Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Sistem Pelayanan Kesehatan dan Kebijakan Era Otonomi


Daerah
Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 2

1. Riko Siswanto Mamonto


2. Astuti Molanu
3. Khofifa A Gaib
4. Nurul Redita Mokoginta

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

T.A : 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami
susun untuk memenuhi tugas yang membahas tentang sistim pelayanan kesehatan dan kebijikan
era otonomi daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini, kami banyak mendapat bimbingan,
nasihat serta bantuan dari berbagai pihak, kami menyadari bahwa tugas ini tentu tidak lepas dari
kekurangan untuk itu masukan dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhir kalimat kami
berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi perkembangan kesehatan Indonesia.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kotamobagu, 18 Oktober 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Judul............................................................................................................................................
Kata Pengantar …………………………………………………………………......................
Daftar Isi………………………………………………………………………….....................
BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………….........................
A. Latar Belakang …………………………………………………………........................
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..
BAB II. Pembahasan ………………………………………………………............................
A. Definisi.
B. Empat Bentuk Desentralisasi.
C. Delapan Kebijakan Desentralisasi Bidang Kesehatan.
D. Undang – Undang Yang Mengatur.
E. Urusan Kesehatan Yang di Serahkan Kepada Pemerintah.

BAB III. Penutup


A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Kebijakan otonomi daerah dan otonomi di bidang kesehatan membawa impikasi
terhadap perubahan sekaligus terhadap perubahan sekaligus tantangan bagi
penyelanggaran pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit. Salah satu perubahan yang
terjadi di dalam pengelolaan keuangan rumah sakit adalah berubahnya sistem
pengelolaan keuangan menjadi rumah sakit swadana. Dipandang dari segmentasi
kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah merupakan layanan jasa
yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta
melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus
meningkatan dan rumah sakit di tuntut secara mandiri mengatasi masalah tersebut.
Peningkatan biaya kesehatan menyebabkan fenoma tersendiri bagi rumah sakit
pemerintah karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk
kalangan menengah ke bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi
rumah sakit yang murah dan bermutu.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi.
2. Untuk mengetahui Empat Bentuk Desentralisasi.
3. Untuk mengetahui Delapan Kebijakan Desentralisasi Bidang Kesehatan.
4. Untuk mengetahui Undang – Undang Yang Mengatur.
5. Untuk mengetahui Urusan Kesehatan Yang di Serahkan Kepada Pemerintah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Secara umum sebagai pemindahan kewenangan atau pembagian kekuasaan dalam
perencanaan pemerintahan, manajemen, dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional
ke tingkat daerah ( Rondinelli, “ Decentralization in Developing Countries”, 1983).
Perubahan paradigma pembangunan kesehatan dalam keragka disentralisasi (
Siagian 2002).

1. Paradigma Lama
- Program kebijakan yang top down.
- Mentalitas nrimo.
- Meninabobokan potensi lokal.
- Pembangunan kesehatan berbasis pemerintahan.
- Sistem purnabayar pelayanan kesehatan.
- Pembangunan kesehatan sektoral.

2. Paradigma Baru.
- Bottom up.
- Mentalitas Proaktif.
- Pemberdayaan sumber daya lokal.
- Pembangunan kesehatan berbasis masyarakat.
- Sistem prabayar pelayanan kesehatan.
- Pembangunan kesehatan multisektor.

B. Empat Bentuk Desentralisasi ( Mils Dkk, 1990 ).


1. Dekonsentrasi : pemindahan sebagian kewenangan dari pemerintah pusat ke kantor –
kantor daerah secara administratif, kantor – kantor daerah tersebut mempunyai tugas
– tugas administratif yang jelas dan derajat kewenangan tersendiri, tetapi mereka
mempunyai tanggung jawab utama ke pemerintah.
2. Delegasi : pemindahan tanggung jawab manajerial untuk tugas-tugas tertentu ke
organisasi-organisasi yang berada di luar struktur pemerintah pusat dan
pelaksanaannya secara tidak langsung dikontrol oleh pemerintah pusat, misal
pengadaan dokter PTT yang merupakan kebijakan pemerintah pusat (termasuk
penggajian), sedangkan pengelolaannya/penugasan merupakan wewenang Pemda
melalui Dinas Kesehatan.
3. Privatisasi : pemindahan tugas-tugas pengelolaan atau fungsi kepemerintahan ke
organisasi-organisasi sukarelawan atau perusahaan swasta for profit maupun
nonprofit.
4. Devolusi : kebijakan untuk membentuk atau memperkuat pemerintah daerah yang
dalam beberapa fungsi benar-benar independen dari pemerintah pusat, misal
pencarian sumber daya.

C. Delapan Kebijakan Desentralisasi Bidang Kesehatan


1. Dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, pemerataan, potensi dan
keanekaragaman daerah.
2. Didasarkan : otonomi luas, nyata, bertanggung jawab
3. Des-Kes luas dan utuh di Kabupaten dan Kota
4. Pelaksanaannya sesuai dengan konstitusi negara, sehingga tetap terjamin hub serasi
antara pusat dan daerah serta antar daerah
5. Des-Kes : meningkatkan kemandirian daerah otonom. Pemerintah pusat
memfasilitasi.
6. Meningkatkan peran dan fungsi badan legislatif daerah. Dalam hal fungsi legislasi,
pengawasan, anggaran
7. Dekonsentrasi kesehatan diletakkan di provinsi sebagai pelengkap Des-Kes
8. Pendukung Des-Kes melaksanakan tugas pembantuan, khususnya penanggulangan
KLB, bencana, masalah kegawat daruratan kesehatan lainnya

D. Undang – Undang yang Mengatur


E. Empat Urusan kesehatan yang diserahkan kepada pemerintah

Empat urusan kesehatan yang diserahkan kepada daerah:


1. Upaya Kesehatan:
a. Pengelolaan UKP Daerah Kab/Kota dan rujukan tingkat Daerah Kab/Kota
b. Pengelolaan UKM Daerah Kab/Kota dan rujukan tingkat Daerah Kab/Kota
c. Penerbitan izin RS Kelas C dan D dan fasilitas kesehatan tingkat daerah
2. Sumberdaya Manusia Kesehatan:
a. Penerbitan izin praktik dan izin kerja tenaga kesehatan
b. Perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan UKP daerah
3. Sediaan farmasi, alkes dan makanan minuman
a. Penerbitan izin apotek, toko obat, toko alat kesehatan dan optikal
b. Penerbitan izin usaha mikro obat tradisional (UMOT)
c. Penerbitan sertifikat produksi alat kesehatan kelas 1 (satu) tertentu dan PKRT
kelas 1 (satu) tertentu perusahaan rumah tangga
d. Penerbitan izin produksi makanan dan minuman pada industry rumah tangga
e. Pengawan post market produk makanan minuman industri rumah tangga
4. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui tokoh kabupaten/kota,
kelompok masyarakat, organisasi swadaya masyarakat dan dunia usaha tingkat
kabupaten/kota
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum sebagai pemindahan kewenangan atau pembagian kekuasaan dalam
perencanaan pemerintahan, manajemen, dan pengambilan keputusan dari tingkat
nasional ke tingkat daerah ( Rondinelli, “ Decentralization in Developing Countries”,
1983).
B. Saran
Mengapa sektor kesehatan membutuhkan penetap kebijakan/regulator yang kuat
karena karena adanya kemungkinan lembaga pelayanan kesehatan (operator) tidak
baik mutunya dan tidak safe dan Masyarakat harus dilindungi oleh sistem regulasi
yang kuat
DAFTAR PUSTAKA

Id.scribd.com sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan era otonomi daerah


Dr.IRSYAD HERMINOFA 2018

Anda mungkin juga menyukai