A. Pemeriksaan Ekstraoral
Setiap kelainan ektraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatan riwayat
dapat diperiksa lebih lanjut. Penampilan umum-besar dan berat, corak kulit, mata,
bibir, simetri wajah, dan kelenjar limfe.
e. Vena jugularis
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya distensi (penebalan)
atau tidak. Hal ini berhubungan dengan penyakit sistemik yaitu hipertensi.
a. Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita.
b. Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dengan bantal,
dan otot strenomastoideus dalam keadaan relaks. Naikkan ujung
tempat tidur setinggi 30 derajat, atau sesuaikan sehingga pulsasi vena
jugularis tampak paling jelas.
c. Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna tampak,
kemudian dengan penggaris ukurlah jarak vertikal antara titik ini
dengan angulus sternalis
d. Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna,
anda dapat mencari pulsasi vena jugularis externa.
e. Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus diperhitungkan
karena ini mempengaruhi hasil pemeriksaan.
B. Pemeriksaan Intra-oral
Gejala objektif ditentukan oleh pengujian dan observasi yang dilakukan oleh
seorang klinisi. Pengujian-pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
- Pukulan cepat dan tidak terlalu keras pada permukaan oklusal atau incisal
dari gigi yang diduga mengalami karies
- Gigi tetangga di perkusiter lebih dahulu kemudian diikuti gigi yang
menjadi keluhan
- Reaksi yang lebih valid didapat dari pergerakan tubuh pasien (gerak reflex
pasien)
- Respon
Positif (+)
Negative (-)
3. Tes Tekan
Tujuan tes tekan adalah :
- Untuk mengetahui adanya fraktur atau kelainan pada periapical.
4. Vitality Test
Tes vitalitas merupakan sebuah tes yang bertujuan untuk menentukan diagnosa
dan menentukan apakah gigi tersebut masih vital atau sudah nonvital. Gigi vital
merupakan gigi yang masih punya suplai darah, sedangkan gigi nonvital tidak.
Terdapat berbagai macam tes vitalitas, yaitu: Thermal Test, Elictric Pulp Testing, Test
Cavity.
1. Thermal Test
a. Cold Test
Bahan yang digunakan:
- CO2 snow, merupakan metode yang baik karena memiliki temperature
-50°C dan perubahan bentuknya dari solid ke gas sehingga tidak
berpotensi untuk menstimulus gigi yg berada di dekatnya.
- Ethyl Chloride
- Dichlorodifluoromethane (DDM), prosedurnya adalah dengan
menyemprotkan DDM ke cotton pellet kemudian aplikasikan ke gigi yang
ingin dites. Sama dengan CO2 snow, DDM tidak memiliki liquid state.
- Ice sticks, mempunyai liquid state sehingga memungkinkan stimulus gigi
yg berdekatan. Jika cold test dengan menggunakan ice sticks dilakukan
maka terlebih dahulu gigi posterior.
b. Heat Test
Bahan yang digunakan adalah Gutta percha yg sebelumnya gigi
tersebut diolesi petroleum jelly untuk mencegah perekatan, kemudian gutta
percha dipanaskan dan aplikasikan pada gigi. Tes ini dilakukan jika pasien
mempunyai keluhan saat memakan atau meminum-minuman panas. Alternatif
lain adalah dengan membungkus gigi dengan rubber dam kemudian alirkan
cairan dingin ataupun panas. Bila gigi memberikan respon berarti gigi vital,
jika tidak makan nonvital.
c. EPT kurang efektif bila dibandingkan dengan thermal test dan test cavity.
3. Test Cavity
a. Dilakukan ntuk memastikan respon dari pulp test sebelumnya
sudah akurat.
b. Caranya dengan melubangi gigi menggunakan high speed
handpiece tanpa anestesi lokal.
c. Jika gigi vital maka pasien dapat merasakan sakit yang tajam
ketika sampai dentin, sedagkan gigi nonvital tidak merasakan
respon apapun.
d. Operator juga harus hati-hati mempertimbangkan jika pasien
ternyata merasakan sakit akibat vibrasi dan tekanan dari alat
sehingga bisa menginterpretasikan tes dengan benar.