atau naik turun tangga, guru perlu membimbing mereka dengan
segenap perhatian yang penuh agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.

3. Kehati-hatian (poise)
Prinsip kehati-hatian perlu dimiliki oleh setiap guru. Kehati-hatian
atau kewaspadaan sebagai sikap hati-hati guru untuk memenuhi tanggung
jawab profesional dengan kompetensi, dan ketekunan, khususnya dalam
melaksanakan kegiatan pengembangan diri peserta didik tunagrahita. Hal
ini berarti bahwa guru mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuan atau kompetensinya demi kepentingan
peserta didik tunagrahita secara konsisten, dan sesuai dengan tanggung
jawab profesinya. Kecermatan dan keseksamaan dalam melaksanakan
kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik tunagrahita sangat dituntut
untuk dimiliki oleh guru yang mengajar di setiap satuan pendidikan khusus
atau Sekolah Luar Biasa (SLB) dan satuan pendidikan (sekolah)
penyelenggara pendidikan inklusif.

4. Kemandirian (independent)
Menumbuhkan kemandirian peserta didik tunagrahita sangatlah
penting karena dengan memiliki kemandirian peserta didik tunagrahita
akan terbiasa mengerjakan kebutuhannya sendiri. Secara naluriah, peserta
didik tunagrahita mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi
ketergantungan (dependent) ke posisi bersifat mandiri (independent).
peserta didik tunagrahita yang mandiri akan bertindak dengan penuh rasa
percaya diri, dan tidak selalu mengandalkan bantuan orang lain atau orang

14
dewasa dalam bertindak. Kemandirian diartikan sebagai suatu sikap yang
ditandai dengan adanya kepercayaan diri dan terlepas dari
kebergantungan.Peserta didik tunagrahita yang mandiri akan mampu
melakukan aktivitasnya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang
lain. Kemandirian berkembang selain dipengaruhi oleh faktor intrinsik
(pertumbuhan dan kematangan individu itu sendiri) juga oleh faktor
ekstrinsik (melalui proses sosialisasi di lingkungan tempat inidividu
berada). Faktor intrinsik seperti kematangan individu, tingkat kecerdasan
dan faktor ekstrinsik adalah hal-hal yang berasal dari luar diri peserta didik
seperti perlakuan orang tua, guru, dan masyarakat.
Dalam proses menumbuhkan kemandirian tersebut kemampuan
peserta didik tunagrahita berbeda dengan kemampuan peserta didik pada
umumnya, mengingat keterbatasan yang dimilikinya. Untuk
mengembangkan kemandirian peserta didik tunagrahita tersebut maka
perlu adanya kegiatan pengembangan diri yang berupaya untuk membantu
kemandirian peserta didik tunagrahita. Untuk terwujudnya kemandirian
tersebut maka guru perlu berupaya secara maksimal dalam melaksanakan
serangkaian kegiatan yang mendukung kemandirian peserta didik
tunagrahita. Peserta didik tunagrahita mengalami hambatan dalam
kercerdasan maka target pengembangan kemandiriannya tentu harus
dirumuskan sesuai dengan potensi yang mereka miliki, sehingga dapat
dikatakan bahwa kemandirian bagi peserta didik tunagrahita adalah adanya
kesesuaian antara kemampuan yang aktual dengan potensi yang mereka
miliki. Jadi pencapaian kemandirian bagi peserta didik tunagrahita
tidakdapat diartikan sama dengan pencapaian kemandirian peserta
didikpada umumnya.

5. Berdasarkan keadaan lingkungan peserta didik atau tradisi yang berlaku di


sekitar peserta didik berada (traditional manner)
Peserta didik tunagrahita mengacu padafungsi intelektual umum
secara nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan

15
dalam adaptasi tingkah laku danberlangsung dalam masa perkembangan.
Dengan kondisi ini peserta didik tunagrahita tidak atau kurang dapat
bersosialisasi dengan teman-teman seusianya, dan masyarakat sekitarnya.
Di lingkungan atau tempat tinggal peserta didik tunagrahita, mereka harus
dapat bergaul atau bersosialisasi dengan baik. Setiap lingkungan atau
tempat tinggal memiliki tata tertib atau aturan dan tradisi yang perlu
dikenal, dipahami, dan dilaksanakan oleh semua warganya termasuk
peserta didik tunagrahita. Karena kemampuan peserta didik tunagrahita
yang berbeda, mereka terkadang dipandang aneh oleh anak-anak
seusianya, dan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Peserta
didik tunagrahita sering menjadi tontonan, dan menjadi bahan ejekan.
Untuk itulah maka kegiatan pengembangan diri peserta didik tunagrahita
perlu disesuaikan dengan keadaan lingkungan atau tradisi yang berlaku di
sekitar peserta didik sehingga mereka dapat beradaptasi secara optimal,
dan dapat dipahami serta diterima dengan baik oleh peserta didik
seusianya, serta masyarakat di lingkungannya.

6. Sesuai dengan usia (in appropriate)


Secara umum peserta didik tunagrahita memperlihatkan
kecerdasan, sosial, fungsi mental, dorongan, dan emosi, yang berbeda
dengan peserta didik pada umumnya. Dalam segi kecerdasan, kapasitas
belajarnya terbatas terutama pada hal-hal abstrak, mereka lebih banyak
belajar bukan dengan pengertian. Dalam segi sosial nampak sekali ketika
mereka bergaul, peserta didik tunagrahita tidak dapat bergaul atau bermain
dengan teman sebayanya, karena mengalami kesulitan dalam merawat diri,
mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan
lingkungannya. Dalam segi fungsi mental sulit memusatkan perhatian,
mudah lupa, dan sering menghindari diri dari perbuatan berpikir. Dalam
segi dorongan dan emosi, peserta didik tunagrahita jarang memiliki
perasaan bangga, tanggung jawab, dan penghayatan. Bagi peserta didik
tunagrahita ringan secara fisik tidak ada perbedaan dengan peserta didik

16
pada umumnya, namun keberfungsian fisik kurang dari peserta didik pada
umumnya. Sementara bagi peserta didik tunagrahita berat hampir-hampir
tidak mampu untuk menghindari bahaya, dan mempertahankan diri.
Sehubungan dengan hambatan yang dimiliki atau disandangnya,
kemampuan usia mental (mental age) peserta didik tunagrahita tidak
seiring dengan kemampuan usia kalendernya (cronogical age).
Perkembangan kemampuan peserta didik tunagrahita berbeda dengan
perkembangan kemampuan peserta didik pada umumnya.
Permasalahan bagi peserta didik tunagrahita, diantaranya kesulitan
dalamkehidupan sehari-hari seperti dalam melakukan kegiatan
pengembangan diri. Masalah lainnya yaitu penyesuaian diri. Peserta didik
tunagrahita mengalami kesulitan dalam hubungan dengan kelompok
maupun dengan individu di sekitarnya. Peserta didik tunagrahita
cenderung dijauhi oleh lingkungannya dan tidak diakui secara penuh
sebagai individu. Hal ini berakibat pada pembentukan kepribadiannya.
Karena itu mereka membutuhkan latihan pengembangan kemampuan
adaptasi dengan lingkungan, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Untuk itulah maka peserta didik tunagrahita perlu mendapat
kegiatan pengembangan atau latihan yang rinci, dan rutin mengenai
kegiatan pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan
perlu disesuaikan dengan hasil asesmen peserta didik tunagrahita, karena
mereka seyogyanya dapat bersosialisasi secara optimal dengan teman-
teman seusianya.

7. Modifikasi alat dan cara atau strategi (contrivance and strategy


modification)
Arti modifikasi secara umum adalah mengubah atau menyesuaikan.
Modifikasi merupakan suatu usaha perubahan yang dilakukan berupa
penyesuaian-penyesuaian baik dalam bentuk fasilitas dan perlengkapan
atau dalam metoda, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian.

17
a. Modifikasi alat pengembangan diri
Modifikasi alat dalam pelaksanaan pengembangan diri akan berfungsi
sebagai alat untuk latihan pengembangan diri, dan alat untuk kegiatan
asesmen. Oleh sebab itu dalam pengadaan alat pengembangan diri
tidak secara langsung untuk pengembangan secara khusus tetapi harus
berkaitan dengan alat-alat untuk mengembangkan kemampuan
sensorimotor dan persepsi sebagai kemampuan dasar.
Alat-alat yang dibutuhkan yaitu:
1) alat-alat yang berkaitan dengan kemampuan prasyarat antara lain
alat latihan motorik kasar, alat latihan motorik halus, alat
koordinasi mata-tangan, dan alat latihan kemampuan persepsi; dan
2) alat-alat pengembangan diri antara lain alat-alat makan dan minum,
menghidangkan makanan, berpakaian, kebersihan, dan alat latihan
sosialisasi.
b. Modifikasi cara
Modifikasi cara pengembangan diri peserta didik tunagrahita adalah
keseluruhan usaha termasuk perencanaan, dan taktik dalam
pengembangan diri untuk mencapai tujuan pengembangan atau
kompetensi yang diharapkan.
Modifikasi cara dalam pengembangan diri peserta didik tunagrahita
antara lain kegiatan pengembangan diri yang diindividualisasikan.
Peserta didik tunagrahita dapat belajar bersama-sama dalam satu kelas
atau kelompok tetapi dalam kegiatan pengembangan diri dapat
dilakukan oleh guru khusus, dan didukung oleh guru mata pelajaran.
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengembangan diri antara lain
metode demonstrasi, tanya jawab, penugasan, dan latihan. Beberapa
teknik pengembangan diri yang digunakan antara lain dengan
menyuruh peserta didik tunagrahita melakukan tingkah laku yang
dimaksud melalui kata-kata, mimik, dan bantuan tangan (promting).
Guru dapat melakukan teknik dengan menyuruh peserta didik
tunagrahita melakukan sesuatu dengan mencontoh tingkah laku yang

18
diperagakan atau didemonstrasikan guru (modeling). Guru menyuruh
peserta didik tunagrahita untuk melakukan sesuatu sesuai dengan peran
yang ditugaskannya (roleplaying). Teknik lainnya yaitu guru dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan tugas-tugasnya yang ada pada pojok
atau sudut belajar.
Dalam melaksanakan pengembangan diri bagi peserta didik
tunagrahita, guru memberikan pujian atau hadiah (reinforcement).

7. Melaksanakan analisis tugas (task analysis)


a. Pengertian
Analisis tugas merupakan prosedur yang dapat dipakai untuk
mengerjakan tugas tertentu yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan
pengembangan diri peserta didik tunagrahita. Dengan kata lain analisis
tugas adalah upaya mengadakan rincian dari satu keterampilan menjadi
langkah-langkah atau tugas-tugas kecil yang memungkinkan peserta
didik mudah untuk melaksanakannya.

b. Jenis analisis tugas


Analisis tugas yang dikenal yaitu analisis tugas pecahan, aliran, dan
generalisasi. Analisis tugas yang sering digunakan adalah tugas jenis
aliran yaitu jenis tugas yang langkah-langkahnya dibuat secara rinci
dari awal sampai akhir. Tiap langkah harus benar-benar mampu
dilakukan dahulu oleh peserta didik, dan baru pindah pada tugas
berikutnya.

c. Cara membuat analsis tugas


Cara membuat analisis tugas sebagai berikut.
1) Menentukan tujuan dengan menentukan kemampuan yang
diharapkan dicapai peserta didik pada akhir program (dapat, dapat
dengan bantuan, dan tidak dapat serta menuliskan keterangan yang
dianggap perlu pada setiap aspek yang dianalisis).

19
2) Membagi tugas menjadi tugas yang kecil-kecil (aspek yang
dianalisis).

B. Rambu-rambu Pelaksanaan
Rambu-rambu pelaksanaan program pengembangan diri bagi peserta
didik tunagrahita sebagai berikut.
1. Pengembangan diri dibuat tidak berdasarkan jenjang, satuan pendidikan,
dan tingkatan kelas. Program pengembangan diri disusun berdasarkan
hasil asesmen.
2. Metode, alat pengembangan atau pembelajaran, dan evaluasi diserahkan
sepenuhnya kepada guru.
3. Proses pengembangan dilaksanakan dengan mengutamakan aspek motorik
dan psikomotor.
4. Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan secara
berurutan, tetapi guru diberi wewenang untuk memilih sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik.

B. Prosedur Pelaksanaan

Pengembangan diri dilaksanakan secara terprogram dan sesuai dengan


kemampuan peserta didik tunagrahita. Prosedur pelaksanaan pengembangan
diri dimulai dengan asesmen. Asesmen digunakan untuk mengetahui
kemampuan saat ini dari individu peserta didik tunagrahita dalam aspek-
aspek pengembangan diri. Hasil assemen ini didokumentasikan kedalam
profil individu peserta didik. Berdasarkan profil ini dilakukan analisis terkait
dengan kompetensi dan indikator program pengembangan diri. Berdasarkan
hasil analisis ini dapat ditetapkan prioritas kompetensi yang akan dicapai
dalam satu semester ke depan. Alur selanjutnya sesuai dengan bagan alur
berikut, yaitu dilakukan perencanaan kegiatan pengembangan diri,
pelaksanaan dan penilaian. Pada tahap penilaian sekaligus memberi informasi
balikan sebagaimana tahapan asesmen. Bagian ahir dari prosedur kegiatan

20
pengembangan diri adalah pembuatan laporan. Lebih lanjut dapat dilihat pada
gambar alur berikut ini.

PESERTA Asesmen
DIDIK
ASESMEN
Kompetensi PROFIL

PERKEMBANGAN
KOMPETENSI

MERENCANAKAN
KEGIATAN
PENGEMBANGAN DIRI

PELAKSANAAN
KEGIATAN
PENGEMBANGAN DIRI

PENILAIAN DAN
EVALUASI KEGIATAN
PENGEMBANGAN DIRI

LAPORAN KEGIATAN
PENGEMBANGAN

Gambar2.1 prosedur pelaksanaan program pengembangan diri.

C. Pelaksanaan Pengembangan Diri


Berdasarkan kompetensi dan indikator yang ada dalam pengembangan diri,
maka contoh pelaksanaan pengembangan diri dapat dilaksanakan dengan
program sebagai berikut.

21
Contoh Program Pengembangan Diri
Satuan Pendidikan : SDLB-C
Bidang Pengembangan : Merawat diri
Waktu : 4 JPL setiap minggu
1. Kompetensi
Mampu makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang
benar
2. Indikator
a. Mengenal alat makan dan minum
b. Menggunakan alat makan dan minum
c. Memilih alat dan bahan untuk makan-minum yangbiasa digunakan
d. Melakukan kegiatan makan dengan menggunakan tangan
e. Melakukan kegiatan makan dengan menggunakan alat sendok, dan
garpu
f. Melakukan kegiatan makan makanan berkuah
g. Melakukan kegiatan makan dari makanan kemasan
h. Melakukan kegiatan minum dengan menggunakan gelas atau cangkir
i. Melakukan kegiatan minum dengan menggunakan sedotan
j. Melakukan kegiatan minum minuman kemasan
k. Melakukan makan-minum diberbagai tempat makan (restoran atau
resepsi)
l. Melayani sendiri makan-minum di meja makan
m. Menata makanan dan minuman sendiri dan orang lain
n. Menyajikan makanan-minuman sendiri dan orang lain
o. Melakukan tatacara makan dan minum dengan sopan
3. Tujuan
a. Peserta didik mampu mengenal alat makan dan minum dengan benar
b. Peserta didik mampu menggunakan alat makan dan minum dengan
benar

22
c. Peserta didik mampu memilih alat dan bahan makan-minum yang
digunakan sehari-hari dengan tepat
d. Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan dengan menggunakan
tangan
e. Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan dengan menggunakan
alat sendok, dan garpu
f. Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan makanan berkuah
dengan tertib
g. Peserta didik mampu melakukan kegiatan makan dari makanan
kemasan
h. Peserta didik mampu melakukan kegiatan minum dengan menggunakan
gelas atau cangkir
i. Peserta didik mampu melakukan kegiatan minum dengan menggunakan
sedotan
j. Peserta didik mampu melakukan kegiatan minum minuman kemasan
k. Peserta didik mampu melakukan makan-minum diberbagai tempat
makan (restoran atau resepsi)
l. Peserta didik mampu melayani sendiri makan-minum di meja makan
m. Peserta didik mampu menata makanan dan minuman di meja makan
n. Peserta didik mampu menyajikan makanan-minuman sendiri dan orang
lain
o. Melakukan tata cara makan dan minum dengan sopan
4. Pendekatan, Strategi, Metode
a. Pendekatan : individual
b. Strategi : starategi pembelajaran langsung
c. Metode : demonstrasi, tanya jawab, tugas, latihan dan praktik
langsung
5. Materi
a. mengenal alat makan dan minum
b. menggunakan alat makan dan minum
c. bahan-bahan makanan dan minuman

23
d. tata cara makan menggunakan tangan
e. tata cara makan makanan berkuah
f. makanan dan minuman kemasan
g. menata meja makan
h. menyajikan makanan
i. cara makan yang sopan
j. makan-minum di restoran atau tempat resepsi

6. Sumber, dan Media/Alat


a. Media/Alat : Sendok, garpu, piring, gelas, lap, nasi, lauk, sayur,
makanan dan minuman kemasan.
7. Pelaksanaan Program
a. Pendahuluan
- Mengondisikan peserta didik ke dalam situasi belajar
- Melakukan tanya jawab tentang kebiasaan makan yang dilakukan
peserta didik dan peralatan yang digunakan.
b. Kegiatan Inti
(1) Peserta didik mengamati, dan menunjukkan alat makan dan
minum.
(2) Menyebutkan nama alat makan dan minum.

Gambar 1
Alat makan dan minum

24
(3) Peserta didik memilih peralatan makan dan minum serta bahan
makanan dan minuman yang biasa digunakan sehari-hari.
(4) Guru memperagakan cara memegang sendok dan garpu, yaitu
sendok dipegang oleh tangan kanan dan garpu dipegang oleh
tangan kiri, cara memegangnya seperti memegang pensil atau
pulpen pada waktu menulis, dan setelah selesai menggunakan
sendok dan garpu disimpan secara menyilang dengan posisi
telungkup
(5) Peserta didik praktik memegang sendok dan garpu sesuai dengan
bimbingan guru
(6) Guru memperagakan cara memegang gelas dan cangkir dengan
tangan kanan, untuk gelas yang mempunyai kaki dipegang pada
bagianatas kakinya dan gelas yang tanpa kaki dipegang pada
bagian bawah, menggunakan 5 jari. Sedangkan cara memegang
cangkir dipegang pada tangkainya.
(7) Peserta didik praktik memegang alat minum gelas dan cangkir.

Gambar 2
Cara menggunakan alat makan dan minum
(8) Peserta didik melakukan praktik makan menggunakan tangan
dengan bimbingan guru dengan tahapan kegiatan:
- cuci tangan ke dalam mangkuk;
- membaca do’a sebelum makan;
- mengambil nasi dari tempat nasi ke piring;
- mengambil lauk dari yang terdekat ke piring;

25
- mengambil nasi dan lauk dengan tangan dan memasukkannya
ke dalam mulut;
- makan harus habis dan piring harus bersih;
- membaca doa setelah selesai makan;
- mencuci tangan;
- mengelap tangan dan mulut dengan serbet;
- peserta didik mencuci peralatan makan-minum yang telah
digunakan dan menyimpan kembali pada tempatnya dengan

- rapi.

Gambar 3
Peserta Didik Makan Menggunakan Tangan

(9) Peserta didik melakukan kegiatan makan menggunakan alat


sendok dan garpu dengan bimbingan guru dengan tahapan:
- mencuci tangan dan mengenakan approne;
- membaca doa sebelum makan;
- mengambil nasi dari tempat nasi ke piring;
- mengambil lauk dari yang terdekat ke piring;
- memegang sendok dengan tangan kanan, garpu dipegang
dengan tangan kiri;
- menghabiskan makanan yang ada di piring;

26
- setelah selesai makan sendok, dan garpu disimpan bersilang
dengan posisi telungkup;
- membaca doa setelah selesai makan;
- mencuci tangan;
- mengelap tangan dengan serbet;
- mencuci peralatan makan yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.

Gambar 4
Makan menggunakan sendok dan garpu

(10) Peserta didik melakukan kegiatan makan makanan berkuah


dengan bimbingan guru dengan tahapan:
- mencuci tangan dan mengenakan approne;
- membaca doa sebelum makan;
- mengambil sup atau makanan berkuah menggunakan sendok
sup dengan tidak tumpah;
- mengambil satu sendok sup atau makanan berkuah ke dalam
mulut mulai dari bagian samping sendok;
- membaca doa setelah selesai makan;
- mencuci tangan;
- melap tangan, dan mulut dengan serbet.
- mencuci peralatan makan yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.

27
Gambar 5
Cara makan makanan berkuah
(11) Guru mengenalkan macam-macam makanan kemasan, masa
kadaluarsa pada makanan kemasan, dan memberitahukan
makanan kemasan yang tidak boleh dimakan apabila makanan
sudah habis masa kadaluarsanya.
(12) Guru memperagakan cara membuka makanan kemasan.
(13) Peserta didik latihan membuka makanan kemasan dengan
bimbingan guru.
(14) Memperagakan atau mendemonstrasikan cara makan makanan
dalam kemasan dengan tangan atau sendok.
(15) Setelah selesai makan, peserta didik membuang kemasan
makanan ke tempat sampah.

Gambar 6
Makan makanan kemasan

28
(16) Peserta didik melakukan kegiatan minum menggunakan gelas
atau cangkir, dengan tahapan:
- pegang badan gelas (untuk gelas tanpa kaki) dengan kelima
jari, sedangkan untuk memegang cangkir pegang bagian
tangkainya.
- dekatkan ke mulut lalu teguk perlahan-lahan, dan tidak
tergesa-gesa.
- simpan kembali gelas atau cangkir dengan rapi.
- mencuci peralatan minum yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.

Gambar 7
Cara minum dengan menggunakan gelas, dan cangkir

(17) Peserta didik melakukan kegiatan minum menggunakan sedotan,


dengan tahapan:
- siapkan sedotan dan gelas yang berisi minuman atau air;
- masukkan sedotan ke dalam gelas yang berisi minuman atau
air;
- peserta didik latihan menyedot minuman atau air di dalam
gelas dengan memegang sedotan di bagian atas dengan tangan
kanan;
- membuang sedotan yang sudah digunakan ke tempat sampah;

29
- mencuci peralatan minum yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.
(18) Guru mengenalkan minuman dalam kemasan, mengenalkan masa
kadaluarsa pada minuman kemasan, dan memberitahukan
minuman kemasan yang tidak boleh dikonsumsi apabila sudah
habis masa kadaluarsanya.
(19) Memperagakan cara membuka minuman kemasan kemasan botol
plastik, dengan tahapan:
- buka segel kemasan, kemudian putar tutup botol menggunakan
kedua tangan (satu tangan memegang badan botol, satu tangan
memegang tutup botol) lalu putar secara berlawanan;
- pegang badan botol dengan kelima jari tangan lalu teguk air
minum kemasan;
- remas kemasan botol plastik yang sudah kosong lalu buang ke
tempat sampah.
(20) Memperagakan cara membuka minuman kemasan kaleng, dengan
tahapan:
- lap terlebih dahulu kemasan minuman sampai bersih.
- tarik bagian tutup kemasan kaleng ke atas.
- teguk minuman dari dalam kemasan atau tuangkan minuman ke
dalam gelas kemudian minum seperti biasa.
- remas kemasan kaleng yang sudah kosong lalu buang ke tempat
sampah.

Gambar 8
Cara membuka minumankemasan kaleng

30
(21) Menjelaskan tata cara makan di restoran atau resepsi
a) Sebelum jamuan
(1) Hindari bicara dengan satu orang saja.
(2) Kendalikanintonasi suara saat berbicara dan saat tertawa.
Jangan berbicara terlalu keras atau terbahak-bahak
sehingga mengundang perhatian oranglain.
(3) Duduklah di tempat yang telah disediakan.
b) Tata cara duduk
(1) Posisi badan tegap.
(2) Kursi jangan terlalu dekat dengan meja makan.
(3) Tangan tidak boleh dilipat di atas meja, tetapi letakkan di
pangkuan.
(4) Kaki tidak boleh menyilang, dilipat atau dijulurkan
kedepan.
(5) Ketika duduk, tidak boleh melirik-lirik ke kiri dan ke
kanan.
(6) Saat duduk tidak boleh memainkan peralatan makan yang
ada.
c) Tata cara menggunakan serbet
(1) Apabila tidak ada petugas maka lakukan sendiri membuka
serbet, lalu letakkan di atas pangkuan.
(2) Serbet dipergunakan hanya untuk membersihkan bagian
mulut atau bibir yang kotor dengan menggunakan tangan
kanan atau kedua tangan.
(3) Serbet tidak boleh digunakan untuk menyeka keringat,
mengelap ingus ataupun membersihkan peralatan makan
yang kotor. Apabila menemukan hal demikian, maka
minta tolonglah kepada petugas untuk mengganti.

31
d) Tata cara makan di restoran atau resepsi
(1) Makanlah makanan sesuai ukuran yang dapat dikunyah
(bite size), jangan memakan makanan yang ukurannya
terlalu besar tanpa dipotong terlebih dahulu.
(2) Telanlah makanan yang ada di mulut sebelum mulai
memakan makanan berikutnya.
(3) Bila menggunakan sauce yang terpisah, pastikan anda
mencelupkan makanan kedalam sauce boat/dish.
(4) Untuk makanan yang memang menggunakan tangan
secara langsung seperti bruchetta atau chicken drummets,
maka habiskan makanan yang dipegang sebelum
mengambil yang berikutnya.
(5) Mulailah menyantap hidangan bila semua orang telah
mendapat makanan mereka masing-masing.
(6) Hindarimeninggalkan meja makan saat jamuan telah
dimulai.

Gambar 9
Makan di restoran atau resepsi

32
(22) Melakukan tatacara makan dan minum dengan sopan
Setiap daerah memiliki aturan tata cara makan yang berbeda-beda.
Namun, ada beberapa aturan dasar yang terdapat di setiap tata cara
makan dan minum.
a) Tata cara makan
(1) Makan dengan mulut yang tertutup saat mengunyah
makanan.
(2) Berbicara dengan volume suara yang rendah.
(3) Tutupi mulut saat batuk atau bersin.
(4) Tidak boleh menyandarkan punggung di sandaran kursi.
(5) Tidak boleh menimbulkan suara saat mengunyah
makanan.
(6) Tidak boleh memainkan makanan dengan peralatan
makan.
(7) Tidak boleh mengejek cara makan orang lain.
(8) Jangan bersedekap di meja makan.
(9) Meminta ijin apabila akan meninggalkan meja makan.
(10) Tidak boleh menatap mata orang lain saat dia sedang
makan.
(11) Meminta ijinlah saat anda benar akan menjawab telepon,
dan meminta maaflah saat kembali.
(12) Letakkan garpu di sebelah kiri dan sendok di disebelah
kanan bersama-samadi arah jam 5 di atas piring dengan
bagian pisau yang tajam menghadap kedalam untuk
menandakan bahwa selesai makan.
(13) Tidak boleh mengambil makanan dari piring orang lain
dan tidak boleh memintanya juga.
(14) Telan semua makanan yang ada di mulut sebelum
minum.
(15) Tidak boleh menggunakan tangan saat mengambil
makanan yang tersisa didalam mulut, gunakan tusuk gigi.

33
b) Tata cara minum
(1) Sebelum minum bersihkan mulut dari sisa-sisa makanan.
(2) pastikan tidak ada makanan di dalam mulut.
(3) Waktu minum, tidak sedang makan sesuatu.
(4) Jangan berkumur menggunakan air minum.
(5) Air minum yang sudah masuk ke mulut tidak boleh
dituangkan lagi ke dalam gelas.
(6) Minumlah secukupnya pada waktu makan, agar perut
tidak terasa penuh.
(7) Mencuci peralatan minum yang telah digunakan, dan
mengembalikan pada tempatnya.

Gambar 10
Cara minum yang sopan

c. Penutup
 Melakukan refleksi seluruh aktivitas pembelajaran yang telah
dilakukan
 Guru mengakhiri pelajaran

34
d. Penilaian
Guru mencatat hasil pengamatan atas respon yang diberikan peserta
didik untuk setiap indikator yang diajarkan. Berikut contoh lembar
penilaian untuk satu indikator.

CONTOH LEMBAR PENILAIAN

Nama Anak : .......................................... Kelas : ......................................

Sekolah : ........................................... Guru : ......................................

Indikator : Makan dengan menggunakan tangan


No. Tahap Kegiatan Skor
4 3 2 1
1. Mencuci tangan ke dalam mangkuk
2. Membaca do’a sebelum makan
3. Mengambil nasi dari tempat nasi ke piring
4. Mengambil lauk dari yang terdekat ke piring
5. Mengambil nasi dan lauk lalu dengan tangan
dan memasukkannya ke dalam mulut
6. Menghabiskan makanan yang diambil di piring
sampai bersih
7. Membaca doa setelah selesai makan
8. Mencuci tangan
9. Mengelap tangan dan mulut dengan serbet

35
BAB V
PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT

A. Prosedur Penilaian
Penilaian yang paling sesuai untuk program pengembangan diri bagi
peserta didik tunagrahita adalah penilaian kinerja. Memalui penilaian kinerja
peserta didik tunagrahita dinilai keterampilannya dalam berperilaku adaptif
pada situasi yang sealamiah mungkin dalam kehidupan sehari-hari.
Prosedur penilaian kinerja terdiri dari tiga tahapan, yaitu penetapan tugas,
penyusunan rubrik dan penetapan level kinerja.

1. Penetapan Tugas
Tugas secara khusus diberikan kepada peserta didik tunagrahita sesuai
kompetensi dan indikator yang ditargetkan. Tugas yang diberikan dilakukan
pada keadaan yang sesungguhnya, bukan simulasi. Sebagai contoh untuk
indikator mencuci kaki maka tugas yang diberikan kepada peserta didik
tunagrahita adalah mencuci kaki di kamar mandi. Dengan demikian tugas
yang diberikan kepada peserta didik tunagrahita harus khusus, jelas dan
langsung dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menyusun Rubrik Penilaian


Rubrik penilaian merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai
suatu tugas yang diberikan kepada peserta didik. Melalui rubrik penilaian
guru dapat memberikan skor dari kinerja yang ditampilkan atau ditunjukkan
oleh peserta didik. Rubrik untuk menilai kecakapan peserta didik
tunagrahita dalam kegiatan pengembangan diri dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori yaitu mandiri, dengan bantuan verbal, dengan
bantuan fisik, dan dengan bantuan verbal dan fisik.
Lebih rinci indikator perilaku untuk setiap kategori dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.

36
Tabel 5.1 Rubrik Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri
Skor Kategori Indikator Perilaku
4 Mandiri  Melakukan tugas yang diberikan atau
diperintahkan secara mandiri tanpa
bantuan dari guru atau orang lain.
 Melakukan tugas yang diberikan atau
diperintahkan secara lancar.

3 Dengan bantuan  Melakukan tugas yang diberikan atau


verbal diperintahkan dengan bantuan verbal atau
bimbingan secara verbal dari guru atau
orang lain.

2 Dengan bantuan  Melakukan tugas yang diberikan atau


fisik diperintahkan dengan bantuan fisik atau
bimbingan secara fisik secara langsung
dari guru atau orang lain.

1 Dengan bantuan  Melakukan tugas yang diberikan atau


verbal dan fisik diperintahkan dengan bantuan verbal dan
fisik secara langsung dari guru atau orang
lain.

Berikut disajikan contoh format penilaian dari indikator mencuci kaki.

Tabel 5.2 Format Penilaian Mencuci Kaki


No. Tahap Kegiatan Skor
4 3 2 1
1. Menyiram kaki dengan air
2. Mengambil sabun
3. Menggosok kaki satu per satu
4. Mengembalikan sabun
5. Menyiram kaki dengan air
6. Mengeringkan kaki dengan lap atau
handuk

37
3. Penetapan Level Kinerja
Penetapan level kinerja menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang hendak dicapai dari setiap indikator dalam kegiatan pengembangan diri.
Misalnya kriteria ketuntasan ditetapkan 3 (75%) berarti skor perolehan setiap
indikator dikatakan tuntas apabila mencapai skor 3 (75%) atau lebih.
Penghitungan skor untuk setiap indikator dapat dihitung dengan
membagi skor perolehan dengan skor maksimal dikalikan 4 (100%)

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑥 4 (100%)
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Sebagai contoh untuk indikator mencuci kaki, seorang peserta didik


memiliki skor perolehan sebesar 20 sedangkan skor maksimalnya 24 maka
dapat dihitung skor peserta didik tersebut untuk indikator mencuci kaki
adalah 3,33 atau 83,33% . Dengan demikian untuk indikator mencuci kaki
sudah dicapai dengan tuntas oleh peserta didik yang bersangkutan.
Secara keseluruhan rata-rata capaian kemampuan peserta didik untuk
setiap indikator dalam satu kompetensi dapat dikelompokkan dalam kategori
huruf sebagai berikut.
3,51 sd 4 (>87,5 % - 100%) = Kelompok A (Sangat Baik)

2,51 sd 3,50 (>62,5 % - 87,5 %) = Kelompok B (Baik)

1,51 sd 2,50 (>37,5% sd 62,5% ) = Kelompok C (Cukup)

1 sd 1,5 (<25% sd 37,5% ) = Kelompok D (Kurang)

B. Laporan Penilaian
Hasil pembelajaran pengembangan diri kemudian disimpulkan secara
keseluruhan.Kesimpulan tersebut dilaporkan kepada orang tua sebagai bentuk
informasi hasil pengembangan diri selama 6 bulan. Hasilnya kemudian akan
digunakan untuk pengembangan program pengembangan diri pada periode
selanjutnya.

38
Teknis penulisan laporan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Artinya bahwa hasil kegiatan pengembangan diri dilaporkan secara diskriptif
dan dilengkapi dengan angka berupa persentase keberhasilan. Adapun format
pelaporan yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut.

Tabel 5.3 Format Laporan Program Pengembangan Diri


Aspek Kompetensi Kemampuan Deskripsi Kemampuan
(A,B,C,D)
Merawat 1. .... ..............................................
Diri 2 . ... ..............................................
Menjaga 1. ... ..............................................
Keselamatan 2. ... ..............................................
dan
Kesehatan
... ...

39
BAB V
PENUTUP

Program pengembangan diri merupakan hal yang sangat penting untuk


mengantarkan peserta didik tunagrahita dalam melakukan pengembangan dirinya,
sehingga perlu dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan. Banyak
faktor pendukung yang dapat mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan
program ini, antara lain adalah faktor guru yang perlu mengenal, memahami dan
terampil dalam mengembangkan diri peserta didik tunagrahita. Oleh karena itu
maka guru sebagai pemegang kunci utama dalam penyelenggaraan program ini
perlu dibekali kompetensi yang lebih spesifik dalam merencanakan,
melaksanakan dan menilai serta mengevaluasi progran pengembangan diri.
Faktor pendukung lainnya adalah prasarana yang memadai atau ruang
pengembangan diri yang dapat dijadikan tempat kegiatan, sarana atau
perlengkapan serta media atau alat-alat pengembangan diri yang perlu disediakan
secara lengkap sesuai dengan kebutuhan peserta didik tunagrahita.
Semoga dengan adanya buku program pengembangan diri untuk peserta
didik tunagrahita dapat dijadikan acuan oleh semua guru yang bertugas pada
satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa, satuan pendidikan (sekolah)
penyelenggarapendidikan inklusif, dan pihak-pihak lainnya dalam
menyelenggarakan pengembangan diri yang disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik tunagrahita.

40
GLOSARIUM
1. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang secara pendidikan
memerlukan layanan yang spesifik berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
2. Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan di
bawah rata-rata.
3. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal yang dimiliki PDBK sebagai baseline sebelum
merencanakan pembelajaran. Pengertian lainnya asesmen merupakan suatu
usaha yang bertujuan mengumpulkan berbagai informasitentang
perkembangan peserta didik, baik perkembangan dalam berbagai tugas
perkembangan maupun perkembangan dibidang akademik.
4. Augmentative komunikasi augmentative dan alternative adalah suatu strategi
untuk membantu peserta didik yang memiliki kelainan komunikasi yang berat
untuk dapat berpartisipasi penuh dalam peran sosial termasuk di dalamnya
interaksi interpersonal, belajar, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
5. Baseline adalah standard awal yang digunakan dalam menentukan awal
kegiatan pembelajaran.
6. Compensatory skill adalah keterampilan khusus yang diperuntukkan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus. Dengan menguasai keterampilan ini
peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin.
7. Cronogical age adalah usia kalender
8. Identifikasi adalah proses menemukan dan menegnali peserta didik yang
diindikasikan memerlukan layanan pendidikan khusus.
9. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yangberisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahanpeserta didik
yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
10. Mental age adalah usia mental
11. Pendidikan Inklusif adalah pendidikan bagi semua anak atau peserta didik
tanpa terkecuali, termasuk PDBK.
12. Pendidikan Khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kalaian phisik,
emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa
13. Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) adalah peserta didik yang
memiliki kelaianan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa
14. Peserta didik tunagrahita adalah individu-individu yang memiliki kemampuan
intelektual di bawah rata-rata (rendah) disertai dengan hambatan dalam
penyesuaian perilaku yang terjadi selama masa perkembangannya yang

41
bersekolah di satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa (SLB), dan
yang bersekolah di satuan pendidikan (sekolah) penyelenggara pendidikan
inklusif.
15. Perilaku adaptif adalah perilaku yang berhubungan dengan kemampuan
berperilaku secara tepat sesuai usia dalam konteks sosial dan budaya tertentu.
16. Personal living skills adalah keterampilan melakukan aktifitas dalam
kehidupan sehari-hari seperti keterampilan makan, minum, berpakaian dan
kebersihan diri
17. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)
pembelajaran.
18. Program pengembangan diri merupakan kegiatan pembelajaran bagi peserta
didik tunagrahita dalam hal merawat diri, mengurus diri, menolong diri,
berkomunikasi, bersosialisasi, keterampilan hidup dan mengisi waktu luang.
Hal tersebut merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar.
19. Social living skills adalah ketrampilan sosial seperti keterampilan
menggunakan uang, bepergian ke tempat-tempat yang sudah dikenal dan
berinteraksi dengan orang lain.

42
DAFTAR PUSTAKA

Astati. (2010). Bina Diri untuk Anak Tunagrahita. Bandung: CV Catur Karya
mandiri.

Astati, dkk. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV Catur Karya


mandiri.

Depdikbud. (1986). Pedoman Guru mengenai Bina Diri bagi Anak


Tunagrahita. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Euis Nani, dkk. (2011). Bahan Ajar Tematik Bagi Anak Tunagrahita. Bandung :
Amanah Offset.

Kustawan Dedy. (2012). Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakarta:


Luxima.

Mumpuniarti. (2007). Pembelajaran Akademik Bagi Tunagrahita. Yogyakarta:


FIP UNY.

43

Anda mungkin juga menyukai