Anda di halaman 1dari 20

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

pada waktu penginderaaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmodjo,

2010).

2.1.2 Proses Penerimaan Pengetahuan


Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Penelitian Roger

(1974) dalam Notoadmojo (2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut

terjadi proses yang beruntun, yakni :


a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.


b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation,(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d. Trial, orang telah mencoba perilaku baru
e. Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

2.1.3 Tingkat Pengetahuan Di Dalam Domain Perilaku


Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkap determinan perilaku dari

analisis factor-faktor yang memengaruhi perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan, salah satunya adalah teori Lawrence Green (1980).


8

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua factor pokok,

yaitu factor perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu

sendiri terbentuk ari tiga faktor :


a. Faktor predisposisi (predisposing factors) terwujud dalam

pengetahuan,sikap kepercayaan, keyakinan,nilai-nilai.


b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam

lingkungan fisik (tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana

kesehatan), misalnya : puskesmas, oat-obatan ,alat kontrasepsi, WC,

dll.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) trwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


Dari teori Green tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang

atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan,sikap,kepercayaan,tradisi, dari orang atau masyarakat

yang bersangkutan (Mubarak,2011).


2.1.4 Domain Pengetahuan

Menurut notoadmodjo (2012) ada enam tingkatan domain pengetahuan

yaitu :

1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu

materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam

pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) ssesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang palih rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
9

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.


2) Memahami (comprehension)
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


3) Aplikasi
diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum

,rumus,metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.


4) Analisis
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan,memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.
5) Sintesa
sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.


6) Evaluasi
evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-


10

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


2.1.5 Faktor Yang Memengaruhi Pengetahuan
Terbentuknya pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat

digolongkan menjadi 2 (dua) bagian factor , yaitu :


a. Faktor internal
1. Umur
Singgih D.Gunarsa (1990), mengemukakan bahwa makin tua umur

seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya semakin

baik akan tetapi pada umur-umur tertentu bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak seperti umur belasan tahun. Bahkan

pada usia yang sangat lanjut, proses-proses pertumbuhan dan

perkembangan (bukan dalam arti perubahan) praktis sudah tidak

ada. Jadi bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

penambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada

umur-umur tertentu akan menjelang lanjut kemampuan mengingat

suatu pengetahuan akan berkurang.


2. Intelegency quality
Semakin tinggi intelegensi seseorang akan semakin cerdas pula

secara potensial seseorang intelegnsinya tinggi memiliki prestasi

yang tinggi pula. Sebaliknya orang yang memiliki intelegensi yang

kurang akan banyak mengalami kesulitan belajar (Ahmadi, 1991).

Dengan demikian seseorang yang memiliki intelegensi rendah akan

terhambat proses belajarnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya juga terhambat.


b. Faktor eksternal
1. Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan


11

(praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah) dan

meningkatkan kesehatan (Notoadmojo, 2010).


2. Pengalaman
Menurut Notoadmojo (2010), pengalaman merupakan guru

terbaik,pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman

merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab

itu pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan.
3. Pekerjaan
Menurut Frieman (1998), pekerjaan akan menyita waktu yang

dapat digunakan seseorang untuk memperoleh pengetahuan.


4. Informasi
Menurut Apriaji (1986), informasi akan memberikan pengaruh

pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang mempunyai

tingkat pendidikan yang rendah tetapi jika ia bisa mendapatkan

informasi yang cukup dari berbagai media seperti televise, radio,

internet, surat kabar maka hal ini akan meningkatkan

pengetahuannya.
5. Lingkungan
a. Lingkungan fisik
Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap pola

atau kejiwaan seseorang.


b. Lingkungan sosial
Keadaan masyarakat akan memberi pengaruh terhadap

perkembangan individu.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa lingkungan fisik

maupun social akan berpengaruh pada pola pikir seseorang

sehingga akan mempengaruhi seseorang (Muzdakir, 1995).

2.2 Konsep Sikap


12

2.2.1 Pengertian Sikap


Menurut Notoadmodjo tahun 2012 sikap adalah reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang atau individu terhadap suatu stimulus atau

objek.

Menurut Newcomb dalam Fitriani tahun 2011 sikap adalah kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap adalah kesiapan untuk melakukan reaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Proses

terbentuknya sikap dan reaksi.

2.2.2 Komponen Pokok Sikap

Menurut Niven tahun 2002 sikap terdri dari tiga komponen utama:

a. Komponen kognitif (pengetahuan), sikap tentunya mengandung suatu

pemikiran atau kepercayaan terhadap seseorang atau suatu objek.


b. Komponen afektif (perasaan), komponen ini berhubungan dengan

perasaan emosi tentang seseorang atau sesuatu


c. Komponen konatif (perilaku/kecenderungan), sikap terbentuk dari tingkah

laku seseorang dan perilakunya.


Kekuatan sikap tergantung dari banyak faktor, faktor yang terpenting adalah

faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap.

Allport 1954 dalam Notoadmodjo tahun 2012 dijelaskan bahwa sikap

memiliki tiga komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep teradap suatu objek


b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen di atas bersatu membentuk sikap yang utuh (total

attitude).
2.2.3 Tingkat Sikap
13

Dalam Notoadmodjo tahun 2012 tingkatan sikap dibagi menjadi 4

kategori, meliputi :

1) Menerima (receiving)
menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memerhatikan

stimulus yang diberikan (objek).


2) Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, megerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.


3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.


2.2.4 Pembentukan Sikap

Anak lahir ke dunia tanpa pengetahuan agama, politik dan kebudayaan

yang spesifik. Anak memperoleh pengetahuan tersebut dalam waktu yang

bertahap. Hasil yang didapat dapat dijelaskan dengan pengkondisian

instrumen, model dan pengalaman langsung (Niven, N: 2002).

a. Pengkondisian instrument
Kata kunci dari proses ini adalah imbalan. Contoh sederhana adalah

orang tua dan keluarga memberikan imbalan atau respon positif saat

anak melakukan perbuatan baik. Selama satu periode maka sikap

tersebut akan diterima anak dari orang tuanya.


b. Pembentukan model
Kata kunci proses ini adalah proses meniru. Anak memperhatikan

perilaku orang dewasa sebagai suatu informasi. Orang tua dan

lingkungan anak memberikan pengaruh terhadap anak, tetapi orang


14

tua dan lingkungan sering tidak menyadari jika mereka dijadikan

model oleh si anak. pembentukan model, atau belajar dengan

observasi adalah proses pembentukan sikap yang paling efektif.

Orangtua memiliki peran yang penting bagi pembentukan sikap

anak kea rah yang sehat, dengan memberikan dukungan positif

untuk sikap yang baik dan memberikan contoh bagi mereka.


c. Pengalaman langsung
Proses ketiga yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah

pengalaman langsung dari suatu objek atau dirinya sendiri. Banyak

orang tidak puas dengan pendapat orang lain sehingga mereka ingin

membuktikannya sendiri secara langsung dalam rangka membentuk

pendapatnya sendiri. Sikap yang didapat dari pengalaman langsung

akan lebih kuat dan sulit dilupakan daripada sikap yang dibentuk

dari pengalaman orang lain.

Ada 2 implikasi utama pada penelitian tentang pembentukan sikap

tenaga kesehatan, (Niven, 2002):

a. Sangat mudah mempengaruhi sikap seseorang saat pembentukan sikap

disbanding jika siap sudah terbentuk selama bertahun-tahun


b. Teori pembelajaran dan lingkungan sosial telah memperlihatkan

pentingnya mengarahkan anak pada model yang baik.


Untuk pengetahuan dan sikap hidup sehat pada anak sekolah

dasar dalam menjaga kesehatan reproduksi dapat dilakukan

dengan cara berikut :


1. Anak belajar untuk menolak bila diajak seseorang yang tidak

jelas tujuannya (dikenal/tidak dikenal )


15

2. Anak belajar mengatakan tidak mau makan atau minum bila

diberi sesuatu oleh orang yang tidak dikenal/tidak jelas

tujuannya.
3. Anak belajar mengatakan jangan bila ada orang yang akan

menjamah anggota badannya tanpa alas an yang jelas


4. Anak belajar menggunakan toilet,membersihkan alat kelamin

dengan benar dan sehat serta memiliki pakaian dalam dan

barang pribadi tidak dipakai bergantaian dengan orang lain.


5. Anak belajar mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum

memasuki ruangan atau kamar


6. Anak belajar untuk mengelola mimpi basah dan menstruasi

secara benar dan sehat


7. Remaja putri yang sudah menstruasi belajar untuk

membiasakan diri minum Tablet Tambah Darah 1 kali/minggu

secara teratur. Hal tersebut termasuk kedalam upaya untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat (Progam Indonesia Sehat:

2016).
8. Anak belajar untuk tidak merokok atau berhenti merokok

termasuk vapour
9. Anak belajar memanfaatkan IT dengn benar dan sehat.
2.3 Konsep Remaja
2.3.1 Pengertian Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti

puberteit,adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (inggris),

berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah

kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik

saja tetapi juga kematangan social dan psikologi (Intan Kumalasari, 2012:

13).
Menurut WHO , masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa,dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan


16

yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya

perubahan-perubahan perkembangan,baik fisik,mental maupun peran

sosial (Surjadi, dkk., 2002: 35)


Pieget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu

usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa,

suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah

tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak

sejajar (Ali, 2005: 9).

2.3.2 Batasan Usia Remaja


Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan social budaya

setempat. Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah


Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi kesehatan

reproduksi adalah sebagai berikut :


1. Masa remaja (usia 10-19 tahun) merupakan masa yang khusus dan

penting karena merupakan periode pematangan organ reproduksi

manusia dan sering disebut masa pubertas.


2. Masa remaja terjadi perubahan fisik secara cepat dan tidak

seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional).

Perubahan yang secara cepat ini membingungkan bagi remaja yang

mengalaminya. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari

lingkungan sekitarnya agar remaja dapat tumbuh dan berkembang

menjadi manusia dewasa yang sehat.


3. Dalam lingkungan social tertentu, sering terjadi pembedaan

perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Seperti halnya

bagi laki-laki masa remaja merupakan masa memperoleh

kebebasan,sedangkan bagi remaja putri merupakan saat dimulainya

segala bentuk pembatasan.


(Intan Kumalasari, 2012: 14)
17

2.3.3 Karakteristik Remaja Berdasarkan Usia


Karakteristik remaja berdasarkan umur adalah sebagai berikut :
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a. Lebih dekat dengan teman sebaya
b. Ingin kebebasan
c. Lebih banyak memerhatikan keadaan tubuhnya
d. Mulai berpikir abstrak
(Intan Kumalasari, 2012: 14).
2. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun )
a. Mencari identitas diri
b. Timbul keinginan untuk berkencan
c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e. Berkhayal tentang aktivitas seks
(Intan Kumalasari, 2012: 14).
3. Remaja akhir (17-21 tahun)
a. Pengungkapan pembebasan diri
b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c. Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri
d. Dapat mewujudkan rasa cinta
(Intan Kumalasari, 2012: 14).
2.3.4 Perkembangan Remaja dan Tugasnya
Tugas dari perkembangan remaja ini difokuskan pada upaya remaja

untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa

dengan meninggalkan masa kekanak-kanakan. Menurut Hurlock (1991)

dalam buku kesehatan reproduksi, 2012: 15, tugas perkembangan remaja

adalah sebagai berikut :


a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota yang berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian ekonomi
e. Mencapai kemandirian emosional
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual untuk

dikembangkan di masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orangtua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk

memasuki usia dewasa


i. Mempersiapkan diri untuk memasuki usia perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab dalam

kehidupan keluarga
18

(Intan Kumalasari, 2012: 15).


2.3.5 Tumbuh Kembang Remaja
Merupakan proses atau tahapan seorang remaja mengalami

perubahan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa,dengan ditandai adanya

perubahan fisik serta psikologis, diantaranya adalah sebgai berikut :


1. Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
a. Tanda-tanda seks primer
Dalam Modul Kesehatan Reproduksi Remaja (Depkes, 2002) disebutkan

bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut :


Remaja laki-laki :
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah

mengalami mimpi basah. Ini merupakan pengalaman yang normal bagi

remaja laki-laki, mimpi basah merupakan salah satu cara tubuh laki-laki

ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena produksi sperma yang terus menerus dan

harus dikeluarkan. Mimpi basah ini biasanya terjadi pada remaja usia 10-

15 tahun.
Remaja wanita :
Sebagai tanda kematangan dari organ reproduksi wanita adalah ditandai

dengan datangnya menstruasi (menarchea). Menstruasi adalah proses

peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung

pembuluh darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus

sampai menjelang masa menapouse yaitu ketika seorang berumur sekitar

40-50 tahun (Intan Kumalasari, 2012: 16).


b. Tanda- tanda seks sekunder
Remaja laki-laki :
1. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang ; tangan dan kaki

bertambah besar.
2. Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang,

pinggul menyempit.
3. Pertumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak,dada,tangan, dan

kaki.
19

4. Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak

kecil lagi.
5. Tumbuh jakun,suara menjadi besar.
6. Penis dan buah zakun membesar
7. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak.
8. Rambut menjadi lebih berminyak.
9. Produksi keringat menjadi lebih banyak.
Remaja wanita :
1. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang,tangan dan kaki

bertambah besar
2. Pinggul lebar,bulat, dan membesar.
3. Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina
4. Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.
5. Pertumbuhan payudara, punting susu membesar dan menonjol
6. Kulit menjadi lebih kasar,lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori

bertambah besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat menjadi

lebih aktif.
7. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan

dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk

pada bahu,lengan, dan tungkai.


8. Suara menjadi penuh dan semakin merdu.
(Intan Kumalasari, 2012: 17).
1. Perubahan Psikologis Pada Masa Remaja :
a. Perubahan emosi
b. Sensitif, misalnya : mudah menangis, cemas, frustasi dan

sebaliknya bias tertawa tanpa alas an yang jelas. Terutama

sering terjadi pada remaja wanita sebelum masa menstruasi.


c. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau

rangsangan luar yang memengaruhinya, sering bersikap

irasional, mudah tersinggung.


d. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih

senang dengan temannya daripada di rumah.


e. Perkembangan inteligensi
20

f. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik. Cenderung ingin mengetahui hal baru

sehingga muncul perilaku ingin coba-coba.


2.4 Konsep Kesehatan Reproduksi
2.4.1 Pengertiaan Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik,mental dan sosial yang

utuh,bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek

yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya

(WHO dalam buku Himpunan Penyuluhan Kesehatan,2011: 15). Atau

suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya

serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat

dan aman (WHO dalam buku Himpunan Penyuluhan Kesehatan,2011: 16-

17).

2.4.2 Anatomi Organ Reproduksi

Organ reproduksi merupakan organ-organ yang berperan dalam

proses perkembangbiakan atau dalam proses memperbanyak keturunan.

Agar seorang wanita bisa memiliki keturunan, maka harus memiliki organ-

organ reproduksi yang berfungsi dengan baik. Alat reproduksi pada wanita

terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar dan bagian dalam. Menurut

Gibson (1995:281) “vulva adalah nama yang diberikan untuk ginetalia

eksterna wanita”.

Menurut (Pinem, 2009:5-6) menyatakan bahwa :

Organ reproduksi bagian luar :


21

a) Pada perempuan dewasa terdapat bagian yang tertutup oleh rambut

kemaluan yaitu mons veneris atau bagian yang menonojol yang

terletak di atas simfisis.


b) Setelah mons veneris yaitu labia mayora karena berbentuk seperti

bibir, bagian ini bisa di sebut bibir-bibir besar, bagian ini terdiri

atas bagian kanan dan kiri. Yang berbentuk lonjong mengecil

kebawah. Labia mayora akan membentuk komisura posterior jika

pada bagian bawah dan belakang kedua labia mayora bertemu.


c) Labia minora atau bibir kecil, merupakan lapisan kedua setelah

labia mayora atau organ yang berbentuk lipatan yang terdapat di

dalam labia mayora. Bibir kecil bersifat sensitif karena di dalam

kulit yang menyelimutinya terdapat banyak kelenjar lemak dan

banyak terdapat ujung syaraf.


d) Selanjutnya yaitu klitoris, organ yang terletak di bawah arkus

pubis, yang pendek dan berbentuk silinder dan erektil. Jika seorang

wanita tidak terangsang maka organ ini kira-kira sebesar kacang

hijau, yang di dalamnya terdapat glans dan korpus klitoridis.

Sedangkan jika wanita dalam keadaan terangsang secara seksual,

maka glans dan korpus klitoridis akan membesar. Dan fungsi

utama dari klitoris itu sendiri yaitu untuk menimbulkan rangsangan

dan meningkatkan ketegangan seksual.


e) Vulva, organ yang memiliki bentuk lonjong, memanjang dari

depan ke belakang. Bagian depan organ ini dibatasi oleh klitoris, di

bagian belakang di batasi oleh perineum, sedangkan pada bagian

kanan dan kiri vulva di batasi oleh kedua bibir yaitu bibir kecil.
f) Selanjutnya yaitu bulbus vestibule, organ yang terletak tepat di

bawah selaput lendir vulva, bagian ini kaya akan pembuluh darah.
22

g) Introitus vagina, memiliki ukuran dan bentuk yang tidak sama pada

setiap individu. Pada seorang wanita bagian ini di lindungi oleh

bibir kecil dan baru bisa di lihat jika bibir kecil ini membuka.

Introitus vagina ini juga di tutupi oleh selaput dara atau himen.
h) Terakhir yaitu perineum, pembatas antara vulva dan anus, yang

ditutupi oleh kulit dan memiliki panjang kurang lebih 4 cm.


Selanjutnya yaitu organ reproduksi bagian dalam. Menurut (Syaifudin,

2006:252-254) mengungkapkan bahwa organ reproduksi bagian dalam

terbagi atas 4 bagian. Yaitu :


a) Vagina, bagian yang berfungsi sebagai penghubung antara organ

introitus vagina dan uterus. Bagian depan dari vagina ini memiliki

ukuran kurang lebih 9 cm, lebih pendek dari ukuran dinding

belakang.
b) Uterus (rahim), organ yang berotot, tebal, dan memiliki bentuk

yang menyerupai buah pir. Organ ini terletak di dalam pelvis

tepatnya yaitu antara rektum di bagian belakang, dan kandung

kemih yang berada di bagian depan. Pada bagian uterus terdapat

Endometrium ( dinding rahim) yang terdiri dari sel –sel epitel dan

membatasi uterus. Lapisan endometrium ini akan menebal pada

saat ovulasi dan akan meluruh pada saat menstruasi


c) Selanjutnya yaitu ovarium , menurut Syaifuddin (2006:253)

“ovarium disebut juga indung telur”. Karena ovarium merupakan

organ reproduksin pada wanita yang memiliki peranan penting,

yaitu penghasil ovum (sel telur).


d) Organ terakhir yaitu tuba falopi, organ yang memiliki panjang

kurang lebih 12 cm dengan diameter 3-8 mm. Tuba falupi ini

berjalan menuju lateral kiri dan juga kanan.


23

Selain itu, payudara atau kelenjar mamae juga sebagai pelengkap dari

organ reproduksi wanita. Tidak hanya pada wanita, tetapi organ ini juga

terdapat pada laki-laki, namun biasanya pada laki-laki tidak berkembang.

Kelenjar ini akan mencapai puncak perkembangan saat wanita hamil dan

akan menghasilkan asi saat bayi lahir (Sloane, 2004:358).

Payudara pada wanita ini terletak dalam fasia dalam, yang memanjang dari

rusuk ke-2 sampai ke-6 dan dari samping sternum ke garis midaksila

(Gibson, 1995:282).

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

Pinem (2009:33-34) menyatakan bahwa :

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi antara lain:

a) Faktor demografis atau faktor social ekonomi, faktor ini bisa dinilai dari

usia pertama seseorang melakukan hubungan seksual, usianya saat

menikah, serta saat pertama hamil. Sedangkan untuk faktor social

ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendidikan seseorang, status pekerjaan,

status social atau tingkat kemiskinan,serta rasio melek huruf.


b) Faktor budaya dan lingkungan, faktor ini mencakup tentang pandangan

agama seseorang, lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dan cara ia

bersosialisasi dengan orang sekitar. Selain itu, persepsi masyarakat

tentang fungsi, tanggung jawab dan hak reproduksi individu.


c) Faktor psikologi, faktor ini berhubungan dengan psikis atau keadaan jiwa

seseorang. Faktor ini meliputi tekanan dari teman sebayanya, rasa rendah

diri, tergantung pada keharmonisan kedua orangtua serta perlakuan

keluarga terhadapnya.
24

d) Faktor biologis,
Selain ke empat faktor diatas, kebersihan reproduksi juga tergantung pada

bagaimana kita merawat organ reproduksi kita. Menurut Riantinawati

(2013) “kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

Kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan,

hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh

media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang

terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan

keluarganya”.

2.4.4 Upaya menjaga kesehatan reproduksi

Menurut Poltekkes Depkes Jakarta (2010) untuk mempertahankan

kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat.

Salah satunya dengan cara sebagai berikut:


a. Penggunaan pakaian dalam
Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang

menyerap keringat, misalnya katun atau kaus. Kain yang tidak

menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembap. Kondisi

ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat

kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga

harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian dalam

yang terlalu ketat/sempit akan mengganggu kerja kulit dan terasa gatal.
b. Penggunaan handuk
Penggunaan handuk secara berulang diperbolehkan,tetapi yang perlu

diperhatikan adalah handuk harus selalu dijemur setiapkali selesai

dipakai. Handuk dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad

renik yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi.
25

Sebaiknya handuk tidak digunakan lebih dari seminggu atau bila sudah

tidak nyaman dipergunakan. Namun walaupun dalam satu keluarga

penggunaan handuk secara bersama hendaknya dihindari. Handuk

yang digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan

penyakit kulit dan kelamin,misalnya scabies dan pedikulosis pubis.

Gejala scabies yang utama adalah pruritis pada malam hari, karena

aktivitas tungau meningkat pada suhu kulit yang lembap dan hangat.

Pediskulosis pubis disebabkan oleh kutu pthirus pubis. Bila kutu ini

menggigit, maka tidak terlihat jelas bekas gigitannya. Namun setelah

30 hari akan timbul pruritis, eritema dan infeksi sekunder.


c. Memotong bulu pubis
Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu, guna memelihara

kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur setiap

kurang lebih dalam 40 hari. Dengan mencukur bulu-bulu pubis,

kebersihan bulu-bulu pubis akan selalu terjaga, sehingga tidak menjadi

media kehidupan kutu dan jasa renik, serta aroma yang tidak sedap.

Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya bagi remaja

putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.
d. Kebersihan alat kelamin luar
Bagi remaja putri, membiasakan diri untuk membersihkan vulva setiap

setelah buang air kecil atau uang air besar dan mengeringkan sampai

benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam adalah

perilaku yang benar. Teknik membersihkan vulva adalah dari arah

depan ke belakang. Jika perlu gunakan air bersih yang hangat.

Besihkan vulva dengan tidak menggunakan cairan antiseptic secara

berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri doderlein.


e. Penggunaan pembalut wanita
26

Pada saat menstruasi, remaja putri harus memakai pembalut wanita

yang bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak

mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk mengurangi

paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air kecil atau buang air

besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru).

Anda mungkin juga menyukai