Anda di halaman 1dari 67

7

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi adalah anak berumur 0-12 bulan (Depkes RI, 2006). Bayi adalah
makhluk yang hadir ke dunia dengan sebuah mekanisme bawaan untuk
menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa kondisi
lingkungan yang tepat, yang memungkinkan bertumbuhkembangnya "benih
sifat pengasih" yang secara alami telah ada dalam dirinya
(Wiknjosastro,2007). Masa-masa bayi merupakan saat-saat rentan terjadi
kematian dan kesakitan.
Angka kematian bayi ( Infrant Mortality Rate) merupakan salah satu
indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena
dapat menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat
sensitif terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka
kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi
antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Kemampuan pelayanan kesehatan oleh suatu Negara ditentukan dengan
perbandingan meningkat dan menurunnya tingkat angka kematian ibu dan bayi
(perinatal) untuk itu diperlukan perhatian yang serius dari berbagai pihak yang
terkait dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi.
Untuk data Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia walaupun masih
jauh dari angka target MDGs yaitu AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000
kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu dari sebesar 35 per
1000 kelahiran hidup (SDKI 2002) menjadi sebesar 34 per 1000 kelahiran
hidup (SDKI 2007), dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI
2012). namun angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tetap tergolong
tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN seperti Singapura (3
per 1000 kh), Brunei Darussalam (8 per 1000 kh), Malaysia (10 per 1000 kh),
Vietnam (18 per 1000 kh), dan Thailand (20 per 1000 kh). Target AKB dalam
MDGs adalah 23 per 1000 kelahiran hidup.

7
8

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan teori dan keterampilan yang telah
didapatkan di perkuliahan dengan melakukan Asuhan Kebidanan Hellen
Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data secara akurat
dari berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi bayi.
b. Menegakkan diagnosa kebidanan dan mengidentifikasi masalah-
masalah berdasarkan data subyektif dan obyektif yang telah
dikumpulkan.
c. Mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin terjadi.
d. Menentukan kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi
atas diagnosa yang telah diambil.
e. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk menangani
kasus sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada.
f. Melaksanakan tindakan asuhan.
g. Melaksanakan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan.

C. MANFAAT
Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan laporan kasus ini adalah:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mengetahui tentang perawatan atau asuhan yang
diberikan pada bayi.
b. Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapatkan dari institusi
dan menuangkannya dalam dokumentasi asuhan kebidanan.
9

3. Bagi Klien (ibu)


Dapat dijadikan masukan untuk pasien (ibu) agar lebih mengerti
tentang kebutuhan bayi, sehingga kebutuhan bayinya dapat tercukupi.
10

BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA

I. TEORI MEDIS
A. Definisi Bayi
1. Bayi adalah anak berumur 0-12 bulan. (Depkes RI, 2006)
2. Bayi adalah anak berusia 0 - 12 bulan. (Husaini, 2002)
3. Bayi adalah anak yang belum lama lahir. (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
4. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai kemudian berusia 18 bulan atau
bahkan 24 bulan. (Zulkifti L., 1986)
5. Bayi adalah makhluk yang hadir ke dunia dengan sebuah mekanisme
bawaan untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan
berupa kondisi lingkungan yang tepat, yang memungkinkan
bertumbuhkembangnya "benih sifat pengasih" yang secara alami telah
ada dalam dirinya (Wiknjosastro,2007)
6. Bayi merupakan individu dengan pola pertumbuhan dan perkembangan
yang unik (Sara, 2004)

B. Kebutuhan Dasar Bayi


Pertumbuhan dan perkembangan buah hati menjadi perhatian orang tua.
Pertumbuhan merupakan salah satu bagian dari proses perkembangan, karena
proses pertumbuhan individu mengikuti proses perkembangan.Setiap anak
tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya.Menurutnya, proses tumbuh kembang tiap anak harus
berjalan optimal dan tidak lepas dari tiga kebutuhan dasar yaitu Asuh, Asih
dan Asah.Setiap pertumbuhan anak disertai dengan perubahan fungsi.
Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf. Pertumbuhan dan perkembangan pada
tahap awal menentukan perkembangan anak selanjutnya.

10
11

Berikut lebih jelas mengenai pengertian tiga kebutuhan dasar anak, yaitu :
a. ASUH (Kebutuhan Biomedis)
Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan
sesudahnya, kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan
aman, perawatan kesehatan dini berupa imunisasi dan intervensi dini
akan timbulnya gejala penyakit.
"Fisis biomedis atau ‘ASUH' yang meliputi nutrisi dengan gizi
seimbang, perawatan kesehatan dasar, sandang, pangan, dan papan,
dan sebagainya..
b. ASIH (Kebutuhan emosianal)
Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan
kontak fisik dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak
akan kasih sayang, diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru,
pujian, tanggung jawab untuk kemandirian sangatlah penting untuk
diberikan.
"Kebutuhan emosi dan kasih sayang atau ‘ASIH’ seperti hubungan
yang erat dan rasa saling percaya antara orang tua dengan anak, dan
kebutuhan stimulasi mental-bermain-latihan.
c. ASAH ( kebutuhan akan stimulasi mental dini)
Cikal bakal proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang
diberikan sedini dan sesuai mungkin.Terutama pada usia 4 – 5 tahun
pertama ( golden year) sehingga akan terwujud etika, kepribadian
yang baik, kecerdasan, kemandirian, keterampilan dan produktivitas
yang baik."‘ASAH’ yang dapat meningkatkan perkembangan mental
psikososial anak, seperti kecerdasan, kreativitas, kepribadian, moral
dan etika.
(Wafi, 2010)

C. Macam-macam Reflek pada Bayi


1 Pada mata
Bagian pupil mata bila diberi cahaya normalnya akan mengecil.
Memeriksa mata dengan oftalmoskop untuk melihat reflek merah. Jika
12

tidak ada reflek tersebut, yaitu pupil berwarna putih ( katarak, glaukoma,
retino blastoma) maka rujuk bayi langsung ke ahli mata. Periksa juga mata
yang tampak normal. Misalnya untuk koloboma, suatu defek berbentuk
kunci pada iris. Yang paling sering adalah defek berbentuk lubang kunci
pada iris di bagian inferior. Juga dapat mengenai koroid dan struktur
lainnya. Penglihatan dapat normal pada kasus ringan, namun buruk jika
saraf optikus terlibat.
2 Rooting reflek (reflek mencari puting susu)
Bayi akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. bayi
akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk
menghisap benda yang disentuhkan tersebut.
3 Grasp reflek (reflek menggenggam)
Bila jari kita menyentuh telapak tangan, maka jari-jarinya akan
menggenggam dengan kuat.
4 Babinski reflek (pada anggota bawah telapak kaki, bila jari-jari yang lain
membeber dan membengkok kedepan).
5 Moro reflek (Reflek emosional)/ Startle reflek (reflek terkejut)
Bila bayi diangkat akan seolah-olah mengangkatkan tubuh pada orang
yang mendekatnya. Hentakan dan gerakan seperti mengenjang pada lengan
dan tangan disertai tangis yang kuat.
6 Tonick neck reflek
Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila bayi
ditengkurapkan ia akan spontan memiringkan kepala.
7 Swallowing reflek (reflek menelan)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot daerah mulut
dan faring untuk mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke
dalam lambung bayi.
(Tom Lissauer, 2008)
13

D. ASI Eksklusif
Pengertian
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa diberi tambahan
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Pemberian ASI
secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4
bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan.
(Roesli, 2000)
ASI ekslusif adalah memberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan .
(Depkes RI, 2003)
Pada tahun 2002 World Health Organization menyatakan bahwa ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan
demikian ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup 4 bulan)
sudah tidak berlaku lagi. Menyusui eksekusif adalah memberikan hanya ASI
segera setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum.
(Depkes RI, 2005)
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
6 bulan tanpa tambahan makanan/ cairan seperti susu formula, madu, air teh,
jeruk, air putih atau makanan padat seperti pisang ,pepaya,bubur susu,biskuit
,nasi tim, dan sebagainya.
(Roesli, 2000)
Pemberian ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI segera setelah
lahir sampai bayi berusia 6 bulan dan memberikan kolostrum.
(Depkes RI, 2001)
Teknik Menyusui
Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).yang terdiri
dari:
1. Cara Menyusui
Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami
berbagai masalah karena tidak mengetahuinya cara menyusui yang benar.
14

Oleh sebab itu untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan


pengetahuan mengenai teknik menyusui.
a Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan
jalan:
b Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga
epitel yang lepas tidak menumpuk.
c Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
d Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau
dengan jalan operasi
Terdapat macam posisi menyusui, cara menyususi yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
2. Langkah-langkah menyusui yang benar
a Sebelum menyusui puting susu dan areola mammae dibersihkan
dengan kapas basah atau ASI dekeluarkan sedikit, kemudian
dioleskan pada puting dan sekitar kalang payudara.
b Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih
baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak
menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan
menggunakan satu lengan, kepala bayi terletak pada siku
ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan).
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan
yang satunya di depan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya menoleh atau
membelokkan kepala bayi).
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
15

c Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang di bawah, jangan menekan putting susu atau kalang
payudara saja
d Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks)
dengan cara:
1) Menyentuh pipi dengan puting susu atau
2) Menyentuh sisi mulut bayi
e Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dan puting susu serta kalang payudara
dimasukkan ke mulut bayi.
1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk
kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di
bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di
bawah kalang payudara.
2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang
atau disangga.
3) Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong,
sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara
melepas isapan bayi yaitu jari kelingking ibu dimasukkan
ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan
ke bawah.
f Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara
menyendawakan bayi adalah:
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan.
2) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.
(Perinasia, 1994)
16

Lama Menyusui
Pada hari pertama biasanya ASI belum keluar dan bayi cukup
disusukan selama 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan
membiasakan putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5 boleh
disusukan selama 10 menit, bila produksi ASI cukup dan lancar boleh
disusukan selama 15 menit. Jumlah Asi yang terhisap bayi pada 5 menit
pertama 112 ml, kedua 64 ml dan terakhir 16 ml. ASI yang dihisap bayi pada
menit pertama dibanding terakhir adalah berbeda dimana menit pertama lebih
cepat dan encer dan kemudian akan lebih kental dan menit terakhir
mengandung lemak 4-5 x dan protein 1,5 x lebih banyak dibandingkan
dengan ASI pada menit pertama.
Jadi lama meyusui setiap payudara adalah sekitar 10-15 menit untuk
bayi usia 1-12 bulan, volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu yaitu:
a. Tahun pertama : 400 - 700 ml / 24 jam
b. Tahun kedua : 200 - 400 ml / 24 jam.
c. Sesudah itu sekitar : 200 ml / 24 jam.
Juga terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada konsentrasi
protein antara bulan ke 6 sampai tahun ke 2 masa laktasi, hanya konsentrasi
lemak bervariasi luas. Produksi ASI dipengaruhi oleh status gizi ibu dan ibu
usia muda produksi asinya lebih banyak dibanding dengan ibu usia tua.
(Soetjiningsih, 1997)
Manfaat ASI dan Menyusui
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif
hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI
pada usia enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan
meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun.
a. Manfaat ASI untuk bayi
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga
melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-
17

lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga


mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan
C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat
meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan
kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004).
b. Manfaat ASI untuk ibu
Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan
“kehidupan” kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara
alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan
emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan
berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran
sebelum hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa
bulan dan dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi
kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Gupte, 2004)
Berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material
yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae
sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh
kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat,
dari masa laktasi. Komposisi colostrum dari hari ke hari dapat
berubah, dan merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI
juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan
meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Dengan
ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada
colostrum protein yang utama adalah globulin, Lebih banyak
mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan
18

sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap


infeksi.
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan
ASI Mature. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature
yaitu 58 kalori/100 ml colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi.
Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih
rendah. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih
alkalis dibandingkan ASI Mature. Lemaknya lebih banyak
mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.
Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus
bayi menjadi krang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi
pada bayi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan
dari colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari
ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa
ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5. Kadar
protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi serta volume semakin meningkat.
3. Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan
seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada
juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI
komposisinya baru konstan. ASI matur ini juga merupakan
makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-
satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi. Air susu
matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena
mengandung casienat, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal
bila dipanaskan.Volume: 300 – 850 ml/24 jam. Terdapat anti
microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus,
Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12
19

Ginding Protein), Faktor resisten terhadap staphylococcus,


Complecement ( C3 dan C45).
(Arifin, 2004)

E. Imunisasi Dasar Lengkap


Imunisasi adalah suatu cara untuk memberikan kekebalan kepada
seseorang secara aktif terhadap penyakit menular (Mansjoer,2000).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kesehatan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar antigen
yang serupa tidak pernah terjadi penyakit (Ranun dkk,2001)
Tujuan Pemberian Imunisasi :
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)
atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar (Ranuh dkk, 2001).
Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi yaitu Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus, TBC dan Hepatitis
B. (Depkes, 2000)
Syarat-syarat imunisasi :
Dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan, yaitu :
diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik,
disimpan di lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi
dengan teknik yang tepat, mengetahi jadwal imunisasi dengan melihat umur
dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan,
mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan
informed concent kepada orang tua atau keluarga, sebelum melakukan
tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya
tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) yang dapat timbul setelah pemberian imunisasi. (Depkes RI, 2005)
Macam-macam Imunisasi Dasar :
1. Imunisasi BCG (Bacillus Calmedtte Guerrin)
20

Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin hidup yang


dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan dosis 0,05 ml pada
insertio muskulus deltoideus. Kontraindikasi untuk vaksin BCG adalah
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukimia,
penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita
infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi :
- Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat
penyuntikan timbul kemerahan dan benjilan kecil yang teraba
keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung
berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus).
Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12
minggu dengan meningkatkan jaringan parut yang disebut scar.
Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka bila
akan diulang dan bayi sudah berumur lebih dari 2 bulan harus
dilakukan uji Mantoux (tuberkulin).
- Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau
leher tanpa disertai rasa nyeri tekan maupun demam yang akan
menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah :
- Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan
karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang
secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah
matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan dengan
menggunakan jarum) dan bukan disayat.
- Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu
dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik
dalam waktu 2-6 bulan.
2. Imunisasi DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi
terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi
bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan
komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah infeksi
21

bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang
menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung
selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat
sehingga anak tidak dapat bernafas, makan, atau minum. Pertusis juga
dapat menumbulkan komplikasi yang serius seperti pneumonia, kejang
dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi yang bisa menyebabkan
kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3 in 1 yang bisa diberikan kepada anak
yang berumur kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat
dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot paha secara sub
cutan dalam. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat
anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4 bulan (DPT III),
selang waktu tidak kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml.
DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan seperti
demam ringan atau nyeri tempat penyuntikan selama beberapa hari.
Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di
dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan DPT menyebabkan
komplikasi sebagai berikut :
- Demam tinggi ( > 40,5 oC)
- Kejang
- Kejang demam
- Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)
Kontraindikasi dari ppemberian imunisasi DPT adalah jika anak
mempunyai riwayat kejang. Pemberian imunisasi yang boleh diberikan
adalah DT, yang hanya dapat diperoleh di Puskesmas.
3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada
salah satu maupun kedua lengan atau tungkai. Polio juga bisa
menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk
menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Imunisasi dasar polio
diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval tidak kurang
22

dari 4 minggu. Vaksin polio diberikan sebanyak 2 tetes (0,2 ml)


langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok berisi air
gula. Kontraindikasi pemberian vaksin polio :
- Diare
- Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,
kortikosteroid)
- Kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan
kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua untuk menimbulkan respon
kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan
untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai tingkat yang tertinggi.
4. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak
berusia 9 bulan dan diulang 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan
secara subcutan sebanyak 0,5 ml. Jika terjadi wabah campak, dan ada
bayi yang belum berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh
diberikan. Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah :
- Infeksi akut yang disertai demam tinggi (>38oC)
- Gangguan sistem kekebalan
- Pemakaian obat imunosupresan
- Alergi terhadap protein telur
- Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
- Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit,
diare, konjunctivitis dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang)
5. Imunisasi HB (Hepatitis B)
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker
hati dan kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan segera setelah bayi
lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi
mendapat imunisasi HB I dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi
23

HB II. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selnag waktu


1 bulan. Vaksin disuntikkan pada otot paha secara subcutan dalam
dengan dosis 0,5 ml.
Efek samping dari vaksin HB adalah efek lokal (nyeri di tempat
suntikan) dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada
saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
(Theopilus, 2007)
Jadwal pemberian imunisasi :
Usia < 7 hari : Hepatitis B (HB 0)
Usia 1 bulan : BCG, polio (I)
Usia 2 bulan : DPT (I)/ HB (I), polio (II)
Usia 3 bulan : DPT (II)/ HB (II), polio (III)
Usia 4 bulan : DPT (III)/ HB (III), polio (VI)
Usia 9 bulan : Campak
(Depkes, 2005)

F. Kebutuhan Istirahat Tidur


Dalam dua minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur.
Bayi sampai 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi
mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang
hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin.
Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia
bayi, pola ini dapat terlihat pada table berikut:
Total istirahat tidur bayi sesuai usia bayi perhari
Usia Lama tidur
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam
(Rukiah dan yulianti, 2010; h. 66-82)
24

G. Penilaian Bayi untuk Tanda-tanda Kegawatan


Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan /
kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit
apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-tanda berikut.
a. Sesak nafas.
b. Frekuensi pernapasan 60 kali / menit.
c. Gerak retraksi di dada.
d. Malas minum.
e. Panas atau suhu badan bayi rendah.
f. Kurang aktif.
g. Kejang
h. BAB sering dan encer.
(Saifudin, 2002)

H. Masalah-masalah yang Lazim Terjadi pada Bayi


1. Bercak Monggol
a) Pengertian
Bercak mongol ( Mongolian spots) adalah pembentukan
pigmen gelap/ bercak biru keunguan seperti memar pada bagian
bawah belakang/ di daerah pinggang bawah dan bokong bayi.
Penyebab : Belum jelas, Timbulnya bercak akibat
ditemukannya lesi yang berisi sel melanosit pada lapisan dalam
dermis atau sekitar folikel rambut
b) Penatalaksanaan
1) Bercak mongol biasanya akan menghilang setelah beberapa
pekan sampai 1 tahun, sehingga tidak perlu pengobatan dan
cukup dilakukan tindakan konservatif
2) Informasikan kepada keluarga untuk mengurangi
kekhawatiran/kecemasan
3) Pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika (Wafi,
2010)
25

2. Hemangioma
1) Definisi
Hemangioma adalah proliferasi pembuluh darah yang tidak
normal.Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah.
Orang mengenalnya sebagai tanda lahir atau birth mark. Walau
disebut tumor, hemangioma tak selalu berbentuk benjolan seperti
tumor pada umumnya.
2) Klasifikasi
Tanda lahir ini terdiri atas 2 jenis :
a) Nevus Flammeus ialah daerah kapileryang tidak menonjol,
berbatas tegas, berwarna merah-ungu yang tidak bertambah
ukurannya, bisa menghilang atau memudar warnanya.
b) Nevus vaskulosus ialah kapiler yang baru terbentuk dan
membesar pada kulit (lapisan dermis dan subdermis) yang tumbuh
beberapa bulan, kemudian mengkerut dan menghilang.
3) Etiologi
Disebabkan malformasi jaringan angioblastik (jaringan
pembentuk pembuluh darah) selama masa janin
4) Komplikasinya yang dapat terjadi adalah Perdarahan,
Trombositopeni, Infeksi sekunder, Bekas luka, gangguan
penglihatan dan fungsi organ, masalah psikososial.
5) Penatalaksanaan
a) Konservatif, dibiarkan menghilang sendiri.
b) Lesi yang menganggu estetika dapat dihilangkan dengan laser.
Hemangioma yang besar harus terus dipantau.
c) Operasi pembedahan
d) Injeksi kortikosteroid, untuk menghambat pertumbuhan
hemangioma
e) Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi
f) Antibiotik bila terjadi infeksi(Wafi, 2010)
26

3. Ikterik
1) Pengertian
Adalah warna kuning pada kulit konjungtiva, dan mukosa
akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubunemia
adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus
ke arah terjadinya karena ikterus atau ensefalopati bilirubin bila
kadar bilirubin tidak dikendalikan.
2) Jenis
a) Ikterus fisiologis
Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologik, kadar yang membahayakan
atau mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak
menyebabkan morbiditas
b) Ikterus patologis
(1) Ikterus patologis adalah ikterus yang dijumpai 24 jam
pertama setelah lahir dengan bilirubin yang meningkat
lebih dari 5 mg % perhari.
(2) Kadar diatas 12,5 mg % pada bayi matur atau 10 mg %
pada bayi premature dan menetap setelah minggu pertama
kelahiran selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung
diatas 1 mg setiap waktu.
(3) Ikterus ini ada hubungannya dengan penyakit hemolitik,
infeksi dan sepsis dan memerlukan penanganan dan
perawatan khusus.
3) Etiologi dari ikterik ini adalah Produksi bilirubin yang berlebihan,
Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar,Gangguan
transportasi dan Gangguan dalam sel otak.
4) Tanda dan Gejala
a) Ikterus fisiologis
(1) Disebabkan karena belum matangnya metabolisme
bilirubin dan transpfortasi pada bayi baru lahir yang
berhubungan dengan kenaikan masa bilirubin dari
27

pemecahan sel darah merah. Warna kuning akan timbul


pada hari ke 2 atau hari ke 3 dan tampak jelas pada hari
ke 5 - 6 mengilang pada hari ke 10.
(2) Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih
dari 12 mg/dl dan BBLR 10 mg/dl dan akan abnormal
pada hari ke 14.
b) Ikterus patologis
(1) Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum
bilirubin total lebih dari 12 mg/dl
(2) Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24 jam
(3) Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi
kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg % pada bayi cukup
bulan
(4) Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas
darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis)
(5) Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari
(6) Bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada BBLR
5) Penatalaksanaan
a) Pemberian ASI yang adekuat
b) Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya,
paling tidak setiap 2-3 jam
c) Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari
pukul 7-9 pagi
d) Lakukan fototerapi
e) Transfusi tukar dilakukan oleh dokter didalam kamar yang
antiseptik (Ngastiyah, 2005).
4. Muntah dan Gumoh
a. Muntah
1) Pengertian
Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung
yang terjadi setelah agak lama makanan masuk kedalam
lambung.
28

2) Penyebab
a. Kelainan kongenital pada pencernaan, iritasi lambung,
atresia esoifagus, atresia stenosis, hischprung tekanan
intrakanial yang tinggi, cara memberi makanan atau
minuman yang salah.
b. Pada masa neonatus semakin banyak misalnya faktor
infeksi (Tractus urinaris akut, Hepatitis, Peritonitis).
c. Faktor lain yaitu infaginasi, kelainan intrakrnial,
intoksikasi.
3) Sifat muntah
a. Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan
obstruksi esophagus
b. Muntah proyektif kemungkinan senosis pylorus
c. Muntah hijau kekuningan kemungkinan obstruksidi
bawah ampula vateri
d. Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan
intrakanial tinggi atau obstruksi usus.
4) Penatalaksanaan
a. Pengkajian faktor penyebab
b. Pengobatan tergantung penyebabnya
c. Pengobatan suportif
d. Kaji sifat muntah
e. Simtomatis dapat diberi antiemetik
f. Bila adanya kelainan yang sangat penting segera rujuk ke
rumah sakit
g. Gambaran muntah yang perlu dicurigai sebagai kelainan
bedah :
1) Muntah hijau (gangguan pada empedu)
2) Muntah bercampur darah
3) Muntah disertai penurunan berat badan (Wifa, 2010)
29

b. Gumoh/Regurgitasi
a) Pengertian
Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah minum susu dan jumlahnya hanya sedikit
b) Penyebab
a. Anak/bayi yang sudah kejang
b. Anak/bayi yang sudah kenyang
c. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui
akibatnya udara masuk kedalam lambung
d. Posisi botol yang tidak pas
e. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
f. Kegagalan mengeluarkan udara
c) Penatalaksanaan
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang
normal, terutama pada bayi dibawah 6 bulan
Pengobatannya adalah :
a. Dengan memperbaiki teknik menyusui/memberikan
susu
b. Perbaiki posisi botol saat menyusui
c. Setelah menyusui usahakan anak bersendawa
(Wifa,2010)
5. Oral Trush
a. Pengertian
Oral Trush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut,
biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi
serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih
dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah,
individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap
imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani
pengobatan dengan antibiotik. Oral thrush disebut dengan oral
30

candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi


tetapi seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian semakin
jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan
antibiotik.
b. Tanda dan Gejala
1) Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu
yang sulit dihilangkan.
2) Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
3) Mukosa mulut mengelupas
4) Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut
sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang
melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah
5) Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi
berbenjol kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak
yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan
menyerang kulit anak.
c. Komplikasi
Pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera
ditangani atau diobati maka akan menyebabkan kesukaran
minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan
berakibat bayi kekurangan makanan.Oral thrush tersebut dapat
mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan
menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati
maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila
masukan susu kurang pada waktu yang lama.
d. Penatalaksanaan
Memberikan obat antijamur, misalnya : Miconazol atau
Nystati,
e. Pencegahan
1) Menghindari/menghilangkan faktor predisposisi
2) Setiap bayi selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air
matang untuk membilas sisa susu dalam mulut bayi
31

3) Pemeliharaan kebersihan mulut dan perawatan payudara


(Wifa, 2010)
6. Diaper rash atau ruam popok
a. Pengertian
Diaper rash adalah merupakan akibat karena kontak terus
menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik.
b. Penyebab
1) Kebersihan kulit yang tidak terjaga
2) Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
3) Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
4) Akibat mencret
5) Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen
c. Tanda dan gejala
1) Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema
2) Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti : pantat,
alat kemaluan, perut bawah, paha atas
3) Keadaan lebih parah bisa terdapat : papilla erythematosa,
vesicular dan ulcerasi
d. Penatalaksanaan
1) Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kulit bayi,
terutama didaerah alat kelamin, bokong, lipatan
selangkangan
2) Daerah yang terkena iritasi tidak boleh dalam keadaan
basah (terbuka dan tetap kering)
3) Menjaga kebersihan pakaian danperlengkapan
4) Setiap BAB dan BAK bayi segera dibersihkan
5) Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan
menggunakan kapas halus yang dioleskan dengan minyak
atau sabun mild dan air hangat
6) Popok dicuci dengan detergen yang lembut
32

7) Mengangin-anginkan kulit sebelum pampers baru dipasang


dan menggunkan pampers dengan daya serap yang tinggi
dan pas pemakaiannya
8) Menggunakan popok yang tidak terlalu ketat (terbuka atau
longgar) untuk memperbaiki sirkulasi udara.
9) Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit yang
teriritasi
e. Pengobatan :
1) Mengoleskan krim dan lotion yang mengandung zinc pada
daerah yang sedang meradang
2) Memberikan salep/krim yang mengandung kortikosteroid
1%
3) Salep anti jamur dan bakteri (miconazole, ketokonazole,
nystatin) (Wifa, 2010)
7. Seborrhea
a. Pengertian
Penyakit ini belum diketahui penyebabnya.Mulai biasanya
dari kulit kepala kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan
badan.Ada yang mengatakan bahwa penyakit radang ini
berdasakan gangguan konstitusionil dan sering terdapat faktor
hereditas. Tidak dapat disangkal bahwa penderita umumnya
kulit yang berlemak (seborea), tetapi bagaimana hubungan
antara kelenjar lemak dan penyakit ini sama sekali belum jelas.
Ada yang menganggap bahwa kambuhnya penyakit yang kronis
ini adalah akibat makanan yang berlemak, makanan yangb
berkalori tinggi, minuman alkhohol dan gangguan emosi.
Pada anak dan bayi biasanya terdapat tipe eritroskuamosa.
Efloresensi berupa sisik yang berlemak dan eritema. Distribusi
kelainan pada daerah yang terdapat banyak kelenjar sebasea dan
kepala. Kadang-kadang juga di daerah intertriginosa dan sekitar
bibir.
b. Gejala
1) Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik,
yang kemudian mengeras dan akhirnya menjadi semacam
33

kerak. Kerak ini sering timbul di kulit kepala (cradle cap),


kadang di alis/bulu mata dan telinga.
2) Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)
c. Pengobatan :
a. Pengobatan kausal belum diketahui.
b. Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13
tahun sampai 19 tahun) menghindarkan makanan yang
berlemak, kacang, coklat, seperti pada pengobatan akne
vulgaris. Dapat pula diberikan vitamin B6 dan vitamin B
kompleks untuk waktu yang lama.
c. Topikal : Bila ada infeksi sekunder dan eksudatif harus
dikompres dulu dengan larutan kalium permanganat
1/5.000. Kemudian diberikan krim yang mengandung
asam salisilat (2%), sulfur presipitatus (4%), vioform (3%)
dan hidrokortison (1/2-1%). Neomisin dan basitrasin
ditambahkan bila ada infeksi sekunder. Pada kasus
menahun dapat dicoba pengobatan dengan sinar
ultraviolet. Pada daerah kepala dianjurkan penggunaan
shampoo yang tidak berbusa 2-3 kali seminggu dan
memakai krim yang mengandung selenium sulfida atau
Hg-presipitatus albus 2%. (Wifa,2010)
8. Bisulan (Furunkel)
a. Definisi
Adalah benjolan besar, merah dan lunak yang terjadi akibat
folikel rambut yang terinfeksi stafilokokus. infeksi kulit yang
disebabkan oleh staphylococcus profunda yang berbentuk
nodul-nodul lemak eritematosa dan letaknya didalam, biasanya
daerah muka, pantat, leher, ketiak dan lain-lain. Nodul ini
mengandung cairan yang dalam waktu beberapa hari akan
mengeluarkan bahan nekrotik bernanah. Bentuk-bentuknya yaitu
furunkel (boil) dan karbunkel (furunkel multipel)
34

b. Etiologi adalah sebagai berikut ini : Kurangnya kebersihan,


Kurang gizi, Udara panas,Tekanan dan gesekan pada kulit serta
Garukan akibat gatal.
c. Patofisiologi
Daerah yang sering berkeringat (muka, punggung, lipatan
paha, bokong, leher) jika sering digaruk dan terjadi gesekan
akan mudah terinfeksi. Apabila folikel rambut terinfeksi kuman
staphylococcus aureus akan menjadi benjolan berisi nanah.
Kemudian timbul ‘mata’ yang berwarna putih dan kuning.
Benjolan akan pecah 2-3 hari atau sembuh tanpa pecah. Karena
folikel rambut berdekatan, dapat muncul beberapa buah bisul.
d. Penatalaksanaan Furunkel
1) Jaga kebersihan diri, lingkungan dan gizi anak
2) Jangan memencet, menggaruk benjolan
3) Cuci kulit dengan spiritus atau larutan 1 sdt garam dalam
segelas air untuk mencegah infeksi, kemudian tutup
dengan kassa steril
4) Krim antiseptik, cairan antiseptik untuk mandi
5) Tablet antibiotik jika infeksi menyebar(Wifa, 2010)
9. Milliariasis (Biang Keringat)
a. Definisi
Milia bercak kecil berwarna putih dan berukuran seperti
jarum pentul pada hidung dan dagu serta dahi. Menghilang
dalam bulan pertama kehidupan. Berasal dari retensi keratin dan
materi sebaseus di dalam folikel pilosebaseus. Dan miliaria
adalah vesikula berukuran seperti jarum khususnya pada leher
dan dada. Biasanya berkembang pada minggu ke dua dan tiga
disebabkan oleh keringat yang tertahan akibat tersumbatnya
kelenjar ekrin. Hindari pakaian yang terlalu tebal dan udara
panas.
b. Etiologi
Biang keringat bukan merupakan penyakit kulit yang
berbahaya. Akan tetapi, penyakit kulit ini merupkan keluhan
35

umum yang sering ditemukan pada bayi dan balita. Biang


keringat banyak diderita bayi didaerah tropis karena produksi
keringat yang berlebihan, sementara saluran kelenjar
keringatnya tersumbat. Produksi yang berlebihan dapat
disebabkan oleh udara panas, ventilasi kurang, pakaian yang
dikenakan terlalu tebal dan ketat
c. Gejala
Gejala-gejala biang keringat yang sering muncul sebagai
berikut :
1) Bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan ketika bayi.
Keadaan ini disebabkan peradangan kulit pada bagian
tersebut. Penyebabnya adalah proses pengeringan yang
tidak sempurna saat di lap dengan handuk setelah bayi
dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga leher
dan ketiaknya berlipat-lipat.
2) Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan
bagian tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung).
Gejala utama ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat
disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan
gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm). Kondisi ini
bisa kambuh berulang-ulang, terutama jika udara panas
dan berkeringat.
d. Bentuk miliariasis
1) Miliaria kristalina
a. Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi
cairan jernih disertai kulit kemerahan
b. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian
pakaian yang tertutup pakaian
c. Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh
dengan sisik halus
d. Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal
36

e. Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari


udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta
menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
2) Miliaria rubra
a. Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal
didaerah panas
b. Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan
dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat
gatal dan pedih
c. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
d. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada
stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan
pada kulit dan perifer kulit di epidermis
e. Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat, menghindari udara panas yang berlebihan,
ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2%
dibubuhi menthol 0,25-2%
3) Miliaria profunda
a. Timbul setelah miliaria rubra
b. Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
c. Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
d. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara
klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
e. Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar
kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
f. Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar
keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa
infiltrasi sel radang
g. Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan,
mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan
pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan
37

atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3%


dalam alkohol
e. Pencegahan
Pada dasarnya, biang keringat pada bayi dapat dicegah
dengan cara-cara berikut :
1) Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika
terlihat tubuhnya basah oleh keringat
2) Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus
untuk mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat
3) Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau
kotoran
4) Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup,
terutama di kota-kota besar yang panas dan pengap
5) Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga
pertukaran udara dari luar ke dalam lancar
6) Memandikan bayi secara teratur 2 kali sehari
7) Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat
f. Asuhan/Pengobatan
Biang keringat dapat diobati dengan cara diberi bedak tabur
tau kocok. Jika sudah terinfeksi secara sekunder, harus diobati
dengan antibiotik atau anti jamur.(Wifa,2010)
10. Diare
a. Definisi
Adalah suatu keadaan frekuensi BAB > 4x pada bayi atau
>3x pada anak dengan konsisitensi tinja cair dan atau tanpa
lendir atau darah.
b. Jenis diare
1) Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7
hari, muntah, demam
2) Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering,
sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan
BB, kerusakan mukosa usus
38

3) Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat


dimulai dari diare akut ataupun disentri
c. Etiologi
1) Infeksi (Enteral traktus digestivus, Bakteri,Virus ,Parasit)
2) Parenteral : brpn, oma, ensefalitis, tonsilofaringitis
3) Malabsorbsi : karbohidrat, ex : intoleransi laktosa, lemak,
protein
4) Makanan : basi,beracun, alergi makanan
5) Penyakit pada usus : colitis ulseratif, enterocolitis
6) Psikologis : takut, cemas
d. Patofisiology
1) Akibat makanan yang tidak dapat diserap/ dicerna ex :
laktosa dari susu, merpukan makanan yang baik bagi
bakteri
2) Difermentasi oleh bakteri anaerob menjadi molekul kecil :
H2O, CO2, H2
3) Peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus
4) Mmenyerap cairan dari intraseluler ke ekstraseluler
5) Hiperperistaltik
6) Diare
e. Gejala klinis
1) Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia, lalu timbul diare
2) BAB cair disertai lendir atau darah
3) Warna tinja : dapat hijau, berbau asam oleh karena asam
laktat yang tidak dpt dicerna
4) Muntah sebelum/setelah diare oleh karena lambung ikut
meradang
5) Dehidrasi oleh karena kehilangan cairan
6) Pada diare berat dapat terjadi renjatan : tekanan darah
turun, pernafasan cepat, takikardi dan nadi kecil, keadaan
umum lemah, kesadaran turun, oleh karena kehilangan
cairan
39

7) Oliguria s/d anuria


8) Asidosis metabolic
f. Komplikasi : Dehidrasi, Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, hipokalemia, hipoglikemia,Syok hipovolemik,
Asidosis metabolik, Kejang,Intoleran sekunder oleh karena
kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
g. Analisa dan tindakan
Kurangnya volume cairan
1) Memberikan rehidrasi oral atau parenteral
2) Asi tetap dilanjutkan(kecuali bila tidak toleran terhadap
asi formula rendah laktosa)
3) Anjurkan banyak minum, PMT tetap diberikan sesuai usia
4) Monitor intake output
5) Kaji tanda-tanda dehidrasi, vital sign
6) Pemberian obat antidiare dan antibiotika (berdasarkan
kepmenkes : obat sebagai pertolongan pertama /
sementara)
7) Segera rujuk bila diare bertambah atau terjadi komplikasi
lanjut (Kosim, 2003)
11. Obstipasi
a. Definisi
Sembelit atau konstipasi atau obstipasi merupakan masalah
yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak dan bersifat
normal. Tanda adanya kondisi yang lebih serius apabila disertai
muntah, berat badan slit naik, demam dan berat badan sulit naik.
b. Penyebab
1) Faktor non organik
a. Kurang makanan yang tinggi serat
b. Kurang cairan
c. Obat/zat kimiawi
d. Kelainan hormonal/metabolik
e. Kelainan psikososial
40

f. Perubahan mikroflora usus


g. Perubahan/kurang exercise
2) Faktor organik
a. Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur
anus, tumor)
b. Kelainan otot dasar panggul
c. Kelainan persyarafan : M. Hirsprung
d. Kelainan dalam rongga panggul
e. Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi
usus
c. Tanda dan gejala
1) Frekuensi BAB kurang dari normal
2) Gelisah, cengeng, rewel
3) Menyusu/makan/minum kurang
4) Fese keras
d. Penatalaksanaan
1) Banyak minum
2) Makan makanan yang tinggi serat (sayur dan buah)
3) Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi
4) ASI lebih baik dari susu formula
5) Enema perotal/peranal
6) Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi
7) Perawatan kulit peranal (Kosim, 2003)
12. Infeksi
a. Definisi
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR.
Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah
sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah
sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas
trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya.
Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan
saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap
41

kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai


imunitas.
b. Patogenesis
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc
(1961) membaginya dalam 3 golongan, yaitu :
1) Infeksi antenatal
2) Infeksi intranatal
3) Infeksi postnatal.
c. Pembagian infeksi perinatal
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya
dalam 2 golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan :
1) Infeksi berat (‘major infections’)
Diantaranya adalah : sepsis neonatal, meningitis,
pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut,
tetanus neonatorium.
2) Infeksi ringan (‘minor infections’)
Diantaranya adalah : infeksi pada kulit, oftalmia
neonatorum, infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.
d. Pencegahan
1) Cara umum :
a. Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai pada
periode antenatal..
b. Di bangsal bayi baru lahir harus ada pemisahan yang
sempurna untuk bayi yang baru lahir dengan partus
aseptik dan partus septik.
c. Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu
harus aseptik.. Air susu ibu yang dipompa sebelum
diberikan pada bayi harus dipasteurisasi
2) Cara khusus :
a. Pemakaian antibiotika hanya untuk tujuan dan indikasi
yang jelas.
42

b. Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama


(lebih daripada 12 jam), air ketuban keruh, infeksi
sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak
manipulasi intravaginal, resusitasi yang berat, sering
timbul keraguan apakah akan digunakan antibiotika
secara profilaksis..
e. Pengobatan
1) Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu
biakan daarh dan uji resistensi. Antibiotika yang menjadi
pilihan pertama ialah sefalosporin (sefotaksim) dengan
dosis 200 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 2 dosis,
dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dengan dosis
awal 10 mg/kgBB/hari intravena, dilanjutkan dengan 15
mg/kgBB/hari intravena atau dengan gentamisin 6
mg/kgBB/hari masing-masing dibagi dalam 2 dosis.
Pilihan kedua ialah ampisilin 300-400 mg/kgBB/hari
intravena, dibagi dalam 4 dosis. Pilihan selanjutnya ialah
kotrimoksazol 10 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 2
dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6
mg/KgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis (dihitung
berdasarkan berdasarkan dosis trimetoprim). Lama
pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari.
2) Pemeriksaan laboratorium rutin
3) Biakan darah dan uji resisten
4) Pungsi lumbal dan biakan cairan serebrospinalis dan uji
reistensi
5) Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin
(saifudin, 2000)
13. Bayi Meninggal Mendadak
a. Definisi
Meninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom
Bayi kematian bayi mendadak (SIDS). SIDS terjadi pada bayi
43

sehat, saat ditidurkan tiba – tiba ditemukan meninggal beberapa


jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran
hidup, insiden puncak SIDS pada 2 minggu dan 1 tahun.
b. Pencegahan SIDS
1) Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika
ia sedang tidur, walaupun saat tidur siang.
2) Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika
bayi tersebut belum waktunya untuk bisa tengkurap
sendiri secara alami.
3) Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu
empuk.
4) Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh
apapun selama dia tidur..
5) Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda
sehingga tidak perlu lagi untuk menggunakan selimut.
6) Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda
khususnya Anda sendiri.
7) Temani bayi Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-
tinggal sendiri untuk waktu yang cukup lama.(Saifudin,
2000)

I. Tumbuh Kembang pada Bayi


Pertumbuhan (growth) merupakan perubahan secara fisiologis sebagai
hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara
normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat
juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh
atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur
dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya
44

kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan


pembelajaran. (wong, 2000)
Tahapan Tumbuh Kembang
Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas :
Ø Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu), masa
fetus (9 minggu sampai lahir),
Ø Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi
(29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6
tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas
Ø Masa Sekolah (6-12 tahun)
Ø Masa Remaja (12-18 tahun)
(Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006)
Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita
1. Ciri-ciri fisik

Usia Pertumbuhan Perkembangan


Tinggi Berat Motorik Kognitif
Badan Badan
0–3 45–65 3–5 kg Menggerakkan Mulai mengenal suara, bentuk
bulan cm beberapa bagian benda dan warna.
tubuh seperti
tangan, kepala,
dan mulai belajar
memiringkan
tubuh.
6–9 64- 70 7–9 kg Dapat Mengoceh, sudah mengenal wajah
bulan cm menegakkan seseorang, bisa membedakan
kepala, belajar suara, belajar makan dan
tengkurap mengunyah
sampai dengan
duduk (pada usia
8 – 9 bulan), dan
memainkan ibu
jari kaki.
45

12– 74–81 10–11 Belajar berjalan Mulai belajar berbicara,


18 cm kg dan berlari, mempunyai
bulan mulai bermain, ketertarikan terhadap jenis-jenis
dan koordinasi benda, dan mulai muncul rasa
mata semakin ingin tahu.
baik.
2–3 86–96 12–15 Sudah pandai Keterampilan tangan mulai
tahun cm kg berlari, membaik,
berolahraga, dan pada usia 3 tahun belajar
dapat meloncat menggunting kertas, belajar
menyanyi, dan membuat coretan
sederhana.
4–5 100– 16–22 Dapat berdiri Mulai belajar membaca,
tahun 120 cm kg pada satu kaki, berhitung,
mulai dapat menggambar, mewarnai, dan
menari, merangkai
melakukan kalimat dengan baik.
gerakan olah
tubuh,
keseimbangan
tubuh mulai
membaik.

2. Ciri-ciri psikologis

Usia Ciri-ciri Psikologis Balita (bawah lima tahun)


0-5 Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari orang
tahun tua. Senang bermain. Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung
keras kepala. Suka menolak perintah. Membutuhkan zat gizi yang
banyak. Hormon pertumbuhan dihasilkan secara meningkat.
(Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006)

II. KONSEP DASAR TEORI KEBIDANAN


I. Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Biodata
Neonatus : umur 0-28 hari
46

Bayi : umur 28 hari – 12 bulan


2. Riwayat Antenatal
Riwayat ANC bagi ibu hamil dilakukan minimal 4 kali
- Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat 1 bulan
- Periksa ulang 1x sebulan, sampai usia kehamilan 7 bulan
- Periksa ulang 2x sebulan, sampai usia kehamilan 9 bulan
- Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan akhir
- Periksa khusus bila ada keluhan
Dalam ANC ibu hamil mendapatkan penyuluhan tentang
kebutuhan nutrisi gizi yang adekuat selama hamil akan mengurangi
resiko dan komplikasi pada ibu. Menjamin pertumbuhan jaringan
sehingga bayi baru lahir memiliki berat yang optimal yaitu 2500 –
4000 gram, apabila jumlah makannya dikurangi maka berat badan bayi
yang dilahirkan menjadi lebih kecil.
3. Riwayat Natal
Bayi normal akan lahir dengan spontan dimana persalinannya
dengan bantuan his dan kekuatan ibu mengejan tidak dengan
persalinan buatan seperti vacum extrasi/forseps lama persalinan kala I
premi 12 jam sedankan nutrisi jam keadaan BBL pada menit pertama
setelah kelahiran dapat menilai dengan apgar score diantara 7 – 10.
Apgar Score
Tampilan Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh


(warna kulit) extremitas kemerahan
kebiruan

Pulse (denyut Tidak ada < 100 > 100


jantung)

Grimance Tidak ada Perubahan minic Bersin / batuk


(Reflek) menangis aktif

Activity Lumpuh Ekst. sedikit flexi Gerakan aktif


47

ekst. Flexi

Respitory effort Tidak ada Lambat tidak Menangis keras


teratur /kuat

(Rustam Muchtar,1998:119)
2. Riwayat Post Natal
Bayi lahir akan menangis dalam 30 detik dan bernafas dengan
spontan, gerakan aktif, keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah bayi
lahir dengan menggunakan nilai apgar, bayi lahir normal yaitu bayi yang
lahir dari kehamilan 37 – 42 minggu, berat badan lahir 2500 – 4000
gram.
Denyut jantung pada menit pertama 180 kali per menit. Kemudian
menurun menjadi 120 – 140 kali per menit. Pernapasan pada menit
pertama 80 kali per menit, kemudian menurun 40 kali per menit.
3. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan mengalami penurunan
kadar untuk menambah energi pada jam pertama kehidupannya. Bayi
normal sudah disusui segera setelah lahir. Pada hari ketiga bayi sudah
harus disusui selama 10 menit dengan jarak waktu 3 – 4 jam. Volume
susu yang diberikan pada bayi untuk 1 – 14 hari yaitu :
Umur Volume
1 hari 60 ml / kg BB
2 hari 90 ml / kg
3 hari 120 ml / kg
4 hari 150 ml / kg
10 hari 180 ml / kg
14 hari 200 ml / kg

(Sarwono P, 1997:254)
48

b. Pola aktivitas/istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama. Bayi tampak
semi koma saat tidur dalam; meringis atau tersenyum adalah bukti
tidur dengan gerakan mata cepat (REM); tidur sehari rata-rata 18-20
jam.
(Suryana, 1996:80)
c. Pola eliminasi
Urin tidak berwarna atau kuning pucat, dengan 6 sampai 10 popok
basah per 24 jam pergerakan feses mekonium dalam 24-48 jam
kelahiran.
BAB :Tinja yang berbentuk mekoneum berwarna hijau tua akan mulai
keluar dalam 24 jam pertama. Pengeluaran ini akan berlangsung
sampai hari ke 2 – 3.
BAK :Bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, kencing
akan keluar 24 jam pertama, yang harus dicatat adalah frekuensi
kencing berikutnya serta warna.
(Sarwono, 2006: 256)
d. Personal Hygiene
Mata bayi dapat dibersihkan dengan air steril / garam fisiologis, hal
ini perlu dilakukan untuk menghindari infeksi mata. Muka sebaiknya
diseka dengan air steril terutama setelah minum susu. Tali pusat harus
dibersihkan dan dikeringkan setiap selesai mandi yaitu dengan
membersihkan pangkal tali pusat yang ada di perut bayi dan daerah
sekitar selanjutnya ditutup dengan kasa bersih / steril. Kain pokok
harus segera diganti setiap basah karena air kencing/tinja.
(Sarwono, 2006: 257-258)

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum
Bayi tampak semi koma saat tidur malam.
(Doenges, 2001: 567)
49

- TTV
Rata-rata nadi apikal 120-160 dpm pada 4-6 jam, meningkat
sampai 120 dpm pada 12-24 jam setelah kelahiran; dapat berfluktuasi
dari 70-100 dpm (tidur) sampai 180 (menangis).
Nadi perifer mungkin lemah ( nadi kuat menunjukkan duktus
arteriosus paten); nadi brakhialis dan radialis lebih mudah dipalpasi
daripada nadi femoralis (tidak adanya nadi femoralis dan dorsalis
menunjukkan koarktasi aorta).
Tekanan darah (TD) berentang dari 60-80 mmHg (sistolik) atau 40
sampai 45 mmHg (diastolik), rata-rata tekanan istirahat kira-kira
74/46 mmHg; TD paling rendah pada usia 3 jam.
(Doenges, 2001: 567)
a. Anthropometri
Berat badan rata-rata 2500 sampai 4000 gram.
Penurunan berat badan di awal 5%-10%.
Lingkar kepala 32-37 cm.
(Doenges, 2001: 567)
b. Pemeriksaan Neurologik
Adanya reflek moro, plantar, genggaman palmar, dan Babinski,
respon reflek bilateral (reflek moro unilateral menandakan fraktur
klavikula atau cedera pleksus brakialis); gerakan bergulung sementara
mungkin terlihat. Tidak adanya kegugupan, letargi, hipotonia dan
parese.
(Doenges, 2001: 567)
c. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Fontanel anterior dan posterior lunak dan datar. Kaput
suksedaneum dan/atau molding mungkin ada selama 3-
4 hari; sutura kranial yang bertumpang tidih dapat
terlihat, sedikit obliterasi fontanel anterior (lebar 2-3
cm) dan fontanel posterior (lebar 0,5 – 1,0 cm)
Mata : Mata dan kelopak mata mungkin edema; hemoragi
subkonjungtiva atau hemoragi retina mungkin terlihat;
50

konjungtivitis kimia dalam 1-2 hari mungkin terjadi


setelah penetesan obat tetes oftalmik terapeutik.
Strabismus dan fenomena mata boneka sering ada.
Telinga : Bagian telinga atas sejajar dengan bagian dalam dan
luar kantus mata (telinga tersusun rendah menunjukkan
abnormalitas ginjal atau genetik).
Mulut : Saliva banyak; mutiara Epstein (kista epitel) dan lepuh
cekung adalah normal pada palatum keras atau margin
gusi, gigi prekosius mungkin ada.
Dada : Takipnea sementara dapat terlihat; khususnya setelah
kelahiran sesaria atau presentasi bokong.
Abdomen : Tali pusat di klem dengan aman tanpa rembesan darah;
menunjukkan tanda-tanda pengeringan dalam 1-2 jam
kelahiran, mengerut dan menghitam pada hari ke-2 atau
3.
Genetalia : Genetalia wanita; labia vagina agak kemerahan atau
edema, tanda vagina/himen dapat terlihat; rabas mukosa
putih (smegma) atau rabas berdarah sedikit
(pseudomenstruasi) mungkin ada. Genetalia pria; Testis
turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi (lubang preputium sempit, mencegah retraksi
foreskin ke glan), epispadia dan hipospadia (kelainan
letak lubang saluran kencing)
Ekstremitas :Gerakan rentang sendi normal ke segala arah, gerakan
menunduk ringan atau rotasi medial dari ekstremitas
bawah, tonus otot baik.
Integumen :Akrosianosis mungkin ada untuk beberapa hari selama
periode transisi (kebiruan yang luas dapat menandakan
polisitemia); kemerahan atau area ekomotik dapat
tampak di atas pipi atau di rahang bawah atau area
parietal sebagai akibat dari penggunaan forsep pada
kelahiran. (Doenges, 2001: 567)
51

II. Identifikasi Diagnosa Masalah dan Kebutuhan


Pada langkah interprestasi data ini dilakukan identifikasi yang
benar terhadap diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan klien
(Varney, 2007)
a. Diagnosa Kebidanan
Yaitu diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek
kebidanan (Varney, 2007)
Diagnosa : By. Ny “X” umur, laki – laki/ perempuan, lahir
imatur/ prematur/ aterm/postterm, usia...jam/hari,BB... gram,
PB...cm,LIDA...cm,LIKA... cm, prognosa baik/tidak baik.
Dasar : Data Subyektif :..........
Data Objektif : .........
b. Masalah
Yaitu hal – hal yang berhubungan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa
(Varney,2007).
c. Kebutuhan
Yaitu hal – hal yang dibutuhkan atau diperlukan pasien dan belum
teridentifikasikan dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2007).

III. Antisipasi Masalah Potensial


Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak
segera diatasi dapat mengganggu keselamatan hidup klien, maka
maslah potensial harus diantisipasi, dicegah, dan diawasi, dan
dipersiapkan tindakan yang akan dilakukan.

(Depkes RI, 1995 : 54)


IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan pengembangan mengenai masalah dari interpretasi data
dasar ke dalam identifikasi ysng spesifik mengenai diagnosa masalah
atau kebutuhan yang ditunjang data subyektif dan data obyektif.

(Depkes RI, 1995 : 55)


52

V. Intervensi
(Diagnosa, tujuan dengan kriteria, rasional)
Suatu pengembangan rencana yang menyeluruh meliputi : apa yang
diidentifikasi oleh kondisi setiap masalah yang berkaitan, gambaran
tentang apa yang terjadi berikutnya, konseling dan rujukan.
Diagnosa : Bayi Ny....umur...hari, jenis kelamin.... aterm, keadaan
umum...prognosa baik
(Depkes RI, 1995 : 55)

VI. Impelentasi
Langkah pelaksanaaan dalam proses manajemen kebidanan di
laksanakan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Bidan melaksanakan secara mandiri/rujuk ke fasilitas yang lebih tinggi,
pelaksanaan tindakan selalu di upayakan dalam waktu yang tepat, efektif
dan berkwalitas.
(Depkes RI,1999:11)

VII. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu untuk menilai
tentang kriteria hasil yang di capai apakah sesuai dengan tujuan atau
tidak sejauh mana tujuan dapat sesuai dengan kriteria keberhasilan
dalam evaluasi ini dituliskan catatan dengan kriteria waktu yang telah
ditentukan .
Catatan perkembangan ini dituliskan dengan bentuk SOAP
S : Subyek
Merupakan informasi yang diperoleh dari keluhan klien
(Anamnese)
O : Obyek
Merupakan data yang diperoleh dari pemeriksaan oleh perawat
atau tenaga kesehatan lainnya.
53

A : Assesment
Merupakan penilaian yang disimpulkan dari informasi subyektif
dan obyektif
P : Planning
Merupakan rencana tindakan yang dibuat sesuai dengan masalah
klien berpedoman pada tingkat keberhasilan yang telah di capai.
(Depkes RI, 1999 : 11 )
54

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI NY “ D”, USIA 29 HARI, JENIS KELAMIN LAKI-LAKI
DI BPM HARIYATI, SST. NGLAMES-MADIUN

Tanggal masuk: 29 April 2014 Pukul : 10.00 WIB


Tempat : BPM Hariyati,SST. No.Reg: -

I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 29 April 2014 Pukul : 10.30 WIB
A. DATA SUBYEKTIF
1. a. Identitas bayi
Nama bayi : bayi “D”
Umur bayi : 29 hari
Tanggal lahir : 31 Maret 2014
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke :2
2. Identitas Orang Tua:
Ibu
Nama : Ny. “D” Nama : Tn.”D”
Umur : 27 Th Umur : 35 Th
Suku/ bangsa : Jawa/ Indo Suku/ bangsa : Jawa/ Indo
Pendidikan : DIII Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha Pekerjaan : Wirausaha
Penghasilan :- Penghasilan :-
Alamat Rumah : Ds. Tulungrejo RT 7/ RW 3 Kec.Magetan
Kab.Magetan

54
55

2.Keluhan Utama dan alasan kunjungan


Ibu mengatakan ingin memeriksakan bayinya sehingga mengetahui
kondisi bayinya.
3.Data Kebidanan
a. Riwayat Kehamilan Ibu (Prenatal)
 Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-3
1) ANC
TM I : Ibu merasakan mual, muntah dan pusing, periksa 3x
pada bidan. Terapi yang didapat: TT 1 kali, vit. B6
1x/hari, dan As. Folat 1x/hari. Penyuluhan yang
didapat yaitu: tanda bahaya TM I
(perdarahan/abortus, pusing yang hebat),
pemenuhan nutrisi ibu hamil yaitu :
- Makan - makanan yang kering dengan porsi
kecil dan sesering mungkin.
- Hindari makan - makanan yang bersantan
(merangsang mual)
- Hindari makanan atau bau-bauan yang
menyebabkan mual
- Makan sedikit tapi sering
TM II : Ibu mengatakan tidak mengeluh apapun. Periksa 2 x
pada bidan, 1 x pada dokter kandungan. Terapi yang
didapat yaitu: tablet tambah darah (Fe) 1x/hari, kalk
1x/hari, vit C. 1x/hari. Penyuluhan yang didapat
yaitu: Istirahat cukup, tanda bahaya TM II (
perdarahan, pusing yang hebat, gerakan janin yang
berkurang, terjadi kontraksi belum waktunya,
ketuban pecah dini ), anjuran senam hamil,
mengenai seksual, perawatan payudara dengan
membersihkan puting dan areola setelah mandi
dengan kapas basah.
56

TM III : Ibu mengatakan tidak ada keluhan, 4x datang pada


bidan, 1x pada dokter kandungan. Terapi yang
didapat yaitu: tablet tambah darah (Fe) 1x/hari, kalk
1x/hari, vit C 1x/hari. Penyuluhan yang didapat yaitu
: tanda bahaya TM III (perdarahan, pusing yang
hebat, ketuban pecah dini, gerakan janin yang
lemah, kontraksi yang berlebihan), tanda – tanda
persalinan, tentang IMD, hal – hal yang dibutuhkan
saat persalinan ( perlengkapan bayi, perlengkapan
ibu, biaya persalinan, dll )
2) Riwayat Penyakit Kehamilan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun dengan
gejala sering makan, sering minum, sering kencing (DM), bila terlalu
capek nafas sesak, tarikan nafas terlalu dalam, sesak nafas (Asma),
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan,
kelelahan (Hypertensi), tiba-tiba mengalami kejang sembari
mengeluarkan air liur berwarna putih yang keluar dari mulut
(Epilepsi), menahun seperti jantung berdebar-debar, rasa nyeri yang
mencekam di dada kiri atau tengah selama beberapa menit, mudah
lelah, sesak nafas, keringat dingin (Jantung), BAK nyeri dan sedikit,
bengkak pada tubuh, dan sakit di bagian pinggang (Ginjal), menular
seperti batuk tidak sembuh-sembuh selama 2 minggu dan berdarah,
penurunan berat badan secara drastis, kehilangan nafsu makan, nyeri
dada dan paru yang menyebabkan sesak nafas (TBC), mual muntah
disertai nyeri perut, demam, kencing berwarna seperti teh/gelap, mata
atau kulit menguning, BAB berwarna pucat (Hepatitis), sering diare,
berat badan turun (HIV)
3) Kebiasaan Ibu Waktu Hamil
Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi apapun terhadap semua jenis
makanan dan tidak ada pantangan untuk memakan sesuatu, selama
hamil ibu mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan dan
jamu-jamuan, ibu hanya meminum obat yang diberikan oleh bidan.
57

Ibu mengatakan tidak pernah merokok maupun minum minuman


keras.
a. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu :
No Keha Umur Tanggal Jenis Tempat Penolong Penyulit
milan kehamilan Partus partus partus
1 I aterm 20-01-2012 Spontan BPM Bidan Tidak
ada
2 II 40-41 mg 31-03-2014 Spontan BPM Bidan Tidak
ada
b. Riwayat nifas dan anak yang lalu:
Anak Nifas
No Jenis kelamin BB PB Umur Laktasi Perdarahan Nifas Ket

1 perempuan 2200 46 cm 2 tahun 11 bulan Tidak ada 40 hari Normal


gram
2 Laki - Laki 2800 50cm 29 hari Sampai Tidak ada Sekarang Normal
gram sekarang

4. Data Kesehatan Bayi


a. Data kesehatan sekarang : ibu mengatakan bayinya tidak sedang
menderita penyakit apapun.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan selama ini bayinya tidak pernah menderita penyakit
apapun dan tidak pernah masuk rumah sakit. Ibu mengatakan bayinya
selama ini tidak mengalami alergi terhadap apapun dan bayinya telah
mendapatkan imunisasi HB(0), Polio(1), dan BCG.
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun dengan
gejala sering makan, sering minum, sering kencing (DM), bila terlalu
capek nafas sesak, tarikan nafas terlalu dalam, sesak nafas (Asma), sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, kelelahan
(Hypertensi), tiba-tiba mengalami kejang sembari mengeluarkan air liur
berwarna putih yang keluar dari mulut (Epilepsi), menahun seperti
58

jantung berdebar-debar, rasa nyeri yang mencekam di dada kiri atau


tengah selama beberapa menit, mudah lelah, sesak nafas, keringat
dingin (Jantung), BAK nyeri dan sedikit, bengkak pada tubuh, dan sakit
di bagian pinggang (Ginjal), menular seperti batuk tidak sembuh-
sembuh selama 2 minggu dan berdarah, penurunan berat badan secara
drastis, kehilangan nafsu makan, nyeri dada dan paru yang
menyebabkan sesak nafas (TBC), mual muntah disertai nyeri perut,
demam, kencing berwarna seperti teh/gelap, mata atau kulit menguning,
BAB berwarna pucat (Hepatitis), sering diare, berat badan turun (HIV)
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat keturunan kembar.
d. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan yang mengasuh bayinya adalah ibu dan suami secara
bergantian. Hubungan ibu dengan anggota keluarga dan tetangganya
baik. Keadaan lingkungan rumah ibu nyaman untuk ditempati.
Ibu mengatakan setelah bayi lahir diadakan acara adat barokahan
(brokohan) dan sepasaran.

5. Kebutuhan Dasar Bayi


a. Nutrisi
Bayi minum ASI dengan frekuensi tiap ± 1,5 jam, dan pada saat bayi
rewel. Terkadang bayi minum susu formula bila ibu ada acara.
b. Aktivitas
Aktivitas bayi hanya tidur ± 16 jam sehari, terbangun saat BAB, BAK
dan saat lapar. Saat bayi merasa tidak nyaman ia juga rewel (gerak
aktif, menangis kuat)
c. Eliminasi
BAK : ± 7-8 x / hari, berwarna kuning jernih, bau khas
BAB : ± 2x sehari, konsistensi lunak, berwarna kuning
d. Pola Tidur
Bayi tidur siang ±8 jam dan tidur malam ±8 jam.
e. Personal Higiene
59

Ibu mengatakan bayinya mandi 2x sehari, serta ganti baju/popok tiap


kali BAK ataupun BAB.

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : gerak aktif
TTV
Suhu : 36, 7 º C
Nadi : 120 x/ menit
Respirasi : 60 x/ menit
Antropometri
BB : 4900 gr
PB : 54,5 cm
LIDA : 36 cm
LILA : 13
LIKA
Circumferentia mento occipital : 39
Circumferentia fronto occipitalis : 37
Circumferentia suboccipito bregmetika : 35
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : bersih, persebaran rambut merata, rambut lurus,
tidak ada cephalhematoma, tidak ada benjolan,
UUB belum menutup dan UUK sudah menutup.
Rambut : bersih, hitam, persebaran rambut merata, rambut
lurus,
Muka : tidak pucat, tidak ikterik
Mata : simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera putih,
conjungtiva merah muda, tidak ikterus, reflek
pupil baik.
Hidung : lubang hidung bersih, tidak ada polip, tidak ada
perdarahan, tidak ada pernafasan cuping hidung.
60

Mulut dan gigi : bersih, bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis,
tidak ada moniliasis, tidak ada oral trush, tidak
ada labioskisis maupun labiospalatoskisis.
Telinga : simetris, agak kotor (ada serumen), tidak ada
perdarahan
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar
tyroid, maupun limfe.
Dada : tidak ada kelainan pada bentuk dada berupa
pigeon chest maupun funnel chest, tidak ada
tarikan intercosta, tidak ada ronchi dan
wheezing, pernafasan normal
Mammae : bersih, simetris, puting mendatar, tidak ada
pengeluaran cairan dari mammae
Axilla : bersih, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening
Abdomen
Inspeksi : perut tidak buncit, tali pusat telah lepas, pusar
bersih dan kering.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan (bayi tidak menangis saat
diperiksa)
Perkusi : tidak kembung
Auskultasi : terdapat bising usus
Genetalia : bersih, penis terdapat lubang (tidak terdapat
fimosis), testis sudah turun ke scrotum, tidak
terdapat hipospadia maupun epispadia.
Anus : (+) ada lubang
Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada polidaktili, adaktili dan
sindaktili, gerakan aktif.
Bawah : simetris, tidak ada polidaktili, adaktili dan
sindaktili, gerakan aktif.
Kulit : warna kulit merah muda, tidak ada tanda lahir
61

Reflek-reflek
Reflek moro : (+)
Reflek graft : (+)
Reflek rooting : (+)
Reflek suckling : (+)
Reflek swallowing : (+)
Reflek babinski : (+)
Reflek tonic neck : (+)

II. INTERPRETASI DATA


Tanggal : 29 April 2014 Pukul : 10.45 WIB

Diagnosa : Bayi Ny. “D”, usia 29 hari, jenis kelamin laki-laki, lahir
aterm, BB 4900 gr, PB 54,5 cm, LIDA 36 cm, LIKA 37 cm,
LILA 13cm, keadaan umum bayi baik, prognosa baik.
DS : Ibu mengatakan ingin memeriksakan bayinya untuk
mengetahui kondisi bayinya
DO : - Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- TTV
N : 120x/menit
S : 36,7C
Rr : 60x/menit
- Antropometri
BB : 4900 gr
PB : 54,5 cm
LIDA : 36 cm
LIKA : 37 cm
Kepala : bersih, persebaran rambut merata, rambut lurus,
tidak ada cephalhematoma, tidak ada benjolan,
UUB belum menutup dan UUK sudah menutup.
62

Muka : tidak pucat, tidak ikterik


Mata : simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera putih,
conjungtiva merah muda, tidak ikterus, reflek
pupil baik.
Mulut dan gigi : bersih, bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis,
tidak ada moniliasis, tidak ada oral trush, tidak
ada labioskisis maupun labiospalatoskisis.
Dada : tidak ada kelainan pada bentuk dada berupa
pigeon chest maupun funnel chest, tidak ada
tarikan intercosta, tidak ada ronchi dan
wheezing, pernafasan normal
Abdomen
Inspeksi : perut tidak buncit, tali pusar telah lepas, pusar
bersih dan kering.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan (bayi tidak menangis saat
diperiksa)
Perkusi : tidak kembung
Auskultasi: terdapat bising usus
Genetalia : bersih, penis terdapat lubang (tidak terdapat
fimosis), testis sudah turun ke scrotum, tidak
terdapat hipospadia maupun epispadia.
Anus : (+) ada lubang
Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada polidaktili, adaktili dan
sindaktili, gerakan aktif.
Bawah : simetris, tidak ada polidaktili, adaktili dan
sindaktili, gerakan aktif.
Kulit : warna kulit merah muda, tidak ada tanda lahir

Reflek-reflek
Reflek moro : (+)
Reflek graft : (+)
63

Reflek rooting : (+)


Reflek suckling : (+)
Reflek swallowing : (+)
Reflek babinski : (+)
Reflek tonic neck : (+)

III. DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL DAN ANTISIPASI


Tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU


KOLABORASI
Tidak ada

V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH


Tanggal : 29 Apri 2014 Pukul : 10.50 WIB
Diagnosa : Bayi Ny. “D”, usia 29 hari, jenis kelamin laki-laki, lahir
aterm, BB 4900 gr, PB 54,5 cm, LIDA 36 cm, LIKA 37 cm,
LILA 13cm, keadaan umum bayi baik, prognosa baik.
Tujuan asuhan:
Pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat berjalan dengan baik, bayi dapat
menyusu dengan baik dan benar, ibu mampu dan mau memberikan ASI
selama minimal 6 bulan tanpa memberikan makanan pendamping ASI, serta
imunisasi dapat berjalan dengan lancar.
Kriteria hasil :
1. TTV normal
N : 110-160x/menit
S : 36,5-37,5oC
Rr : 40-60x/menit
2. Bayi dapat menyusu dengan baik dan benar, serta ibu mau dan mampu
memberikan ASI selama minimal 6 bulan tanpa ditambahkan
makanan pendamping ASI.
64

Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan


menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui
bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam.
3. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat dipantau dan berjalan
normal.
Tanda bayi yang sehat yaitu:
a. Berat badan naik mengikuti pita hijau di KMS, berat badan bayi
naik 500 gram tiap bulannya.
b. Anak bertambah tinggi
c. Jarang sakit
d. Aktif pergerakannya
e. Perkembangan anak sesuai dengan usianya.
Perkembangan bayi usia 0 – 3 bulan
Kemampuan : mengangkat kepala 45o dan menggerakkan kepala ke
kanan-kiri, melihat wajah orang, terkejut, tersenyum.
Stimulasi : memperkenalkan berbagai suara dan benda berwarna
mencolok, membolak-balikkan badan, melatih
memegang mainan
4. Imunisasi yang diperoleh usia 1 bulan
Usia < 7 hari : HB(0)
Usia 1 bulan : BCG, Polio(I)

Intervensi :
1. Beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu
R/ sehingga ibu mengetahui kondisi bayinya
2. Anjurkan ibu untuk menjaga personal higiene bayi dan beritahu cara
merawat bayi sehari-hari
R/ agar bayi terhindar dari penyakit infeksi dan bayi dalam keadaan
selalu sehat
65

3. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif minimal 6 bulan, diberikan


tiap 2 jam atau setiap bayi merasa lapar
R/ agar nutrisi bayi dapat terpenuhi dan tumbuh kembang bayi dapat
berjalan dengan lancar
4. Anjurkan ibu untuk teratur memberikan imunisasi terhadap bayinya
sesuai dengan jadwal yang diberikan
R/ agar bayi mendapatkan imunitas sehingga terhindar dari penyakit
5. Beritahu ibu mengenai tanda bahaya pada bayi
R/ agar bila timbul tanda bahaya pada bayi, maka bayi dapat segera
ditangani dan resiko komplikasi lebih sedikit.
6. Anjurkan ibu untuk menjemur bayi di pagi hari
R/ agar kadar bilirubin tidak meningkat sehingga bayi tidak mengalami
ikterik.
7. Anjurkan ibu untuk untuk tetap memantau kondisi serta tumbuh kembang
bayi dengan ikut posyandu.
R/ agar ibu dapat mengetahui segala perkembangan dan pertumbuhan
bayinya, serta deteksi dini terhadap masalah-masalah yang mungkin
timbul sehubungan dengan tumbuh kembang bayi.
8. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (28 Mei
2014) untuk imunisasi polio(II), HB(I), DPT(I)
R/ agar bayi mendapatkan imunisasi secara rutin

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 29 April 2014 Pukul : 10.55 WIB

1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan


- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : gerak aktif
- TTV
N : 120x/menit
S : 36,7 oC
Rr : 60x/menit
66

- Antropometri
BB : 4900 gr
PB : 50 cm
LIDA : 38 cm
LIKA : 36 cm
- UUB belum menutup dan UUK sudah menutup
- Tidak ada chepal hematoma
- Mata dan kulit tidak ada tanda ikterik
- Tidak ada pernafasan cuping hidung
- Tali pusat sudah lepas, bersih dan kering.
- Reflek moro, graft, rooting, sucking, swallowing, babinski dan
tonic neck (+)
2. Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga personal higiene bayinya, serta
memberitahu ibu cara merawat bayi sehari-hari dengan :
a. Mandi 2x sehari menggunakan air hangat
b. Sering mengganti popok dan membersihkan pantat bayi setiap basah
atau kotor dari pada memandikan. Tidak perlu membubuhi bedak
pada pantat atau alat kelamin bayi saat mengganti popok karena akan
menyebabkan penyumbatan dan infeksi.
c. Bila bayi buang air besar dan buang air kecil :
Bersihkan dengan lembut pantat yang kotor, cukup dibasuh dengan
kapas yang direndam dalam air hangat atau dengan menggunakan
tisu basah.
d. Saat membersihkan mata atau telinga :
1) Usaplah kelopak mata dengan kapas dari ujung mata sampai ke
arah hidung.
2) Bersihkan telinga dengan kapas yang digulung. Jangan masuk
terlalu dalam cukup sebatas mata dapat melihat
3. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI secara ekslusif
minimal sampai 6 bulan dengan cara tidak memberikan makanan
pendampinng ASI selama usia bayi belum mencapai 6 bulan dan dengan
cara memberikan ASI setiap 2 jam dan atau pada saat bayi merasa lapar
67

dengan artian tidak dijadwal (on demand). Karena ASI banyak sekali
manfaatnya, yaitu :
a. Untuk Bayi, manfaat yang diperoleh antara lain : bayi dapat
memulai kehidupannya dengan baik, ASI mengandung antibodi,
ASI mengandung komposisi yang tepat, mengurangi kejadian
karies dentis, memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi dan
adanya ikatan antara ibu dan bayi, terhindar dari alergi , ASI
meningkatkan kecerdasan bayi, membantu perkembangan rahang
dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan mengisap
mulut bayi pada payudara sang ibu.
b. Untuk sang ibu menyusui akan mendapatkan manfaat antara lain
adalah bisa sebagai kontrasepsi, meningkatkan aspek kesehatan
ibu, membantu dalam hal penurunan berat badan, aspek psikologi
yang akan memberikan dampak positif kepada para ibu yang
menyusui air susu ibu itu sendiri.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan imunisasi kepada bayinya
sesuai dengan usianya di bidan atau ke tempat pelayanan kesehatan lain.
Dengan jadwal:
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari Hepatitis B (uniject)
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/ HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/ HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/ HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
Imunisasi bisa meningkatkan imunitas tubuh dan menciptakan kekebalan
terhadap penyakit tertentu dengan menggunakan sejumlah kecil
mikroorganisme yang dimatikan atau dilemahkan. Tujuan imunisasi
merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
68

5. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada bayi, diantaranya adalah :


a. Tidak menyusu atau memuntahkan semua yang diminum. Ini
tandanya bayi terkena infeksi berat.
b. Bayi kejang, kejang pada BBL kadang sulit dibedakan dengan
gerakan normal. Jika melihat gejala/gerakan yang tidak biasa dan
terjadi secara berulang-ulang (menguap, mengunyah, mengisap,
mata berkedip-kedip, mata mendelik, bola mata berputar-putar,
kaki seperti mengayuh sepeda) yang tidak berhenti jika bayi
disentuh atau dielus-elus, kemungkinan bayi kejang.
c. Bayi lemah, bergerak hanya jika dipegang. Ini tandanya bayi sakit
berat.
d. Sesak nafas (>60x/menit)
e. Bayi merintih, ini tandanya bayi sakit berat
f. Pusar kemerahan sampai dinding perut. Jika kemerahan sudah
sampai ke dinding perut, tandanya bayi terkena infeksi.
g. Demam (suhu bayi lebih dari 37,5 oC) atau tubuh terasa dingin
(suhu tubuh bayi kurang dari 36,5 oC)
h. Mata bayi bernanah banyak. Ini dapat menyebabkan bayi menjadi
buta.
i. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar. Jika kulit perut dicubit akan
kembali lambat. Ini tandanya bayi kekurangan cairan yang berat
bisa menyebabkan kematian.
j. Kulit bayi terlihat kuning. Kuning pada bayi berbahaya jika
muncul pada hari pertama (kurang dari 25 jam) setelah lahir,
ditemukan pada umur >14 hari, kuning sampai ke telapak tangan
atau kaki.
k. Buang air besar / tinja bayi berwarna pucat
6. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi di pagi hari dengan cara :
a. Jemur selama 15 menit saja sebelum pukul 08.00 pagi, karena
kulit bayi masih sangat tipis dan sensitif, tidak mampu menahan
terik sinar matahari.
69

b. Letakkan bayi membelakangi matahari agar sinar matahari tidak


menyilaukan matanya. Bila perlu, tutupi mata bayi dengan
kacamata tabir surya (sunglasses)
c. Pakaikan baju ketika bayi dijemur, dan atur agar sinar matahari
mengenai tubuh bayi secara merata.
d. Awasi bayi selama dijemur.
e. Bayi sebaiknya dipangku. Atau jika ditidurkan di atas kasur atau
alas lainnya, dan jangan pernah meninggalkan bayi sendirian.
f. Langsung beri ASI begitu selesai dijemur. Karena, bisa
jadi bayi Anda haus.
7. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayinya dengan ikut posyandu atau dengan cara
melakukan pemeriksaan di tempat pelayanan kesehatan atau melihat
perkembangan dari buku KMS.
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (28
Mei 2014) untuk imunisasi bayinya yaitu imunisasi polio(II), HB(I),
dan DPT(I). Sehingga bayi memiliki kekebalan terhadap
mikroorganisme yang menyebabkan timbulnya penyakit polio,
hepatitis B, difteri, pertusis maupun tetanus.

VII.EVALUASI
Tanggal : 29 April 2014 Pukul : 11.05 WIB
S : - ibu mengatakan sudah mengerti dan jelas tentang apa yang
telah dijelaskan oleh petugas kesehatan.
- ibu mengatakan sudah mengerti hasil pemeriksaan yang
dilakukan bahwa bayinya sehat.
- Ibu mengatakan mau melaksanakan apa yang dianjurkan
oleh petugas kesehatan.
O : ibu mengangguk tanda mengerti saat petugas kesehatan
memberikan penjelasan.
Ibu terlihat senang karena bayinya sehat.
- Keadaan umum : baik
70

- Kesadaran : gerak aktif


- Mata dan kulit tidak ada tanda ikterik
- Tidak ada pernafasan cuping hidung

A : Bayi Ny. “D”, usia 29 hari, jenis kelamin laki-laki, lahir aterm,
BB 4900 gr, PB 54,5 cm, LIDA 36 cm, LIKA 37 cm, LILA
13cm, keadaan umum bayi baik , prognosa baik.
P : - menganjurkan kepada ibu untuk tetap melanjutkan pemberian
ASI saja tiap 2 jam atau pada saat bayi merasa lapar selama
mimimal sampai 6 bulan
- menganjurkan ibu untuk menjaga personal higiene dan
melakukan perawatan bayi sehari-hari
- memberitahukan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada
bayi, serta menganjurkan untuk segera ke tempat pelayanan
kesehatan bila menemui hal tersebut.
- menganjurkan ibu untuk melakukan imunisasi kepada
bayinya 1 bulan lagi yaitu imunisasi DPT(II), HB(I) dan
Polio(III).
- Menganjurkan ibu rutin ke posyandu untuk mengetahui
perkembangan dan pertumbuhan bayinya.
71

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny “D” , usia 29 hari,
jenis kelamin laki-laki yang dilakukan di BPM Hariyati,SST., dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan didapatkan data subyektif dan
obyektif.
2. Dalam pengkajian yang didapatkan dari data subyektif dan obektif
diperoleh diagnosa Bayi Ny. “D”, usia 29 hari, jenis kelamin laki-laki, lahir
aterm, BB 4900 gr, PB 54,5 cm, LIDA 36 cm, LIKA 37 cm, LILA 13cm,
keadaan umum bayi baik , prognosa baik.
3. Diagnosa potensial tidak ada karena Bayi Ny. “D” tidak mengalami
masalah.
4. Tindakan segera yang dilakukan tidak ada
5. Intervensi yang diberikan pada Bayi Ny. “D”, usia 29 hari adalah beritahu
hasil pemeriksaan kepada ibu, anjurkan ibu untuk menjaga personal higiene
bayi dan beritahu cara merawat bayi sehari-hari, anjurkan ibu untuk
memberikan ASI ekslusif minimal 6 bulan, diberikan tiap 2 jam atau setiap
bayi merasa lapar, anjurkan ibu untuk teratur memberikan imunisasi
terhadap bayinya sesuai dengan jadwal yang diberikan, beritahu ibu
mengenai tanda bahaya pada bayi Anjurkan ibu untuk menjemur bayi di
pagi hari, anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (28
Mei 2014) untuk imunisasi polio(II), HB(I), DPT(I)
6. Implementasi diberikan sesuai dengan intervensi
7. Setelah dievaluasi ternyata tindakan yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan dan waktu yang ditentukan.

71
72

B. SARAN
1. Untuk Institusi :
Menyediakan sarana dan prasarana yang nyaman dan memadai guna
meningkatkan ketrampilan dan kemampuan mahasiswa. Serta
meningkatkan mutu pendidikan serta kemampuan mahasiswa dalam
memberi asuhan.
2. Untuk Mahasiswa :
Lebih banyak belajar, membaca, dan berlatih sehingga kemampuan
dan ketrampilan mahasiswa dalam prakteknya dapat lebih baik dan
menjadi lulusan yang membanggakan.
3. Untuk Klien (ibu) :
Lebih kooperatif dengan petugas sehingga proses pemberian asuhan
dapat berlangsung dengan baik sesuai yang diharapkan.
73

DAFTAR PUSTAKA

“Ilustrasi,” Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hal.325.
Depkes, RI. 2009. Pedoman Asuhan Byi Baru Lahir Terpadu. Jakarta: Depkes RI
Dewi, Vivian Nanny lia.2011.AsuhanNeonates BayidanAnakBalita.Jakarta
:SalembaMedika
Drew, David dan Philip Jevon, Maregaret Raby; alih bahasa,Dian Ramadhani.
2008. editor edisi bahasa Indonesia, Sari Isnaeni. – Jakarta : EGC
KR, JNPK.2008. Asuhanpersalinan normal. Jakarta :TIM
Manuaba, Ida Bagus Gede.2010.ilmu kebidananpenyakitkandungandan
KB.Jakarta : EGC
Notoatmodjo Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmubedahkebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Prawirohardjo, Sarwono.2011. IlmuKebidanan. Jakarta : PT BinaPustaka
Rukiyah, Ai yeyeh, LiaYulianti. 2010. Asuhan Neonates BayidanBalita. Jakarta
:Salembamedika
Saminem.2010. Dokumentasi Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Soepardan,Suryani.2009.Konsepkebidanan.Jakarta : EGC
Sulistyawati Ari dan Esti Nugraheni. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin. Jakarta: Salemba Medika
Universitas Padjadjaran. 2000. Asuhan Bayi Baru Lahir. Bandung. Universitas
Padjadjaran
Zulkifli L., Psikologi Perkembangan. Bandung:Remaja Karya CV, 1986.

Anda mungkin juga menyukai